Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“DERMATITIS”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


KELAS 2A

Alsimas ilnur P05120321002


Anjesmara Aknita P05120321003
Elisa Christina S P05120321013
Gita Reviani P05120321018
Imas Herawati P05120321020
Isti Septriani P05120321022
Ledya Citra P05120321023
Loza nandela P05120321024
Muhammad Fachri P05120321028
Nova indriani P05120321031

DOSEN PENGAMPU : Ns. Idramsyah, S.Kep.,M.Kep,Sp.Kep,Kmb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta
inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan
materi “Dermatitis” Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui
batas waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari
usaha penulis selama ini

Bengkulu , 08 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Umum :...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................................6
1. Definisi............................................................................................................................6
2. Etiologi............................................................................................................................6
3. Klasifikasi.......................................................................................................................7
4. Patofisiologi....................................................................................................................8
5. Manfestasi Klinis..........................................................................................................11
6. PATWAY......................................................................................................................11
7. Komplikasi....................................................................................................................12
9. Penatalaksanaan............................................................................................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................16
1. Pengkajian.....................................................................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................19
3. Intervensi Keperawatan.................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................................26
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
B. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga
dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan
zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi. Dengan kata lain, dermatitis
adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-bahan kimia, sering kali dermatitis
terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam biasanya emas
dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan. Jika Anda mengalami kulit
kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter, apakah yang terjadi
pada kulit Anda teridentifikasi dermatitis.
Jika Anda teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus Anda ketchui
adalah penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan Anda menghindari penyebab dari
iritasi dan alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan.
Sebab menggaruk tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan memperparah
ketidaknyamanan Anda. Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit lebih rentan
terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya. Biasanya rasa gatal timbul karena area
kulit tersebut kering maka gunakan pelembab untuk mengurangi rasa gatal. Gunakan
obat kulit untuk dermatitis, juga akan membantu mengurangi rasa gatal.
Dermatitis tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Tipe
dermatitis yang sering terjadi pada anak-anak yaitu dermatitis atopik yang merupakan
suatu gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. Gelala ini biasanya timbul
pada usia sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun.
Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan,
basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan
nanah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dermatitis?

2. Apa etiogi dermatitis?

3. Apa klasifikasi dermatitis?

4. Apa saja penyebab dermatitis?

5. Apa saja tanda dan gejala dermatitis?


6. Bagaimana patofisologi dermatitis?

7. Bagaimana pengobatan dermatitis?

8. Bagaimana komplikasi dermatitis?

9. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit dermatitis?

C. Tujuan Umum :

Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit dermatitis dan mampu memberikan


asuhan keperawatan dermatitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan faktor eksogen dan endogen. Faktor ekstrinsik dan
intrinsic berupa iritan (kimia, fisik dan biologis) berperan penting pada
penyakit ini. Dermatitis adalah penyakit kulit yyang ditandai dengan
peradangan pada kulit yang menunjukkan ciri-ciri seperti gatal, kemerahan,
bersisik, melepuh. Dermatitis dapat dibagi menjadi tiga jenis menurut
(Fatonah, 2016): dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan dan
dermatitis atopik.
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah reaksi hipersensitivitas tipe
lambat penyakit yang diperantarai sel (tipe IV) yang disebabkan oleh kontak
kulit dengan alergen lingkungan (Harlim, 2016). Salah satu penyebab
dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan alergen seperti
alergi obat-obatan, makanan laut, debu dan bulu.

2. Etiologi
Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh bahan kimia sederhana
dengan berat molekul rendah (<1000 Dalton) yang disebut hapten bersifat
lipofilik dan sangat reaktif, Sel-sel hidup epidermis bagian dalam banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya KAD, termasuk potensi sensitisasi alergen,
dosisi persatuan luas, area yang terkena, waktu pemaparan, oklusi, suhu dan
kelembaban lingkungan, kendaraan dan pH. Ada juga faktor individu seperti
keadaan kontak (struktur stratum korneum, ketebalan epidermis), status kekebalan
(muntah, paparan sinar matahari yang kuat, dll) juga berperan. (Menaldi, 2017).
Sedangkan menurut (Hussain et al., 2017) terjadi di sebabkan oleh:
a. Dermatitis kontak iritan Penyebab dermatitis kontak iritan biasanya pada
bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas,
asam alkali, larutan garam konsentrat, plastic berat molekul atau bahan
kimia.
b. Dermatitis Kontak Alergen
Penyebab dermatitis kontak alergen biasanya disebabkan oleh kontak zat-zat
yang bersifat alergen seperti alergi pada obat, seafood, debu dan bulu,
mainan bola.
c. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik timbul dari interaksi yang rumit antar faktor
genetik dan faktor lingkungan. Termasuk di antaranya adalah kerusakan
barrier kulit sehingga membuat kulit lebih mudah teriritasi dengan sabun,
udara, suhu, dan pencetus non spesifik lain

3. Klasifikasi
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala berbeda:
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit.Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen.Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal.Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang.Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis,gatal,sirkumstrip,ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan
dan bagian belakang dari leher.
c. Dermatitis Seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung,antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas.Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Dermatitis Stasis.
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensivena) tungkai bawah.Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada
kaki juga menjadi penyebab.
e. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). kelainan kulit berupa
papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan(fleksural). Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-
gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau
belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul
pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
f. Dermatitis Medikamentosal
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa
vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans
penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk
kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada
penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut
atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di
bandingkan dengan melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi batas nya
tidak tegas.

4. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan
oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini
terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan
kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten
menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan
jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk
mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis,
menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel
Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human
Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus
regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+
(Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai
pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3
yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan
pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion
kromium saja.
Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada
saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel
Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan
merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan
mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells,
yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan
memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses
ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam
pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti
mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan
merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang
INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung
beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid
akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya
timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula
yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin
E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-
1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T
dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan
memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga
histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik.
Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

5. Manfestasi Klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat
sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok
yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika
disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-
gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini
berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

6. PATWAY
7. Komplikasi
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
c. Hiperpigmentasi atau Hipopigmentasi post inflamasi
d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan darah dan urine
a. Darah
Pemeriksaan Hb, Leukosit, Trombosit, Elektrolit, Protein total, Albumin,
dan Globulin
b. Urine
2. Histopatologi
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab
lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler
(spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi
vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear.
Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akaniosis dan
kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis,
hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel
dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan
fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat
sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak
alergik dan dermatitis kontak iritan.

9. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan


menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan
tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
a. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak
iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
b. Pengobatan
1) Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
 Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen
dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan
proliferasi spesifik antigen.
 Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan
menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor.
 Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada
manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan
oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis
atau dermis.
 Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan
antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
 Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin
seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin
eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.
2) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik. Jenis-jenisnya adalah :
 AntihistaminMaksud pemberian antihistamin adalah untuk
memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium
permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat
pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
 Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan
HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari
limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
 Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r,
IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag
dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1
 Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat
peradangan.
 FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan
selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF .
Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan
histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua
umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama, diagnosa medis,
jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang
bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kuli,
suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering, edema disertai nyeri, dan
rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisamuncul tergantung bagaimana
respon kulitdari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada
kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi sehingga suhu
tubuh bisa meningkat/demam, kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa
terbakar/panas pada kulit.Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa
ditangani oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya
riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian juga dilihat dari
sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga yang
sama dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-anak sering
ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui oleh
keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi
kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien
minum obat dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan
kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu
karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan nyeri bagian
kulit yang biasanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari
masing-masin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola
eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga membuat
penderita takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi
sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur
dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan tetapi
tergantung dari masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal, masih
mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola seksual jika
penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya
akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise, demam, rasa
panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkanpeningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi (Mendengar),
Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
1) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi.
2) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
3) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak
pucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
4) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak,
ada kelainan atau tidak, serta ada yang bengkak
kemerahan/tidak
5) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi
tidak berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya
pada herpes terdapat lesi pada bagian bibir akibat
infeksi
6) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak,
adanya kemerahan atau tidak karena
dermatitis bias menyerang bagian kulit manapun
7) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada
tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/
benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.
8) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
9) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan
atau tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis
yang menyerang genital mengalami kelainan
seperti warna kemerahan serta adanya rasa
nyeri
10) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema, (Adanya tanda-
tanda insfeksi/tidak).
11) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT
kembali normal/tidak
12) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang
akut terutama priritus (sebagai pengganti
dolor),  kemerahan (rubor),  gangguan fungsi kulit
(function laisa), terdapat Vesikel-veikel fungtiformis
yang berkelompok yang kemudian membesar,
terdapat bula atau pustule, hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,  edema atau
pembengkakan, serta kulit bersisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan intergrits kulit
b. Nyeri Akut
c. Gangguan pola tidur
d. Risiko Infeks
3. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI: Perawatan Integritas Kulit
b/d bahan kimia iritatif selama 3x24 jam, maka diharapkan Observasi:
Tanda & Gejala Mayor pasien: 1. Identifikasi penyebab gangguan
S: - Ekspektasi: Meningkat integritas kulit (mis. penurunan
O: SLKI: Integritas kulit dan jaringan kelembaban, suhu lingkungan
- Kerusakan jaringan dan/atau Dengan kriteria hasil: ekstrim)
lapisan kulit 1. Elastisitas meningkat Teraupetik:
Tanda & Gejala Minor 2. Kerusakan jaringan menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
S: - 3. Kerusakan lapisan kulit menurun baring
O: 4. Nyeri menurun 2. Gunakan produk berbahan
- Nyeri 5. Kemerahan menurun petrolium atau minyak pada kulit
- Perdarahan 6. Tekstur kulit membaik kering
- Kemerahan 3. Gunakan produk berbahan
- Hematoma ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
4. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya.

2. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI: Manajemen Nyeri
Kimiawi (mis. Terbakar, Bahan kimia, selama 3x24 jam, maka diharapkan Observasi:
Iritan) pasien: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Tanda & Gejala Mayor Ekspektasi: Menurun durasi, frekuensi, kualitas,
S: Mengeluh nyeri SLKI: Tingkat Nyeri intensitas nyeri
O: Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Bersikap Protektif (mis. Waspada, 2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
posisi menghindari nyeri) 3. Gelisah menurun memperberat dan memperingan
- Gelisah nyeri
- Frekuensi nadi meningkat 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Sulit tidur kualitas hidup
Tanda & Gejala Minor Teraupetik:
S: - 1. Berikan teknik nonfarmakologis
O: untuk mengurangi rasa nyeri
- Tekanan darah meningkat 2. Kontrol lingkungan yang
- Pola napas berubah memperberat rasa nyeri
- Nafsu makan berubah 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Proses berpikir terganggu Edukasi:
- Menarik diri 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
- Berfokus pada diri sendiri pemicu nyeri
- Diaforesis 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3. Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
tidur b/d kurang Setelah dilakukan intervensi Observasi :
kontrol tidur (D.0056) keperawatan 1 x 24 jam
diharapkan pola tidur klien 1. Mengidentifikasi aktivitas dan
membaik sesuai kriteria hasil : tidur
1. Sulit tidur membaik 2. Mengidentifikasi faktor
2. Mengeluh sering terjaga penggangu tidur (fisik dan/
membaik psikologis )
3. tidak puas tidur membaik 3. Mengidentifikasi obat tidur yang
4. Mengeluh istirahat tidak dikonsumsi
cukup membaik Terapeutik :
1. Merubah lingkungan (mis.
Pencahayaan, suhu, kebisingan,
matras, dan tempat tidur)
2. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Biasakan menepati waktu tidur
3. Ajarkan faktor - faktor yang
berhubungan dengan gangguan
pola
4. tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup)
5. Ajarkan relaksasi otot
autogenic / nonfarmakologi
laiinya.
4. Risiko Infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (l.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
keperawatan selama 1 x 24 jam Memantau tanda dan gejala
diharapkan tingkat infeksi Terapeutik
menurun sesuai kriteria hasil : 1. Lakukan perawatan kulit pada
1. Kebersihan tangan area edema
meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan
2. Kebersihan badan sesudah kontak dengan pasien
meningkat dan lingkungan pasien
3. Demam menurun 3. Pertahankan tehnik aseptik
4. Kemerahan menurun
Edukasi
1. Sampaikan tanda dan gejala
infeksi
2. Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Berikan cara etika batuk
4. Sampaikan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
5. Dianjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Dianjurkan meningkatkan
asupan cairan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada
umumnya memberikan gejala subjektif gatalSecara umum penyebab dari dermatitis yaitu:
respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri adanya
respon alergi Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada
tanda-tanda radang akut terutama pruritus (sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula
kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi
kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan
terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut. Komplikasi
dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal.
Infeksi kulit oleh bakteri-bakten yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur,
atau oleh virus misalnya herpes simpleks.

B. Saran
Mengingat pentingnya pengetahuan tentang konsep dermatitis maka diharapkan para
mahasiswa mengetahui dan memahami materi tersebut sehingga dapat memberikan asuhan
yang tepat kepada penderita dermatitis
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai