Anda di halaman 1dari 26

Gangguan Kebutuhan Nutrisi

Pada Anak
Sri Wulandari N., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An.
Anatomi Sistem Pencernaan
Typhoid/demam typhoid

DEFINISI (Lestari, 2016)


 Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dri satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran.
 Demam typhoid merupakan penyakit infeksi usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
 Demam typhoid biasanya meningkat pada sore hari atau malam hari kemudian
turun pada pagi hari
Etiologi

 Salmonella typhi sama dengan salmonela yang lain adalah bakteri Gram­-negatif,
mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak berbentuk spora, fakultatif anaerob.
 Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai
makromolekular dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
 Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang berbentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin.
 Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resitensi
terhadap multiple antibiotik (Sumarmo, 2015).
Tanda & Gejala Umum

 Demam, nyeri kepala atau pusing


 Gangguan saluran pencernaan seperti : lidah kotor, nyeri ulu hati, obstipasi, diare.
 Pada minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah obstipasi
atau diare.
 Pada minggu kedua gejala-gejala terjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah
kotor.
 Gangguan kesadaran
Penatalaksanaan Umum
 Kebutuhan nutrisi/cairan elektrolit.
 Kesadaran baik: makan lunak dengan lauk pauk di cincang.
 Kesadaran menurun: makanan cair bersonde, kalori di sesuaikan dengan kebutuhan.
Diberikan setiap 3 jam termasuk ekstra sari buah dan bubur kacang hijau di haluskan.
 Pasien delirium: infus dengan cairan glukosa dan NaCl.
 Gangguan suhu tubuh : terapi obat, kompres, istirahat mutlak dengan bed rest, mobilisasi
terhadap dan pengaturan ruangan yang cukup ventilasi.
 Gangguan rasa aman dan nyaman
 Pasien dengan bibir kering lidah kotor : perawatan mulut 2 kali sehari oleskan krim
bibir dan sering minum.
 Pasien apatis : lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi.
 Pasien dengan sonde : perawatan mulut dan diberikan munum agar selaput lendir dan
tenggorokan tidak kering.
 Resiko terjadi komplikasi
 Pengaturan jadwal pemberian terapi obat
 Latihan ambulasi setelah bed rest: duduk di tempat tidur, berjalan.
 Mengelilingi tempat tidur.
 Penatalaksanaan Medis
 Obat-obat antibiotik yang biasa digunakan adalah kloramfenikol, tiamfenikal,
kotrimaksazol, ampixilin, dan amoxcilin.
 Anti piretika
 Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi pendarahan usus atau
perforasi usus.
 Diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk sari atau lemak.
 Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi
 Transfusi bila diperlukan pada komplikasi pendarahan.
Komplikasi
 Pendarahan Usus
Bila sedikit, hanya ditemukan jika di lakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
pendarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda
renjatan.
 Perforasi Usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak di sertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma dan foto
rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
 Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala
abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
 Komplikasi di Luar Usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia), yaitu meningitis, kolesistisis,
enselofati dan lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.
Uji Laboratorium
 Pemeriksaan Leukosit, dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa penyakit typhoid
terdapat leucopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leucopenia tidaklah sering
dijumpai.
 Pemeriksaan SGOT dan SGPT, sering kali meningat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
 Biakan Darah, bila biakan darah positif hal itu menandakan penyakit typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan terjadi penyakit typhoid.
 Uji Widal, suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan atibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum pasien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
 Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O (+) positif >1/100 maka sedang aktif.
 Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 (+) positif >1/200 dikatakan
infeksi lama.
Diagnosa Keperawatan
 Hipertermia berhubungan dengan infeksi baketeri Salmonell typhi ditandai
dengan demam 39ºC
 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
aktif
 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual
dan muntah
 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan nyeri tekan
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan keluarga dalam
menerima informasi
 PATHWAY
 INTERVENSI KEPERAWATAN
(terlampir)
GASTROENTERITIS
Gastroenteritis

 Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah-muntah, yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit (Betz & Sowden, 2009).
 (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden, 2012).
 Gastroenteritis adalah diare akut yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari
tujuh hari) dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin
disertai muntah dan panas (Noerasid, 2012).
Etiologi
 Faktor infeksi ,
 Infeksi bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum
(enterophatogenic, E.Coli, salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
 Infeksi virus: enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare
terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
 Jamur : candida Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporadium, dan
cyclospora)
 Faktor Mal absorbsi : Mal absorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang tersering intoleransi laktosa. Mal absorbsi lemak, Mal absorbsi protein 
 Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
 Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
 Malnutrisi
Tanda & Gejala Umum
 Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
 Suhu badan meningkat
 Nafsu makan berkurang atau tidak ada
 Timbul diare, fese makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir
 Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan
 Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
 Berat badan menurun
 Pucat, lemah
Pengkajian Berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
Klasifikasi Berdasarkan MTBS
Klasifikasi Berdasarkan MTBS
TERAPI
BERDASARKA
N MTBS
TERAPI
BERDASARKA
N MTBS
Komplikasi

 Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien gastroenteritis


adalah dehidrasi akibat dari diare dan muntah. Hipovolemi,
gejalanya berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat,
kejang, syok, sampai koma
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan feses, tes tinja mengetahui maskroskopis dan mikroskopis, biakan kuman penyebab, tes
resistensi terhadap berbagai antibiotik serta mengetahui pH dan kadar gula jika di duga ada intoleransi
glukosa. Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut :
 Feses berwarna pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi
empedu)
 Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur
hijau tua seperti bayam
 Feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu
 Feses berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus
 Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya bakteri
 Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah virus
 Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya paratise
 Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi
peradangan usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus
halus.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare
yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosionik) dan dapat terjadi malnutrisi,
malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih.
 Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalum, kalsium karbonat.
 Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif terutama diare kronik.
 Pemeriksaan kadar ureum
 Untuk mengetahui kadar faal ginjal. Jika terjadi perubahan faal ginjal maka kadar ureum dan
kreatinin akan meningkat.
 Batas normal ureum : 20-40 mg/dl
 Batas normal kreatinin : 0,5-1,5 mg/dl
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal (D.0020)
 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi (D.0130)
 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi (D.0077)
 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi (D.0129)
 Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (D.0080)
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi penyakit
(D.0111)
 PATHWAY
 INTERVENSI KEPERAWATAN
(terlampir)

Anda mungkin juga menyukai