Anda di halaman 1dari 4

Nama : Silvia Hermawati

Nim : 211FK01025
Tugas susulan

Thypoid PT 10

 Thypoid menurut sumber terpercaya, merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh salmonella thypi, yang ditularkan melalui makanan , mulut
atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii ( Hidayat, 2006 ).
 Menurut Nursalame et. Al ( 2008 ) , demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
 Terdapat dua sumber penularan salmonella thypii, yaitu pasien dengan demam thypoid
dan pasien carier. Carier ini adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan masih
terus mengekskresi salmonella thpii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu
tahun.
 Manifestasi klinis nya, masa inkubasi thypoid selama 10-20 hari, pasien mengeluh nyeri
kepala, terlihat lemah lesu, demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3
minggu. Kemudian anamnesa nya di dapatkan dari hasil keluhan utama, diantaranya
seperti perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, nafsu makan berkurang,
suhu tubuh meningkat, demam yang berlangsung lama.
 Pemeriksaan fisik pada pasien thypoid, pada bagian mulut akan timbul napas tidak sedap,
bibir pecah-pecah, dan kering lidah tertutup selaput putih yang kotor sementara ujung
dan tepinya berwarna kemerahan. Pada bagian abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung, bisa terjadikonstipasi, bisas juga diare atau normal. Pada hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Maka klien diistirahatkan 7 hari atau 14 hari
sampai demam hilang untuk mencegah perdarahan.
 Pemeriksaan laboratorium yang diterapkan seperti uji widal yakni reaksi aglutinasi antara
antigen dan antibodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypii
terdapat pada serum klien dengan thypoid, juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinaasikan.
Ulkus Peptikum

 Ulkus peptikum adalah erosi mukosa saluran GI yang disebabkan oleh terlalu banyaknya
asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada esofagus, lokasi paling
umum adalah duodenum dan lambung ( Warde, 1990 ).
 Penyebab ulkus peptikum yakni pengobatan aspirin, indometasin, zat kimia ( temabakau,
alkohol ), stress, dan hereditas. Tanda dan gejala ulkus peptikum dibedakan jadi dua ada
ulkus gastrik dan ulkus duodenum.
 Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu, endoskopi dengan biopsi dan
sitologi, pemeriksaan barium, pemeriksaan radiologis abdomen, analisis lambung, kadar
Hb, HCt, pepsinogen darah dan lambung, melena pada feses.
 Komplikasi yang dapat timbul seperti, hemoragi, perforasi dibuktikan oleh awitan tiba-
tiba dan nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku seperti papan dan gejala shock, lalu
ada obstruksi.
 Penatalaksanaan medis dengan farmakoterapi, penurunan atau penghilangan faktor
ulserogenik, seperti merokok, kemudian modifikasi diet, penatalaksanaan stress,
pembedahan bila komplikasi terjadi.
 Asuhan keperawatan dengan ulkus peptikum, pengkajian riwayat pasien bertindak
debagai dasar yang penting, nyeri rasa terbakar atau menggerogoti, terjadi sekitar 2 jam
setelah makan, nyeri sampai membangunkan klien, nyeri dihilangkan dengan pemberian
antasida, pada ulkus duodenum nyeri sekitar 2-3 jam. Pada ulkus gastrik, nyeri segera
setelah makan, dapat disertai feses berdarah, adanya riwayat perokok berat , penggunaan
obat yang mengiritasi lambung misal, aspirin, steroid, dapat muntah merah terang atau
seperti warna kopi lalu sampai penurunan pada berat badan.
 Diagnosa keperawatan yang muncul 1.) nyeri berhubungan efek sekresi atau lambung
pada jaringan yang rusak, 2.) perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan rasa tidak nyaman setelah makan, anoreksia, 3.) risiko tinggi
terhadap kekuranganvolume cairan berhubungan dengan risiko hemoragi, perubahan
masukan dan penghisapan selang nasogastrik.
Gastroenteritis

 Gastroenteritis merupakan radang yang terjadi pada lambung,m usus kecil, dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroentestinal dengan manifestasi
diare dengan atau tanpa disertai muntah serta ketidaknyamanan abdomen. Kondisi
lainyya seperti pada frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali/hari )serta
perubahan dalam isi ( lebih dari 200 g/hari )dan konsistensi feses cair.
 Klasifikasi diare seperti lama waktu diare, akut atau kronik. Mekanisme patofisiologinya,
osmotik atau sekretorik. Penyebab infeksi atau tidak, termasuk infeksi atau non-infeksi.
 Etiologinya dari infeksi virus, bakteri, parasit, toksisitas makanan, keracunan kerang dan
binatang dari laut, obat-obatan, makanan dan minuman.
 Manifestasi klinis, frekuensi defekasi meningkat, bising usus meningkat, feses kadang
disertai lendir atau darah, nyeri abdomen/kram perut, membran mukosa mulut dan bibir
kering, kehilangan BB, tidak nafsu makan ( anoreksia), haus, badan terasa lemah, turgor
kulit menurun.
 Penatalaksanaan, dengan pemberian cairan, yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan
karena terdapat cairan per oral dan cairan parenteral. Kemudian diatetik ( pemberian
makanan ), lalu ada pun obat-obatan yang dapat menurunkan motilitas, seperti antibiotik
anti emetik.
 Komplikasi nya, dehidrasi, syok hipovolemik, bakterimia, mal nutrisi, hipoglikemia.
 Pengkajian pada pasien diare, menggunakan teknik PQT ( Provoking, presipitasi, quality,
quantity, time ) onset. Pengkajian adanya muntah, demam, keluhan nyeri pada abdomen
yang dapat dikaji dengan pendekatan PQRST (Provoking, Quality, Region, Severity,
Time ), keluhan perubahan kondisi feses, keluhan gejala dehidrasi, pengkajian faktor
epidemiologi.
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan survei umum dan tingkat kesadaran, cek tanda-tanda
vital (TTV), sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem genitourinarius, sistem
gastrointestinal dengan cara di inpeksi, auskultasi, perkusi, palpasi, sistem
muskuloskeletal & integumen.
 Diagnosa keperawatan yang muncul, 1.) ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d
kehilangan cairan pada gastrointestinal, gangguan absorbsi usus besar. 2.) gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya asupan makanan yang
adekuat. 3.) gangguan integritas kulit b.d iritasi frekuensi BAB yang berlebihan. 4.)

Anda mungkin juga menyukai