Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA DERMATITIS

Oleh :
Munira Ulfa Muna (P07120416 022)

Dosen Pembimbing :
Ns. Nurleli, S.Kep., MNS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEPERAWATAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas
Rahmat dan Hidayah serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Dermatitis ”
Penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya
kerjasama dalam kelompok kami serta bimbingan dari dosen.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam perbaikan makalah ini. Walaupun demikian, kami berharap penulisan
makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya,
sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berkembang dengan cepat.

Banda Aceh, 17 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II KONSEP PENYAKIT..........................................................................................3

A. Pengertian Dermatitis.........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis..............................................................................................3
D. Patofisiologi.......................................................................................................4
E. Penatalaksanaan.................................................................................................6

BAB III KONSEP KEPERAWATAN...........................................................................10


A. Pengkajian..............................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................13
C. Intervensi................................................................................................................14
D. Evaluasi..................................................................................................................15

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot
dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas
diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar
keringat. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan
lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan
utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah
pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh
darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang
sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi
tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan
lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan
suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis
yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya eksim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam
arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit
ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis
muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.

B. Tujuan
1. Apa definisi Dermatitis?
2. Bagaimana etiologi dari Dermatitis?
3. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari Dermatitis?

1
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Dermatitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Dermatitis?
7. Bagaimana pengkajian pada klien Dermatitis?
8. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien Dermatitis?
9. Apa saja rencana keperawatan pada klien Dermatitis?

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian Dermartitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis .
(NANDA NIC-NOC. 2015).Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi
pada kulit) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi.
B. Etiologi

Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar


merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi
selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :

a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa),
fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi
dapat menjadi penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri
yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan
pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa
panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem
kekebalan tubuhnya tidak bagus.
C. Manifestasi Klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut


terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

3
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis.
D. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas
tipe lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi)
dan fase elisitasi.Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit
sampai limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase
elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa
sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit
dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen
ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,
kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga
terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi
berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,
sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.Pada fase
elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor
yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai
sel radang sehingga terjadi gejala klinis.

4
Pathway

Sabun, detergen, zat kimia allergen: s.sensitizen

Iritan primer sel langerhans & makrofag

Mengiritasi kulit Kerusakan Sel T


integritas kulit

Peradangan kulit(lesi) Sensitasi sel T oleh saluran limfe Terpajang ulang

Reaksi hipersensitivitas IV

Risiko Nyeri
infeksi akut

sel efektor mengeluarkan limfokin

Gejala klinis: gatal, panas,

kemerahan pada kulit

Gangguan pola tidur

5
E. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan


integument yaitu :

a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu.Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai
kasus.Faktor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis,
untuk mengidentifikasi respon alergi.Uji ini menggunakan bahan kimia
yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local
yang ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya
positif.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.

6
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-
seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi pemakaian pada area
luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromesin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada
infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10
hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta

7
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal,
pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk
daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada
sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi  dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat
dan refrakter, dalam jangka pendek.
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi

8
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua
orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat
terjadi pada pria dan wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan,
suku, agama, diagnosa medis, jenis kelamin, pendidikan, status
pernikahan, dan identitas keluarga yang bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal
pada kuli, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering,
edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut
bisamuncul tergantung bagaimana respon kulitdari masing-masing
orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-
gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi
sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam, kemerahan, edema
disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas pada kulit.Keluha-keluhan
yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga
penderita harus datang ke pelayanan kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh
adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian
juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga
yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-
anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang
mungkin diketahui oleh keluarganya.

9
2. Pola fungsional kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan
kondisi kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia
yang dapat menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan
keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak
sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan
terganggu karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam
dan nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu makan turun
tetapi tergantung dari masing-masin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada
pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital
sehingga membuat penderita takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan
pola tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa
terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu
karena penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan
tetapi tergantung dari masing-masing individu yang mengalami
penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri

10
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara
normal, masih mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola
seksual jika penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan
biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien tentang
penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise,
demam, rasa panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas
ibadah penderita terganggu.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya
lesi atau kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV
biasanya penderita mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri
yang dirasakan bisa juga mengakibatkanpeningkatan denyut jantung,
peningkatan pernapasan, serta peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat),
Auskultasi (Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk)
mulai dari :
a) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak
ada lukaataulesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung
tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak,
dan tidakpucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera
ikterus/tidak, ada kelainan atau tidak, serta adanay bengkak
kemrahan/tidak

11
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada
stomatitis/tidak, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Biasanya pada herpes terdapat lesi pada bagian bibir akibat
infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri
tekan/tidak, adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis
bias menyerang bagian kulit manapun
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung
normal/tidak, ada tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/
benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi,
distensi abdoen atau tidak, kembung atau tidak, warna,
kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya
nyeri tekan atau tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis
yang menyerang genital mengalami kelainan seperti warna
kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
Adanya tanda- tanda insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak,
sianosis, CRT kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang
akut terutama priritus (sebagai pengganti dolor),  kemerahan
(rubor),  gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat
Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar, terdapat bula atau pustule, hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,   edema atau
pembengkakan, serta kulit bersisik
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
2) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit.

12
3) Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada
kulit.
C. Intervensi
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
dx
1 NOC : NIC:
Tujuan : 1. Berikan tindakan nyaman,
misalnya pijatan punggung,
Setelah dilakukan tindakan ciptakan lingungan yang tenang.
keperawatan selama 3x24 jam 2. Kolaborasi pemberian obat
diharapkan nyeri bisa teratasi. nyeri.
3. Ajarkan tekhnik relaksasi,
Kriteria Hasil:
distraksi .
1. Pasien tampak rileks. 4. Kontrol lingkungan yang dapat
2. Pasien mampu tidur/istirahat mempengaruhi nyeri seperti
dengan tenang. suhu, pencahayaan dan
3. Pasien tidak gelisah, tidak kebisingan.
merintih 5. Anjurkan untuk meningkatkan
istirahat.
Monitor tanda-tanda vital
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna kulit
keperawaan selama ... x 24 2. Monitor adanya infeksi
jam, integritas kulit klien dapat 3. Monitor temperatur kulit
membaik dengan kriteria hasil : 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
1. Tissue Integrity : Mucous 5. Anjurkan klien untuk
Membran Temperatur menggunakan pakaian longgar
jaringan baik 6. Monitor status nutrisi klien
2. Sensasi baik 7. Oleskan lotion pada daerah yang
3. Hidrasi baik tertekan
4. Tidak ada lesi atau luka

3 Tujuan : 1. Observasi dan laporkan tanda


Setelah dilakukan tindakan dan gejala infeksi seperti
keperawatan selama 3x24 jam kemerahan, panas.
diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Kaji temperature pasien setiap 4
Kriteria hasil : jam
1. Tidak terjadi infeksi. 3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
2. Tanda-tanda infeksi bisa 4. Gunakan standar sarung tangan
ditangani. selama kontak dengan
darah/cairan.
5. Pastikan tekhnik perawat

13
luka secara tepat.
6. Anjurkan pasien untuk istirahat
yang cukup.
7. Catat adanya tanda lemas,
kedinginan, anoreksia

D. Evaluasi
1) Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat dengan
tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih
2) Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur jaringan
baiksensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka
3) Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi bisa ditangani.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama,
dan keluhan gatal)
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen),
misalnya dermatitis atopik.
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan
dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal
dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
B. Saran
Jika memilki kulit yang sensitif, ada baiknya menggunakan sarung tangan
berbahan plastik saat mencuci pakaian menggunakan tangan untuk menghindari
terjadinya demratitis.
Dermatitis pun ada yang basah dan ada juga yang kering tergantung dari
reaksi yang ditimbulkan alergen pada tubuh. Pengobatannya pun menjadi berbeda
sehingga perlu dibedakan masing-masing dari klasifikasi dermatitis itu sendiri
agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan.


Jakarta:EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta: Mediction.

Nurarif, A., H., & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC NOC. Yogyakarta: MediAction.

Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan

16

Anda mungkin juga menyukai