1. DEFINISI GASTROENTERITIS
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen (Lyhn Betz,
2013).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Muttaqin, 2011)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi
2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau
lebih.Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari
dapat atau tanpa lender dan darah ( Murwani. 2009).
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).
Menurut penulis diare merupakan peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus, yang memberikan dampak seperti kehilangan cairan dan
elektrolitdisebabkan karena pembuangan tinja atau berak lebih dari 3/5x
sehari dengan berbentuk cair atau encer. Biasanya disebabkan oleh virus,
bakteri, dan parasite yang pathogen.
2. ETIOLOGI GASTROENTERITIS
Dewi Wulandari dan Meira Erawati (2016) mengemukakan ada empat
macam penyebab gastroenteritis, yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, Escherichia Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Acromonas, dan
sebagainya
b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Ecno, Coxsacme,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain
– lain.
c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloide), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Thricomonas hominis), jamur (Candida,
Albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa,
fruktosa, dan galaktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas
3. KLASIFIKASI GASTROENTERITIS
a. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
1) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, stapillococcus disentri
basiler, dan enterotolitis nektrotikans.
2) Diare non spesifik : diare dietetic.
b. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
1) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
2) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya : diare karena bronchitis.
c. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 – 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi 1 minggu dan
hanya 5%-15% yang berakhir dalam 14 hari.
2) Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
4. KOMPLIKASI GASTROENTERITIS
a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi
tingkat dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah :
1) Dehidrasi Ringan
Apabila kehilangan cairan 2-5% dari BB atau rata-rata 25
ml/kgBB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastic, suara
serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2) Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari BB atau rata-rata 75
ml/kgBB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.
3) Dehidrasi Berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari BB atau rata-rata 125
ml/kgBB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi
cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat
lelah, kesadaran menurun.
b. syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic,
perfusi sistemik menurun)
c. kejang demam
d. bakterimia
5. PATOFISIOLOGIS GASTROENTERITIS
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menibulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia srta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dengan gangguan sirkulasi darah.
6. PATHWAY GASTROENTERITIS
7. MANIFESTASI KLINIS GASTROENTERITIS
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulit dan bibir kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada gastroenteritis menurut Nurarif (2015) adalah :
a. Pemeriksaan tinja :
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menggunakan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut astrup (suatu pemeriksaan analisa
gas darah yang dilakukan melalui darah arteri) bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita gastroenteritis yang disertai
kejang).
1.2.1 Identitas
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
f. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
g. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
terhadap diare
diare.
terus menerus.
1.4 Intervensi Keperawatan
5. Resiko tinggi gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Libatkan keluarga dalam a. Pendekatan awal pada anak
tumbuh kembang perawatan selama 3 x 24 jam, melakukan tindakan melalui ibu atau keluarga
berhubungan dengan BB klien mampu beradaptasi perawatan b. mengurangi rasa takut anak
menurun terus menerus. b. Hindari persepsi yang terhadap perawat dan
Kriteria hasil : salah pada perawat dan lingkungan RS
a. Mau menerima tindakan RS c. menambah rasa percaya diri
perawatan c. Berikan pujian jika klien anak akan keberanian dan
b. klien tampak tenang dan mau diberikan tindakan kemampuannya
tidak rewel perawatan dan d. Kasih saying serta
pengobatan pengenalan diri perawat
d. Lakukan kontak sesering akan menunbuhkan rasa
mungkin dan lakukan aman pada klien.
komunikasi baik verbal
maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)
1.5 Evaluasi
Evaluasi :
Evaluasi :
Evaluasi :
Evaluasi :
Evaluasi :