Anda di halaman 1dari 25

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN
Gastroenteritis akut (diare akut) adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
patogen (Syarif, 2010). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari), serta perubahan dalam isi
(lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare. 2002).
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan/setengah cair (setengah padat) sehingga
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya dan berlangsung kurang
dari 7 hari yang terjadi secara mendadak (Mega, 2010).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan Gastroenteritis


Akut (GEA) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan tinja berbentuk cairan/setengah cair
(setengah padat) dan berlangsung kurang dari 7 hari yang terjadi secara
mendadak

2. PENYEBAB
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya diare, antara lain:
1. Faktor Infeksi

1) Infeksi Enteral (infeksi saluran pencernaan melalui makanan yang


merupakan penyebab utama diare).

2) Infeksi Virus

a. Rotavirus
1) Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah.
2) Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
3) Dapat ditemukan demam atau muntah.

b. Enterovirus

1
1) Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus
1) Timbul sepanjang tahun.
2) Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d. Norwalk
1) Epidemik

2) Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

3) Infeksi Bakteri
a. Sigella
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun, dapat dihubungkan dengan
kejang demam, muntah yang tidak menonjol, ditemukan sel polos
dalam feses dan ditemukan sel batang dalam darah
b. Salmonella
1) Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun,
menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
2) Mungkin ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
ditemukan sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam,
lamanya 2-5 hari dan organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c. Escherichia Coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin, pasien dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter
Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus), dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain, kram
abdomen yang hebat dan muntah/dehidrasi jarang terjadi
e. Yersinia Enterecolitica

Sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.

4) Infeksi Parasit

Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,


Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans).

2
2. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak: long chain triglyceride.

3) Malabsorbsi protein: asam amino, B-laktoglobulin.

3. Penyebab Lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)

3) Faktor-faktor langsung seperti KKP (Kurang Kalori Protein),


kesehatan pribadi dan lingkungan serta sosio ekonomi.

Cara penularan diare dapat melalui cara fecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau
tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = feaces, flies, food, fluid, finger).

3. PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT


Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi (Syarif, 2010).

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic


(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

3
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare (Syarif,
2010). Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Syarif, 2010).

4. KLASIFIKASI
Menurut Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwart (2009), gastroenteritis
diklasifikasikan berdasarkan beberapa factor, yaitu:
1. Berdasarkan Durasi
1) Diare Akut: berlangsung < 5 hari
2) Diare Persisten: berlangsung 15-30 hari
3) Diare Kronis: berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan Mekanisme Patofisilogik
1) Osmotik
Diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan
absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein dan tersering adalah
malabsorpsi lemak.
2) Sekretorik

Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik


intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan
dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar.

3. Berdasarkan Derajat
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan <5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang,
nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi
masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Pada
keadaan ini, penderita akan mengalami produksi urin berkurang atau

4
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
3) Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan >10 % dari berat badan dengan gambaran klinik


seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

5. GEJALA KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
a. Mula-mula, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.

5
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), manifestasi klinis dari diare dapat
diklasifikasikan berdasarkan dari jenisnya:

1. Diare Akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yangb tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
c) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d) Demam
2. Diare Kronik
a) Penurunan berat badan dan nafsu makan
b) Demam indikasi terjadi infeksi

c) Dehidrasi dengan gejala hipotensi, takikardi, dan denyut lemah.

Tingkat derajat Dehidrasi


1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan
dalam.
3) Dehidrasi Berat

6
Kehilangan cairan 8-10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
a. Adanya muntah
b. BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
c. Membran mukosa kering
d. Daerah anus tampak lecet-lecet
e. Tampak lemas
f. Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
g. Mata tampak cekung.
Auskultasi
a. Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
Palpasi
a. Denyut nadi meningkat
b. Turgor kulit menurun
Perkusi
Adanya distensi abdomen

a. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan

haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

b. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

c. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

d. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0


c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah

perianal.

e. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400

7
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk penegakan diagnosis dan
juga pemberian tindakan pada gastroenteritis adalah dengan pemeriksaan
feses. Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil
feces sebagai bahan pemeriksaan. Indikasi dilakukan kultur feses adalah
sebagai berikut:

a. Diare berat
b. Suhu tubuh > 38,50C

c. Adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada


feses, laktoferin dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik.

Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.


Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas:
a. Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang:
konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan
infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri
shigella.

b. Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop:


leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba
menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan
adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi
parasit tersebut.

2. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asam basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

8
3) Doudenal Intubation (pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum)

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan


kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

4) Pemeriksaan urine lengkap.

5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai


infeksi sistemik.

6) Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter


jejuni sangat dianjurkan.

8. KRITERIA DIAGNOSIS
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa
petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum
oleh penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin
oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.

d. Dimana tempat tinggal penderita

9. TERAPI
Menurut Syarif (2010), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, pengobatan dietetik (cara pemberian makanan) dan
pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
2) Cairan parentral
b. Pengobatan dietetik
c. Obat-obatan

9
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

10. KOMPLIKASI
Menurut Supartini (2006), akibat dari diare atau kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya
adalah:

1. Kehilangan Air (Dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input). Merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Terjadi gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini
terjadi karena kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
2. Penurunan Berat Badan Dalam Waktu Singkat
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
3. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan
mengeluh feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit

10
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari
4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat penyakit saat ini


Perawat mengkaji bagaimana tanda dan gejala awal pasien menderita
gastroenteritis sampai dirawat dirumah sakit saat ini. Riwayat makan
pasien dikaji serta pola BAB klien.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Dikaji apakah klien memiliki alergi atau memiliki riwayat penggunaan
obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau
mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit serius seperti diabetes
mellitus, hipertensi.
f. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1) Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai :
a) Arti sehat dan sakit bagi pasien.
b) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
c) Fasilitas pelayanan kesehtan yang sudah dikunjungi.
d) Pengobatan yang sudah dilakukan untuk mengurangi diare.
2) Nutrisi metabolik
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
b) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
c) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan, nafsu makan
d) Kaji nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa
mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
e) BB pasien sebelum MRS dan saat pengkajian.
3) Pola eliminasi
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain
b) Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain
c) Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri
d) Penggunaan bantuan untuk ekskresi
4) Aktivitas
Kaji pasien mengenai :
a) Aktivitas kehidupan sehari-hari
b) Keyakinan tentang latihan dan olahraga

11
c) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
5) Tidur/istirahat
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah
tidur)
b) Gejala gangguan pola tidur faktor yang berhubungan (nyeri, suhu,
proses penuaan dll)
6) Kognitif/perceptual
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
b) Penggunaan alat bantu indra
c) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
d) Keyaknan budaya terhadap nyeri
e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
7) Persepsi diri/konsep diri
Kaji pasien mengenai :
a) Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
c) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
d) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
8) Seksual/reproduksi
Kaji pasien mengenai :
a) Masalah atau perhatian seksual
b) Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
c) Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
9) Peran hubungan
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
b) Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
c) Efek terhadap status kesehatan
d) Hubungan dengan orang lain
10) Manajemen koping/stress

12
Kaji pasien mengenai :
a) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
b) Tingkat stress yang dirasakan
c) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
d) Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
e) Strategi koping yang biasa digunakan
11) Keyakinan/nilai
Kaji pasien mengenai :
a) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
b) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
c) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang
dapat mempengaruhi kesehatan

a. Pemerikasaan fisik
Inspeksi
Adanya muntah
BAB ≥ 3 x sehari dengan konsistensi yang cair
Membran mukosa kering
Daerah anus tampak lecet-lecet
Tampak lemas
Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
Mata tampak cekung.
Auskultasi
Bising usus hiperaktif > 5-35 x/menit
Palpasi
Denyut nadi meningkat
Turgor kulit menurun
Perkusi
Adanya distensi abdomen

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah Lengkap
Hematokrit meningkat, leukosit menurun
2) Feses
Bakteri atau parasit
3) Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun.
4) Urinalisa
Urin pekat, berat jenis meningkat.
5) Analisa Gas Darah
Asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

c. Data Fokus

13
1) Subjektif
Kelemahan
Diare lunak s/d cair
Anoreksia mual dan muntah
Tidak toleran terhadap diit
Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah
bawah)
Haus, kencing menurun
Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan dalam
(kompensasi ascidosis).
2) Objektif
Lemah, gelisah
Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
Penurunan turgor, pucat, mata cekung
Nyeri tekan abdomen
Urine kurang dari normal
Hipertermi
Hipoksia / Cyanosis
Mukosa kering
Peristaltik usus lebih dari normal

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, iritasi gastointestinal,
proses infeksi,malabsorpsi dibuktikan dengan defekasi lebih dari 3x dalam
24 jam, feces lembek/cair, nyeri/kram abdomen, frekuensi bising usus
meningkat.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bisisng usus
hiperaktif, diare.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi), peningkatan
laju metabolisme dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal,
takikardia, takipnea, kulit terasa hangat.
4) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan dibuktikan dengan merasa lemah haus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine berkurang, hematokrit
meningkat

14
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan keluhan verbal nyeri pada perut, tampak meringis kesakitan
6) Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan keluhan
mual, tidak berminat makan, takikardia,dan pucat

15
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … Manajemen Diare
dengan inflamasi x 24 jam, diharapkan eliminasi fekal membaik 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
gastrointestinal, iritasi dengan kriteria hasil: gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, infekeksi,
gastointestinal, proses 1. Konsistensi feses membaik malabsorpsi, sters, obat-obatan)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
infeksi,malabsorpsi 2. Frekuensi defekasi membaik
3. Monitor warna,volume,frekuensi dan konsistensi tinja.
dibuktikan dengan 3. Peristaltik usus membaik (5 – 35 x/menit) 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. takikardia,
defekasi lebih dari 3x nadi teraba lemah,tekanan darah turun, turgor kulit
dalam 24 jam, feces turun, mukosa mulut kering, BB menurun).
5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
lembek/cair,
6. Monitor jumlah pengeluaran diare.
nyeri/kram abdomen, 7. Monitor keamanan penyiapan makanan.
8. Berikan asupan cairan oral ( oralit)
frekuensi bising usus
9. Pasang jalur intravena
meningkat. 10. Beri cairan intravena (mis. ringer laktat, ringer asetat)
jika perlu
11. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
12. Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
13. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering secara bertahap
14. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa
15. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas ( mis.

16
loraperamid)
16. Kolaborasi pemberian antispasmodik (mis. papaverin)
17. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
antipulgit, kaolin-pektin).
Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Defisit nutrisi Setelah diberikan intervensi keperawatan selama Pemantauan Nutrisi

17
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
kurangnya asupan dengan kriteria hasil : (mis. pengetahuan, ketersediaan makanan, agama,
makanan, 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat budaya, pengguanaan obat-obatan)
2. Identifikasi perubahan berat badan
ketidakmampuan 2. Diare menurun (BAB 1-2 x sehari)
3. Identifikasi pola makan
mencerna makanan, 3. Berat badan membaik 4. Identifikasi kelainan eleminasi
5. Monitor mual dan muntah
ketidakmampuan 4. Nafsu makan membaik
6. Monitor asupan oral
mengabsorpsi nutrien 5. Bising usus membaik (5 – 35 x/menit) 7. Monitor hasil laboratorium
8. Timbang BB
dibuktikan dengan 6. Membran mukosa membaik
9. Hitung perubahan BB
berat badan menurun 10. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
11. Dokumentasi hasil pemantauan
minimal 10% di bawah
12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
rentang ideal, nyeri 13. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
abdomen, nafsu makan
menurun, bisisng usus
hiperaktif, diare.
3 Hipertermia Setelah diberikan intervensi keperawatan selama NIC
berhubungan dengan …x 24 jam diharapkan termoregulasi membaik Manajemen Hipertermia
1. Identifikasi penyebab hipertermia
proses penyakit dengan kriteria hasil :
2. Monitor suhu tubuh
(infeksi), peningkatan 1. Menggigil menurun (36,5 – 37,5 oC) 3. Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
laju metabolisme
3. Takikardi menurun (60-100 x/menit) 5. Longgarkan pakaian
dibuktikan dengan 4. Takipnea menurun (12-24 x/menit) 6. Berikan cairan oral
7. Ganti linen lebih sering
suhu tubuh diatas nilai
8. Lakukan pendinginan eksternal
normal, takikardia, 9. Anjurkan tirah baring
18
takipnea, kulit terasa 10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
hangat. jika perlu

Regulasi temperatur
1. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermia
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
6. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.

4 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen hipovolemia


berhubungan dengan selama ....x 24 jam, maka status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi
kehilangan cairan aktif, dengan kriteria hasil: nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
kekurangan intake - Nadi membaik (60-100 x/menit) menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
- Tekanan darah membaik (Sistolik 100-140 dan
cairan dibuktikan kering, volume urine berkurang, hematokrit
Diastolik 60-90 mmHg)
dengan merasa lemah meningkat.
- Turgor kulit baik
haus, frekuensi nadi - Membran mukosa membaik 2. Monitor intake dan output cairan
- Kadar hematokrit membaik
meningkat, nadi teraba 3. Hitung kebutuhan cairan
lemah, tekanan darah 4. Berikan asupan cairan oral
menurun, turgor kulit 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
menurun, membran 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
mukosa kering, volume 7. Kolaborasi pemberian cairan isotonis
urine berkurang, 8. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin)

19
hematokrit meningkat. Pemantauan Cairan
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, berat badan.
2. Monitor elastisitas kulit
3. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
4. Monitor kadar albumin dan protein total
5. Monitor hasil pemeriksaan serum ( hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
6. Monitor intake dan output cairan
7. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi lemah, tekanan darah
menurun,turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, haus lemah, konsentrasi
urine meningkat)
8. Identifikasi tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema
perifer, edema anasarka, BB menurun dalam waktu
singkat)
9. Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
5 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
1. Identifikasi
berhubungan dengan selama ....x 24 jam, maka tingkat nyeri menurun
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan
agen pencedera dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
fisiologis dibuktikan
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri

20
dengan keluhan verbal 3. Gelisah menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
nyeri pada perut, memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.kompres
tampak meringis
hangat/dingin)
kesakitan
5. Kontrol lingkungan
6. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgetik
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan analgesic
3. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
4. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
5. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
6 Nausea berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen mual
1. Identifikasi pengalaman mual
dengan iritasi lambung …x 24 jam, maka tingkat nausea menurun dengan
2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
dibuktikan dengan kriteria hasil: 3. Monitor mual
4. Monitor asupan nutrisi dan kalori
keluhan mual, tidak - Keluhan mual menurun
5. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
berminat makan, - Tidak pucat 6. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
7. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
takikardia,dan pucat - Takikardi menurun
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
9. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

21
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan
pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi
merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil
yang yang diharapkan.
Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau
hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan, yaitu :
1) Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.

2) Hasil (formatif)

22
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2004). Nursing Intervention


Clasification (NIC). 5th edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Mega, N. (2010). Pola pemilihan obat dan outcome terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) pada pasien pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari-Juni Tahun 2008. (online),
(http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/ 2/K100050027.pdf
Morhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2004). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. St Louis, Missouri: Mosby.
Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., Wilson, D. (2009). Maternal
child nursing care. Maryland heights. Missouri: Mosby Elsenier.
PPNI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Volume 3. Jakarta: EGC
Supartini, Y. (2006). Buku ajar konsep keperawatan anak. Jakarta: EGC
Syarif, H. (2010). Gastroenteritis. (online), (http://nursingbegin.com/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/
Wong, L.D., Eaton, H.M., Wilson, D., Winkelstein, L.M. & Schwart, P., (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

24
25

Anda mungkin juga menyukai