Anda di halaman 1dari 11

GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL

Perspektif Transkultural dalam KeperawatanDalam buku Leininger dan


McFarland (2002) “Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and
Practice” Third Edition, keperawatan transkultural adalah suatu area atau wilayah
keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya pada manusia.
1. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Office of Minority Health (OMH) (n.d) menggambarkan budayasebagai ide-ide,
komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai,adat istiadat dari kelompok
ras, etnik, agama, atau sosial. Budaya meliputisegala aspek kehidupan di dalam
manusia. Budaya menunjukkan cara pandang seseorang dalam mengambil
keputusan.
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002)sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan(budaya universal) dan
perbedaan (budaya tertentu) di antara kelompokmanusia. Tujuan keperawatan
transkultural adalah bentuk pelayanan yangsama secara budaya atau pelayanan
yang sesuai pada nilai kehidupanindividu dan arti yang sebenarnya. Mengetahui
nilai-nilai pelayanan budaya klien, arti, kepercayaan, dan praktiknya sebagai
hubungan antara perawat dan pelayanan kesehatan mewajibkan perawat untuk
menerimaaturan pelajar atau teman sekerja dengan klien dan keluarganya dalam
bentuk karakteristik arti dan keuntungan dalam pelayanan (Leininger,2002).
Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawatmenghilangkan
perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta
membuat klien dan keluarganya mencapai pelayanyang penuh arti dan suportif.
Contohnya, perawat yang mengetahui tentang kebudayaan kliennya, maka perawat
memerlukan dukungan dalam menyesuaikan keadaan klien. Klien juga
membutuhkan informasi, perundingan, dan permintaan.
Kompetensi budaya adalah proses perkembangan kesadaran budaya, pengetahuan,
keterampilan, pertemuan, dan keinginan. Perawat harus bisa mengintrospeksi
tentang latar belakang dirinya. Perawat juga harusmemiliki pengetahuan yang
merupakan perbandingan antar kelompok.Keterampilan budaya termasuk
pengkajian social maupun budaya yangmempengaruhi pengobatan dan perawatan
klien. Pertemuan sebagaimediapembelajaran. Keinginan sebagai motivasi dan
komitmen pelayanan
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan.Konflik budaya yang
muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut lebih
baik dibandingkan dengan budayalain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan untuk
mengabaikan budaya danmenggunakkan nili-nili dan gaya hidup mereka sebagai
petunjuk dalam berhubungan dengan klien dan menafsirkan tingkah laku mereka.
Globalisasi menyebabkan tuntutan asuhan keperawatan semakin besar. Perpindahan
penduduk dan pergeseran tuntutan keperawatan dapatterjadi. Perawat yang tidak
mampu menyesuaikan asuhan keperawatanterhadap kondisi yang ada akan
menyebabkan penurunan kualitas pada pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, hal
ini menyebabkandibutuhkannnya peningkatan terhadap profesi keperawatan.
Peningkatan pengetahuan, koordinasi antar profesi atau tenaga kerja kesehatan
lainsangat diperlukan. Perawat harus lebih aktif dalam menghadapi
globalisasiterutama dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur yang dengan nilai-nilai
norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan,
kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan oleh
hamper semua kultur, seperti budaya olahraga dapar membuat badan sehat, bugar;
budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat. Keperawatan transkultural juga
bertujuan untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan menggunakan
pemahaman perawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik
dalam pemberian asuhan keperawatan. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan
sangatlah penting. Maksudnya adalah pada zaman yang serba maju ini, menuntut
keperawatan semakin maju pula mengikuti perkembangan zaman. Orang-orang akan
menuntut asuhan keperawatan yang berkualitas. Dengan adanya zaman globalisasi
ini, banyak orang yang melakukan perpindahan penduduk antar negara (imigrasi)
sehingga memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep
keperawatan3didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal ini diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock. Cultural shock dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nialai budaya dan kepercayaan. Ini akan
mengakibatkan ketidaknyamanan, ketidakberdayaan pada klien, dan beberapa
mengalami disorientasi.

Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan TranskulturalAda dua belas


konsep transkultural teori Leininger (1985) dalam buku Leininger dan McFarland
(2002) “Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice” Third
Edition, yaitu:
a. Budaya (kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
c. Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan)
merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan
dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.
d. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada
suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang
paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang
dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian
bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang
memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak
digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang
signifikan.
e. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain
f. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
g. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan
padamendiskreditkan asal muasal manusia.
h. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
i. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
j. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
k. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan dengan damai.
l. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lain5karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.5

Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural :

1. Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan


metode pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat
bekerja secara efektif dengan orang lain.

2. Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus


dominan pada keperawatan.

3. Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat


memahami kebudayaan lain.

4. Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.

5. Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan, perbandingan


nilai, dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik layanan
kesehatan yang spesifik, aman, dan berarti.

6. Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk


menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda-
beda.

7. Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat


menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan
menghindari kematian prematur.

8. Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah


pemahaman apa yang dialami oleh klien.

9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus
mencoba untuk memahami klien tersebut.
10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh
pandangan dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.

11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu
generik dan profesional.

12. Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan menghadapi


kematian, mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.

13. Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama yang
perlu dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuh

1. Diversity dalam Masyarakat


Makna Diversity (keragaman)Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut
kamus besar bahasa indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musiklanggan,
warna corak ragi, laras. Sehingga keragaman bearti perihal beragam-ragam berjenis-
jenis perihal ragam hal jeniskeragaman yang dimaksud disini suatu kondisi dalam
masyarakatdimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,terutama
suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi
ekonomi
2. Teori Cultural Care Leininger
 Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanyakejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensialuntuk meningkatkan kondisi
dan kualitas kehidupan manusia.
 Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung, dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
padakeadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkankondisi
kehidupan manusia.
 Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dantransmisis nilai,
keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatukelompok tertentu yang
membarikan arahan kepada cara berpikirmereka, pengambilan keputusan dan
tindakan dalam pola hidup.
 Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacukepada variabel-
variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup,ataupun simbol
perawatan didalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan
terhadap pemberian bantuan,dukungan atau memampukan manusia dalam
melakukan perawatan
 Culture care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacukepada suatu
pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling
dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidupatau simbol-simbol yang
dimanifestasikan diantara banyak kebudayaanserta mereflesikan pemberian
bantuan, dukungan, fasilitas ataumemperoleh suatu cara yang memumgkinkan
untuk menolongoranglain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu
cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan

A. Aplikasi traskultural pada masalah penyakit kronik


Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba,melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma,hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronisdengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiranseseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwakehidupan sehari-hari.
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakatsaat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatantradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yangtelah dijadikan
sebagai salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi
dari transkultural dalam mengobati suatu penyakitkronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun

B. Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri.


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatankesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapunyang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yangada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasienadalah sebagai berikut:
 Dengan membatasi gerak dan istirahat.
 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional
 Dengan dipijat atau semacamnya
C. Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai penyakit
jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat.Adanya variasi yang
luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untukmenyebutkannya dalam
berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat,telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat
yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk
menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikantingkahlaku sesama mereka yang
menyimpang atau yang berbahaya,tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda
dengan tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan
‘mitos’, juga bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-
benar ada gangguandalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan
pengaturan pengobatan

Konsep Transkultural

Kazier Barabara (1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals Of NursingConcept and
Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatanyang
merupakan konfigurasi dan ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan
ilmu humanistic,philosopi perawatan,praktik klinis keperawatan,komunikasi danilmu
sosial.konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yangmenjadi
target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat
bio,psiko,sosial,spiritual.Olehkarenanya,tindakan perawatan harus didasarkan pada
tindakan yang komferhensif sekaligusholistik.Budaya merupakan salah satu dari perwujudan
atau bentuk interaksi yang nyatasebagai manusia yang bersifat sosial.Budaya yang berupa
norma,adat istiadat menjadi acuan prilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain.Pola
kehidupan yang berlangsung lamadalam suatu tempat,selalu diulangi,membuat manusia
terikat dalam proses yangdijalaninya.Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan
proses internalisasi darisuatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter,pola
pikir,pola interaksi prilakuyang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensikeperawatan(cultural nursing approach).

Peran Dan Fungsi Transkultural

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebabitu,penting bagi
perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnyakebiasaan hidup
sehari-hari,seperti tidur,makan,pekerjaan,pergaulan sosial dan lain-lain.Kultur juga terbagi
dalam subkultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yangtidak seluruhnya
menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau memberimakna yang berbeda.
Nilai-nilai budaya timur,menyebabkan sulitnya wanita yang hamilmendapat pelayanan dari
dokter pria.dalam beberapa keadaan,lebih mudah menerima pelayanan kesehatan dari
dokter wanita dan bidan.Hal ini menunjukkan bahwa budaya timurmasih kental dengan hal-
hal yang dianggap tabu.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruhkultur terhadap


pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan bidang yangrelatif baru
diberfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentangkesehatan dan
hubungan dengan perawatannya.Leinenger(1991) mengatakan bahwataranskultural nursing
merupakan suatu area kejadian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan
nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger,studi praktek pelayanan kesehatan transkulturaladalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkahlaku manusia dalam
kaitandengan kesehatannya.Lininger berpendapat,kombinasi pengetahuan tentang pola
praktektranskultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnahnya
pelayanan keperawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda antar
klien baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan keeperawatan secara efektif.
Kozier (2004) menjelaskan beberapa konsep yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan transkultural ini.

a) Subkultur

Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas
yang berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.

b) Enkultural

Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan


(persilangan) dua budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).

c) Keanekaragaman

Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan.


Diantaranya, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-
sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

d) Akulturasi

Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota
dari sebuah kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar
kebudayaan baru untuk bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan
pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya (Spector, 2000).
e) Asimilasi

Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas kebudayaannya.


Asimilasi berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang dominan. Beberapa
aspeknya, seperti tingkah laku, kewarganegaraan, ciri perkawinan, dan sebagainya.
Di sini, seseorang atau kelompok kehilangan beberapa kebudayaan aslinya untuk
kemudian membentuk kebudayaan baru bersama dengan yang lain. Hal ini ditujukan
untuk membentuk interaksi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai