Anda di halaman 1dari 75

ASKEP GASTROENTERITIS

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi Gastroenteritis ( GE )


Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus
disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala
diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai
dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang
merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.
B.     Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1.         Faktor Infeksi
  Infeksi Virus
 Retavirus

         Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
         Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
         Dapat ditemukan demam atau muntah.
         Di dapatkan penurunan HCC.
 Enterovirus

         Biasanya timbul pada musim panas.


 Adenovirus

         Timbul sepanjang tahun.


         Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
 Norwalk

         Epidemik
         Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).

  Bakteri

 Stigella

         Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September


         Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
         Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
         Muntah yang tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Sel batang dalam darah
 Salmonella

         Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.


         Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
         Mungkin ada peningkatan temperatur
         Muntah tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
         Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
 Escherichia coli
         Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan entenoksin.
         Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
 Campylobacter
         Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat menyebabkan
diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
         Kram abdomen yang hebat.
         Muntah / dehidrasi jarang terjadi
 Yersinia Enterecolitica
         Feses mukosa
         Sering didapatkan sel polos pada feses.
         Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
         Diare selama 1-2 minggu.
         Sering menyerupai apendicitis.

2.         Faktor Non Infeksiosus


  Malabsorbsi

 Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa, dan sukrosa ), non sakarida


( intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
         Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
         Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
  Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein
senditive enteropathy/CMPSE).
  Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.

C.     Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus, Adenovirus enteris,


Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia,
dan lainnya ), parasit ( Biardia Lambia, Cryptosporidium ).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih), hipoglikemia,
dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-gerakan
peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh bakteri, maka pada saluran
pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh
pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh
tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri dan Entero
Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan
peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
D.    Tanda dan GejalA
1.      Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-kadang mengandung
lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala,
nyeri dan perut kembung.
2.      Kuman Escherichia Coli
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.
3.      Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan berubah menjadi
cairan putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan berubah menjadi campuran-
campuran putih, mual dan kejang pada otot kaki.
4.      Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu badan
bervariasi, nadi cepat.
5.      Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-3 hari.
6.      Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual, bentuk feses
seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.
7.      Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut
sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang sangat jelas timbul 4 hari
sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan muntah.
E.     Manifestasi Klinis

 Nyeri perut ( abdominal discomfort )


 Rasa perih di ulu hati
 Mual, kadang-kadang sampai muntah
 Nafsu makan berkurang
 Rasa lekas kenyang
 Perut kembung
 Rasa panas di dada dan perut
 Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
 Diare.
 Demam.
 Membran mukosa mulut dan bibir kering
 Lemah
 Diare.
 Fontanel CekunG

F.      Komplikasi.
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.
G.    Tingkat Derajat Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.    Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum
normal, kencing normal.
b.    Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak
cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c.    Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat,
pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak
mau minum.
            Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
            1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
            2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
            3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.
            Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:
1.      Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari BAB, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali perhari BAB.
2.      Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam BAB.
 
            Jenis-jenis diare:
1.      Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang dari 14 hari.
2.      Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-sedikit.
3.      Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau disentri.
H.    Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1.      Pemeriksaan Tinja
      Makroskopis dan mikroskopis.
      pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
      Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2.      Pemeriksaan Darah
      pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor ) dalam
serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
      Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3.      Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
I.       Penatalaksanaan Medis.
a.    Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b.    Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1.     Memberikan asi.
2.     Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
        vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c.    Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d.   Obat-obatan.
Berikan antibiotik.
e.    Koreksi asidosis metabolik.

BAB II
ASKEP TEORITIS

1.      Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A.    Identitas klien.

B.     Riwayat keperawatan.

a.         Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian

timbul diare.

b.         Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi

gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit

berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan

konsistensi encer.

C.     Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
D.    Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat
jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit
anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
E.     Kebutuhan dasar.

a.         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau
jarang.
b.         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
c.          Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d.         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e.          Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.

F.      Pemerikasaan fisik.

a.         Pemeriksaan psikologis :


Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.         Pemeriksaan sistematik :
   Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
   Perkusi : adanya distensi abdomen.
   Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
   Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c.          Pemeriksaantingkat tumbuh kembang.


Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

d.         Pemeriksaan penunjang.


Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa Keperawatan.


1.      Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan.

3.      Intervensi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.

       Tujuan             :  Devisit cairan dan elektrolit teratasi


Kriteria hasil   : 
  Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
  Mukosa mulut.
  Bibir  lembab.
  Cairan seimbang.

   Intervensi        : 
   Observasi tanda-tanda vital.
   Observasi tanda-tanda dehidrasi.
   Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
   Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500
cc per hari.
   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.

Tujuan             :  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil   :
  Intake nutrisi klien meningkat
  Diet habis 1 porsi yang  disediakan
  Mual dan muntah tidak ada.
ntervensi        :
   Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
   Timbang berat badan klien.
   Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
   Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan             :  Gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria hasil   :
  Integritas kulit kembali normal
  Iritasi tidak ada
  Tanda-tanda infeksi tidak ada
ntervensi        :
  Ganti popok anak jika basah.
  Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
  Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
  Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan             :  Nyeri dapat teratasi.


       Kriteria hasil   : 
  Nyeri dapat berkurang / hilang.
  Ekspresi wajah tenang.
Intervensi        :
  Observasi tanda-tanda vital.
  Kaji tingkat rasa nyeri.
  Atur posisi yang nyaman bagi klien.
  Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan.

       Tujuan             :  Pengetahuan keluarga meningkat


       Kriteria hasil   :    
  Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
  Ekspresi wajah tenang
  Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
                   Intervensi        :
  Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
  Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
  Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
  Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
  Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4.      Implementasi
1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
                  
a.         Mengobservasi tanda-tanda vital.
b.        Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c.         Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d.        Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 –
2500 cc per hari.
e.         Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
f.         Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.

a.       Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.


b.      Menimbang berat badan klien.
c.       Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d.      Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
e.       Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f.       Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

a.    Mengganti popok anak jika basah.


b.    Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c.    Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d.   Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.


a.  Mengobservasi tanda-tanda vital.
       b.  Mengkaji tingkat rasa nyeri.
       c.  Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
       d.  Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
       e.  Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan.

a.    Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.


b.    Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c.    Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d.   Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
e.    Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
5.      Evaluasi
1)      Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3)      Integritas kulit kembali normal.
4)      Rasa nyaman terpenuhi.
5)      Pengetahuan kelurga meningkat.
6)      Cemas pada klien teratasi.

ASKEP 2

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTEROLOGI
I.                   DEFENISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah dan / atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

II.                ETIOLOGI
Infeksi : Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk , bakteri ( Shigella, Salmonella, E. colli, Vibrio) ;
parasit (protozoa : E. histolycia, G. lambli, Balantidium colli; cacing perut: Askaris, Trikuris,
Strongiloideus,dan jamur : Kandida )
Malabsorpsi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ), lemak, atau protein
Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
Imunodefisiensi
Psikologis : rasa takut dan cemas

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :


1.      Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan apatogen;
hiperperistaltik usu halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf,
hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
2.      Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein
(KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Pada diare akan kekurangan air (dehidrasi ), gangguan keseimbangan asam basa ( asidosis
metabolic ), yang secara klinis berupa pernapasan kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan
gangguan sirkulasi.

III.             MANIFESTASI KLINIS


Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
darah dan / lender, warna tinja berubah menjadi kehijau – hijauan karena tercampur empedu.
Anus dan sekitarnay lecet karena tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan / sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun – ubun besar cekung.
Tonus dan turgorkulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

IV.             PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.      Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance ), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2.      Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analis gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K,
Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang )
3.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4.      Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.

V.                PENATALAKSANAAN
Prinsip :
1.      Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sam pai diarenya berhenti ( terapi rumatan ).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/
atau muntah (previous water losses = PWL ); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernapasan (normal water losses = WNL); dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat
dehidrasi serta berat badan masing – maisng anak atau golongan umur.

a.       Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

b.      Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat
dehidasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

c.       Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH
Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170

2.      Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pda status gizi.
3.      Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasusu, termasuk diare dengan panas, kecuali pada :
-          Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
-          Suspek kolera dengan dehidrasi berat
-          Diet persisten
4.      Obat – obat antidiare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (missal : norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa
malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak
<5 tahun.
Table derajat dehidrasi
Penilaian A B C
Lihat :
keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sanat kering

Rasa haus Minum biasa tidak Haus, ingin minum Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum

Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/
sedang Dehidrasi berat

Terapi rencana terapi A Rencana terapi B


Rencana terapi C

Rencana terapi A
Digunakan untuk :
1.      Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2.      Meneruskan terapi diare dirumah
3.      Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut :
1.      Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
-          Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan cair (sup, air tajin,
minuman yoghurt) atau air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam
kotak dibawah (catatan: jika anak berusia <6 bulan dan belum makan yang cair)
-          Berikan larutan ini sebanyak anak mau
-          Teruskan pemberian larutan ini hinging diare berhenti
2.      Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
-          Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan
-          Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang dicairkan
dengan air yang sebanding selama 2 hari
-          Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat
         Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang –
kacangan, sayur, daging, atau ikan, tambahan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi
         Biarkan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium
         Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik
         Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
         Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan tambahan setiap hari selama 2
minggu
Bahwa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut :
-          Buang air besar cair sering kali
-          Muntah berulang – ulang
-          Sangat haus sekali
-          Makan atau minum sedikit
-          Demam
-          Tinja berdarah
Jika anak akan diberi larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.
Cara memberikan oralit :
1.      Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun
2.      Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3.      Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit (misalnya
sesendok tiap 1-2 menit)
4.      Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.
Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung 3,5 g/l natrium klorida, 2,5
g/l natrium bikarbonat, 1,5 g/l kalium klorida, dan 20 g/l glukosa. Elektrolit yang dikandung
meliputi natrium 90 mMol/l, klorida 80 mMol/l, kalium 20 mMol/l, bikarbonat 30 mMol/l, dan
glukosa 111 mMol/l.

Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table.
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 mL 600mL 1200mL 2400mL

         Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah


         Dorong ibu untuk meneruskan ASI
         Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapatkan asi, berikan juga 100-200 ml air masak selama
masa ini
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:
         Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
         Tunjukan cara memberikannya – sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah 2 tahun ,
beberapa teguk dari cangkir – untuk anak yang lebih tua.
         Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
         Bila anak muntah tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit lebih lambat, misalnya
sesendok tiap 2-3 menit
         Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.
Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A,B,
atau C untuk melanjutkan pengobatan.
         Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A. bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing
dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
         Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan,
susu, dan sari buah seperti rencana A
         Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana C.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:
         Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam dirumah
         Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari seperti dijelaskan dalam rencana A
         Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.
-          Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
-          Member makan anak
-          Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “ M “ DENGAN
GASTROENTEROLOGI
DI RUANG RAWAT INAP KEMALA RS. BHAYANGKARA PALEMBANG

I.                   Identitas Anak


Nama : Madina syawalia
Tanggal lahir / umur : 6 oktober 2009
Nama Ayah / Ibu : Suryadi /
Pekerjaan Ayah / ibu : PNS / ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah / ibu : D3 / SMA
Agama Ayah / ibu : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk : 25 Juli 2011
Diagnose Medis : GE dengan dehidrasi ringan
Tanggal pengambilan data : 25 Juli 2011

II.                Alasan Masuk / keluhan utama


Orang tua OS mengatakan bahawa anaknya sudah 4 hari ini anaknya mengalami mencret ( BAB
lebih dari 3 kali dal sehari ), BAB nya berupa cairan kuning dan sangat cair seperti air seni, dan
juga anaknya terlihat mual dan muntah dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Rewel
dan susah tidur.

III.             Riwayat Penyakit saat ini


Tidak ada

IV.             Riwayat kesehatan masa lalu


Tidak ada

V.                Genogram ( 3 generasi )


 
Keterangan :
: perempuan
: laki - laki
: tinggal satu rumah

VI.             Kebutuhan Dasar


1.      Makan yang disukai / tidak disukai
Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah

Pola makan : 2x/hari 3x/hari >3x/hari

2.      Pola tidur : siang 2 jam malam 8 jam

Kebiasaan sebelum tidur : perlu maianan bacakan cerita


Dengan benda – benda kesayangan

3.      Pola kebersiha diri


Mandi : sendiri …x/hari dimandikan/lap 2x/hari

Gosok gigi : … x/ hari

Kebersihan diri : baik tidak

4.      Aktivitas bermain:


Os terlihat lemas, tetapi kesehariannya Os adalah anak yang incah dan active.

5.      Eliminasi : BAB: 1x/ hari, BAK : >4x/hari


Myconeum : ada tidak ada

VII.          Riwayat Sosial


Yang mengasuh : orang tua Nenek/ Kakek
Pembantu Keluarga lain

Hubungan dengan anggota kelurga : Harmonis Tidak harmonis

Watak / kebiasaan anak : Suka tertawa Pendiam Ramah


Suka berteman sering menangis

VIII.       Pemeriksaan fisik


Tinggi badan / panjang badan : cm Berat badan : 9 kg
Tanda vital : S = 37,9oC N = 136x/menit P = 40x/menit
TD = mmHg
Kesadaran : komposmentis Apatis gelisah somnolent
Supor koma

Kepala : Lingkar kepala = ……cm Bentuk : normal kelainan

Rambut : normal hitam tipis jarang merah

Mata : normal tidak simetris menonjol


Kelainan,…..

Hidung : normal bengkok beringus


Berbau kelainan,….

Gigi : Normal Caries Kelainan,….

Telinga : normal keluar cairan berbau


Kelainan,….

Dada : Normal Tidak simetris kelainan,..

Lingkar dada : ……. cm Lingkar perut : …….. cm


Abdomen : Normal lemas kembung membuncit keras
Kelainan,…….

Tali pusat : Basah kering bau, sebutkan……

Pernafasan : Normal dispnea kelainan,….

Sirkulasi : Baik udema sianosis kelainan,….

Kulit : Turgor baik Turgor buruk

Kelembapan : Baik buruk


Warna : merah muda pucat
Lanugo : Ya Tidak

Kuku : Normal kotor panjang mudah patah

Kelainan,….

Gizi : Baik sedang kurang

Tonus otot : Baik sedang kurang

Ekstremitas : Normal kelainan, udema pada ekstremitas


Genetalia : Normal kelainan, udema pada skrotum

Anus : normal abnormal

IX.             Reflek – reflek


Sucking : kuat lemah sedang kelainan,……
Rooting : kuat lemah sedang kelainan,……
Grasp : kuat lemah sedang kelainan,……
Babinski : kuat lemah sedang kelainan,……
Moro : kuat lemah sedang kelainan,……
Tonic neck : kuat lemah sedang kelainan,……

X.                Pola Tumbuh Kembang


Riwayat kehamilan:

Riwayat kelahiran :

Riwayat imunisasi : BCG Polio DPT Campak


Hepatitis

Fisik miring usia 2 bulan, tengkurap : 4 bulan, merangkak : 5 bulan

Gigi pertama usia 6 bulan, duduk usia : 8 bulan, berdiri : 9 bulan

Jalan sendiri usia : 12 bulan, bicara usia : 14 Bulan

XI.             Data Penunjang

Pemeriksaan feces
Feces Hasil Nilai Normal
Makroskopi :
        Warna Hijau
        Konsitensi Lembek

Mikrosopi :
        Eritrosit 1-2 <1/LPB
        Leukosit 2-3 <1/LPB
        Telur cacing - Negative
        Amoeba - Negative
        Jamur - Negative
        Lain - lain Lemak Positif

Pemeriksaan Hematologi
Hematologi Hasil Nilai Normal
        Hb 10,5 12-14 g/dL
        Leukosit 10.000 5.000
        Trombosit 363.000 <20 mm/jam
        Hematokrit 38% 40-48%

XII.          Rumusan Masalah Keperawatan

-                      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


-                      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

XIII.       Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI RUMUSAN


MASALAH
1. DS : masuknya makanan/minuman yang Defisit volume
Orang tua klien terkontaminasi cairan dan elektrolit
mengatakan, bahwa   kurang dari
anaknya BAB lebih kebutuhan tubuh
dari 5 kali, rewel infeksi mukosa usus
atau sering  
menangis.
makanan/zat tidak dapat diserap
DO :  
KU : lemah
tekanana osmotic dalam rongga usus
KU : komposmentis meningkat
TTV :  
-    N : 138x/menit
-    RR : 37x/menit terjadi pergesaran air dan elektrolit
-    T : 37,9oC ke dalam rongga usus
Mata : cekung dan  
anemis
Bibir : tampak isi rongga usus yang berlebihan
kering
akan merangsang usus untuk
Turgor kulit tdk
elastic mengeluarkannya
 

diare

2. DS : Rasa tidak nyaman di daerah Gangguan


Orang tua klien abdomen kebutuhan nutrisi
mengatakan, bahwa kurang dari
anaknya tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan. Terjadi peningkatan asam lambung
 
DO :
KU : lemah Mual dan muntah
KU : komposmentis  
TTV :
-    N : 138x/menit Anoreksia (tidak nafsu makan)
-    RR : 37x/menit
-    T : 37,9oC
Mata : cekung dan
anemis
Bibir : tampak
kering
Turgor kulit tdk
elastic, terlihat
malas dan lemas.
Perut distensi,
terdengar bising
usus.

XIV.       Diagnosa Keperawatan


-          Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
-          Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.

XV.          Rencana Keperawatan

No. DATA TUJUAN INTERVENSI


1. Hari, tanggal : senin, 25 juli Devisit cairana.       Observasi tanda-tanda vital.
2011 dan elektrolitb.      Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Pukul : 10.45 WIB teratasi c.       Ukur input dan output cairan

Kriteria (balance ccairan).


DS : hasil: d.      Berikan dan anjurkan keluarga
Orang tua klien mengatakan untuk memberikan minum yang
Tanda-tanda
bahwa anaknya bab >5x, banyak kurang lebih 2000 – 2500
dehidrasi
mual dan muntah yang cc per hari.
tidak ada,
berlebih. e.       Kolaborasi dengan dokter dalam
mukosa mulut
pemberian therafi cairan,
dan bibir
DO : pemeriksaan lab elektrolit.
lembab, balan
TTV : f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam
cairan
RR : 34x/menit pemberian cairan rendah sodium.
seimbang
T : 37,2oC
N : 138x/menit

Mata terlihat sedikit cekung,


mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat
gelisah/rewel. Anak terlihat
dehidrasi.
2. Hari, tanggal : senin, 25 juli Gangguan a.       Kaji pola nutrisi klien dan
2011 pemenuhan perubahan yang terjadi.
Pukul : 10.45 WIB kebutuhan b.      Timbang berat badan klien.
nutrisi teratasic.       Kaji faktor penyebab gangguan

Kriteria hasil pemenuhan nutrisi.


DS : : d.      Lakukan pemeriksaan fisik
Orang tua klien mengatakan abdomen (palpasi, perkusi, dan
Intake nutrisi
bahwa anaknya bab >5x, auskultasi).
klien
mual dan muntah yang e.       Berikan diet dalam kondisi
meningkat,
berlebih. hangat dan porsi kecil tapi sering.
diet habis 1
f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam
porsi yang
DO : penentuan diet klien.
TTV :
RR : 34x/menit
T : 37,2oC
N : 138x/menit
BB : 9 kg
Mata terlihat sedikit cekung,
mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat
gelisah/rewel. Perut distensi,
tidak nafsu makan, terdengar
bising usus.

XVI.       Evaluasi

HARI, JAM DIAGNOSA CATATAN TANDA


TANGGAL KEPERAWAT PERKEMBANGAN TANGAN
AN PERAWAT
Selasa, 26 juli 08.15 Devisit cairan S : Orang tua klien
2011 WIB dan elektrolit mengatakan bab >5x dan
teratasi fecesnya encer.
O : TTV tidak normal, lemas,
pucat.
A: Masalah teratasi sebagian
P : IVFD KA-EN 3A gtt
20x/menit.
Oralit, zinkid syrup 1x5
mL, IV ceftriaxone 2x250
mg

27 Juli 2011 19.45 S : orang tua klien mengatakan


WIB BAB mulai kental.
O : TTV mulai membaik,
masih terlihat lemas,
keadaan fisik masih belum
baik.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien mengatakan


28 Juli 2011 15.00 BAB 5x/hari dan feces
WIB kental.
O : TTV mulai membaik,
keadaan masih lemah.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien mengatakan


29 Juli 2011 07.43 BAB mulai normal, feces
WIB mulai sedikit padat
O : TTV mulai normal,
keadaan klien mulai
membaik.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi stop. Besok
sudah boleh pulang.
Selasa, 26 juli 08.15 Gangguan S : orang tua klien mengatakan
2011 WIB kebutuhan nutrisi anaknya tidak nafsu makan.
kurang dari O : klien masih mual dan
kebutuhan tubuh
muntah, keadaan lemah.
berhubuingan
dengan mual danA : masalah belum teratasi
muntah P : intervensi diteruskan
S : orang tua klien mengatakan
27 Juli 2011 19.45 anaknya masih muntah dan
WIB tidak nafsu makan
O : klien masih terlihat lemas.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan

S : orang tua klien mengatakan


anaknya sudah mulai mau
28 Juli 2011 15.00 makan. Tapi sedikit.
WIB O : klien tampak masih lemas
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

S : orang tua klien mengatakan


nafsu makan anaknya mulai
meningkat.
29 Juli 2011 07.43 O : keadaan klien tampak
WIB mulai baik
A : masalah teratasi
P : intervensi di stop

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilyn E (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC


Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
ASKEP 3

laporan pendahuluan gastroenteritis

1.      Pengertian
              Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan
terjadi
        berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). (Nagiga dan Dr. Ni Wayan Arty, 2009)
             Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu mengalami atau beresiko
        mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses tidak berbentuk, (Carpenito,
2007).
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa darah dan/ atau lendir
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari
tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus lebih
dari 4 kali/ hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas dapat sisimpulkan bahwa diare adalah suatu kondisi buang
air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
2.      Etiologi
a.   Faktor infeksi
1)  Infeksi interal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
1.      Infeksi bakteri: vibrio, E.coli, salmonella, shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
2.      Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus dan lain-lain.
3.      Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
hystolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicanas).
2)  Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b.   Faktor malabsorbsi
1)  Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan galaktosa).Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2)  Malabsorbsi lemak
3)  Malabsorbsi protein
c.   Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.   Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

3.      Manifestasi klinis


Gejala awal anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare tinja makin cair, mungkin mengandung darah
atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan
sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a.   Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa,
ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b.   Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar
cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang, mulut kering.
c.   Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan kusmaul, ubun-
ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut ering dan sianosis.
Mansjoer (2000)
3)     Patofisiologi
Mekasnisme dasar yang menyebabkan diare adalah adanya gangguan osmotik yaitu akibat
adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga teradi pergeseran air dan elek trolit ke dalam rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga akan timbul diare.
Penyebab yang kedua adanya gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misal toksik)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus selanjutnya timbul diare.
Penyebab ketiga adalah adanya gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan
dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh
asam lambung. Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang
lolos sampai usus duabelas jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane bakteri
mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga
terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat diserap oleh
lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses fermentasi, mikroflora usus
metabolisme berbagai macam substrat terutama komponen dari diet dengan hasi akhir asam
lemak dan gas sehingga tekanan osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan
cairan dari rongga usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon adrenalin meningkat
dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya
timbul diare.
(Ngastiyah, 2006.,Mansjoer, 2000)

)     Pemeriksaan penunjang


Adapuun pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer (2000) adalah :
a.   Pemeriksaan tinja
1)  Makroskopis dan mikroskopis
2)  ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
3)  biakan kuman dan uji resistensi
b.   Pemeriksaan darah
1)  Darah perifer lengkap
2)  Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai
kejang)
3)  Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4)  Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kulitatif
terutama pada diare kronik.

5)     Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
a.   Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b.   Renjatan hipovolemik.
c.   Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram).
d.   Hipoglikemia.
e.   Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
f.    Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g.   Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
6)     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
a.   Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan
umum:
1)  Belum ada dehidrasi
a)  Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare.
b)  Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
2)  Dehidrasi ringan
a)  1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik.
b)  Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
3)  Dehidrasi sedang
a)  1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik
b)  Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
4)  Dehidrasi berat
a)  Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
b)  1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13
tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).
c)  7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)
d)  16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra
vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).
b.   Pengobatan dietetik
1)  Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg
jenis makanan yang diberikan:
a)  Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).
b)  Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu
karena di rumah tidak biasa.
c)  Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2)  Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan
padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.
c.   Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dan sebagainya).
1)  Obat anti sekresi
a)  Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg).
b)  Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari
2)  Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.
3)  Antibiotik
)     Asuhan Keperawatan pada Diare (Gastroentritis)
Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)
a.   Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalam karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
b.   Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri)
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
TD : hipotensi, termasuk postural
Kulit/ membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c.   Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada harapan
Stres
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d.   Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan
Perdarahan per rektal.
Riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat.
Oliguria
e.   Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah.
Penurunan berat badan.
Tidak toleran terhadap diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot.
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f.    Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.
Stomatitis kekurangan vitamin.
Bau badan.
yeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
eamanan
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis
Peningkatan suhu 39,6-40
Alergi terhadap makanan/ produk susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan mempunyai
efek inflamasi).
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
eksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
nteraksi sosial
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
enyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari
Rencana pemulangan : bantuan dengan program diet, obat dan dukungan psikologis.
8)     Diagnosis Keperawatan
a.   Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Batasan karakteristik :
1)  Buang air besar lebih dari 3 kali sehari
2)  Suara usus hiperaktif
3)  Nyeri perut
4)  Kram abdomen
5)  Urgensi
(Nanda, 2005-2006)
b.   Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat diare.
Batasan karaktristk :
1)  Perubahan status mental
2)  Kelemahan
3)  Haus
4)  Penurunan turgor kulit
5)  Membran kulit kering
6)  Peningkatan denyut nadi, suhu tubuh
7)  Kehilangan berat badan secara tiba-tiba
8)  Peningkatan konsentrasi urin
(Nanda, 2005-2006)
c.   Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal absorbsi nutrien, mual
muntah dan diare.
Batasan karaktristk :
1)  Berat badan 20% atau lebih di bawah ideal
2)  Suara usus hiperaktif
3)  Enggan untuk makan
4)  Kenyang secara mendadak setelah kemasukan makanan
5)  Tonus otot jelek
6)  Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
7)  Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Nanda, 2010)
d.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena peningkatan BAB
Batasan karakteristik :
1)  Gangguan pada bagian ubuh
2)  Kerusakan lapisan kulit (dermis)
3)  Rusaknya permukaan kulit (epidermis)
(Nanda, 2010)
e.   Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi.
Batasan karakteristik :
1)  Peningkatan suhu tubuh diatas batas normal
2)  Convulsi (kejang)
3)  Kulit merah
4)  Takikardi
5)  Hangat ketika disentuh
6)  Tachypnea
(Nanda, 2010)
f.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan informasi
adekuat.
Batasan karakeristik :
1)  Pernyataan /permintaan informasi
2)  Tidak tepat dalam mengikuti pikiran atau instruksi
3)  Tingkah laku yang tidak tepat
4)  Verbalisasi masalah.
(Nanda, 2010)
9)     Fokus intervensi
a.   Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
Tujuan: penurunan frekuensi BAB kurang dari 3 kali sehari.
Kriteria hasil:
1.   Feses mempunyai bentuk.
2.   Rectal tidak terjadi iritasi
3.   Tidak mengalami diare
Intervensi:
1.   Kaji faktor penyebab diare
Rasional : untuk mengetahui penyebab dari diare.
2.   Turunkan aktivitas fisik selama periode akut diare
Rasional : penurunan aktivitas fisik dapat menurunkan peristaltik
3.   Tingkatkan pemenuhan kebutuhan cairan per oral
Rasional : untuk menggantikan cairan yang keluar.
4.   Lakukan perawatan perianal yang baik
Rasional : iritasi perianal akibat diare harus dicegah
5.   Anjurkan meningkatkan kebersihan
Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi.
6.   Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Rasional : untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi.
(carpenito, 2007, Doengoes, 2000)
b.   Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat diare.C
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dapat terpenuhinya kebutuhan cairan
Kriteria hasil :
1.   Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2.   Turgor kulit baik
3.   Membran mukosa lembab
4.   Tidak ada rasa haus yang berlebihan
5.   Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
1.   Kaji vital sign
Rasional : untuk mengetahui respons terhadap efek kehilangan cairan
2.   Monitor dan catat intake dan output.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar.
3.   Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : untuk menentukan jumlah cairan yang masuk.
4.   Pantau BB, Suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume, dan konsentrasi usus.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
5.   Berikan wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
Rasional : untuk menarik dan meningkatkan masukan cairan.
6.   Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Carpenito, 2007)
c.      Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal absorbsi nutrien, mual
muntah dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1.   Adanya peningkatan berat badan
2.   Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3.   Tidak terjadi penurunan berat badan
4.   Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

Intervensi keperawatan :
1.   Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini, dan derajat kesulitan makan
Rasional : pada klien diare terjadi mual muntah untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
2.   Kaji tanda-tanda vital
Rasional : indikasi respon dan status nutrisi.
3.   Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk memantau kebutuhan nutrisi dan pengawasan kehilangan BB.
4.   Anjurkan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk meningkatkan masukan nutrisi.
5.   Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
6.   Kolaborasi dengan gizi pemberian diit yang tepat
Rasional : untuk perencanaan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Doengos, 2000)
d.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena peningkatan BAB
Tujuan : kulit tidak lecet, dan kulit tidak kemerahan
Kriteria hasil :
1.   Menunjukkan penyembuhan luka tanpa komplikasi
2.   Mampu mengidentifikasi faktor penyebab
3.   Mengidentifikasi pengobatan untuk meningkatkan penyembuhan
4.   Tidak ada lesi pada kulit
Intervensi :
1.   Kaji keadaan kulit adanya eritema, kepucatan, lesi dan ruang
Rasional : menunjukkan resiko kerusakan dan memerklukan pengobatan intensif
2.   Identifikasi tahap perkembangan luka
Rasional : untuk mengetahui dan menentukan pengobatan yang tepat.
3.   Ubah posisi dan mempertahankan tempat tidur kering, bebas kerutan.
Rasional : untuk mengurangi tekanan konstan pada area perianal dan meminimalkan resiko kerusakan
kulit anus.
4.   Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan, bilas seluruh area
dengan bersih dan keringkan.
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi.
5.   Menganjurkan ibu dan keluarga untuk tidak memakaikan pakaian ketat.
Rasional : kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
6.   Anjurkan keluarga untuk memakaikan celana dari katun yang longgar
Rasional : memungkinkan sirkulasi udara baik untuk meningkatkan dan meminimalkan iritasi
7.   Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat
Rasional : untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Carpenito, 2007)
e.   Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi.
Tujuan : klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
1.   Suhu tubuh dalam rentang normal
2.   Badan tidak panas
3.   Mengetahui metode pencegahan hipertermi
4.   Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
   Kaji suhu, nadi, tekanan darah, dan pernafasan
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
   Berikan kompres hangat
Rasional : terjadi vasodilatasi pembuluh darah, panas cepat turun.
   Pertahankan masukan cairan yang adekuat
Rasional : untuk mencegah dehidrasi.

4.   Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.


Rasional : untuk mengurangi panas.
5.   Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : menurunkan suhu tubuh
6.   Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : mengurangi defekasi dan mengembalikan fungsi absorbsi usus
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Carpenito, 2007)
f.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan informasi
adekuat.
Tujuan : Menunjukan peningkatan pemahaman kondisi/proses penyakit selama tindakan keperawatan
dilakukan.
Kriteria hasil :
1.   Mendeskripsikan proses panyakit.
2.   Mendeskripsikan factor penyebab.
3.   Menyebutkan tanda dan gejala penyakit
4.   Mendeskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas
5.   Mendeskripsikan diet yang sesui untuk penyakit klien.
Intervensi :
1.   Kaji ulang pengetahuan klien terhadap penyakit
Rasional : Mengidentifikasi pengetahuan klien dan keluarga terhadap panyakit yang dialami klien.
2.   Berikan informasi adekuat tentang proses penyakit, prognosis, perawatan.
Rasional : Pemberian pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan keluarga dapat bertambah, sehingga
keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit.
3.   Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol
proses penyakit.
Rasional : Perubahan gaya hidup yang sesuai dan sehat dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut terhadap penyakit.
4.   Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan.
Rasional : Meningkatkan keaktifan klien dalam perawatan yang klien dapatkan.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Nanda, 2010)

ASKEP 4

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS (GE)

I.                    Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen.

II.                  Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
A. Faktor infeksi
1.       Infeksi virus
a.       Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan
muntah, timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musin dingin.
b.      Enterovirus : Biasanya timbul pada musim panas
c.       Adenovirus :  Timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan
d.      Norwalk : Epidemik, dapat sembuh sendiri .
2.       Infeksi bakteri
a.       Stigella
b.      Salmonella
c.       Escherichia coli
d.      Campylobacter
e.      Yersinia enterecolitica
B. Faktor non infeksiosus
    1.    Malabsorbsi
            a. Malabsorbsi karbohidrat
            b. Malabsorbsi lemak
            c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
    2.   Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk allergy, food
           Allergy, down milk protein senditive enteropathy CMPSE)
3.       Faktor psikologis : Rasa takut, cemas

III.                Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (rotravirus, adenovirus enteris, virus
Norwalk), bakteri atau toksin (campylobacter, salmonella, escherihia coli, bersinia dan lainnya).
Parasit (biardia lambia, cryptosporidium) . Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enteroksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui kekal oral dari satu klien ke klien lain, beberapa kasus
ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektronik ke dalam rongga usus. Isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus , sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.  Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan siklus darah.

IV.                Gejala klinis


1.       Diare
2.       Muntah
3.       Demam
4.       Nyeri abdomen
5.       Membran mukosa mulut dan bibir kering
6.       Fontanel cekung
7.       Kehilangan berat badan
8.       Tidak nafsu makan
9.       Badan terasa lemah

V.                  Komplikasi
1.       Dehidrasi
2.       Renjatan hipovolemik
3.       Kejang
4.       Bakterimia
5.       Maltrunisi
6.       Hipoglikemia
7.       Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

VI.                Tingkat dehidrasi gastroenteritis


A.      Dehidrasi ringan : kehilangan cairan 2-5 %  dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastic, suara serak klien belum jatuh pada keadaan syok.
B.      Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
C.      Dehidrasi berat : kehilangan cairan 8-10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi  sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-
otot kaku sampai sianosis.

VII.              Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1.       Pemeriksaan tinja
a.       Mikroskopis dan Makroskopis
b.      pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila di duga terdapat
intoleransi  gula.
c.       Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2.       Pemeriksaan darah
a.       pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, kalium, kalsium dan fosfor)
b.      Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui foal ginjal.
3.       Doudenal  Intubation
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama di lakukan
pada penderita diare kronik.

VIII.            Penatalaksanaan medis


1.       Pemberian cairan
a.       Cairan per oral : pada klien  dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan di berikan per oral
berupa cairan yg berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan glukosa. Untuk diare akut di atas umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
b.      Cairan parenteral :
1.       Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari. Kemudian 125 ml/kg BB/oral
2.       Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/hari. Kemudian 125 ml/kg BB/oral
3.       Dehidrasi berat : untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam pertama :
40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg  BB/menit (infus set  1 ml : 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit), 7
jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam : 3 tetes/kg BB/menit (infuse set  1ml : 20 tetes), 16 jam
berikutnya 125 ml/kg BB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intra vena 2
tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.
4.       Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam
atau 8 tetes/kg BB/menit (infuse set 1 ml : 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml : 20 tetes), 7
jam kemudian 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan
2A intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.
5.       Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5
tetes /kg BB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit per oral.
2.       Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3.       Obat-obatan
-          Obat antiseri
-          Obat anti spasmolitik
-          Obat anti biotik

IX.                Daftar pustaka


-          Carpetino, Lj, (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan. Ed.2 jakarta : EGC
-          Dongoes (2000). Diagnosa keperawatan.Ed.8.Jakarta : EGC
-          Mansjoer, Arif, et all. (1999). Kapita selekta kedokteran. Fakultas kedokteran UI : Media
Aescullapius.
-          Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK fk Universitas
Airlangga
-          Price, Andrean Sylvia. (1997). Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC

ASKEP5

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS

A.                Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).

Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap Aakan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.

Gejala Klinis

a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri Abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel Cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Lemah

Komplikasi :

a.         Dehidrasi

b.        Renjatan hipovolemik


c.         Kejang

d.        Bakterimia

e.         Mal nutrisi

f.         Hipoglikemia

g.        Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b.Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c.Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 – 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.

Penatalaksanaan Medis :

a.Pemberian cairan.

b.Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan

 Memberikan asi.
 Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
 Obat-obatan.
Keterangan :
a.Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.

1.cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.

2.Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

 Memberikan Asi.
 Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin,makanan harus bersih.
 Obat-obatan.
 Obat anti sekresi.
 Obat anti spasmolitik.
 Obat antibiotik.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Tumbuh Kembang Anak :

Berdasarkan pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari pertumbuhan


adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau dengan dimensi
tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah menitik beratkan pada aspek
perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ individu termasuk perubahan aspek dan
emosional.
Anak adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan orang dewasa kecil,
atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara fisik,
intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan masyarakat.
Tumbuh kembang pada bayi usia 6 bulan.

d. Motorik halus.

1. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.

e. Motorik kasar.

1. Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan.


2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
3. Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.

f. Kognitif.

1.      Berusaha memperluas lapangan.

2.      Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.

3.      Mulai mencari benda-benda yang hilang.

4.      Bahasa.
Mengeluarkan suara ma, pa, ba walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi
sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.

Dampak hospitalisasi terhadap anak :

a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan
orang lain dan menyukai lingkungan

Pengkajian :

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :

1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.

Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian


timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian


imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat
jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit
anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

5. Kebutuhan dasar.

Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau
jarang.

Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan


pasien.

Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.

Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.

Pemerikasaan fisik.

Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai


koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.

Pemeriksaan sistematik :

Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan


menurun,anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.

Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

Diagnosa Keperwatan :

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.

Intervensi :

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.

Tujuan :

Devisit cairan dan elektrolit teratasi


Kriteria hasil

Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan
(balanc ccairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan,
pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.

Tujuan :

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil :

Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,muntah tidak ada.

Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji factor
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan :

Gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil :

Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :

Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti
zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan :

Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

Nyeri dapat berkurang / hiilang, ekspresi wajah tenang\

Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdoment. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan
pengobatan.

Tujuan :

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil :

Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak
banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses
penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan
kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien.

6.    Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.

Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan

Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien. Kaji
hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan. Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.

Evaluasi :

1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
3. Integritas kulit kembali noprmal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.

ASKEP 6

ASKEP PADA PASIEN GASTROENTERITIS

A. PENGERTIAN

Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lender dalam tinja. ( Suharyono,1999 )
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair. ( Suriadi,
2001 )
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan diare
yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna
toksin. ( Tucker,1998 )
Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.

B. ETIOLOGI
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:

1. Infeksi

a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak
yang disebabkan infeksi bakteri vibrio E.coli atau salmonella dan enterovirus.
b.Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media
akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan
anak umur dibawah 2 tahun.

2. Malabsorsi

a. Mal absorpsi kalbohidrat


   disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting
dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.Mal absorpsi lemak
c. Mal absorpsi protein

3. Makanan

Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan

4. Psikologik

Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah
besar.

C. ANATOMI PATOLOGI

Iritasi  usus oleh suatu pathogen akan mempengaruhi mukosa usus, sehingga akan terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi
lapisan otot sehingga akan terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas meyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut
di dalam kolon akan berkurang. Individu yang mengalami diare berat akan meninggal akibat
terjadi syok hipovolemik dan kelinan elektrolit. Toksisn kolera yang dikeluarkan oleh bakteri
kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung akan
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsusr-unsur plasma yang
pentingnini yang terbuang dalam jumlah besar.
( Corwin, 2001 : 521 )

D. PATOFISIOLOGI

Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus
serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel).
Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas
perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media
penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus.
Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan
intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan
dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada
sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan
elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler
ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis
metebolik.
( Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk
sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi
peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.
                                                            (Corwin,2000:321)

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi
lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala
dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai  tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a.       Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
      Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun
besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b.      Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
      Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung,
mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c.       Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
      Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-
ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit.
a.       Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga PH
menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul.
b.      Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c.       Hipoglikemi gangguan gizi
d.      Syok hipovolemi.

G. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan fisik
         kepala
ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam, tidak
mengkilap dan rontok.
         Mata
Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis
         Mulut
Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering
         Abdomen
Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan
menurun.
         Kulit
Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.
         TTV
Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun.
2. Pemeriksaan penunjang
         pemeriksaan feses
konsistensi, peningkatan leukosit, darah, lendir dan mikroorganisme
         pemeriksaan darah
         pemeriksaan elektrolit ( Na meningkat / menurun, K menurun )
hematokrit meningkat, asidosis metabolik
         pemeriksaan urin
warna, jumlah, berat jenis
(Doenges,2000; 473-475)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan keseimbangan  cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak


melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).
2. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake inadekuat
3.  Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
4.  Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder

(Doenges,1999:476-502)

I. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

1. Gangguan keseimbangan  cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


banyak melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual )

Kriteria Hasil :
a.       Mempertahankan keseimbangan cairan
b.      Turgor kulit baik
c.       Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisai :
Intervensi        :mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilanhan yang tidak
terlihat dehidrasi
Rasionalisasi    :memberikan informais tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan control penyakit usus
juga merupan pendoaman untuk penggantian cairan
Intervensi        : kaji TTV
Rasionalisasi    :hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan
Intervensi        :observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
Rasionalisasi    :menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
Intervensi        :ukur BB setiap hari
Rasionalisasi    : indicator cairan dan status nutrisi
Intervensi        : kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasionalisasi    : menurunkan kehilangan cairan
Intervensi        : awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
asionalisasi :mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.

2. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake


inadekuat

Kriteria Hasil :
a.       Berat badan stabil
b.      Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c.       Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : menimbang BB setiap hari
Rasionalisasi    : memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi
Intervensi        : memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan
situasi tidak terburu-buru
Rasionalisasi    : lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif untuk makan
Intervensi        : batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
Rasionalisasi    : mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
Intervensi        : mencatat masukan dan perubahan simatologi
Rasionalisasi    : memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan
masukan
Intervensi        : pemberian cairan  elektrolit sesuai indikasi
Rasionalisasi    : membantu memenuhi kekurangan cairan

3. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal

Kriteria Hasil :
a.       Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b.      Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : observasi kemerahan, pucat
Rasionalisasi    : area ini meningkatkan  resiko untuk kerusakan dan memrlukan pengobatan intensif
Intervensi        :diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan aktifitas
Rasionalisasi    : meningkatkan sirkulai dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama pada jaringan
Intervensi        : gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
Rasionalisasi    : melicinkan kulit dan menurunkan gatal
Intervensi        : pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang
Rasionalisasi    : memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit
Intervensi        : tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
Rasionalisasi    : perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit

4. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder

Kriteria Hasil :
a.       Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b.      Jaringan tampak bergranulasi
c.       Bebas tanda-tanda infeksi
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : tekankan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasionalisasi    : mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
Intervensi        : pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive
Rasionalisasi    : menurunkan resiko infeksi nosokomial
Intervensi        : kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesui indikasi
Rasionalisasi    : dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada kulit dan mencegah infeksi
atau lu

ASKEP7

1. DEFINISI

a.       Diare / Gastroenteritis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi feses
menjadi cair dan perut terasa mules ingin buang air besar. (Arjatmo,2001)
b.      Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3
kali sehari, juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (fesescair).(Brunner and Suddart,
2000)
c.       Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi dan lebih dari 3x
sehari pada anak dengan konsistensi feces cair/encer berwarna hijau/ dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja. (Ngastiyah, 1997)

2.      ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain :
a.       Faktor Infeksi
a)      Infeksi Virus
a.       Retavirus
         Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan muntah.
         Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
         Dapat ditemukan demam atau muntah.
b.      Enterovirus
         Biasanya timbul pada musim panas.
c.       Adenovirus
         Timbul sepanjang tahun.
         Menyebabkan gejala
         la pada saluran pencernaan/pernafasan.
b)      Bakteri
a.       Stigella
         Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
         Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
         Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
         Muntah yang tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Sel batang dalam darah
b.      Salmonella
         Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
         Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
         Mungkin ada peningkatan temperature
         Muntah tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
         Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c.       Escherichia coli
         Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.
         Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
b.      Faktor Non Infeksiosus
1.      Malabsorbsi
a)      Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida
(intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
b)      Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
c)      Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

c.       Faktor makanan


Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein
senditive enteropathy/CMPSE).
d.      Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.
(http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/07/askep-gastroenteritis.html)
3.      PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik,
norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng
banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas
perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media
penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus.
Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan
intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit.
Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini
terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan
sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit
dapat terjadi asidosis metebolik.
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk
sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi
peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.(Corwin,2001
5.      MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis (Ngastiyah, 1997)
a.       Diare (BAB, lembek, cair)
1)      Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic,
ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran
cairan dan Iodium ke rongga usus.
2)      Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini
disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang
mukosa usus.
3)      Perubahan mobiliti
Hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b.      Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan
berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c.       Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek
yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d.      Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan
ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e.       Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses malah mengandung unsur-unsur penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.

f.       Nafsu makan turun


Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan
rasa tidak enak.
g.      Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h.      Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan
beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i.        Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak
merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j.        Kesadaran menurun
Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat,
nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan
tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi
Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak
kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.
(http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/07/askep-gastroenteritis.html)
6.      PENATALAKSANAAN
a.      Pemberian cairan
1)      Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
2)      Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
b.      Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
         Memberikan asi.
         Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
c.       Obat-obatan.
1)      Obat anti sekresi.
2)      Obat anti spasmolitik.
3)      Obat antibiotik.
(http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/askep-gastroenteritis.html)
7.      KOMPLIKASI
a.       Dehidrasi
b.      Renjatan hipovolemik
c.       Kejang
d.      Bakterimia
e.       Mal nutrisi
f.       Hipoglikemia
g.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
(http://laporanpendahuluan.blogspot.com/2010/02/laporan-pendahuluan-gastroenteritis.html)

B.     ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN GASTROENTERITIS


1.      FOKUS PENGKAJIAN
a.       Pemeriksaan fisik
         Kepala
ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam, tidak
mengkilap dan rontok.
         Mata
Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis
         Mulut
Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering
         Abdomen
Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan
menurun.
         Kulit
Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.
         TTV
Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun.
b.      Aktivitas/Istirahat
Gejala: kelemahan, keletihan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak bisa tidur semalaman karena
diare,merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas.
c.       Sirkulasi
Tanda:Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan Nyeri)
Kulit/membran mukosa:turgor buruk,kering,lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
d.      Integritas Ego
Gejala:Ansietas,ketakutan,emosi kesal,misal:perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda:Menolak,perhatian menyempit,depresi

e.       Eliminasi
Gejala:tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau/berair
Tanda:Menurunnya bising usus,tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
f.       Makanan/Cairan
Gejala:Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/sensitif
misal:buah segar/sayur,produk susu,makanan berlemak.
Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot,dan Turgor kulit
buruk,membran mukosa pucat,luka,inflamasi ronnga mulut.
g.      Higiene
Tanda:Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis Menunjukkan kekurangan
vitamin,bau badan.
h.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala:nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin hilang dengan titik nyeri berpindah,
nyeri tekan (artritis). Nyeri mata,fotofobia(iritis).
Tanda:Nyeri tekan abdomen/distensi
i.        Keamanan
Tanda:Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum(meningkat,nyeri tekan dan
membengkak)pada tangan,muka,pioderma gangrenosa(lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)pada paha,kaki,dan mata kaki.
(Doenges,2001)
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat, muntah ),
pemasukan terbatas ( mual ).
b.      Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
c.       Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
d.      Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
(Doenges, 2001)
3.      INTERVENSI DAN RASIONALISASI
a.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan k ( diare berat,
muntah ), pemasukan terbatas ( mual )
Kriteria Hasil :
a.       Mempertahankan keseimbangan cairan
b.      Turgor kulit baik
c.       Hidrasi adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisasi :
ntervensi : Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses,
perkiraan kehilangan yang tidak terlihat dehidrasi
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan
control penyakit usus juga merupan pendoman untuk penggantian cairan
ntervensi : Kaji TTV
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan
ntervensi : Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
ntervensi : Ukur BB setiap hari
Rasional : Indicator cairan dan status nutrisi
ntervensi : Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan
ntervensi : Awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
Rasional : Mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.
b.      Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan denngan intake
inadekuat
Kriteria Hasil :
a.       Berat badan stabil
b.      Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c.       Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi:
ntervensi : Menimbang BB setiap hari
Rasional : Memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi
ntervensi : Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru
Rasional : Lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif
untuk makan
ntervensi : Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
Rasional : Mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
ntervensi : Mencatat masukan dan perubahan simatologi
Rasional : Memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / dinikmati
dapat meningkatkan masukan
ntervensi : Pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi
Rasional : Membantu memenuhi kekurangan cairan

c.       Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
Kriteria Hasil :
a.       Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b.      Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.

Intervensi dan Rasionalisasi :


ntervensi : Observasi kemerahan, pucat
Rasional : Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan intensif
ntervensi : Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk
mempertahankan aktifitas
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama
pada jaringan
ntervensi : Gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
Rasional : Melicinkan kulit dan menurunkan gatal
ntervensi : Pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang
Rasional : Memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit
ntervensi : Tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
Rasional : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit

d.      Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder


Kriteria Hasil :
a.       Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b.      Jaringan tampak bergranulasi
c.       Bebas tanda-tanda infeksi
Intervensi dan Rasionalisasi :
ntervensi : Tekankan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasional : Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
ntervensi : Pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur
invasive
Rasional : Menurunkan resiko infeksi nosokomial
ntervensi : Kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesuai indikasi
Rasional : Dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada
kulit dan mencegah infeksi

e.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen


Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
analgetik sesuai indikasi

ASKEP8
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit yang mencakup:
 Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi
 Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran kemih
2) Lakukan pengkajian fisik secara rutin
3) Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:
 Volume cairan yang hilang <50 ml/kg
 Warna kulit pucat
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Urin output menurun
 Tekanan darah normal
 Nadi normal atau meningkat
4) Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik
5) Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.
6) Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:
 Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi
 Urin: pH, frekuensi
 CBC
 Elektrolit serum
 Kreatinin
 BUN
7) Kaji sumber infeksi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2) Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3) Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus,
mual, muntah.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen,
hiperperistaltik.

c. Rencana Intervensi
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri:
Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan Memberikan informasi tentang
jumlah feses. keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur.. Hipotensi, takikardia, demam,
dapat menunjukkan respon
terhadap efek kehilngan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan Menunjukkan kehilangan cairan
membrane mukosa, penurunan turgor kulit. berlebihan atau dehidrasi.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah Kolon diistirahatkan untuk
baring, hindari kerja. penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan
usus.
Observasi perdarahan pada feses. Penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi vitamin
K dan merusak koagulasi,
potensial resiko perdarahan.
Catat kelemahan otot umum. Kehilangan usus berlebihan
dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral, transfusi darah Mempertahankan istirahat usus
sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemis.
Berikan obat sesuai indikasi:
Antidiare Menurunkan kehilangan cairan
Antiemetik dari usus.
Antipiretik Mengontrol mual muntah
Vitamin K Mengontrol demam
Menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan resiko perdarahan.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi


usus, mual, muntah.
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri:
Timbang berat badan tiap hari Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet.
Dorong tirah baring atau pembatasan Menurunkan kebutuhan
aktivitas selama fase sakit akut. metabolic untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan
energi..
Anjurkan istirahat sebelum makan. Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk
makan.
Lakukan oral hygiene. Mulut yang bersih dapat
meningkatkab rasa makanan.
Batasi makanan yang dapat menyebabkan Mencegah serangan akut.
kram abdomen.
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai indikasi. Istirahat usus menurunkan
peristaltik.
Berikan obat sesuai indikasi seperti Antikolinergik diberikan 15-30
antikolinergik. menit sebelum makan
memberikan penghilangan kram
dan diare, menurunkan motilitas
gaster, dan meningkatkan waktu
untuk absorpsi nutrient.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien
rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-
2007-diyantigus-
4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta:
EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Gastroenteritis. (2009). (2010). Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=47,

Anda mungkin juga menyukai