Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Dewasa

Disusun Oleh :
KELOMPOK 8:
1. DIDIK SETIAWAN ( 2021020160 )
2. TZALIS UBAIDILAH PAMUNGKAS
( 2021020203 )
3. ATIK WAKIAH ( 2021020149 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN REGULER B17
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah
mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan
kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas kulit (Hoff, 1989 dalam Potter &
Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit
hewani, air yang tercemar dan lainlain. Mikroorganisme (bakteri, jamur) merupakan salah
satu penyebab terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien : Kerusakan
Integritas Kulit
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagairespons
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejalaklinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dangatal (Rospa, 2009:
91). Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontakeksternal, yang menimbulkan
fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan)(Arif, dkk. 2000: 87). Dermatitis kontak
dibagi menjadi dua yaitu kontak iritan dan kontak alergi
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada trauma fisik
atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa pun yang terpajan
(David,dkk, 2007: 343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi yaitu penyakit yang timbul
akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal
(Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian Febria Suryani tahun 2011, faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam dua faktor, faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama
kontak. Faktor tidak langsung yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis
Kelamin, Ras, Riwayat Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan pekerjaan.
Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis Universitas
Sumatera Utara 2 kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan
dermatitis kontak alergi yaitu bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik,
perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.
Dermatitis kontak alergika adalah dermatitis yang timbul akibat paparan alergen baik
sebentar maupun bertahun-tahun.Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan
atopi,tetapi berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang juga di mediatori
oleh limfosit yang dapat menyebabkan inflamasi kulit. Dermatitis kontak alergi
disebabkan oleh substansi dari luar dan pada dermatitis ini timbul reaksi
imunologik,reaksi antigen antbodi,dapat terjadi akut,subakutdan kronik.(Mahdi,20).
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di tubuh.
Kulit bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi sebagai cadangan
kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita alami,serta berdampak pada
penghargaan orang lain tehadap kita. Selama hidup, kulit dapat terpotong, tergigit,
mengalami iritasi, tebakar atau terinfeksi. Akan tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan
yang luar biasa untuk pulih.(Muttaqin,2011) Kulit merupakan organ tubuh yang terletak
paling luar dan membatasi tubuh paling luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan
manusia yang merupakan organ esensial dan vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan
dari kehidupan seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)
Anatomi Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi
bagian dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis. Kulit
terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis dan
subkutis. (Muttaqin,2011)
1. Lapisan epidermis
 Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah : lapisan kulit yang paling luar dan terdiri
atas sel gepeng yang mati,tidak berinti,dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
 Stratum lusidium terdapat langsung dibawah lapisan korneum, yang merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan ini tampak/nyata pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum granulosum(Lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapisan sel-sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar serta terdapat inti diantranya dan terdapat jelas
pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum spinosum (Sratum malphigi) disebut juga picle cell layer (Lapisan akanta).
Sel stratum spinosum mengandung bayak glikogen. Stratum basale terdiri dari sel yang
bebentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada pebatasan dermon epidermal
seperti pagar (palisade) dan merupakan lapisan epidermis yang paling bawah,sel basal ini
mengadakan mitosis yang berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel:  Sel-
sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma terbentuk inti lonjong dan besar
berhubungan satu degan yang lain oleh jembatan antar sel.  Sel pembentuk melamin
(melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda,dengan sitoplasma basofisik
dan inti gelap yang mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. lapisan dermis Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis dan terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat. Secara garis besar
elemen seluler dan folakel rambut dibagi 2 yaitu:
 Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
 Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah subkutan tediri dari
serabut-serabut penunjang,misalnya serabut (kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin. Kolagen muda bersipat lentur
(dengan betambah umur menjadi kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih elastis.
3. Lapisan subkutis Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan
ikat longgal berisi sel-sel lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak disebut panikutus
Adipose berbentuk bulat dengan intinya terdesak kepinggir,sehingga membentuk
cicncin.Fungsi penikulus adiposa adalah sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dibawah subkutan
terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah otot.
Fungsi Kulit Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat , bagian
kulit yang berfungsi intuk ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini berfungsi untuk
mengatur suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dapat menyerap panas tubuh ,untuk
mempertahanka panas tubuh agar tetap stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit
jugaberfungsi sebagai berikut :
 Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsimenjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisik atau mekanis.  Gangguan fisis misalnya : - Tekanan - Gesekan - Tarikan 
Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Contoh : Lisol,
karbol, asam dan alkali kuat lainnya.  Gangguan bersifat panas misalnya :
Radiasi ,sengatan sinar ultra violet.  Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
 Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitujuga yang larut
dalam lemak.
 Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan
amonia.
 Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di perankan oleh badan-
Ruffini di dermis dan subkutis. Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh
badan krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis
peran terhadap rabaan. Fungsi badan vater paccini di epidermis berperan terhadap
tekanan.
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk mengeluarkan suhu
keringat dan menegerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah kulit.
 Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari rigi saraf
( melanosit) dan peran untuk memnentukan warna kulit,ras maupun individu. Universitas
Sumatera Utara 10
 Fungsi pembentuk vitamin D,dapat mengubah 7 dihidrognisi kolesterol dengan
bantuan sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak cukup dengan sinar matahari sehingga
vitamin D dapat di perlukan dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
 Fungsi Karatinisasi

B. Faktor – Faktor Penyebab dermatitis

Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak
berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut alergen.
 Keadaan panas dan dingin yang ekstrim
 Frekuensi kontak dengan air dan sabuh
 Penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya. Respon inflamais pada kulit pada demaititis
kontak diperantarai melalui hipersensitivitas lambat jenis selula tipe IV.
C. Gejala dan tanda
Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang
umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ). Dermatitis kontak alergi biasanya
ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya
papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel
timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang
mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak
dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya,
misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau cat
rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream,
sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang
hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak alergi adalah
radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan
panas tidak sehebat pada dermatitis kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi
dapat akut, sub-akut, ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan
erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula, serta patch
berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai bentuk dan ukuran, akan tetapi
umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling berpengaruh, sehingga daerah yang
terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai
hari ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak dengan alergen.
Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua minggu hingga satu bulan.
Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krusta.
Dermatitis kronik tampak sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan
berskuama serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis kontak
iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada keduanya sama-sama
ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi, Universitas Sumatera Utara 13 fisura dan
gatal. Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis
yang teliti. Anamnesis Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun
follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis
perlu ditanyakan pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal,
misalnya tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau
perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang
pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya eritema, edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan
membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu
penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu
sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya:
kelopak mata, leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak
sulit terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak tangan, telapak kaki dan kulit kepala.
Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah
yang mengalami dermatitis.Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian
kosmetik (maskara), obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari )
atau terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab
umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum, perhiasan (kalung) yang
mengandung nikel yang menyebabkan coin shape dermatitis. Dermatitis dan air borne
alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun perempuan akan
bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat
dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium,
pakaian serta obatUniversitas Sumatera Utara 14 obat topikal merupakan causative agent
yang sering ditemukan. Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat
terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :

1. Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan tangan. Pada kasus
dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama muncul di tangan, kemudian menyebar ke
lengan bawah. Cairan biasanya berefek di interdigital space; house wives contact
dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja yang menggunakan
karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet pelindung.

2. Muka ; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan tangan. Biasanya
dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu kontak
dan daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata.

3. Bibir dan daerah perioral ; biasanya disebabkan oleh lipstick dan bermanifestasi
bibir kering dan pecah.

4. Paha dan tungkai bawah ; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam
dan bagian belakang paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa
poplitea. 5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki.

D. Patofisiologi

Alergi Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada bagian tubuh
lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak
alergi,yang digolongkan dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas
lambat. Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :

1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai berat molekul
kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian berikatan dengan karier protein di epidermis.
Komponen tersebut akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar limfe
regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel limfosit T di daerah parakorteks
untuk memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori.
Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.

2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada individu yang telah
tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan
limfe regional. Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi reaksi
inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahanbahan limfokin dan sitokin.
Terjadinya reaksi ini maksimum 24 - 48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen
tersebut secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji antigen ), kemudian
diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel
langerhans dan keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte aktivating factor )
dan sel langerhans akan mengalami perubahan morfologis menjadi sel langerhans yang aktif
sebagai penyaji sel ( APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal, kelenjar
limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan
reseptor HLA DR yang dimiliki oleh sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan
makrofak hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan sel T yang belum
disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis.
Selain itu, sel limfosit T itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel
langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan interlukin II ( lymphocyte
proliferating cell ) dan menyebabkan sel T berfloriferasi.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis kontak alergi, antara lain :

 Istirahat kulit yang sakit

 Identifikasi iritan

 Hindari iritan lokal

 Hindari pemakian sabun

 Kolaborasi untuk terapi topikal lotion dioleskan pada bercak, eritema (inflamasi kulit)

 Kompres dingin/basah (untuk mengeluarkan sekret)


 Pemberian topikal kostikosteroid dioleskan tipis-tipis (kolaborasi)

BAB 111

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian

Dermatitis Kontak Alergi adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen ataupun endogen yang menimbulka gejala klinis
berupa efloresensi polimofik (eritema,edema,papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan gatal.

Dermatitis Kontak Alergi dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit. Sehingga


hal tersebut harus segera ditangani. Kerusakan Itegritas Kulit dapat mengganggua rasa
Nyaman dan gangguan istirahat akibat gatal yang dilalami.

Pengkajian yang dapat dilakukan berupa (hetharia,2009)

I. Pemeriksaan fisik

1) Pengkajian kulit

a. Inspeksi Pasien berada dalam ruangan yang terang dan hangat,pemeriksaan


menggunakan penligt untuk menyinari lesi amati kulit:

 Warna kulit

 Kekeringan

 Testur

 Lesi

 Vaskularisasi

 Mobilitas kondisi rambut dan kuku

 Turgor kulit

 Edema

 Warna kebiruan,sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat pada ekstremitas dan dasar
kuku, bibir, membran mukosa.
 Ikterus (kulit yang menguning) akibat kenaikan bilirubin

 Sklera, membran mukosa

 Perubahan vaskuler (ptekie)

 Ekimosis

 Eritema

 Urtikaria

b. Palpasi Pada tindakan palpasi pemeriksaan harus menggunakan sarung tangan


sebagai proteksi bagi pemeriksa. Pada tindakan ini ini akan di temukan :

 Turgor kulit

 Edema

 Elastisitas kulit

2 Analisa data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi
dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dala proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien.Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalahmasalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit,
selama klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).

Tujuan pengumpulan data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien


2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien

3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah berikutnya.

Tipe Data:

- Data Subjektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,
ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).

- Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera
(lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,
tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).

3. Masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita :

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi d.d mengeluh nyeri

2.Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi d.d kerusakan jaringan dan lapisan
kulit

3. gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulir tidur

Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh

4.Intervensi

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyerl
b.d agen Tindakan keperawatan 0bservasi
pencidera daiam jun gka waktu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
kimiawi 2x24 Jarm ting kat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
d.d nyeri menurun dengan identifikasi skala nyeri
Mengeluh kriteria hasil : identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri keluhan nyeri Terapeutik:
(menurun) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meringis ( menurun) mengurangi rasa nyen(mis, hiprosis,
gelisah ( menurun) akupresur,
Kesulitan tidur terapi muisk)
(menurun) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis suhu
ruangan,pencahayaan, kebising an)
Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi:
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan straiegi meredakan nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
-Kolaborasi
pemberian analgesik,j ika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
Integritas tindakan keperawatan Observasi:
kulit dalam jangka ldentifikasi penyebab gangguan integritas
b.d waktu 2x24 jam ku (Misal perubahan sirkulasi,peru bahan
perubahan integritas stafus)
Sirkulasi kulit meningkat dengan Terapeutik
dd kriteria hasil: Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
kerusakan Elastisitas (meningkat) Bersikan parineal dengm air hangat,
Jaringan Hidrasi (mening kat) terutar
dan Perfisi selama periode diare
lapisan jaringan(meningkat) Gunakan produk berbahan ringan/alami
kulit hipoalergik pada kulit sensitif
Edukasi
-Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan mening katkan nutrisi yang
cukup
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur
pola tindakan keperawatan
tidur dalam jan gka waktu Observasi:
b.d 2x24 jam pola tidur -Identifikasi pola aktivitas tidur -
hambatan membaik dengan Identifikasi faktor pengganggu tidur
lingkungan kriteria -Identīifīkasi obat tidur yang dikonsumsi
d.d Hasil: 13
mengeluh Keluhan sulit tidur T'erapeutik
sulit (meningkat) -Modifikasi waktu tidur siang
Keluhan tidak puas -Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
tidur tidur
(meningkat) Tetapkan jadwal tidur rutin
Keluhan istirahat tidak Edukasi
cukup (meningkat) -Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
-Anjurkan menpati kebiasaan waktu tidur
Anjurkan menghindari makanan/minuman
ya
mengganggu tidur

4 Gangguan Setelah dilakukan Promosi citra tubuh


citra b.d tindakan Observasi
tubuh keperawatan dalam Jdentifikasi harapan citra tubuh
perubahan jangka waktu 2x24 jam berdasarkan tahap perkembangan
bentuk citra tubuh meningkat Identifikasi budaya, agama, jenis
tubuh d.d dengan kriteria hasil: kelarmin, dan
kehilangan Melihat bagian tubuh umur terkait citra tubuh
bagian (membaik) Identifikasi perubahan citra tubuh yang
tubuh Menyentuh bagian mengakibatkan isolasi sosial
tubuh (membaik) Terapeutik
Hubungan sosial Diskusikan perubahan tubuh dan
(membaik) fungsinya
ta Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
Diskusikan presepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh
Ed ukasi
Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat bantu (mis
pakaian, parfum)
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpu lan

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pemganh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkanke linan klinis bembuh eflo-
resens polimorfilk (eritema, edemapapul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).

Penyebab dematitis dapat bemsal dari luar (cksogen) misalnya bahan kimia
(contoh:detergen,asam,basa, oli,semen), fisik (sirar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri.jamur) dapat pula dari dalam (cndogen) misalnya dermatitis atopik

Pencegahan meruakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis


kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, be berapa hal dapat dilaksanakan
misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastikmanggnakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.

4.2 Saran

Uhtuk menghindari terjadinya dermatitis maka seseorang yang memiliki kulit


sensitive disırankan untik menggunakan sarung tangan plastik saat mencuci pakaian agar
tidak terpapar dengan deterjen.
Asuhan Keperawatan Kasus

1. PENGKAJIAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 tahun
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Ikut orang tua
Agama : Islam
Alamat :bawang ½
Tanggal Pengkajian : 1 mei 2022
Identitas orang tua
Nama
a. Ayah : Tn. B
b. Ibu : Ny. C
Umur
a. Ayah : 31 tahun
b. Ibu : 28 tahun
Pekerjaan
a. Ayah :wiraswata
b. Ibu : IRT
Agama
a. Ayah : Islam
b. Ibu : Islam
Suku
a. Ayah : Jawa
b. Ibu : Jawa

II. KELUHAN UTAMA :


An. H mengeluh luka, gatal dan merah pada area kaki, tangan, kepala dan bokong.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Ny. C mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena An. H sering mandi disungai.
Setiap An. H mandi disungai (kisaran) tersebut pasti klien akan mengalami hal yang sama.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan


Ny. C mengatakan keadaan akan membaik jika orangtua klien memberi obat yang di
dapat dari apotik yaitu Kortikosteroid.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan bokong
2. Bagaimana dilihat
Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala, kulit pasien
kering dan turgor kulit agak lambat.
C.Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
D. Time Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H masih
mengalami kondisi yang sama.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami


Ny. C mengatakan bahwa An. H sudah 3 kali mengalami penyakit yang sama. Setiap
klien mandi di sungai, An. H pasti mengalami penyakit yang sama.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. C selalu memberi antibiotik.

C. Pernah dirawat/dioperasi An. H tidak pernah di rawat/dioperasi.

D. Lama dirawat An. H tidak pernah dirawat. E. Alergi An. H alergi terhadap air sungai.

F. Imunisasi

1. Polio : 3x
2. DPT : 2x

3. Campak : 1x

4. BCG : 1x

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan da sampai saat ini masih sehat.

B.Saudara kandung

An. H adalah anak ke pertama dari 1 bersaudara.

C. Penyakit keturunan yang ada keluarga Ny. Cmengatakan tidak memiliki penyakit
keturunan baik dari keluarga Tn. B maupun dari keluarga Ny. C.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Ny. C mengatakan anggota keluarga yang meninggal adalah Ayah Ny. C sudah meninggal.

E. Penyebab meninggal

Ny. C mengatakan ayahnya meninggal secara tiba-tiba.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya


Klien mengatakan ia sering menyendiri karna malu dengan penampilan tubuhnya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri : Klien merasakan malu dengan teman-temanya karna kondisinya
sekarang.
- Ideal diri :Klien ingin cepat sembuh.
- Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang.
- Peran diri : Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah dan sebagai anak.
- Identitas : Klien merupakan seorang laki-laki yang belum sekolah.
C. Keadaan emosional Keadaan emosional klien tampak labil dan tidak kooperatif.
D. Hubungan sosial : - Orang yang berarti : Menurut An. H orang yang paling
berarti adalah orang tuanya terutama ibunya. - Hubungan dengan keluarga : Menurut
Ny. C hubungan An. H dengan keluarga baik dan harmonis. Universitas Sumatera
Utara 28 - Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit hubungan
sosialisasi dengan orang lain kurang baik karena klien hany bermain di rumah. -
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : An. H masih kurang jelas dalam
berbicara, sehingga menghambat dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Klien menganut keyakinan agama Islam.
- Kegiatan ibadah Klien : Jarang mengikuti kegiatan ibadah.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Kesadaran umum An. H Compos mentis (CM).
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 370 c
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 24x/i
- TB :110 cm - BB : 12 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat
lesi,merah, odem dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata dan
tidak berbau. Universitas Sumatera Utara 29
2. Wajah Struktur
wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo matang.
3. Mata An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan
dengan konjungtiva anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu melihat
dengan jarak ± 80 m dan tekanan bola mata baik, dapat digerakkan kekiri dan
kekanan.
4. Hidung Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping
hidung normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.
5. Telinga Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal,
lubang telinga sedikit berair dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan
jarak ± 10 m.
6. Mulut dan Faring Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada
kelainan, klien mampu membedakan rasa asin dan manis.
7. Leher Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar
thyroid, suara klien normal.
8. Integument
A. pengkajian kulit
a.Inspeksi Tangan :
 Warna kulit : Kemerahan (rubor)
 Kekeringan : Kering dan bersisik
 Lesi : Adanya lesi
 Kehangatan : Kulit tangan An. H terasa hangat.
 Kuku : Kuku An. H pendek dan bersih
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Adanya udem (pustula) Kaki
 Warna kulit :Kemerahan (rubor)
 Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
 Kehangatan : Kulit kaki An. H terasa hangat.
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Ada edema
 Kuku : Kuku An.H pendek dan tidak kotor. Bokong
 Warna kulit :Kemerahan (rubor)
 Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
 Kehangatan : kulit bokong An. H terasa hangat.
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Ada edema. Kepala
 Warna kulit :Kemerahan (rubor) Universitas Sumatera Utara 31
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Membran mukosa : lembab
 Mobilitas kondisi rambut : rabut rata dan berbau.
b.Palpasi

Palpasi dilakukan pada area tangan, kaki, bokong dan kepala,hasil yang di
dapatkan yaitu :

Tangan
 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada tangan

 Edema : Adanya udem ( Pustula)

 Elastisitas kulit : Jelek

Kaki

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kaki

 Edema : Adanya udem ( Pustula)

 Elastisitas kulit : Jelek Bokong

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada bokong

 Edema : Adanya udem ( Pustula)

 Elastisitas kulit : Jelek

Kepala

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kepala

 Edema : Adanya udem ( Pustula)

9. Pemeriksaan payu udara dan ketiak Ukuran dan bentuk payuudara An.
H normal serta simetris, areola berwarna hitam kecoklatan, tidak ada
pembengkakan atau benjolan pada payudara dan aksila.

10. Pemeriksaan thoraks/dada Bentuk dada normal tidak burrel chest


ataupun fannel chest, pernafasan 23 x/ i dan An. H bernafas dengan teratur.

11. Pemeriksaan paru Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas
vesikuler dan resonan saat di perkusi.

12. Pemeriksaan jantung Detak jantung An. H beraturan, tidak ada


pembengkakan, bunyi jantung normal lup-dup dan saat di perkusi dallnes.

13. Pemeriksaan abdomen Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan
tidak ditemukan adanya benjolan, dan tidak ada suara tambahan. 14. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan An. H baik

- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati

- Alergi :An. H tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan


minuman.

- Mual dan muntah : An. H Tidak ada mual dan muntah

- Waktu pemberian makan : Pagi(jam 8),siang( jam 1),sore(jam 7)

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk

- Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan (bila An.H haus, An. H


minum)

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : An. H


tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : An. H terlihat kotor

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi sedikit kotor dan busuk.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tidak terlihat panjang

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi,makan,eliminasi, ganti pakaian,


dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total: Klien melakukan aktivitas
mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan dan dibantu oleh orang tuanya
terlebih dahulu.

- Uraian aktivitas ibadah, Ny. C selalu mengajari pasien untuk sholat.

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 x sehari


- Karakter feses : Kadang keras dan kadang lembek

- Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat perdarahan

- BAB terakhir : Pagi hari - Diare : Tidak mengalami diare

- Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif.

2. BAK

- Pola BAK : 1-3 x sehari

- Kateter urine : Tidak memakai kateter urine

- Nyeri/rasa terbakar : Tidak ada nyeri atau kesulitan BAK

- Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan diuretik

V. Mekanisme koping Saat ada masalah An. H mengatakannya kepada


kedua orangtuanya

2. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Ds :- An. H mengatakan Perubahan
luka pada tangan, kaki, suhu/kelembaban Gangguan
kepala dan bokong. Do : - udara,Infeksi bakteri/jamur, Integritas kulit
Tampak An. H sesekali Alergi b.d perubahan
menggaruk -Terlihat ↓ Sirkulasi dd
adanya luka dan memerah Dermatitis kerusakan
dan di sertai penebalan ↓ Jaringan dan apisan
pada tangan, kaki, kepala Pelepasan histamine kulit
dan bokong. ↓
Gatal dan ketidak
nyamanan

Timbulnya keinginan
untuk menggaruk

Terjadinya kemerahan dan
penebalan pada area
tersebut Kerusakan integitas
kulit

Kerusakan integritas kulit

2 Ds : An. H mengatakan Perubahan Nyeri akut b.d agen


ketidak nyamanan ; Nyeri suhu/kelembaban pencidera kimiawi
dan gatal pada daerah udara,Infeksi bakteri/ d.d
tangan, kaki, kepala dan jamur,Alergi Mengeluh nyeri
bokong. Do : Raut wajah ↓ Dermatitis
An. H tampak kesakitan, ↓
terdapat pustula dan seskali Pelepasan histamine
menggaruk area tangan, ↓
kaki, kepala dan bokong. Gatal dan ketidak
nyamanan Nyeri

3 RUMUSAN MASALAH

Masalah keperawatan

1. GangguanIntegritas kulitb.d perubahan Sirkulasi ddkerusakanJaringan dan lapisan


kulit

2. Gangguan rasa nyaman

Diangnosa keperawatan prioritas

1. Gangguan Integritas kulit b.d perubahan Sirkulasi dd kerusakan Jaringan dan lapisan kulit

ditandai dengan An.H mengatakan adanya lesi dan terjadi penebalan pada bagian tangan,
kaki,bokong dan kepala.

2. Nyeri akut b.d agen pencidera kimiawi d.d Mengeluh nyeri ditandai dengan adanya
pustula dan An. H mengaruk area tangan, kaki, kepala serta bokong dan kulit
memerah,menebal dan terdapat lesi.
4 PERENCANAAN KEPERAWATAN

tanggal No SDKI SLKI SIKI


DX
1/5/2022 1 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan
Integritas kulit tindakan keperawatan integritas kulit
b.d perubahan dalam jangka Observasi:
Sirkulasi dd waktu 2x24 jam ldentifikasi penyebab
kerusakan integritas gangguan integritas
Jaringan dan kulit meningkat dengan ku (Misal perubahan
apisan kulit kriteria hasil: sirkulasi,peru bahan
Elastisitas (meningkat) stafus)
Hidrasi (mening kat) Terapeutik
Perfisi Ubah posisi tiap 2
jaringan(meningkat) jam jika tirah baring
Bersikan parineal
dengm air hangat,
terutar
selama periode diare
Gunakan produk
berbahan
ringan/alami
hipoalergik pada kulit
sensitif
Edukasi
-Anjurkan
menggunakan
pelembab
Anjurkan minum air
yang cukup
Anjurkan mening
katkan nutrisi yang
cukup
1/5/2022 2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyerl
agen pencidera Tindakan keperawatan 0bservasi
kimiawi d.d daiam jun gka waktu identifikasi lokasi,
Mengeluh nyeri 2x24 Jarm ting kat karakteristik, durasi
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri.
keluhan nyeri identifikasi skala
(menurun) nyeri
meringis ( menurun) identifikasi respon
gelisah ( menurun) nyeri non verbal
Kesulitan tidur Terapeutik:
(menurun) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyen(mis,
hiprosis, akupresur,
terapi muisk)
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis suhu
ruangan,pencahayaan,
kebising an)
Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi:
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan straiegi
meredakan nyeri
Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
-Kolaborasi
pemberian analgesik,j
ika perlu

5.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl No Implementasi Evaluasi


dx
1/5/2022 1  Mengobservasi luka : lokasi, S :Ny. C mengatakan luka An.
dimensi,kedalaman H berkurang.
luka,karakteristik,warnacair an, O : - Luka tampak bekurang -
granulasi, jaringan nekrotik, tanda- Tidak ditemukannya tanda-
tanda infeksi local. tanda infeksi T : 26,90 c - Kulit
 Mengoleskan lotion atau tampak lembab -Klien tampak
minyak/baby oil pada derah yang sedikit tenang.
kering. A :Masalah teratsi sebagian.
 Memandikan pasien secara P : Intervensi dilanjutkan
lembut dengan sabun ringan dan air - Mengobsevasi luka dan tanda-
hangat. tanda infeksi.

 Mengkaji lingkungan dan -Memasase kulit dengan baby

peralatan yang menyebabkan oil

tekanan, garukan dan cubitan -Memandikan pasien

( benda yang keras, sudut meja, dengansabun ringan dan air

sisir, pulpen dll ) hangat

 Melakukan masase dengan - Mengkaji lingkungan dan

lembut kulit yang sehat jangan peralatan yang menyebabkan

dilakukan pada area kerusakan. luka baru

 Pemberian diet TKTP.(susu 2 - Pemberian diet TKTP

gelas/hari, telur 1 butir /hari dan Universitas Sumatera Utara 40

daging 1 potong/ harinya) (susu 2 gelas/ hari,telur 1


butir/hari dan daging 1
potong/hari)
1/5/2022 2  Melakukan pengkajian penyebab S : An. H mengatakan bahwa
gangguan rasa nyaman. rasa gatal berkurang. Ny. C
 Mengobservasi reaksi nonverbal juga mengatakan bahwa klien
sudah jarang menggaruk bagian
dariketidaknyamanan area alergi
 Mengontrol lingkungan yang O :- An. H masih tampak
dapat mempengaruhi gatal seperti mengaruk area alergi seseklai.
suhu ruangan. - Kulit An.H tampak lembab.
 Mengajarkan tentang teknik non A :Masalah teratasi sebahagian
farmakologi kompres hangat/ P :Intervensi dilanjutkan
dingin. -Menganjurkan kompres air
 Menjaga agar kuku selalu hangat/air dingin

terpangkas  Menjaga agar kulit -Menjaga agar kulit lembab

lembab,dengan mengoleskan baby dengan memasase kulit kering

oil. dengan baby oil

 Menggunakan terapi topikal. - Menjaga lingkungan agar

( Kortikosteroid) tetap sejuk.


-Menggunakan terapi topikal
(Kortikosteroid
DAFTAR PUSTAKA

Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI

Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi ke- 2.
Jakarta : FKUI.

Hetaria, Rospa. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:


Trans Info Media

. Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta : EGC

Sdki, siki,slki

Anda mungkin juga menyukai