MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Introduction
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari masyarakat yang majemuk,
multikultur serta terdiri dari berbagai agama dan keyakinan. Keberagaman yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia merupakan suatu nilai positif yang memerlukan perhatian khusus agar hal
tersebut mampu menjadi sumber kekuatan dan ciri khas bangsa Indonesia di dunia
internasional. Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam keunikan misalnya dalam suku,
kebudayaan, dan adat istiadat. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi religius dan
multi ideologis. Kemajemukan tersebut menunjukkan adanya berbagai unsur yang saling
berinteraksi. Berbagai unsur dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat merupakan benih-
benih yang dapat memperkaya khasanah budaya untuk membangun bangsa yang kuat.
Semakin banyaknya perbedaan dalam negara maka ancaman dalam kesatuan bangsa akan
sangat terlihat jika tidak diimbangi dengan rasa persatuan.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dalam berbagai aspek, baik sumber alam
dan potensi manusianya. Dengan kekayaan yang di miliki oleh bangsa Indonesia ini tentu
harus di jaga dengan sebaik-baiknya dari berbagai hal yang dapat merusakan tatanan yang
sudah di amanatkan oleh Tuhan yang Maha Esa. Salah satunya adalah kondisi sosial
multikultural di permukaan bumi Indonesia ini yang terbentang dari Sabang Aceh sampai
Marauke Papua. Terdapat 1.340 etnik dan suku bangsa di tanah air ini menurut sensus BPS
pada tahun 2010 (Indonesia.go.id, 2017) dan 6 agama serta 187 kelompok penghayat
kepercayaan di 13 provinsi (Kompas 2017), ini semua adalah tanggujawab bersama segenap
warga negara Indonesia. Melihat keragaman yang sangat kaya ini, dan Indonesia sebagai
negara yang sangat luas tentunya tidak terlepas dari berbagai macam persoalan di alaminya,
mulai dari konfik antar kelompok masyarakat, konflik melibatkan ormas dengan minoritas,
sentimen agama, separatism dan yang lainya, sehingga kondisi seperti ini akan membawa
implikasi terhadap berembes ke tatanan sosial antar suku, etnis, hingga hubungan sosial
masyarakat antar agama.
Method
Diantaranya yaitu adat istiadat, bahasa, karya seni, sistem agama dan politik. Bahasa
sama halnya dengan budaya, yakni suatu bagian yang tak terpisahkan dari manusia. maka
sebab itu, banyak dari sekelompok orang cenderung menganggap hal tersebut sebagai sesuatu
yang diwariskan secara genetis. Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang
memiliki budaya berbeda dan menyesuaikan perbedaan di antara mereka, membuktikan
bahwa budaya bisa dipelajari.
Selain itu, Budaya merupakan suatu pola hidup secara menyeluruh. Budaya memiliki
sifat abstrak, kompleks, dan luas. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), Budaya adalah sebuah pemikiran, akal budi atau adat istiadat.Secara tata bahasa,
arti kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung mengarah pada cara pikir
manusia. Terdapat beberapa aspek budaya yang menentukan perilaku komunikatif. Unsur
sosial budaya tersebut tersebar dan mencangkup banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa,
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain tersebut tampak pada definisi budaya yang mengemukakan bahwa, Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaan. Hambatan dalam hal budaya pada masyarakat Adapun yang menjadi
faktor penghambat komunikasi antarbudaya adalah mengenai perbedaan bahasa,
kesalahpahaman nonverbal (seperti gestur tubuh, suara dan sebagainya) serta dalam persepsi
mereka dalam menilai masing – masing kedua suku tersebut.
2. Pola Pikir
Banyak sekali alasan agar pola pikir tetap tumbuh dan terasa lebih bermanfaat untuk
menjalani hidup, menggapai cita-cita akan terasa lebih ringan jika pikiran kita mulai dengan
menyusun jadwal lebih produktif, menyusun rencana dengan matang, dan akan lebih
berdampak saat berkecimpung di dalam masyarakat. Terkadang pola pikir dapat menghambat
dan menjadi hambatan dalam multikulturalisme, misalnya perbedaan pendapat dan sudut
pandang masyarakat terhadap suatu hal, maka hal tersebut akan bisa menjadi hambatan dalam
integrasi. Hendaknya masyarakat menanamkan sikap toleransi, menghargai satu sama lain
dan memiliki sikap cinta tanah air.
Dalam pola piker misalnya dalam hal Pendidikan. Pendidikan Multikultural di Indonesia
sudah seharusnya responsif terhadap perkembangan budaya-budaya terakhir. Artinya tidak
hanyak berbicara hanya pada dataran sikap semata, tetapi harus mengkaitkan pendidikan
multikural dengan teknologi, produk, seni, arsitek bahkan ke kuliner. Multikutural
hubungannya dengan teknologi menekankan pada pemanfaatan teknologi yang anti rasis dan
sebagai wadah penyalur informasi humanis. Pengguna teknologi di didik sadar betul dan
menjadi bagian dari agent of change memiliki tanggu jawab moral atas apa yang di kerjakan.
Multikultural hubungannya dengan produk bisa di telusuri pada karya-karya akhir dari
kegiatan industri, misalkan setiap produk-produk yang di gunakan oleh masyarakat
mengangkat pula tema-tema keberagaman, terlebih di Indonesia yang sangat banyak
memiliki keberagaman. Dengan demikian masyarakat juga mendapatkan pendidikan
multikultural dengan produk industri yang di gunakannya itu.
Multikultural kaitannya dengan seni, yaitu mengawinkan kegiatan seni dengan tema-tema
budaya. Hal ini sangat efektif untuk memberikan pengenalan pendidikan budaya melalui
kegiatan kesenian, dan kegiatan kesenian itupula sangat luas bidang-bidangnya. Multikultural
dalam ranah arsitektur juga bisa di manfaatkan, misalkan si pencipta bangunan membuat
bangunan, dan si penikmat bangunan sama-sama melihat objek hasil karya merepresentasikan
budaya tertentu. Tujuannya adalah mengenalkan ragam budaya melalui karya bangunan.
Multikulural dalam aspek kuliner memperkenalkan cita rasa masakan kepada seluruh
masyarakat Indonesia, yang satu sama lain tidak serupa. Melalui kuliner inilah masyarakat
juga di harapkan bisa saling mengenal dan saling menghargai.
3. Toleransi
Mengingat keadaan sosial masyarakat yang multikultur, maka toleransi menjadi nilai yang
harus dijunjung tinggi. Keadaan multikultur di masyarakat kerab sekali terjadi
tindakantindakan diskriminatif. Maka dari itu, penelitian ini mengeksplorasi pendidikan
kewarganegaraan dalam menginternalisasi nilai toleransi untuk mencegah terjadinya tindakan
diskriminatif dalam kerangka multicultural. Internalisasi nilai toleransi menjadi kunci untuk
membentuk warga negara yang berkarakter. Dengan menanamkan toleransi akan menghindari
tindakan-tindakan diskriminatif kepada sesama manusia. Toleransi menjadi mutlak untuk
ditanamkan kepada setiap anak bangsa menjadi sebuah sikap untuk menjaga keharmonisan
ditengah perbedaan. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan harta yang
tak ternilai harganya. Keanekaragaman budaya yang ada adalah kekayaan dan keindahan
bangsa, sedangkan perbedaan itu adalah sebuah rahmat, kekuatan serta karunia yang
diwujudkam melalui sikap saling menghormati. Dengan kita menumbuhkan sikap saling
menghormati antar keanekaragaman budaya yang ada, maka akan menumbuhkan sikap
toleran. Karena budaya adalah hasil karya manusia yang tercipta dari sejarah yang pernah ada
di masa silam sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia. Dengan cakupan
pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lainnya yang ada pada
budaya masing-masing. Maka dari itu kita sebagai warga negara harus memiliki sikap toleran
untuk dapat mempertahankan dan tetap melestarikan keanekaragaman budaya yang ada
supaya tidak tercerai berai. Sikap toleransi sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita
dengan banyaknya keanekaragaman budaya yang kita miliki. Apabila dalam kehidupan
bermasyarakat tidak ada sikap toleran maka dapat menimbulkan salah paham antar budaya
yang mana itu juga dapat menimbulkan kesalah pahaman dalam masyarakat yang bisa
menimbulkan perselisihan.
Dimana misal suatu hal yang dianggap biasa di suatu budaya namun dianggap
sebaliknya pada budaya yang lain. Terlebih lagi jika hal ini terjadi dalam masyarakat yang
masih memiliki pandangan tradisional yang kental, dimana mereka akan selalu membela dan
memperjuangkan budaya yang mereka miliki. Hal inilah yang kerap kali memicu konflik
antar budaya, karna adanya ketidak sesuaian dan kesepahaman yang mana mereka masih
menganggap bahwa budayanya lah yang paling benar atau paling baik. Konflik yang terjadi
pun tidak hanya menelan korban materi, tak jarang pula menelan korban jiwa jika konflik
yang terjadi berskala besar dan tidak segera diselesaikan.
Conclusion