Anda di halaman 1dari 13

BAB I

KONSEP DASAR DIARE

1. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat. (Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/1980).
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996).Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,1965).Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wong’s,1995).Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare
yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan.
Jadi dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.

2. ETIOLOGI
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin
atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin
di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah

3. TANDA DAN GEJALA


a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam
lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

5. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat
(lebih dari 120x / menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka
pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan
aritmia jantung perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan
cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis
diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
1. Akibat diare
a. Dehidrasi.
b. Asidosis metabolik.
c. Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak.
d. Hipoglikemi.
e. Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock.
2. Derajat dehidrasi
a. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %.
b Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 – 5 %.
Tanda dan gejala : kesadaran baik,nadi normal,mata agak cekung,turgor
biasa,ubun agak cekung,urin normal.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 – 10 %.
Tanda dan gejala : gelisah,nadi cepat,ubun cekung,oliguri,turgor kering,mata
cekung.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %.
Tanda dan gejala : apatis,koma,nadi sangat cepat, pernafasan kusmaul,anuria,mata
sangat cekung,turgor sangat kering.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis.
3. Pemeriksaan urin lengkap.
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

7. PENATALAKSANAN
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a. Dehidrasi berat.
10 tts/kg /menit dalam 1 jam (RL NS )
5 tts/kg/menit dalam 2 jam
untuk bayi kurang dari 3 bulan ( D 10 : NS 4 : 1 )
bila renjatan belum teratasi beri plasma 10 ml/kg
b. Dehidrasi sedang
3 tts/kg/menit dalam 7 jam ( D5 : RL 4:1 + kcl )
3 tts/kg/menit untuk bayi kurang dari 3 bulan
c. Dehidrasi ringan
2 tts/kg/menit (D5 :RL
2. Identifikasi penyebab diare akut karna infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid,
sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonela, shigela dan koletis pseudomembran,
karena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat
perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epithel usus. Bila pasien amat
kesakitan, maka dapat diberikan obat anti motalitas dan sekresi usus diatas dalam
jangka pendek selama 1 – 2 hari saja dengan 3 – 4 tablet / hari, serta memperhatikan
ada tidaknya glukoma dan hipotropi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan
remaja, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal.
4. Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain
terapi farmakologi.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya
cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Haluaran urin
kurang dari 30 ml / jam selam 2 –3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia.
Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq /
liter (SI : 3 mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia
jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel
prematur) yang dapat menimbulkan kematian.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan
frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit,
atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan
kearea geogratis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di
derita anggota keluarga.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat
(anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari
kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus
yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan
mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut,
perut terasa mual atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi
menjadi terganggunya karena asupan yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang
ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx
sering terjaga.
7. Pemeriksaan fisik.
1). Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2). Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai
pucat.
3). Kepala dan leher
4). Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5). Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6). Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di
Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7). Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb kusmaul).
8). Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih
dari 120x/menit).
9). Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria.
10). Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan
muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
11). Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12). Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
b. Analisa Data
1). - Data mayor : Penderita diare dengan frekuensi lebih dari biasa dan
timbul rasa haus.
- Data minor : Penderita biasanya muntah sebelum dan sesudah diare,
mukosa mulut kering, turgor kulit menurun.
Kemungkinan Penyebab : out put yang berlebihan.
Masalah : kekurangan volume cairan.
2). - Data mayor : Penderita biasanya mengalami kram abdomen dan
penurunan nafsu makan dan mual.
- Data minor : Penderita didapati mata cowong, mukosa kulit kering,
akral dingin, lemah, BB menurun, tulang pipi
menonjol.
Kemungkinan Penyebab : input yang inadeguat
Masalah : nutrisi.
3). - Data mayor : Penderita pada umumnya istirahatnya terganggu.
- Data minor : Pada penderita didapati pucat, gelisah, lemah.
Kemungkinan Penyebab : eleminasi yang sering dan tidak terkontrol.
Masalah : istirahat - tidur. (Dong)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas masalah yaitu :
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang out put yang berlebihan
berhubungan dengan frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus, muntah,
mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sedang input yang
inadeguat berhubungan dengan penderita mengalami kram abdomen penurunan nafsu
makan, mual, mata cowong, mukosa bibir kering, tulang pipi menonjol
3. Gangguan istirahat – tidur kosong dari kebutuhan tubuh sampai dengan eliminasi yang
sering dan tidak terkontrol berhubungan dengan sering terjaga, pucat, gelisah dan
lemah. (Linda Juall Carpenito, 2001)

3. PERENCANAAN
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut :
adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan
penderita, prinsip alamiah dan praktek.
1. Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan b/d out put yang berlebihan d/d klien berak cair lebih dari
3 x sehari, mual muntah, klien lemah, turgor kulit menurun, T : 110/70 mmHg, n : 100 x /
menit.
Tujuan : keseimbangan cairan normal
Kriteria hasil : - Turgor baik
- Intake dan output seimbang
- Diare berhenti.
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta jelaskan tindakan yang dilakukan.
2. kaji status kulit, turgor dan selaput lendir.
3. kaji tingkat intake dan output.
4. observasi TTV
5. Berikan cairan dalam jumlah kecil (30-60 ml) perjam pada tahap awal.
6. Kolaborasai dengan tim kesehatan (dokter dalam pemberian obat).
Rasional
1 Memudahkan kerja sama antara perawat dengan klien.
2. Untuk mengetahui keadaan fisik klien.
3. Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
4. Untuk mengetahui perkembangan klien.
5. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan selanjutnya.
6. Membantu proses penyembuhan.
2. Diagnosa II
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d absorbsi yang tidak adekuat d/d klien
mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang
disajikan
Tujuan : gangguan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil : - Intake nutrisi yang adekuat.
- Mual, muntah tidak ada.
Rencana Tindakan
i. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
ii. Kaji tingkat nutrisi klien.
Rasional
1. Memudahkan kerjasama antara perawat dengan klien.
2. Untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.

3. Diagnosa III
Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang output yang berlebihan
berhubungan dengan diare dengan frekuensi yang meningkat lebih dari biasanya, timbul
rasa haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
Tujuan
Volume cairan terpenuhi dalam waktu 6 – 8 jam.
Kriteria Hasil
a. Penderita tidak diare lagi, tidak haus.
b. Tidak muntah.
c. Mukosa bibir lembab.
d. Turgor kulit normal.
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi feces yang keluar.
3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian infus dan obat anti diare.
5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
6. Observasi TTV tiap 8 jam.
7. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare.
Rasional
1. Dengan komunikasi terapeutik penderita diharapkan lebih kooperatif.
2. Memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutya.
3. Untuk mengganti cairan yang hilang.
4. Terapi yang cepat dan membuat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi
secara dini.
5. Mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.
6. Untuk memantau perkembangan kesehatan penderita.
7. Untuk mencegah diare lebih parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA

· Keperawatan Medical Bedah, Buku saku. Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
· Keperawatan Medikal Bedah, Buku ajar, Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
· Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I edisi 3, Arief Mansyoer, Media Aesculapiur,
Jakarta, 1999.
· Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E. Dongoes edisi 3 EGC, Jakarta, 2000.
PATHWAY DIARE

Anda mungkin juga menyukai