Disusun oleh
Kelompok 1 Kelas 2A :
Nama NIM
M Nizam P05120319025
Dosen Pembimbing :
Ns.Rahma Anisa,S.Kep,M.Kep
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa tercurah sehingga penulis sapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Anak dengan gangguan digestif” walau terdapat
sedikit hambatan dan halangan. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran
bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khusunya yang berkaitan keperawatan yang berfokus pada
diagnose medis Thypoid fever.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan lancar walau hampir dekat batas waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil
makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................6
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................6
D. Manfaat...................................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................26
TINJAUAN KASUS...........................................................................................................................26
1. Identifikasi Klien.........................................................................................................................26
2. Analisis Data................................................................................................................................34
3. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................36
4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................37
5. Implementasi Dan Evaluasi.........................................................................................................42
BAB IV................................................................................................................................................53
PENUTUP...........................................................................................................................................53
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................53
B. Saran......................................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................56
LAMPIRAN........................................................................................................................................57
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan
kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Masyarakat semakin menuntut
mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik sehubungan dengan bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Proses atau asuhan keperawatan merupakan cara yang
sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. (Ryan et al.,
2013)
Proses atau asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan,
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus
pada pasien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling
berhubungan (A. Azis Alimul Hidayat, 2004).
Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan “heart”
profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan fokus sentral serta unik dari
keperawatan. Fenomena di lapangan mengindikasikan adanya kecenderungan perawat tidak
carring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang berdampak pada kualitas
asuhan yang pada akhirnya mempengaruhi kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan
khususnya dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (Agustin, 2002).
Kepuasan pasien merupakan kunci sukses memenangkan persaingan, hal ini tentu tidak
mudah bagi pengelola Rumah Sakit ataupun puskesmas, mengingat pelayanan atau asuhan
keperawatan yang diberikan juga menyangkut hidup para pasien atau pelanggannya, ada banyak
dimensi mutu yang mempengaruhi kepuasan pelanggan seperti pelayanan administratif,
keramahan dan ketanggapan para staff medis dan non medis kemudahan dan ketetapan waktu
layanan (Aimconsultant, 2005).
Kepuasan pelanggan atau klien merupakan tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja, yaitu hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapan pelanggan
atau klien (Bartiah, 2003). Pelayanan akan melahirkan kepuasan apabila memenuhi beberapa hal
antara lain : dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan perawat bersikap
komunikatif antara lain :
Umumnya penderita tifus meningkat, terutama pada musim kemarau. Saat musim itu
terjadi kekurangan sumber air bersih dan sumber air yang ada mudah tercemar. Gejala yang
ditimbulkan penyakit ini adalah panas dengan suhu hingga 40ºC (104ºF), terjadi gastro enteritis
serta diare tanpa disertai darah. Secara umum terdapat gejala dari penyakit Thypoid Fever
diantaranya : Demam lebih dari 5 hari, sakit kepala, demam terjadi terutama di malam hari, diare
atau sulit buang air besar, mual, muntah. Test widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang
berarti bahwa hasil uji widal positif menunjukkan adanya zat anti (antibodi) terhadap kuman
Salmonella. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap
positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
menyatakan kesembuhan.
Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif
pada 78% populasi orang dewasa. Untuk mencegah terjadinya Thypoid Fever diantaranya :
Jangan minum air yang belum dimasak (belum matang), Bila ingin jajan di pingir jalan yang
belum jelas apakah airnya dimasak atau tidak, yakinlah bahwa badan kita dalam keadaan yang fit
sehingga daya tahan tubuh kita (leukosit) dapat menghancurkan kuman-kuman itu, Menjaga
kebersihan peralatan makan, Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi
seimbang, istirahat yang cukup, olahraga, rileks (tidak stress/tegang).
Untuk menghindari penyebaran kuman, Buang air besar sebaiknya pada tempatnya
jangan dikali atau sungai (Administrator, 2009). Proses keperawatan merupakan cara yang
sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada pasien, dalam hal ini pasien dengan Thypoid Fever yang
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan
(A. Azis Alimul Hidayat, 2004).
Proses keperawatan merupakan suatu sistem dalam merencanakan pelayanan Asuhan
keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahab yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (H.Lismidar, dkk, 2005).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan demam thypoid dengan menerapkan kompres hangat?
C. Tujuan Masalah
Mampu memahami konsep dasar tentang penyakit demam thypoid, perawatan demam
thypoid, tumbuh kembang anak, dan peran perawat attraumatic care, serta FCC (Family
Centered Care).
a) Mampu memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi demam thypoid
b) Mampu menganalisa jurnal keperawatan yang berhubungan dengan demam
thypoid dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan demam thypoid.
c) Mampu mengaplikasikan jurnal keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa
keperawatan dengan demam thypoid
D. Manfaat
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan
perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan keperawatan anak dengan demam
thypoid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Typhoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara baik
dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Menurut Centres for Disease Control and
Prevention (CDC) (2013), dalam Pratama (2018), Typhoid di negara maju terjadi
mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya, sedangkan di negara berkembang typhoid
mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang pertahun. Menurut World Health Organisation
(WHO) 2016, secara global diperkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus
dan 222.000 menyebabkan kematian. Typhoid menjadi penyebab utama terjadinya
mortalitas dan morbiditas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
(Ulfa, F & Handayani, O. W (2018)
Berdasarkan data tahun 2010 Profil Kesehatan Indonesia thypoid masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di
rumah sakit rawat inap, thypoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare,
dengan jumlah penderita. Total kasus demam thypoid mencapai 41.081 penderita yaitu
19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan, 274 penderita meninggal dunia.
Case Fatality Rate (CFR) demam thypoid pada tahun 2010 sebesar 0,6% (Hidayat, A.
A, 2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Parry (2014), menyatakan bahwa dari
581 orang di Vietnam yang menderita typhoid terdapat 90 orang (15,5%) mengalami
komplikasi diantaranya perdarahan gastrointestinal 43 orang (7,4%); Hepatitis 29 orang
(5,0%); Ensefalopati 16 orang (2,8%); Miokarditis 12 orang (2,1%); Perforasi usus 6
orang (1,0%); Syok hemodinamik 5 orang (0,9%), dan kematian 3 orang (0,5%).
(Iskandar, M. T, 2016)
Berdasarkan data di atas penulis melakukan studi kasus untuk menilai
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien thypoid yang mengalami penyakit thypoid
dengan penerapan asuhan keperawatan, sehingga dalam study kasus ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pasien Thypoid khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi,
untuk mengurangi dan mempercepat penyembuhan serta mencegah komplikasi pada
pasien Thypoid.
5. Manifestasi Klinik
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10- 14 hari
2. Sampai akhir minggu pertama demam meninggi
3. Minggu keempat demam turun, dapat menyebabkan shock, stupor, dan koma
apabila demam tidak tertangani
4. Hari ke 7-10 muncul ruam dan bertahan selama 2-3 hari
5. Kepala nyeri
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual, muntah, diare
9. Konstipasi
10. Pusing
11. Nyeri otot
12. Batuk
13. Epistaksis
14. Bradikardi
15. Lidah yang berselaput (tepi dan ujung merah serta tremorkotor, ditengah kotor)
16. Hepatomegali
17. Splenomegali
18. Meteroismus
19. Gangguan mental berupa samnolen
20. Psikosis atau delirium (Sudoyo Aru, dkk 2009)
menggigil, dan
nyeri
kepala
Minggu Kedua Rasa nyeri Splenamegali, Vaskulitis, nedul
delirium
syok
BB
6. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
a) Perdarahan minor yang dialami penderita demam tifoid hanya sekitar 25% yang
tidak perlu tranfusi darah. Penderita dapat mengalami syok yang diakibatkan
pedarahan hebat. Apabila mengalami pendarahan mencapai 5 ml/kg/jam maka
secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan.
b) Perforasi Usus
Sekitar 3% dapat terjadi kepada penderita. Biasanya pada miggu ketiga akan
timbul tetapi dapat timbul pula pada minggu pertama. Penderita akan
mengalami nyeri perut hebat terutama pada daerah kuadran kanan dan akan
menyebar keseluruh bagian perut. Bukan itu saja, tekan darah menurun, nadi
cepat, dan sampai bisa mengalami syok.
c) omplikasi tulang : osteomielit is, periostit is, spondilit is, dan artritis
d) Komplikasi neuropsikiatrik : Sindrom katatonia, psikosis, meningitis,
polineurritis perifer, meningismus, dan delirium.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada hasil pemeriksaan darah penderita umumnya ditemukan anemia, bisa
menurunnya dan meningkatnya jumlah leukosit normal, mungkin juga terdapat
trombositopenia. Adanya eukopenia dan limfositosis relatif dapat menjadi
dugaan kuat untuk diagnosis demam tifoid (Hoffman, 2002)
2. Uji biakan darah
Apabila bakteri salmonella typhi ditemukan berkembang biak dalam darah,
urin, feses, sumsum tulang, dan cairan duodenum, dapat ditegakkan diagnosis
pasti pada demam tifoid. Pada awal penyakit bakteri lebih mudah ditemukan
dalam sumsum tulang dan darah, kemudian di dalam urin dan feses dapat di
temukan bakteri salmonella typhi pada stadium berikutnya (Hardi et al., 2002).
3. Uji serologi
Untuk dapat membantu menegakkan diagnosis demam thypoid dapat
menggunakan uji serologi dengan cara mendeteksi adanya komponen antigen
salmonella typhi memiliki antibody yang spesifik maupun terhadap mendeteksi
antigen itu sendiri. Menegakkan diagnosis demam tifoid dapat dilakuakan
dengan beberapa uji serologis (uji widal dan tubex test).
4. Uji Widal
Uji widal adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya kuman salmonella
typhi terhadap antibody. Reaksi aglutinasi antara antibodi penderita dan antigen
kuman Salmonella typhi terjadi ada uji widal. Antigen yang digunakan adalah
suspensi biakan Salmonella typhi yang sudah dibasmi dan kemudian telah
diolah di dalam laboratorium. Salmonella typhi memiliki 3 antigen, yaitu :
antigen O (antigen somatic), antigen H (antigen flagella), dan antigen Vi
(antigen kapsul). Ketika ketiga macam antigen tersebut ada di dalam tubuh
penderita, maka secara alami tubuh penderita tersebut akan membentuk 3
macam antibodi yang biasa disebut aglutinin (Widodo, 2006). Hanya agglutinin
O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, semakin tinggi titernya
maka semakin kuat penegakkan diagnosa thypoidnya.
5. Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan tubex lebih baik jika dibandingkan dengan pemeriksaan wijal,
karena pemeriksaan tubex merupakan metode diagnosis dengan tingkat
sensitifikal dan spesifisitas yang lebih baik. Pemeriksaan yang dilakukan lebih
sederhana, lebih cepat, dan lebih akurat untuk digunakan. (Rahayu, 2013).
6. Pemeriksaan kuman secara molekuler.
Cara paling ampuh untuk diagnosis demam thypoid dengan teknik hibridasi
asam nukleat untuk mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri
salmonella typhi didalam darah atau dengan cara polymerase chain reaction
(PCR) untuk amplikasi DNA melalui identifikasi antigen Vi (Liana, 2015).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus. 2.
Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
3. Untuk mencegah dekubitus setiap 2 jam sekali posisi tubuh harus diubah
4. Diet
B. Konsep Kompres Hangat
1. Defenisi Kompres Hangat
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan
hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dan
tujuannya untuk memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri
(Uliyah & Hidayah 2008, dalam jurnal Fajriyah dan Winarsih, 2013).
Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada 22
bagian tubuh yeng memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri.
Dalam keperawatan menurut (Andormoyo, 2013).
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunan respon
nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan,
manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan independen dari seorang
perawat dalam mengatasi respon klien. Penggunaan kompres. hangat untuk area yang
tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri
dengan mengurangi spesme otot yang disebebkan oleh iskemia, yang merangsang nyeri
dan menyebabkan vasodilatisi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut
(Andormoyo, 2013)
Pada dasarnya, kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres
hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan rangsangan pada ujung
saraf atau memblokir arah berjalannya impuls nyeri menuju ke otak meradang (Tamsuri
& Hareni, 2011).
1) Surface temperature
Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda, naik
turunnya tergantung respon terhadap lingkungan.Pada manusia nilai
normal untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC , tetapi pada sebuah penelitian
kasar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata
adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C. Dengan demikian, 95%
orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi hari sebesar
36,3 – 37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan
besar perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan
bervariasi. Ekstremitas umumnya lebih dingin daripada bagian tubuh
lainnya. Suhu rectum dipertahankan secara ketat pada 32ºC. suhu rectum
dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (Core temperature) dan paling
sedikit di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu oral pada
keadaan normal 0,5ºC lebih rendah daripada suhu rectum.(Ganong, 1998).
3. Riwayat Kesehatan
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian umum
Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
Tanda-tanda vital, normalnya:
Tekanan Darah : 95 mmHg,
Nadi : 60-120x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 16-24 x/menit (Dewasa)
22-34 x/m (Anak)
24-40 x/m (Batita)
30-60 x/m (Bayi)
Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.
b) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru
2) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung
c) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
d) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
2) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal
Ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan
kehamilansecara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara
berkala dapat mengganggu tumbang anak.
b) Riwayat kelahiran
Cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lama dan anak yang lahir
dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbuh kembang anak
Pertumbuhan fisik
BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada,
lingkar dada > dari lingkar kepala.
a. Pemeriksaan fisik
Bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat
dan juga paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada
kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan juga mudah / tidak akarnya
dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya oedema, anemia dan gangguan lainnya.
b. Perkembangan
Melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari
dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki
tangga,menendang bola dengan seimbang, egosentris dan menggunakan kata
”Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,bertanya,
mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –
kotak.
c. Riwayat imunisasi
d. Riwayat sosial
Bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
1. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ 28 fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi
tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah
mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan
padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
1) Memukul
2) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
3) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
4) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat
musik.
a Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
b Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
5) Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak- anak belum mengerti tentang manajemen
kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
b. Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.
c. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu,
penggunaan obat-obatan.
d. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan
untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
e. Pola istirahat tidur
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana
kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan
obatobatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan persepsi klien. 30
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai dirinya, persepsi
klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
h. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakitterhadapseksualitas anak.
kebutuhan tubuh b.d nutrisi membaik dengan kriteria Identifikasi status nutrisi
pemeriksan laboratorium
Verbalisasi keinginan
Terapeutik :
untuk meningkatkan nutrisi
makanan,jika perlu
perlu
Edukasi :
jika mampu
Kolaborasi :
perlu
Kolaborasi pemberian
jika perlu
hipetermia
Pengisian kapiler membaik
Terapeutik :
Suhu tubuh membaik
Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Lakukan pendinginan
eksternal ( kompres
hangat)
Edukasi :
dingin.
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
Kolaborasi
elektrolit intravena,
jika perlu
3 Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
b.d kelemahan
3x24 jam maka intoleransi Observasi :
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
merencanakan dan
memonitor program
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
3. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
4. Evaluasi
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang. Secara umum, evaluasi
ditujukan untuk :
1. Identifikasi Klien
Nama : An.G
Alamat : Sipagimbar
Agama : Islam
a) Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan pasien demam < 1 minggu yang lalu, sebelum dibawa
ke rumah sakit pasien mengalami mencret 3x, mencret berlendir dan sedikit
ampas, nafsu makan pasien berkurang dan apa yang di makan pasien keluar
kembali, dan klien mengalami mual dan muntah.
b) Riwayat Kesehatan
Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 1 minggu yang lalu, saat ini
pasien mengatakan tubuhnya merasa lelah, dan semalam pasien gelisah tidak
bisa tidur, tadi pagi pasien mengatakan mencret sedikit dan pasien makan
hanya sedikit dan hanya mengahabiskan 1/2 dari porsinya. Suhu pasien 35,6 0
C, konjungtiva pasien tampak anemis, nadi 116 x/i, pernafasan 26 x/i, TD
96/79 mmhg. Nafsu makan pasien berkurang dan juga kurang minum, mukosa
mulut pasien tampak kering dan suhu tubuh pasien tidak stabil.
Ibu pasien mengatakan kalau pasien belum pernah di rawat dan baru kali ini
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien, ibu juga mengatakan bahwa tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit lainnya seperti DM, hipertensi, asma dan
jantung.
e) Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki Meninggal
: Pasien
: Tinggal Serumah
Ibu A mengatakan baru mengetahui penyakit anaknya dari perawat yang ada
dirumah sakit.
Penanganan :
Ibu.A mengatakan An.G tidak pernah diberikan obat-obat warung ketika sakit.
Ibu.A mengatakan An.G mempunyai alergi pada cuaca yang dingin. Reaksi
alergi klien diberikan obat anti alergi yang diresepkan oleh dokter puskesmas
terdekat.
g) Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
baik, seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama teman sebayanya.
3) Pembawaan secara umum.
pasien.
4) Lingkungan rumah.
Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, orang tua pasien juga
bersih.
Ibu mengatakan An.G sewaktu dirumah sangat suka sekali makan ayam
goreng dan tidak suka makan ikan laut, ketika dirumah sakit ibu mengatakan
An.G tidak ada nafsu makan, dan jika dikasih makan pasien muntah, orang tua
pasien mengatakan susah untuk makan dan pasien tampak susah untuk makan.
i) Pola Eliminasi
Ibu mengatakan waktu di rumah BAB An.G lebih kurang 5x perhari sejak
masuk Rumah Sakit konsistensi encer dan BAK An.G 7 kali/hari. Sedangkan
waktu di rumah sakit 1x dari pagi tadi konsistensi encer bercampur lender dan
1) Mandi
Ibu mengatakan waktu dirumah An. G mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore,
dan sedang di rumah sakit An.G mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.
2) Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An.G sangat aktif bermain dan sangat
Selama di rumah sakit An.G hanya bisa berbaring di tempat tidur karena
Ibu mengatakan An.G waktu di rumah tidurnya teratur pada siang dan malam
hari, selama dirumah sakit An.G susah tidur karena sakit yang dialami dan
l) Pemeriksaan Fisik
GCS : 15
BB/TB : 18 kg /124 cm
Tanda-tanda Vital :
TD : 112/85 mmHg
HR : 90 x/i
RR : 26x/i
Suhu : 38,50 C
l. Kepala
a. Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak
ada lesi.
b. Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
normal, pupil isokor, tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
c. Telinga
Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan
d. Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping
Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri
2. Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada
leher.
3. Thorax
a) Paru-paru
I :Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan
otot bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan
28x/menit.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada
odema
P : Sonor
A : Irama pernafasan
b) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada
palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
4. Abdomen
detik. P : Timpani
5. Punggung
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada tulang
punggung pasien.
6. Ekstremitas
a. Atas
b. Bawah
terhubung ke monitor.
7. Genetalia.
8. Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT
m) Pemeriksaan Penunjang
Cefotaxime 900 mg 2x
Lasix 20 mg
RL 3 cc/jam 18 t.p.m
muntah
Data Objektif
porsi makanannya
kg saat ditimbang
A (Antropometri)
TB : 124 cm
BB : Sebelum sakit : 23 kg
Setelah sakit : 18 kg
IMT : BB / TB2
18 / (124)2 = 11,7
P : 24 kali/menit S : 37,5oC
B (Biokimia)
HB : 11,5
g/dL
C (Clinical)
D ( Diet)
malam hari
Data Objektif
suhunya 36,5oC
- pegal
Data Objektif
dibantu sebagian
tempat tidur
3. Diagnosa Keperawatan
b.d kurangnya asupan makanan membaik dengan kriteria hasil : Identifikasi status nutrisi meliputi ABCD
ditandai dengan BB dan nafsu Berat badan membaik Identifikasi makanan yang disukai
meningkat Nursing:
Penurunan frekuensi terjadinya Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
mual dan muntah sesuai
Kolaborasi :
perlu
2
Termoregulasi Tidak Efektif b.d
Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam
Regulasi temperature
ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil : Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jikaperlu
fluktuatif dan pucat Pucat menurun Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan
Kadar glukosa darah menurun Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau
Tekanan darah membaik hipetermia
adekuat
kebutuhan pasien
Edukasi :
Kolaborasi :
mengeluh lelah dan merasa membaik dengan Kriteria Hasil : Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
Edukasi :
perlu
Kolaborasi :
jika sesuai
Oktober 2021 kurang dari kebutuhan tubuh makanan. Dari hasil identifikasi, pasien Ibu pasien mengatakan
kurangnya asupan memiliki riwayat alergi makanan tetapi nafsu makan pasien
dan nafsu makan menurun mual setelah makan. Ibu pasien mengatakan
turun
A : TB :124 cm
BB : 18 kg
IMT : 11,7
B : HB : 11,5 g/dL C :
tampak pucat
Lunak/lembek, frekuensi 3x
sehari,
sendok.
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 81 kali/menit
P : 24 kali/menit S :
36,3 oC
Ketidakseimbangan
nutrisi tetap
Monitor asupan
makanan dan
status nutrisi.
saan laboratorium
Berikan suplemen
makanan
Termoregulasi tidak efektif
15.00 Memonitor suhu tubuh anak Memonitor
fluktuatif dan pucat 15.20 Memonitor dan catat tanda gejala stabil
pasien hangat
Pernafasan : 26 x/i
Termoregulasi tidak
efektif masih
Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernafasan.
16.00
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Mengidentifikasi kemampuan pasien
16.10
mengeluh lelah dan merasa Memonitor respon emosional, fisik, mengatakan badan
lemah sosial dan spiritual terhadap aktivitas pasien lelah dan
kebutuhan dibantusepenuhnya
perlu
lesu
Pasien tampak
aktifitasnya dibantu
Jum’at, 14.00
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Memonitor asupan nutrisi (pasien sudah mau
Oktober 2021 dari kebutuhan tubuh menghabiskan 1/3 porsi makanan Ibu pasien
14.15
ditandai dengan BB dan nafsu Anjurkan posisi duduk sudah makan tapi
Ibu pasien
mengatakan pasien
dengan makanan
kesukaannya
O:
A : TB :124 cm
BB : 18 kg
IMT : 11,7
B : HB : 11,5 g/dL C :
Mukosa mulut kering dan
tampak pucat
Lunak/lembek, frekuensi 3x
sehari,
setiap makan habis 8
sendok.
Tanda-tanda vital TD :
110/70 mmHg
Pernafasan : 26 x/i
A : Ketidakseimbangan
nutrisi teratasi
sebagian.
: Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
dan jenis diet
yang dibutuhkan
.
Termoregulasi tidak efektif
15.00 Memonitor suhu tubuh setiap dua jam
normal 37,5oC
Pasien tampak
bergerak
TD : 110/70
mmHg
Pernafasan : 26 x/i
Termoregulasi
berkurang
Monitor tekanan
darah, frekuensi
16.00
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Memonitor respon emosional, fisik, sosial
16.10
mengeluh lelah dan merasa Mengidentifikasi kemampuan mengatakan sudah
sudah beraktifitas
dipilih sendiri
Pasien tampak
TD : 100/80
mmHg
Pernafasan : 23 x/i
Suhu : 37,9°C
diatasi
tidur
Monitor tanda-
tanda vital
Terapi aktivitas
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan Pengkajian, pemeriksaan fisik, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tentang Asuhan
Keperawatan Anak Demam Thyfoid Dengan Kompres Hangat Di RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan
saran sebagai berikut :
6. Typhus abdominalalis atau demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12-13 tahun tanda dan gejalanya adalah
demam,suhu tubuh tidak stabil sudah lebih satu minggu, nyeri kepala dan
perut, mual dan muntah.
7. Data yang didapat saat pengkajian pada hari Kamis, 07 Oktober 2021 jam
14.00 WIB, ibu pasien mengatakan pasien mengalami mencret semenjak
sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi BAB ± 3 kali perhari. BAB nya
berwarna coklat, encer dan berlendir, terdapat ampas, darah tidak ada. Pasien
juga mual muntah, berisi apa yang dimakan dan disertai demam ± 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, Suhu 38,7ºC, demam naik turun, tidak ada
berkeringat. Mukosa bibir pasien tampak kering dan pasien tampak pucat.
8. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan Keperawatan Anak
Demam Thyfoid Dengan Kompres Hangat Di RSUD Kabupaten Tapanuli
Selatan, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kurangnya asupan makanan, termoregulasi tidak efektif b/d proses penyakit
(mis.infeksi), intoleransi aktifitas b/d kelemahan, devisit volume cairan b/d
kekurangan intake cairan, nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma), hipotermia b/d berat badan ekstrim. Muncul
enam diagnosa keperawatan dimana ada empat diagnosa keperawatan sesuai
dengan teori dan ada dua diagnosa keperawatan yang tidak sesuai antar kasus
dengan teori, karena disesuaikan dengan kondisi pasien ada 4 diagnosa yang
mendukung untuk ditegakkan diagnosa keperawatan tersebut.
9. Pada rencana tindakan keperawatan meliputi Nomor, Diagnosa Keperawatan,
Tujuan dan Kriteria Hasil, Intervensi, yang dalam penyusunan disesuaikan
dengan teori dan memodifikasi tindakan keperawatan melihat kondisi pasien
dengan mengikut sertakan keluarga pasien. Dari perencanaan yang disusun
oleh penulis, perencanaan untuk enam diagnose keperawatan disusun sesuai
dengan SDKI, SLKI, SIKI. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini
pada umumnya telah sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam
tahap pelaksanaan ini penulis menerapkan pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan teori yang ada. Asuhan keperawatan dan yang diberikan secara
berkesinambungan dan terus- menerus, penulis selalu bekerjasama dengan
perawat ruangan, pasien dan keluarga. Pada kasus ini pelaksanaanya sudah
sesuai dengan kondisi pasien tanpa menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat. Adapun faktor pendukung dari pelaksanaan adalah adanya kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dengan penulis.
10. Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pasca
evaluasi proses penulis menilai jalannya proses keperawatan sesuai dengan
situasi, dan kebutuhan pasien. sedangkan evaluasi hasil mengacu pada tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan penulis dalam rencana keperawatan
pasien. Pada saat penulis melakukan pendokumentasian penulis melakukan
pengumpulan data pada saat pengkajian, menganalisis data untuk menegakkan
diagnosa, menyususn intervensi sesuai rencana yang telah dilakukan dan
perawat melakukan evaluasi dari implementasi yang sudah diberikan.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
kesehatan keperawatan anak kepada peserta didik sehingga pengetahuan
dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan
dapat membantu dalam mendukung untuk bahan pengajaran ilmu
keperawatan anak kedepannya.
2. Bagi Penulis
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini penulis dapat mengembangkan
pengetahuan serta wawasan khususnya mengenai Ilmu Keperawatan Dasar
Profesi tentang asuhan keperawatan pemberian kompres hangat demam
typhoid pada anak. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik lagi.
3. Bagi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan
Diharapkan pihak Rumah Sakit khususnya ruangan Anak dapat
memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas kesehatan
khususnya perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak yang
lebih baik lagi.
4. Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang proses Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Anak dengan Demam Thypoid dengan
menerapkan tekhnik kompres hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Malang.