1. PENGERTIAN
Gastroenteritis akut (diare akut) adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
patogen (Syarif, 2010). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari), serta perubahan dalam isi
(lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare. 2002).
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan/setengah cair (setengah padat) sehingga
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya dan berlangsung kurang
dari 7 hari yang terjadi secara mendadak (Mega, 2010).
2. PENYEBAB
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya diare, antara lain:
1. Faktor Infeksi
2) Infeksi Virus
a. Rotavirus
1) Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah.
2) Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
3) Dapat ditemukan demam atau muntah.
b. Enterovirus
1
1) Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus
1) Timbul sepanjang tahun.
2) Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d. Norwalk
1) Epidemik
3) Infeksi Bakteri
a. Sigella
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun, dapat dihubungkan dengan
kejang demam, muntah yang tidak menonjol, ditemukan sel polos
dalam feses dan ditemukan sel batang dalam darah
b. Salmonella
1) Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun,
menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
2) Mungkin ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
ditemukan sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam,
lamanya 2-5 hari dan organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c. Escherichia Coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin, pasien dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter
Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus), dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain, kram
abdomen yang hebat dan muntah/dehidrasi jarang terjadi
e. Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.
4) Infeksi Parasit
2
2. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak: long chain triglyceride.
3. Penyebab Lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Cara penularan diare dapat melalui cara fecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau
tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = feaces, flies, food, fluid, finger).
3
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare (Syarif,
2010). Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Syarif, 2010).
4. KLASIFIKASI
Menurut Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwart (2009), gastroenteritis
diklasifikasikan berdasarkan beberapa factor, yaitu:
1. Berdasarkan Durasi
1) Diare Akut: berlangsung < 5 hari
2) Diare Persisten: berlangsung 15-30 hari
3) Diare Kronis: berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan Mekanisme Patofisilogik
1) Osmotik
Diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan
absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein dan tersering adalah
malabsorpsi lemak.
2) Sekretorik
3. Berdasarkan Derajat
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan <5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang,
nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi
masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Pada
keadaan ini, penderita akan mengalami produksi urin berkurang atau
4
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
3) Dehidrasi Berat
5. GEJALA KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
a. Mula-mula, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
5
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), manifestasi klinis dari diare dapat
diklasifikasikan berdasarkan dari jenisnya:
1. Diare Akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yangb tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
c) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d) Demam
2. Diare Kronik
a) Penurunan berat badan dan nafsu makan
b) Demam indikasi terjadi infeksi
6
Kehilangan cairan 8-10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
a. Adanya muntah
b. BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
c. Membran mukosa kering
d. Daerah anus tampak lecet-lecet
e. Tampak lemas
f. Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
g. Mata tampak cekung.
Auskultasi
a. Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
Palpasi
a. Denyut nadi meningkat
b. Turgor kulit menurun
Perkusi
Adanya distensi abdomen
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
c. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
d. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
perianal.
7
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk penegakan diagnosis dan
juga pemberian tindakan pada gastroenteritis adalah dengan pemeriksaan
feses. Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil
feces sebagai bahan pemeriksaan. Indikasi dilakukan kultur feses adalah
sebagai berikut:
a. Diare berat
b. Suhu tubuh > 38,50C
2. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asam basa.
8
3) Doudenal Intubation (pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum)
8. KRITERIA DIAGNOSIS
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa
petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum
oleh penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin
oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
9. TERAPI
Menurut Syarif (2010), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, pengobatan dietetik (cara pemberian makanan) dan
pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
2) Cairan parentral
b. Pengobatan dietetik
c. Obat-obatan
9
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
10. KOMPLIKASI
Menurut Supartini (2006), akibat dari diare atau kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya
adalah:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan
mengeluh feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit
10
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari
4 kali dengan konsistensi encer.
11
c) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
5) Tidur/istirahat
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah
tidur)
b) Gejala gangguan pola tidur faktor yang berhubungan (nyeri, suhu,
proses penuaan dll)
6) Kognitif/perceptual
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
b) Penggunaan alat bantu indra
c) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
d) Keyaknan budaya terhadap nyeri
e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
7) Persepsi diri/konsep diri
Kaji pasien mengenai :
a) Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
c) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
d) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
8) Seksual/reproduksi
Kaji pasien mengenai :
a) Masalah atau perhatian seksual
b) Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
c) Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
9) Peran hubungan
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
b) Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
c) Efek terhadap status kesehatan
d) Hubungan dengan orang lain
10) Manajemen koping/stress
12
Kaji pasien mengenai :
a) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
b) Tingkat stress yang dirasakan
c) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
d) Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
e) Strategi koping yang biasa digunakan
11) Keyakinan/nilai
Kaji pasien mengenai :
a) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
b) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
c) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang
dapat mempengaruhi kesehatan
a. Pemerikasaan fisik
Inspeksi
Adanya muntah
BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
Membran mukosa kering
Daerah anus tampak lecet-lecet
Tampak lemas
Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
Mata tampak cekung.
Auskultasi
Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
Palpasi
Denyut nadi meningkat
Turgor kulit menurun
Perkusi
Adanya distensi abdomen
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah Lengkap
Hematokrit meningkat, leukosit menurun
2) Feses
Bakteri atau parasit
3) Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun.
4) Urinalisa
Urin pekat, berat jenis meningkat.
5) Analisa Gas Darah
Asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
c. Data Fokus
13
1) Subjektif
Kelemahan
Diare lunak s/d cair
Anoreksia mual dan muntah
Tidak toleran terhadap diit
Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah
bawah)
Haus, kencing menurun
Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan dalam
(kompensasi ascidosis).
2) Objektif
Lemah, gelisah
Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
Penurunan turgor, pucat, mata cekung
Nyeri tekan abdomen
Urine kurang dari normal
Hipertermi
Hipoksia / Cyanosis
Mukosa kering
Peristaltik usus lebih dari normal
14
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan keluhan verbal nyeri pada perut, tampak meringis kesakitan
6) Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan keluhan
mual, tidak berminat makan, takikardia,dan pucat
15
3. Intervensi Keperawatan
16
loraperamid)
16. Kolaborasi pemberian antispasmodik (mis. papaverin)
17. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
antipulgit, kaolin-pektin).
Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Defisit nutrisi Setelah diberikan intervensi keperawatan selama Pemantauan Nutrisi
17
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
kurangnya asupan dengan kriteria hasil : (mis. pengetahuan, ketersediaan makanan, agama,
makanan, 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat budaya, pengguanaan obat-obatan)
2. Identifikasi perubahan berat badan
ketidakmampuan 2. Diare menurun (BAB 1-2 x sehari)
3. Identifikasi pola makan
mencerna makanan, 3. Berat badan membaik 4. Identifikasi kelainan eleminasi
5. Monitor mual dan muntah
ketidakmampuan 4. Nafsu makan membaik
6. Monitor asupan oral
mengabsorpsi nutrien 5. Bising usus membaik (5 – 35 x/menit) 7. Monitor hasil laboratorium
8. Timbang BB
dibuktikan dengan 6. Membran mukosa membaik
9. Hitung perubahan BB
berat badan menurun 10. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
11. Dokumentasi hasil pemantauan
minimal 10% di bawah
12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
rentang ideal, nyeri 13. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
abdomen, nafsu makan
menurun, bisisng usus
hiperaktif, diare.
3 Hipertermia Setelah diberikan intervensi keperawatan selama NIC
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan termoregulasi membaik Manajemen Hipertermia
1. Identifikasi penyebab hipertermia
proses penyakit dengan kriteria hasil :
2. Monitor suhu tubuh
(infeksi), peningkatan 1. Menggigil menurun (36,5 – 37,5 oC) 3. Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
laju metabolisme
3. Takikardi menurun (60-100 x/menit) 5. Longgarkan pakaian
dibuktikan dengan 4. Takipnea menurun (12-24 x/menit) 6. Berikan cairan oral
7. Ganti linen lebih sering
suhu tubuh diatas nilai
8. Lakukan pendinginan eksternal
normal, takikardia, 9. Anjurkan tirah baring
18
takipnea, kulit terasa 10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
hangat. jika perlu
Regulasi temperatur
1. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermia
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
6. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.
19
hematokrit meningkat. Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
5 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
1. Identifikasi
berhubungan dengan selama ....x 24 jam, maka tingkat nyeri menurun
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan
agen pencedera dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
fisiologis dibuktikan
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
20
dengan keluhan verbal 3. Gelisah menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
nyeri pada perut, memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.kompres
tampak meringis
hangat/dingin)
kesakitan
5. Kontrol lingkungan
6. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgetik
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan analgesic
3. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
4. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
5. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
6 Nausea berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen mual
1. Identifikasi pengalaman mual
dengan iritasi lambung …x 24 jam, maka tingkat nausea menurun dengan
2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
dibuktikan dengan kriteria hasil: 3. Monitor mual
4. Monitor asupan nutrisi dan kalori
keluhan mual, tidak - Keluhan mual menurun
5. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
berminat makan, - Tidak pucat 6. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
7. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
takikardia,dan pucat - Takikardi menurun
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
9. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
21
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan
pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi
merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil
yang yang diharapkan.
Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau
hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan, yaitu :
1) Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.
2) Hasil (formatif)
22
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25