Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan usur penting dalam keragaman
bangsa indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang di akui di indonesia.
c. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat sopan
santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur
sapa,ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk dan di
kembangkan oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang kalo di patuhi di
harapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat
yang bersangkutan. Indonesia memiliki keragaman suku bangsa dimanadi setiap
suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun kerena adanya sosialisasi nila-nilai
dan norma secara turun menurun dan berkisenambungan dari generasi ke generasi
menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa yang sama akan
memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
d. Kesenjangan Ekonomi Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu
perhatian yang harus di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di
golongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah
pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di hindari lagi
e. Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemmuk dengan bermacam
tingkat pangkat, dan seterata sosial yang hierarkis.hal ini, dapat terlihat dan di
rasakan dengan jelas dengan adanya penggologan orang berdasarkan kasta.Hal ini
yang dapat menimbulkan kesenjangan sosialyang tidak saja dapat menyakitkan,
namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat.Tak hanya itu bahkan
menjadi sebuah pemicu perang antara etnis atau suku.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respons klien sesuuai latar belakang kebudayaannya
yang dapat dicegah, dubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger
and dafithizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.
3) Perencanaan dan pelaksaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkulturl adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksaan adalah melaksakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Giger and Dafithizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (andrew and boyle, 1995) yaitu:
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertantangan dengan kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance/
mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
a. Identivikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
poses kelahiran dan perawatan bayi
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
Cultural care accomodation/negatiation / Negosiasi budaya intervensi dan
implementsi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
berdaptasi terhadap budaya tertent yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
Problem Deskriminasi
Dsiskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok, golongan,
status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia,orientasi
seksual, pandangan ideologi dan politik. serta batas negara, dan kebangsaan seseorang.
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsi-prinsip
hak asasi manusia.Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecuali tidak dapat di
pisahkan dan saling tenrgantung. Berngkat dari pemahaman tersebut seyogianyasikap-
sikap yang didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius fanatisme,dan
diskrimination harus dipandang sebagai dipandang sebagaiti8ndakan yang menghambat
pengembangan kesedarajatan dan demokrasi, penegakan hukum dalam kerangka
pemajuan dan pemenuhan HAM.
PASAL 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa: “setiap orang
berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”
Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang HAM telah menegaskan bahwa “... setiap
orang di lahirkan bebas dengan harkat dan martabat yang sama dan sederajat... “
ketentuan tersebut merupakan landasan hukumyang mendasari prinsip non-diskriminasi
di indonesia.
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum yang
mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi realitas
yang promblematik sehingga:
Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di berbagai
belahan dunia
Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup
dalamkebebasan keadilan dan perdamaian
Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah di tiadakan dengan adanya kesetaraan
dalam bidang hukum, kesedarajatan dalam perlakuan adalah salah satu wujud ideal dalam
kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi berbagai penelitian dan pengkajian
menunjukkan bahwa kondisi di indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas
persamaan di muka hukum secara utuh
Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah disentegrasi bangsa dari
kajian yang di lakukan terhadap berbagai kasus dissntegrasi bangsa dan bubarnya sebuah
negara dapat di simpulkan adanya enam faktor utama secara gradualbisa menjadi penyebab
utama proses itu, yaitu:
Kegagalan kepemimpinan
Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
Krisis politik
Krisis sosial
Demoralisasi tentara dan polisi
Intervensi asing