Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT DERMATITIS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Anggraini Della Puspa P01720322003


2. Donna Threia Amandri P01720322011
3. Jesica Afrilya P01720322022
4. Sabilatul Khoiri P01720322035
5. Adi Guna Sagib Elese P01720322052
6. Ayu Pratiwi P01720322062
7. Azizah Agnezanti P01720322063
8. Lipson Matondang P01720322079
9. Nike Febtriani P01720322085
10. Vivi Veronika P01720322099

Dosen Pembimbing : NS. Idramsyah.,M. Kep.,Sp.MB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN
PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya serta nikmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah II kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Penyakit Dermatitis”. Pada Kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dari dosen
pengajar Bapak Ns. Idramsyah, M.Kep.,Sp.MB

Semoga makalah yang telah kami susun ini mampu menambah wawasan
bagi para pembaca, terutama bagi para mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia
keperawatan. Terlepas dari semua itu, kami selaku penuyusun makalah menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih
sempurna lagi kedepannya.

Bengkulu, 23 Maret 2024

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Eksim atau
Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Dermatitis cenderung residif dan menjadi
kronis, klasifikasi dermatitis belum ada kesepakan yang pasti. Salah satu jenis
dermatitis berdasarkan bentuk adalah dermatitis nummular nama lainnya adalah
ekzem discoid, ekzem nummular, nummular eczematous dermatitis.
Terdapat juga beberapa klasifikasi lain dermatitis yang berdasarkan
lokası kelainan, penyebab, usia, faktor konstitusi. Dermatitis nummular
merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap dengan keluhan gatal,
yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas,
umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul
disertai vesikel yang biasanya mudah pecah. Dermatitis nummular angka
kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita,
onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Penyakit ini jarang pada anak-anak,
jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang
menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai
dengan peningkatan umur.
Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis
dalam beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO),
memperkirakan di dunia terdapat 50 juta manusia menderita asma. BBC
melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat.
Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30%
orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai
1 gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi
kulit), (Rahimah,dkk, 2014). Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu
bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup
(UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan UHH ini dapat
mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat
meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif Perubahan
struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia)
dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran,
(Kemenkes R1,2013).
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya
usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala
utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul
sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.
Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi tingkat
kekambuhan dari penderita dermatitis, untuk itulah penulis tertarik untuk
membahas lebih jauh mengenai konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita penyakit dermatitis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
penderita dermatitis.
2. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Dermatitis
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dermatitis
3) Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
pada pasien dermatitis
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama menempuh pendidikan
2. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Dermatitis secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar penyakit
1. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi Kulit
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi
membatasi tubuh manusia dengan lingkungan luar dan mencegah
masuknya substansi yang berbahaya misalkan virus ataupun bakteri.
(Wolff, 2008)
Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Bagian terluar dari kulit adalah epidermis, dimana epidermis
tersusun atas keratinosit aktif yang terlapisi oleh lapisan keratin, stratum
corneum. Sedangkan dermis berada dibawah lapisan epidermis yang
tersusun atas liposit lobul dan protein kolagen berstruktur fibrilar, dermis
dibatasi oleh kolagen septae yang tersusun oleh kumpulan neurovascular.
Sedangkan subkutan merupakan kelanjutan dari dermis terdiri atas jaringan
ikat berisi sel-sel lemak. (James, 2011)
Pada kulit juga terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit
dimana kelenjar kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu glandula sebasea dan
glandula sudorifera (kelenjar keringat). (Shier, 2012)
2) Fisiologi Kulit
Secara anatomi kulit terdapat pada bagian terluar tubuh manusia, hal
ini sangat berhubungan dengan fungsinya sebagai proteksi tubuh terhadap
lingkungan. luar. Hal ini dapat terjadi karena terdapat bantalan lemak dan
serabut-serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi dari gangguan
fisis, contoh tarikan tekanan atau gesekan. Dengan struktur stratum
komeum yang impermeable terhadap bahan-bahan kimia mampu
memberikan perlindungan kepada tubuh dari gangguan kimia terutama
yang bersifat iritan seperti asam, karbol dan alkali kuat. (Nuraga dkk,
2008).
Fungsi lainnya dari kulit selain untuk proteksi tubuh tapi juga untuk
absorpsi. Pada kulit normal tidak mudah untuk menyerap air, larutan dan
benda padat. Selain itu kulit juga mampu berfungsi sebagai organ ekskresi
yaitu mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna ataupun sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia.
(Wasitaatmaja, 2011)

2. Definisi
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh
kontak dengan faktor eksogen dan endogen. Faktor ekstrinsik dan intrinsic
berupa iritan (kimia, fisik dan biologis) berperan penting pada penyakit ini.
Dermatitis adalah penyakit kulit yyang ditandai dengan peradangan pada
kulit yang menunjukkan ciri-ciri seperti gatal, kemerahan, bersisik,
melepuh. Dermatitis dapat dibagi menjadi tiga jenis menurut (Fatonah,
2016): dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan dan dermatitis
atopik.
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah reaksi hipersensitivitas tipe
lambat penyakit yang diperantarai sel (tipe IV) yang disebabkan oleh
kontak kulit dengan alergen lingkungan (Harlim, 2016). Salah satu
penyebab dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan
alergen seperti alergi obat-obatan, makanan laut, debu dan bulu.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
reseptor terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis (Djuanda Adhi, 2010 dalam
NANDA, 2015). Dermatitis atopic biasanya berhubungan dengan penyakit
alergi lainnya seperti asma bronkial dan Rhino konjungtivitis alergi.
Sinonim dermatitis atopic adalah neurodermatitis, eksema atopic, eksema
dermatitis, atau prurigo Besnier (Leung dkk, 2012).
3. Etiologi
Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh bahan kimia sederhana
dengan berat molekul rendah (<1000 Dalton) yang disebut hapten bersifat
lipofilik dan sangat reaktif, Sel-sel hidup epidermis bagian dalam banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya KAD, termasuk potensi sensitisasi
alergen, dosisi persatuan luas, area yang terkena, waktu pemaparan, oklusi
suhu dan kelembaban lingkungan, kendaraan dan pH. Ada juga faktor
individu seperti keadaan kontak (struktur stratum korneum, ketebalan
epidermis), status kekebalan (muntah, paparan sinar matahari yang kuat,
dII) juga berperan (Menaldi, 2017).
Sedangkan menurut (Hussain et al., 2017) terjadi di sebabkan oleh
a) Dermatitis kontak iritan
Penyebab dermatitis kontak iritan biasanya pada bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, larutan
garam konsentrat, plastic berat molekul atau bahan kimia.
b). Dermatitis Kontak Alergen
Penyebab dermatitis kontak alergen biasanya disebabkan oleh kontak zat-
zat yang bersifat alergen seperti alergi pada obat, seafood, debu dan bulu,
mainan bola.
c) Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik timbul dari interaksi yang rumit antar factor genetik dan
faktor lingkungan. Termasuk di antaranya adalah kerusakan barrier kulit
sehingga membuat kulit lebih mudah teriritasi dengan sabun, udara, suhu,
dan pencetus non spesifik lainnya.
4. Patofisiologi (WOC)
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan
rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan
leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi
dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan
histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets
yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan
merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan
terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator mediator Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu
dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan
iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan,
gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut
pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV
yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu:
a) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini
terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan
kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten
menempel pada kulit selama 8-24 jam kemudian hapten diproses dengan
jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal),
untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di
epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada
membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR
(Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen
presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke
parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen
kepada molekul CD4 (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3.
CD4+ berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans,
sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti
(CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk
ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut
terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan
antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk
mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk
mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T
sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke
seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi
bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada
saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko
untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b) Fase elisitasi
Fase clisitasi atau fase eferen terjadi apabila tiribul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan
merangsang sel T untuk mensekresi 11-2. Selanjutnya IL-2 akan
merangsang INF (interferon) gamma, IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta
sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag
untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas
yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti
eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin
E-1 dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-
1,2 berfungsi menekan produksi IL- 2R sel T serta mencegah kontak sel T
dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan
dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen,
diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat
sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T
terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan
peradangan.
5. Klasifikasi
1) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan ekstemal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
2) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat
iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan
antara lain detergen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.
3) Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu
DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat
obatan, dan sebagainya.
4) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik,
asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara
panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat Neurodermatitis
Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC) Istilah LSC diambil dari
kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai gambaran relief kulit
yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi
kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,
Mct bite.
5) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
6) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai
bawah.
7) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya
dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan
ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.
6. Manifestasi Klinis
a. Gatal yang kadang sangat hebat disertai nyeri, sehingga dapat
mengganggu
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm),kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk
I lesi karakteristik seperti vàng logam (koin) Eritematosa. sedikit
edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai numular,
bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungkai bawah, badan lengan
termasuk punggung tangan

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium.
Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap
bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di
kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif
terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan
melenting pada kulit. Pada dermatitis numularis IgE cenderung normal.
2. Kultur dan uji resistensi sekret
Untuk melihat mikroorganisme penyebab dan penyerta.
3. Biopsi
Untuk melihat perubahan hispatologi sehingga dapat menentukan tahapan
(akut atau kronis) dari penyakit dermatitis numularis.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab
atau faktor yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.
1) Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada
trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2) Emollients
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi
kekeringan pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain
aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.
1. Pengobatan topikal:
a. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi
iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan
contohnya triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif,
sebaiknya dilakukan kompres dengan larutan permanganas 1:10.000.

2. Pengobatan Sistemik
a. Antibiotik: Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
b. Antihistamin oral
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan HI. misalnya hidroksisin HCl.
c. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan
dosis oral 40-60 mg selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan
secara perlahan-lahan tapering off. Hanya berguna dalam beberapa
minggu, dermatitis yang belum sembuh sempuma, dapat ditangani
dengan pemberian krim steroid dan emolilients.
9. Komplikasi
a.. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b.. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
c.. Infeksi sekunder (manajemen sesuai lesi, studi jenis antibiotik sesuai
kebijakan rumah sakit)
d.. Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi (PERDOSKI,
2017)

B. Konsep ASKEP
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Umur, nama, jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
klien mengeluh nyeri, gatal-gatal, eritema, edema. kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula
(lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) likenifikasi
(penebalan kulit). skuama (kulit yang bersisik), dan
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pemah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat

3) Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1. Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut
hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Wama sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata,
kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien
normal, serta lapang pandang normal. Palpasi: Tidak adanya edema
dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung,
tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi
penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi
pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut
pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan
pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga. tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan
otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada
membran timpani.
Palpasí: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani
normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (-).
2. Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak
ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada
leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3. Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola
napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien
reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau
tidak ada kardiomegali.
Perkusi: Pekak
4. Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya,
tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat
kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)

5. Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6. Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka. (terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba
kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
7. Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1.Penyakit yang pernah di derita:
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin;
jamu, antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2) Pola Nutrisi Metabolik


a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan. berapa
kali sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b)Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.

8) Pola Hubungan dengan Sesama


a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut ( D.0077)
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologisn(mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak mreringis
2) Bersikap protektif (,is. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif
(Tidak tersedia)

Objektif

1) Tekanan darah meningkat


2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
b. Gangguan Integritas Kulit ( D.0129)
Penyebab:
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. Penekanan pada benjolan tulang,gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas kulit

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :

(tidak tersedia)
Objektif :
1) Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

(tidak tersedia)
Objektif
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
c. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Penyebab :
1. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian buday, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh


Objektif
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh


2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup

Objektif :

1) Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan


2) Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6) Hubungan sosial berubah
d. Resiko Infeksi ( D.0142)
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan petahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
Faktor klinis terkait
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit baru obstruktif kronis
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
E. Rencana Tindakan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


RASIONAL
O KEPERAWATAN HASIL (SLKI) KEPERAWATAN (SIKI)

1. Nyeri Akut b,d Setelah dilakukan SIKI : Manajemen Nyeri


Agen Pencedera tindakan keperawatan Aktivitas Keperawatan : Observasi
Fisik selama 3x24 jam Observasi 1. Nyeri merupakan pengalaman
diharakan mampu : 1. Identifikasi lokasi, subyektif dan harus di
Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, gambarkan oleh klien untuk
Ekspetasi : Menurun frekuensi, kualitas, merencanakan penanganan yang
intensitas nyeri efektif
Dengan Kriterian Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri 2. Skala nyeri digunakan untuk
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri mengetahui tingkat keparahan
menurun non verbal rasa sakit yang dialami klien
2. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang 3. Untuk mengetahui tingkat
menurun memperberat dan ketidaknyamanan yang
3. Gelisah menurun memperingan nyeri dirasakan klien saat proses
4. Perineum merasa Teraupetik pemulihan, biasanya klien akan
tertekan menurun 5. Berikan teknik gelisah, sulit untuk fokus,
5. Tekanan darah nonfarmakologi untuk ekspresi wajah meringis
membaik mengurangi nyeri (mis. 4. Untuk mengetahui faktor yang
6. Fungsi berkemih TENS, hypnosis, memperberat dan memperingan
membaik akupressure, terapi musik, nyeri yang dirasakan
biodeedback, terapi pijat, 5. Mengurangi tingkat nyeri
aromaterapi, teknik pasien/mengalihkan pasien dari
imajinasi terbimbing, rasa nyerinya dan memberikan
kompres hangat atau efek relaksasi
dingin, terapi bermain) 6. Mengurangi resiko factor yang
6. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat
memperberat dan nyeri/menimbulkan nyeri
memperingan nyeri (mis. 7. Mengalihkan dan memenuhi
Suhu ruangan, kebutuhan istirahat pasien
pencahayaan, kebisingan) 8. Memberikan informasi terkait
7. Fasilitasi istirahat dan tidur nyeri yang dirasakan pasien
Edukasi 9. Dapat membantu klien dan
8. Jelaskan penyebab periode keluarga dalam pentingnya
dan pemicu nyeri informasi mengontrol nyeri dan
9. Jelaskan strategi menemukan dukungan keluarga
meredakan nyeri 10. Pemberian teknik
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis dapat
nonfarmakologi untuk membantu klien dalam
mengurangi rasa nyeri mengetahui kecemasan nyeri
Kolaborasi Pemberian analgetik dapat
Kolaborasi pemberian analgetik, meredakan atau menghilangkan rasa
jika perlu sakit pada tubuh

2 Gangguan Setelah dilakukan SIKI : Perawatan Luka Observasi


integritas kulit tindakan keperawatan Observasi : 1. Untuk mengetahui kondisi luka
selama 3x24 jam 1. Monitor karakteristik luka 2. Untuk mengetahui luka terinfeksi
diharapkan pasien (mis. warna, ukuran, bau) atau tidak
mampu : 2. Monitor tanda-tanda infeksi Teraupetik
SLKI : Teraupetik 3. Agar pasien merasa lebih nyaman
Integritas Kulit dan 3. Lepaskan balutan dan plaster
Jaringan 4. Merangsang penyembuhan luka
Ekspetasi : secara perlahan lebih cepat
Meningkat 4. Bersihkan dengan cairan 5. Mempercepat penyembuhan luka
Dengan Kriteria Hasil : NaCl 6. Mempercepa kesembukan luka
1. Perfusi jaringan 5. Bersihkan jaringan nekrotik klien
meningkat 6. Berikan salep yang sesuai 7. Untuk mencegah kontaminasi
2. Kerusakan jaringan dengan kulit/lesi mikroorganisme
meningkat 7. Pertahankan teknik steril saat Edukasi
3. Kerusakan lapisan melakukan perawatan luka 8. Menambah informasi terkait
kulit meningkat Edukasi penyakit yag diderita
4. Nyeri menurun 8. Jelaskan tanda dan gejala 9. Untuk mempercepat proses
5. Peradarahan menurun infeksi kesembuhan luka
6. Kemerahan menurun 9. Anjurkan mengkonsumsi Kolaborasi
7. Hematoma menurun makanan tinggi kalori dan 10. Membantu mempercepat
penyembuhan luka
8. Jaringan parut protein
menurun Kolaborasi
9. Suhu kulit membaik 10. Kolaborasipemberian
analgetik
3 Gangguan citra Setelah dilakukan Observasi 1. untuk mengetahui seberapa besar
tubuh tindakan keperawatan 1. Identifikasi perubahan citra kemampuan menerima keadaan
selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan dirinya
diharapkan Citra Tubuh sosial isolasi 2. untuk meningkatkan kepercayaan
Meningkat Kriteria Hasil 2. Monitor frekuensi pernyataan diri
dengan: kritk terhadap diri sendiri 3. untuk meningkatkan percaya diri
1. Verbalisasi negatif 3. Monitor apakah pasien bisa dan semangat
perubahan menurun melihat bagian tubuh yang 4. untuk mengetahui kekuatan
perasaan tentang tubuh berubah pribadi
2. Verbalisasi Terapeutik 5. agar pasien tahu seberapa
kekhawatiran penolakan/ 1. Diskusikan perubahan tubuh kekuatan kepribadiannya
pada reaksi orang lain dan fungsinya 6. agar klien lebih percaya diri
menurun 2. Diskusikan kondisi stres yang 7. agar pasien percaya diri dan bisa
3. Menyembunyikan mempengaruhi citra tubuh beraktivitas
bagian tubuh berlebihan 3. Diskusikan persepsi pasien 8. memantau kondisi pasien
menurun dan keluarga tentang perubahan 9. melatih fungsi tubuh
4. Verbalisasi kecacatan citra tubuh
bagian tubuh membaik Edukasi
5. Verbalisasi kehilangan 1. Jelaskan kepada keluarga
bagian tubuh membaik tentang perawatan perubahan
citra tubuh
6. Respon non verbal 2. Anjurkan mengungkapkan
pada perubahan tubuh gambaran diri terhadap citra
membaik tubuh
7. Hubungan membaik 3. Latih fungsi tubuh yang
sosial dimiliki
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan SIKI : Pencegahan Infeksi 1. Mengetahui tanda gejala infeksi
intervensi keperawatan secara dini
selama 3x24 jam Aktivitas Keperawatan
2. Mengurangi paparan virus/kuman
diharapkan klien Observasi :
mampu : yang masuk kedalam tubuh klien
1. Monitor tanda dan gejala 3. Agar tidak terjadinya infeksi
NOC/SLKI : Tingkat infeksi lokal dan sistemik
Infeksi Teraupetik : 4. Untuk mencegah terjadinya
Ekspetasi : Menurun infeksi
 dipertahankan di 2. Batasi jumlah pengunjung
5. Antbiotik pada bayai dapat
level 4 3. Cuci tangan sebelum dan
 ditingkatkan ke level sesudah kontak dengan membantu proses penyembuhan
5 pasien dan lingkungan yang disebabkan oleh bakteri
 1: Meningkat pasien
 2: Cukup 4. Pertahankan teknik aseptik
Meningkat
pada pasien beresiko tinggi
 3.Sedang
Kolaborasi :
 4. Cukup
Menurun 5. Kolaborasi pemberian
 5. Menurun
antibiotik, jika perlu
Dengan Kriteria Hasil:

1. Nafsu makan
meningkat
2. Kebersihan badan
meningkat
3. Kemerahan menurun
F. Implementasi
Secara umum istilah Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti pelaksanaan atau penerapan.Istilah implementasi biasanya dikaitkan
dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Menurut Nurdin, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang
terencana untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, implementasi adalah
tindakan yang harus mengikuti pemikiran awal agar sesuatu benar-benar terjadi.

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan
mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang dilakukan
ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat
akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai
benar-benar masalah pasien teratasi.
BAB 3

A. KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal.
Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena
adalah tangan dan kaki. Salah satu jenis dermatitis berdasarkan bentuk adalah
dermatitis nummular nama lainnya adalah ekzem discoid, ekzem nummular,
nummular eczematous dermatitis. Terdapat juga beberapa klasifikasi lain
dermatitis yang berdasarkan lokası kelainan, penyebab, usia, faktor konstitusi

B. SARAN
1. Bagi instuti pendidikan
Diharapkan dapat menjadi pedoman dan sumber pengetahuan bagi
seluruh mahasiswa/mahasiswi kesehatan serta dapat menjadi referensi
dan masukan tentang asuhan keperawatan pada penyakit dermatis
2. Bagi pembaca
Diharapkan mengambil pembelajaran dari makalah ini sehigga
apabila terdapat tanda dan gejala penyakit dermatis kita dapat
melakukan tindakan yaang tepat agar tidak berlanjut ke yang lebih
buruk
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit


kulit dan elamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, CJ, et all 2002. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai