Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN SISTEM DIGESTIF


DEMAM TYPOID

Disusun oleh
Kelompok 1 Kelas 2A :

Nama NIM

Muhammad Fachri P05120321028

Nova Andriani P05120321031

Stephani Widia Astuti P05120321043

M Nizam P05120319025

Dosen Pembimbing :
Ns.Rahma Anisa,S.Kep,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa tercurah sehingga penulis sapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Anak dengan gangguan digestif” walau terdapat
sedikit hambatan dan halangan. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran
bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khusunya yang berkaitan keperawatan yang berfokus pada
diagnose medis Thypoid fever.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan lancar walau hampir dekat batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil
makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini

Bengkulu, 12 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................6
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................6
D. Manfaat...................................................................................................................................6

BAB II...................................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................7

A. Konsep Dasar Demam Thypoid..............................................................................................7


B. Konsep Kompres Hangat......................................................................................................14
C. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................................16

BAB III................................................................................................................................................26
TINJAUAN KASUS...........................................................................................................................26
1. Identifikasi Klien.........................................................................................................................26
2. Analisis Data................................................................................................................................34
3. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................36
4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................37
5. Implementasi Dan Evaluasi.........................................................................................................42
BAB IV................................................................................................................................................53
PENUTUP...........................................................................................................................................53

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................53
B. Saran......................................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................56
LAMPIRAN........................................................................................................................................57
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan
kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Masyarakat semakin menuntut
mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik sehubungan dengan bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Proses atau asuhan keperawatan merupakan cara yang
sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. (Ryan et al.,
2013)
Proses atau asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan,
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus
pada pasien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling
berhubungan (A. Azis Alimul Hidayat, 2004).
Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan “heart”
profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan fokus sentral serta unik dari
keperawatan. Fenomena di lapangan mengindikasikan adanya kecenderungan perawat tidak
carring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang berdampak pada kualitas
asuhan yang pada akhirnya mempengaruhi kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan
khususnya dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (Agustin, 2002).
Kepuasan pasien merupakan kunci sukses memenangkan persaingan, hal ini tentu tidak
mudah bagi pengelola Rumah Sakit ataupun puskesmas, mengingat pelayanan atau asuhan
keperawatan yang diberikan juga menyangkut hidup para pasien atau pelanggannya, ada banyak
dimensi mutu yang mempengaruhi kepuasan pelanggan seperti pelayanan administratif,
keramahan dan ketanggapan para staff medis dan non medis kemudahan dan ketetapan waktu
layanan (Aimconsultant, 2005).
Kepuasan pelanggan atau klien merupakan tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja, yaitu hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapan pelanggan
atau klien (Bartiah, 2003). Pelayanan akan melahirkan kepuasan apabila memenuhi beberapa hal
antara lain : dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan perawat bersikap
komunikatif antara lain :

1) Cepat tanggap (responsiveness)


2) Empaty terhadap klien
3) Cakap dalam menciptakan lingkungan yang nyaman (tangibility)
4) Trampil dalam mengatasi masalah klien (reliability)
5) Kemampuan menanggapi setiap keluhan (assurance), serta harga atau biaya perawatan
(cost), (Anjaswarni, Keliat, Sabri, 2002).

Umumnya penderita tifus meningkat, terutama pada musim kemarau. Saat musim itu
terjadi kekurangan sumber air bersih dan sumber air yang ada mudah tercemar. Gejala yang
ditimbulkan penyakit ini adalah panas dengan suhu hingga 40ºC (104ºF), terjadi gastro enteritis
serta diare tanpa disertai darah. Secara umum terdapat gejala dari penyakit Thypoid Fever
diantaranya : Demam lebih dari 5 hari, sakit kepala, demam terjadi terutama di malam hari, diare
atau sulit buang air besar, mual, muntah. Test widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang
berarti bahwa hasil uji widal positif menunjukkan adanya zat anti (antibodi) terhadap kuman
Salmonella. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap
positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
menyatakan kesembuhan.
Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif
pada 78% populasi orang dewasa. Untuk mencegah terjadinya Thypoid Fever diantaranya :
Jangan minum air yang belum dimasak (belum matang), Bila ingin jajan di pingir jalan yang
belum jelas apakah airnya dimasak atau tidak, yakinlah bahwa badan kita dalam keadaan yang fit
sehingga daya tahan tubuh kita (leukosit) dapat menghancurkan kuman-kuman itu, Menjaga
kebersihan peralatan makan, Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fit dengan makanan, gizi
seimbang, istirahat yang cukup, olahraga, rileks (tidak stress/tegang).
Untuk menghindari penyebaran kuman, Buang air besar sebaiknya pada tempatnya
jangan dikali atau sungai (Administrator, 2009). Proses keperawatan merupakan cara yang
sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada pasien, dalam hal ini pasien dengan Thypoid Fever yang
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan
(A. Azis Alimul Hidayat, 2004).
Proses keperawatan merupakan suatu sistem dalam merencanakan pelayanan Asuhan
keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahab yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (H.Lismidar, dkk, 2005).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan demam thypoid dengan menerapkan kompres hangat?

C. Tujuan Masalah
Mampu memahami konsep dasar tentang penyakit demam thypoid, perawatan demam
thypoid, tumbuh kembang anak, dan peran perawat attraumatic care, serta FCC (Family
Centered Care).
a) Mampu memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi demam thypoid
b) Mampu menganalisa jurnal keperawatan yang berhubungan dengan demam
thypoid dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan demam thypoid.
c) Mampu mengaplikasikan jurnal keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa
keperawatan dengan demam thypoid

D. Manfaat
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan
perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan keperawatan anak dengan demam
thypoid.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Demam Thypoid


1. Definisi Demam Thypoid
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial,
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi.(Pohan, 2021)
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella thypi dan salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, dan salmonella
parathypi C. Yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Haryono, 2012).
Masa tunas 7-14 hari (rata-rata 3-30) dan ditemukan gejala berupa rasa tidak
enak badan. Minggu pertama, biasanya demam menurun pada pagi hari meningkat di
sore dan malam hari. Selama minggu kedua, pasien berada dalam keadaan demam,
turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.(Edi Priyadi, 2018)
Dari tanda dan gejala klinis terjadi gangguan saluran pencernaan diantaranya
lidah tertutupi selaput kotor, mual muntah, tidak nafsu makan, sehingga nutrisi
berkurang. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan
anorexia yaitu gangguan yang dicirikan oleh penolakan makanan. Kebiasaan dalam
memilih makanan ringan atau berperasa kuat akan menyebabkan jumlah jenis makanan
yang di konsumsi bervariasi sehingga dapat menimbulkan penyakit salah satunya
Typhoid. (Wong 2008 dalam Diana, 2017)

Typhoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara baik
dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Menurut Centres for Disease Control and
Prevention (CDC) (2013), dalam Pratama (2018), Typhoid di negara maju terjadi
mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya, sedangkan di negara berkembang typhoid
mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang pertahun. Menurut World Health Organisation
(WHO) 2016, secara global diperkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus
dan 222.000 menyebabkan kematian. Typhoid menjadi penyebab utama terjadinya
mortalitas dan morbiditas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
(Ulfa, F & Handayani, O. W (2018)
Berdasarkan data tahun 2010 Profil Kesehatan Indonesia thypoid masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di
rumah sakit rawat inap, thypoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare,
dengan jumlah penderita. Total kasus demam thypoid mencapai 41.081 penderita yaitu
19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan, 274 penderita meninggal dunia.
Case Fatality Rate (CFR) demam thypoid pada tahun 2010 sebesar 0,6% (Hidayat, A.
A, 2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Parry (2014), menyatakan bahwa dari
581 orang di Vietnam yang menderita typhoid terdapat 90 orang (15,5%) mengalami
komplikasi diantaranya perdarahan gastrointestinal 43 orang (7,4%); Hepatitis 29 orang
(5,0%); Ensefalopati 16 orang (2,8%); Miokarditis 12 orang (2,1%); Perforasi usus 6
orang (1,0%); Syok hemodinamik 5 orang (0,9%), dan kematian 3 orang (0,5%).
(Iskandar, M. T, 2016)
Berdasarkan data di atas penulis melakukan studi kasus untuk menilai
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien thypoid yang mengalami penyakit thypoid
dengan penerapan asuhan keperawatan, sehingga dalam study kasus ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pasien Thypoid khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi,
untuk mengurangi dan mempercepat penyembuhan serta mencegah komplikasi pada
pasien Thypoid.

2. Etiologi Demam Thypoid


Etiologi thypoid adalah bakteri gram negatif, bentuk batang, tidak berkapsul,
bersifat aerobik dan anaerob fakultatif, memiliki flagela dan tidak berspora,
dinamakan salmonela atau Salmonella Entérica Serotype Typhi. Salmonella sp
memiliki ciri khas antigen O, H dan Vi. Penyakit thypoid ini sering dihubungkan
dengan paratifoid, yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan gambaran klinis
yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus bakteri yang
sama dengan subspesies paratyphi A,B, C. Salmonella Typhi hanya menginfeksi
manusia, sedangkan S. Paratyphi menginfeksi manusia dan hewan peliharaan.
3. Patofisiologi Demam Thypoid
Melalui berbagai cara penularan Salmonella Thypii dapat ditularkan, yang
telah dikenal sebagai 5F yaitu Food (makanan), Fingers (kuku/jari tangan), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan juga melalui Feses. Kuman Salmonella Thypii dapat
menular kepada orang lain oleh feses dan muntah pada penderita typhoid. Lalat
menjadi perantara kuman Salmonella Thypii dapat ditularkan, dimana lalat
menghinggapi makanan yang akan dikonsumsi, dan melalui mulut makanan yang
tercemar kuman Salmonella Thypii masuk ke tubuh
Melalui saluran pencernaan Salmonella Thyposa masuk dan kemudian masuk
menuju lambung. Setelah basil berhasil masuk ke dalam lambung, maka asam
lambung memusnahkan sebagian basi dan masuk ke bagian distal pada usus halus
sebagiannya lagi hingga mencapai jaringan limpoid. Kuman berkembang biak di
dalam jaringan limfoid, kemudian masuk menuju aliran darah untuk mencapai sel-
sel retikuloendotelial agar kuman dapat dilepaskan ke dalam sirkulasi darah
sehingga menimbulkan bakteria. Selanjutnya kuman menyebar masuk ke limpa,
usus halus, kandung empedu, hati (organ utama), serta berkembang biak sehingga
organ-organ tersebut menjadi membesar (Ngastiyah,2000)
4. Pathway

5. Manifestasi Klinik
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10- 14 hari
2. Sampai akhir minggu pertama demam meninggi
3. Minggu keempat demam turun, dapat menyebabkan shock, stupor, dan koma
apabila demam tidak tertangani
4. Hari ke 7-10 muncul ruam dan bertahan selama 2-3 hari
5. Kepala nyeri
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual, muntah, diare
9. Konstipasi
10. Pusing
11. Nyeri otot
12. Batuk
13. Epistaksis
14. Bradikardi
15. Lidah yang berselaput (tepi dan ujung merah serta tremorkotor, ditengah kotor)
16. Hepatomegali
17. Splenomegali
18. Meteroismus
19. Gangguan mental berupa samnolen
20. Psikosis atau delirium (Sudoyo Aru, dkk 2009)

Keluhan dan gejala demam thypoid

Minggu Keluhan Gejala Patologi

Minggu Pertama Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia

mencapai 39-40°C, cerna

menggigil, dan

nyeri

kepala
Minggu Kedua Rasa nyeri Splenamegali, Vaskulitis, nedul

abdomen, diare hepatomegali tifoid, pada limpa

atau konstipasi, dan hati

delirium

Minggu Ketiga Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi, nodul tifoid

perdarahan saluran ketegangan pada limpa dan hati

cerna, perforasi, abdomen, koma

syok

Minggu Keempat Keluhan menurun, Tampak sakit berat, Kolelitiasis, carrier

relaps, penurunan kakeksia kronik

BB

Sumber : Penyakit infeksi di Indonesia hal 197

6. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
a) Perdarahan minor yang dialami penderita demam tifoid hanya sekitar 25% yang
tidak perlu tranfusi darah. Penderita dapat mengalami syok yang diakibatkan
pedarahan hebat. Apabila mengalami pendarahan mencapai 5 ml/kg/jam maka
secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan.
b) Perforasi Usus
Sekitar 3% dapat terjadi kepada penderita. Biasanya pada miggu ketiga akan
timbul tetapi dapat timbul pula pada minggu pertama. Penderita akan
mengalami nyeri perut hebat terutama pada daerah kuadran kanan dan akan
menyebar keseluruh bagian perut. Bukan itu saja, tekan darah menurun, nadi
cepat, dan sampai bisa mengalami syok.
c) omplikasi tulang : osteomielit is, periostit is, spondilit is, dan artritis
d) Komplikasi neuropsikiatrik : Sindrom katatonia, psikosis, meningitis,
polineurritis perifer, meningismus, dan delirium.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada hasil pemeriksaan darah penderita umumnya ditemukan anemia, bisa
menurunnya dan meningkatnya jumlah leukosit normal, mungkin juga terdapat
trombositopenia. Adanya eukopenia dan limfositosis relatif dapat menjadi
dugaan kuat untuk diagnosis demam tifoid (Hoffman, 2002)
2. Uji biakan darah
Apabila bakteri salmonella typhi ditemukan berkembang biak dalam darah,
urin, feses, sumsum tulang, dan cairan duodenum, dapat ditegakkan diagnosis
pasti pada demam tifoid. Pada awal penyakit bakteri lebih mudah ditemukan
dalam sumsum tulang dan darah, kemudian di dalam urin dan feses dapat di
temukan bakteri salmonella typhi pada stadium berikutnya (Hardi et al., 2002).
3. Uji serologi
Untuk dapat membantu menegakkan diagnosis demam thypoid dapat
menggunakan uji serologi dengan cara mendeteksi adanya komponen antigen
salmonella typhi memiliki antibody yang spesifik maupun terhadap mendeteksi
antigen itu sendiri. Menegakkan diagnosis demam tifoid dapat dilakuakan
dengan beberapa uji serologis (uji widal dan tubex test).
4. Uji Widal
Uji widal adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya kuman salmonella
typhi terhadap antibody. Reaksi aglutinasi antara antibodi penderita dan antigen
kuman Salmonella typhi terjadi ada uji widal. Antigen yang digunakan adalah
suspensi biakan Salmonella typhi yang sudah dibasmi dan kemudian telah
diolah di dalam laboratorium. Salmonella typhi memiliki 3 antigen, yaitu :
antigen O (antigen somatic), antigen H (antigen flagella), dan antigen Vi
(antigen kapsul). Ketika ketiga macam antigen tersebut ada di dalam tubuh
penderita, maka secara alami tubuh penderita tersebut akan membentuk 3
macam antibodi yang biasa disebut aglutinin (Widodo, 2006). Hanya agglutinin
O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, semakin tinggi titernya
maka semakin kuat penegakkan diagnosa thypoidnya.
5. Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan tubex lebih baik jika dibandingkan dengan pemeriksaan wijal,
karena pemeriksaan tubex merupakan metode diagnosis dengan tingkat
sensitifikal dan spesifisitas yang lebih baik. Pemeriksaan yang dilakukan lebih
sederhana, lebih cepat, dan lebih akurat untuk digunakan. (Rahayu, 2013).
6. Pemeriksaan kuman secara molekuler.
Cara paling ampuh untuk diagnosis demam thypoid dengan teknik hibridasi
asam nukleat untuk mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri
salmonella typhi didalam darah atau dengan cara polymerase chain reaction
(PCR) untuk amplikasi DNA melalui identifikasi antigen Vi (Liana, 2015).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus. 2.
Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
3. Untuk mencegah dekubitus setiap 2 jam sekali posisi tubuh harus diubah
4. Diet
B. Konsep Kompres Hangat
1. Defenisi Kompres Hangat
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan
hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dan
tujuannya untuk memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri
(Uliyah & Hidayah 2008, dalam jurnal Fajriyah dan Winarsih, 2013).
Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada 22
bagian tubuh yeng memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri.
Dalam keperawatan menurut (Andormoyo, 2013).
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunan respon
nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan,
manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan independen dari seorang
perawat dalam mengatasi respon klien. Penggunaan kompres. hangat untuk area yang
tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri
dengan mengurangi spesme otot yang disebebkan oleh iskemia, yang merangsang nyeri
dan menyebabkan vasodilatisi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut
(Andormoyo, 2013)
Pada dasarnya, kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres
hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan rangsangan pada ujung
saraf atau memblokir arah berjalannya impuls nyeri menuju ke otak meradang (Tamsuri
& Hareni, 2011).

2. Manfaat Kompres Hangat


1. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah dijaringan tersebut
2. Pada otot, panas mememiliki efek menurun ketegangan
3. Meningkatkan sel darah darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan
serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
darah serta peningkatan kapiler
3. Cara Pemberian Kompres Hangat
1. Persiapkan alat dan bahan Hot water bag (buli-buli) atau kain yang dapat menyerap
air.
2. Air hangat dengan suhu 38 oC sampai 40 oC.
3. Thermometer air
4. Sarung tangan
5. Baskom dan handuk kering

4. Tahap Kerja Kompres Air Hangat


1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Masukan air ke dalam botol atau masukan kain, lalu diperas
4. Tempatkan botol atau kain didaerah yang terasa nyeri dan berikan
5. Angkat botol atau kain setelah 15 menit, dan lakukan kompres ulang jika nyeri
belum teratasi
6. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.
a) Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Potter dan Perry,2005).
Pengaturan suhu dikendalikan oleh keseimbangan antara pembentukan panas dan
kehilangan panas (Guyton & Hall,2007) . Ada dua jenis suhu :

1) Surface temperature
Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda, naik
turunnya tergantung respon terhadap lingkungan.Pada manusia nilai
normal untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC , tetapi pada sebuah penelitian
kasar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata
adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C. Dengan demikian, 95%
orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi hari sebesar
36,3 – 37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan
besar perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan
bervariasi. Ekstremitas umumnya lebih dingin daripada bagian tubuh
lainnya. Suhu rectum dipertahankan secara ketat pada 32ºC. suhu rectum
dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (Core temperature) dan paling
sedikit di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu oral pada
keadaan normal 0,5ºC lebih rendah daripada suhu rectum.(Ganong, 1998).

5. Masalah Kebutuhan Kompres Hangat


Saat menggunakan kompres hangat, penting untuk memperhatikan suhu panas
atau hangat yang digunakan. Hindari memberikan kompres dengan suhu yang terlalu
tinggi karena berisiko menyebabkan luka bakar.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Identitas Pasien
Kaji identitas pasien dari nama pasien, tanggal lahir pasien, nama orang tua
pasien, alamat pasien, agama, suku dan yang berkaitan dengan identitas pasien.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


Kaji penyebab pasien dibawa ke Rumah Sakit.

3. Riwayat Kesehatan
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama (penularan).

5. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian umum
Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
Tanda-tanda vital, normalnya:
Tekanan Darah : 95 mmHg,
Nadi : 60-120x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 16-24 x/menit (Dewasa)
22-34 x/m (Anak)
24-40 x/m (Batita)
30-60 x/m (Bayi)

1) Pengkajian sistem tubuh


a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien

a) Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.

b) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru

Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas


Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi :suara paru (pekak, redup,sono, hipersonor, timpani)
Auskultasi : suara paru

2) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung
c) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
d) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
2) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal
Ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan
kehamilansecara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara
berkala dapat mengganggu tumbang anak.
b) Riwayat kelahiran
Cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lama dan anak yang lahir
dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbuh kembang anak
Pertumbuhan fisik
BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada,
lingkar dada > dari lingkar kepala.

a. Pemeriksaan fisik
Bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat
dan juga paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada
kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan juga mudah / tidak akarnya
dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya oedema, anemia dan gangguan lainnya.
b. Perkembangan
Melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari
dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki
tangga,menendang bola dengan seimbang, egosentris dan menggunakan kata
”Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,bertanya,
mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –
kotak.
c. Riwayat imunisasi
d. Riwayat sosial
Bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
1. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ 28 fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi
tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah
mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan
padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
1) Memukul
2) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
3) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
4) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat
musik.
a Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
b Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
5) Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak- anak belum mengerti tentang manajemen
kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
b. Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.
c. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu,
penggunaan obat-obatan.
d. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan
untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
e. Pola istirahat tidur
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana
kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan
obatobatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan persepsi klien. 30
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai dirinya, persepsi
klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
h. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakitterhadapseksualitas anak.

j. Pola koping dan toleransi stress


Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk
mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama
orangtua untuk selalu mendukung anak.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu
mengerti tentang kepercayaan yangdianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari
orang tua.
1. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya asupan makanan d.d nafsu makan menurun
2. Hiportermia b.d kerusakan hipotalamus d.d kulit teraba dingin
3. Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit d.d suhu tubuh fluktuatif
2. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
TUJUAN/KRITERIA HASIL RENCANA
o Keperawatan TINDAKAN

1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi 3x24 Manajemen Nutrisi

nutrisi : kurang dari jam maka ketidakseimbangan Observasi :

kebutuhan tubuh b.d nutrisi membaik dengan kriteria  Identifikasi status nutrisi

kurangnya asupan hasil : meliputi ABCD

makanan d.d nafsu  Berat badan meningkat  Identifikasi makanan

makan menurun  Nafsu makan membaik yang disukai

 Membran mukosa menurun  Monitor asupan makanan

 Diare menurun  Monitor hasil

pemeriksan laboratorium
 Verbalisasi keinginan
Terapeutik :
untuk meningkatkan nutrisi

meningkat.  Sajikan makanan

secara menarik dan


 Pengetahuan tentangstandar
suhu yang sesuai
asupan nutrisi yang tepat

meningkat  Berikan suplemen

makanan,jika perlu

 Lakukan oral hygiene

sebelum makan, jika

perlu
Edukasi :

 Anjurkan posisi duduk,

jika mampu

Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

kalori dan jenis nutrien

yang dibutuhkan, jika

perlu

 Kolaborasi pemberian

medikasi sebelum makan,

jika perlu

2 Termoregulasi tidak Setelah dilakukan intervensi Regulasi temperature

efektif 3x24 jam maka termoregulasi Observasi :

tidak efektif membaik dengan  Monitor suhu tubuh, jika

kriteria hasil : perlu

 Pucat menurun  Monitor tekanan darah,

 Vasokonstiksi perifermenurun frekuensi pernafasan.

 Kadar glukosa darah menurun  Monitor dan catat tanda

 Tekanan darah membaik gejala hipotermia atau

hipetermia
 Pengisian kapiler membaik
Terapeutik :
 Suhu tubuh membaik
 Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat

 Sesuaikan suhu

lingkungan dengan

kebutuhan pasien

 Lakukan pendinginan

eksternal ( kompres

hangat)

Edukasi :

 Jelaskan cara pencegahan

hipotermi dan hipertermi

karena terpapar udara

dingin.

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :

 Kolaborasi

pemberian

antipiretik, jika perlu

 Kolaborasi

pemberian cairan dan

elektrolit intravena,

jika perlu
3 Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
b.d kelemahan
3x24 jam maka intoleransi Observasi :

aktifitas membaik dengan  Identifikasi kemampuan

Kriteria Hasil : berpartisipasi dalam

 Perasaan lemah menurun aktifitas tertentu

Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan

terapi okupasi dalam

merencanakan dan

memonitor program

aktivitas, jika sesuai

 Rujuk pada pusat

atau program

aktivitas komunitas,

jika perlu

3. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan

mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,

banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara

langsung setelah pengkajian ( potter & perry, 2005 ).

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa

keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali

ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang. Secara umum, evaluasi

ditujukan untuk :

1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.


BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Identifikasi Klien

Nama : An.G

Masuk Rumah Sakit : 06 Oktober 2021

Ruang : Rawat Inap Anak

No. Rekam Medis : 06.88.73

Dx. Medis : Demam Thypoid

Tgl/Jam Pengkajian : 7 Oktober 2021/ 10.00 WIB

Tempat/ Tanggal Lahir : Sipagimbar, 10 Oktober 2010

Nama Ayah/Ibu : Tn. A / Ny. A

Pekerjaan Ayah : Buruh

Pekerjaan Ibu : IRT

Alamat : Sipagimbar

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

a) Alasan Masuk
Ibu pasien mengatakan pasien demam < 1 minggu yang lalu, sebelum dibawa
ke rumah sakit pasien mengalami mencret 3x, mencret berlendir dan sedikit
ampas, nafsu makan pasien berkurang dan apa yang di makan pasien keluar
kembali, dan klien mengalami mual dan muntah.
b) Riwayat Kesehatan

Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 1 minggu yang lalu, saat ini

pasien mengatakan tubuhnya merasa lelah, dan semalam pasien gelisah tidak

bisa tidur, tadi pagi pasien mengatakan mencret sedikit dan pasien makan

hanya sedikit dan hanya mengahabiskan 1/2 dari porsinya. Suhu pasien 35,6 0
C, konjungtiva pasien tampak anemis, nadi 116 x/i, pernafasan 26 x/i, TD

96/79 mmhg. Nafsu makan pasien berkurang dan juga kurang minum, mukosa

mulut pasien tampak kering dan suhu tubuh pasien tidak stabil.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu pasien mengatakan kalau pasien belum pernah di rawat dan baru kali ini

masuk rumah sakit dan menderita penyakit demam typoid.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit

yang sama dengan pasien, ibu juga mengatakan bahwa tidak ada anggota

keluarga yang mengalami penyakit lainnya seperti DM, hipertensi, asma dan

jantung.

e) Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki Meninggal

: Pasien

: Tinggal Serumah

f) Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan:

Persepsi terhadap penyakit :

Ibu A mengatakan baru mengetahui penyakit anaknya dari perawat yang ada

dirumah sakit.

Penanganan :

Ibu.A mengatakan An.G tidak pernah diberikan obat-obat warung ketika sakit.

Ibu.A mengatakan An.G mempunyai alergi pada cuaca yang dingin. Reaksi

yang ditimbulkan ketika An.G mengalami alergi adalah bentol-bentol. Ketika

alergi klien diberikan obat anti alergi yang diresepkan oleh dokter puskesmas

terdekat.

g) Riwayat Sosial

1) Hubungan dengan anggota keluarga.

Ibu pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat

berinteraksi dengan ayah dan ibunya sebaliknya juga dengan keluarga -

keluarga yang lain.

2) Hubungan dengan teman sebaya.

Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman sebayanya sangat

baik, seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama teman sebayanya.
3) Pembawaan secara umum.

Pasien tampak kurang kooperatif dengan perawat dikarenakan kondisi

pasien.

4) Lingkungan rumah.

Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, orang tua pasien juga

mengatakan lingkungan sekitar rumah padat dengan lingkungan yang

bersih.

h) Pola Nutrisi / Metabolisme

Ibu mengatakan An.G sewaktu dirumah sangat suka sekali makan ayam

goreng dan tidak suka makan ikan laut, ketika dirumah sakit ibu mengatakan

An.G tidak ada nafsu makan, dan jika dikasih makan pasien muntah, orang tua

pasien mengatakan susah untuk makan dan pasien tampak susah untuk makan.

i) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan waktu di rumah BAB An.G lebih kurang 5x perhari sejak

masuk Rumah Sakit konsistensi encer dan BAK An.G 7 kali/hari. Sedangkan

waktu di rumah sakit 1x dari pagi tadi konsistensi encer bercampur lender dan

BAK An.G 1x/hari.

j) Pola Aktivitas / Olahraga

1) Mandi
Ibu mengatakan waktu dirumah An. G mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore,

dan sedang di rumah sakit An.G mandi 1x sehari mandi hanya dilap saja.

2) Aktifitas bermain.
Ibu mengatakan sewaktu dirumah An.G sangat aktif bermain dan sangat

banyak beraktifitas yang dilakukannya dirumah seperti mengaji disore hari.

Selama di rumah sakit An.G hanya bisa berbaring di tempat tidur karena

tubuhnya merasakan pegal dan lemah.


k) Pola Istirahat Tidur

Ibu mengatakan An.G waktu di rumah tidurnya teratur pada siang dan malam

hari, selama dirumah sakit An.G susah tidur karena sakit yang dialami dan

sering kebangun pada malam hari.

l) Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15

BB/TB : 18 kg /124 cm

Tanda-tanda Vital :

TD : 112/85 mmHg

HR : 90 x/i

RR : 26x/i

Suhu : 38,50 C

l. Kepala

a. Rambut
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak
ada lesi.

b. Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
normal, pupil isokor, tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
c. Telinga

Telinga pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, dan

telinga pasien simetris kiri dan kanan.

d. Hidung

Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping

hidung, tidak terdapat polip, pernafasan 26 x/menit.


e. Mulut dan gigi

Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri

dan kanan, dan tidak ada kelainan.

2. Leher

Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada

leher.

3. Thorax
a) Paru-paru
I :Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan
otot bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung, pernafasan
28x/menit.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada
odema
P : Sonor
A : Irama pernafasan

b) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada
palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
4. Abdomen

I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi

P : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2

detik. P : Timpani

A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit

5. Punggung

Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada tulang

punggung pasien.
6. Ekstremitas

a. Atas

Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian

sebelah kanan bawah 18 tetes/menit.

b. Bawah

Pada ekstremitas bawah kaki kanan pasien terpasang tensimeter yang

terhubung ke monitor.

7. Genetalia.

Tidak terpasang kateter, pasien menggunakan pempers, pempers pasien di

ganti 3x sehari oleh keluarga.

8. Integumen

Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT

kurang dari 3 detik.

m) Pemeriksaan Penunjang

Parameter Satuan Nilai Rujukan

HGB 11,5 * [g/dL] P 13,0 – 16,0


WBC 4,19 [10^3/uL] W 12,0 – 14,0

RBC 4,37 [10^6/uL] P 4,5 – 5,5

MCV 70,7 - [fL] W 4,0 – 5,0

HCT 30,9 [%] P 40,0 – 48,0

PLT 15 * [10^3/uL] W 37,0 – 43,0

LYMPH# 0,62 * [10^3/uL]


n)Terapi

Paracetamol 1/2 3x1 peroral

Kcl 500 mg 3x1 per oral

Cefotaxime 900 mg 2x

Lasix 20 mg

RL 3 cc/jam 18 t.p.m

Nacl 3% 130 cc ( habis dalam 6 jam)


2. Analisis Data

No Data Masalah Etiologi

1 Data Subjektif Ketidakseimbangan Kurangnya asupan

 Ibu mengatakan nafsu makan Nutrisi : kurang makanan

pasien menurun dari kebutuhan

 Ibu mengatakan BB pasien turun tubuh

 Ibu mengatakan pasien hanya

makan satu sendok kemudian

muntah

Data Objektif

 Pasien tampak tidak menghabiskan

porsi makanannya

 BB pasien tampak menurun 18

kg saat ditimbang

 Pasien menolak saat diberi makan

 A (Antropometri)

TB : 124 cm

BB : Sebelum sakit : 23 kg

Setelah sakit : 18 kg

IMT : BB / TB2
18 / (124)2 = 11,7

TD : 100/70 mmHg N : 81 kali/menit

P : 24 kali/menit S : 37,5oC

 B (Biokimia)

HB : 11,5

g/dL

 C (Clinical)

Mukosa bibir pasien tampak pucat

 D ( Diet)

Lunak/lembek, frekuensi 3x sehari,

setiap makan hanya habis 1 sendok


2 Data Subjektif Termogulasi Tidak Proses penyakit

 Ibu mengatakan suhu tubuh pasien Efektif (mis. infeksi)

naik pada pagi hari dan turun pada

malam hari

 Ibu mengatakan tubuh pasien hangat

Data Objektif

 Pasien tampak pada pagi hari

suhunya 38,1oC dan pada malam hari

suhunya 36,5oC

 Pasien tampak pucat

 Pasien tubuhnya teraba hangat

3 Data Subjektif Intoleransi Aktifitas Kelemahan

 Ibu mengatakan aktifitas

pasien dibantu sebagian


 Ibu mengatakan pasien lelah

 Ibu mengatakan tubuh pasien pegal

- pegal

Data Objektif

 Pasien tampak aktifitasnya

dibantu sebagian

 Pasien tampak lemah

 Pasien tampak hanya berbaring di

tempat tidur

3. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya


asupan makanan ditandai dengan BB dan nafsu makan menurun
2. Termoregulasi Tidak Efektif b.d Proses penyakit (mis. infeksi) ditandai
dengan suhu tubuh fluktuatif dan pucat
3. Intoleransi Aktifitas b.d Kelemahan ditandai dengan perasaan mengeluh lelah
dan merasa lemah
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi


Manajemen Nutrisi
nutrisi : 3x24
kurang dari kebutuhan tubuh jam maka ketidakseimbangan nutrisi Observasi :

b.d kurangnya asupan makanan membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi meliputi ABCD

ditandai dengan BB dan nafsu  Berat badan membaik  Identifikasi makanan yang disukai

makan menurun  Frekuensi makan membaik  Monitor asupan makanan

 Porsi makan yang dihabiskan  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

meningkat Nursing:

 Penurunan frekuensi terjadinya  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
mual dan muntah sesuai

 Berikan suplemen makanan, jika perlu

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


Edukasi :

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika

perlu

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

makan, jika perlu

2
Termoregulasi Tidak Efektif b.d
Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam
Regulasi temperature

Proses penyakit (mis.infeksi) maka termoregulasi tidak efektif Observasi :

ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jikaperlu

fluktuatif dan pucat  Pucat menurun  Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan

 Vasokonstiksi perifermenurun dan suhu

 Kadar glukosa darah menurun  Monitor dan catat tanda gejala hipotermia atau
 Tekanan darah membaik hipetermia

 Pengisian kapiler membaik Nursing :

 Suhu tubuh membaik  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat

 Sesuaikan suhu lingkungan dengan

kebutuhan pasien

 Lakukan pendinginan eksternal (kompres hangat)

Edukasi :

 Jelaskan cara pencegahan hipotermi dan

hipertermi karena terpapar udara dingin.

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu


 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena, jika perlu


3
Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan intervensi
b.d 3x24
Terapi Aktivitas

jam maka intoleransi


kelemahan ditandai dengan perasaan aktifitas
Observasi :

mengeluh lelah dan merasa membaik dengan Kriteria Hasil :  Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam

lemah  Perasaan lemah menurun aktifitas tertentu

 Kekuatan tubuh meningkat  Monitor respon emosional, fisik, sosial

 Keluhan lelahmenurun dan spiritual terhadap aktivitas

 Tekanan darah membaik Nursing:

 Frekuensi nafas membaik  Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia

 Fasilitasi aktivitas rutin, sesuai kebutuhan

 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat

badan, jika sesuai


 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu

 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari

Edukasi :

 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika

perlu

 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam

merencanakan dan memonitor program aktivitas,

jika sesuai

 Rujuk pada pusat atau program aktivitas

komunitas, jika perlu


5. Implementasi Dan Evaluasi

Hari / Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi

Kamis, Ketidakseimbangan nutrisi : 14.00 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi

Oktober 2021 kurang dari kebutuhan tubuh makanan. Dari hasil identifikasi, pasien  Ibu pasien mengatakan

kurangnya asupan memiliki riwayat alergi makanan tetapi nafsu makan pasien

makanan ditandai dengan BB memiliki intoleransi makanan seperti menurun

dan nafsu makan menurun mual setelah makan.  Ibu pasien mengatakan

14.10 Mengkaji status nutrisi pasien meliputi pasien hanya makan

ABCD dan tanda-tanda vital. satu sendok kemudian

14.20 Memonitor BB muntah

BB pasien turun, BB pasien sehat 23  Ibu pasien

sewaktu ditimbang BB pasien 18 mengatakan BB pasien

turun
A : TB :124 cm

BB : 18 kg

IMT : 11,7

B : HB : 11,5 g/dL C :

Mukosa mulut kering dan

tampak pucat

Lunak/lembek, frekuensi 3x

sehari,

setiap makan habis 1

sendok.
Tanda-tanda vital :

TD : 100/70 mmHg

N : 81 kali/menit

P : 24 kali/menit S :

36,3 oC

Ketidakseimbangan

nutrisi tetap

 Monitor asupan

makanan dan

status nutrisi.

 Monitor hasil pemerik-

saan laboratorium

 Berikan suplemen

makanan
Termoregulasi tidak efektif
15.00 Memonitor suhu tubuh anak Memonitor

proses penyakit (mis.infeksi)


15.10 tekanan darah, frekuensi pernafasan  Ibu mengatakan suhu

ditandai dengan suhu tubuh dan nadi tubuh pasien tidak

fluktuatif dan pucat 15.20 Memonitor dan catat tanda gejala stabil

hipotermia atau hipetermi  Ibu mengatakan pasien

15.30 Jelaskan cara pencegahan hipotermi atau lelah

hipertermia (kompres hangat)  Ibu mengatakan tubuh

pasien hangat

 Suhu tubuh pasien

tampak tidak stabil

 Pasien tampak lemah


 TD : 110/70 mmHg

Pernafasan : 26 x/i

x/menit Suhu : 36,3°C

 Termoregulasi tidak

efektif masih

 Monitor suhu tubuh

anak tiap dua jam

 Monitor tekanan

darah, frekuensi

pernafasan.

16.00
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Mengidentifikasi kemampuan pasien

ditandai dengan perasaan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu  Ibu pasien

16.10
mengeluh lelah dan merasa Memonitor respon emosional, fisik, mengatakan badan
lemah sosial dan spiritual terhadap aktivitas pasien lelah dan

16.25 Mengkoordinasikan pemilihan letih

aktivitas sesuai usia  Ibu mengatakan

16.40 Memfasilitasi aktivitas rutin sesuai aktifitas pasien

kebutuhan dibantusepenuhnya

16.55 Meningkatkan aktivitas fisik agar dapat  Ibu mengatkan

memelihara berat badan badan pasien

17.00 Melibatkan keluarga dalam aktivitas jika terasapegal

perlu

17.05 Menjadwalkan aktivitas rutinitas sehari- hari  Pasien tampak lemah,

lesu

 Pasien tampak

aktifitasnya dibantu
Jum’at, 14.00
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Memonitor asupan nutrisi (pasien sudah mau

Oktober 2021 dari kebutuhan tubuh menghabiskan 1/3 porsi makanan  Ibu pasien

kurangnya asupan makanan kesukaannya) mengatakan pasien

14.15
ditandai dengan BB dan nafsu Anjurkan posisi duduk sudah makan tapi

makan menurun hanya sedikit

 Ibu pasien

mengatakan pasien

hanya mau makan

dengan makanan

kesukaannya

Ibu pasien mengatakan

BB pasien masih sama

O:

A : TB :124 cm
BB : 18 kg
IMT : 11,7
B : HB : 11,5 g/dL C :
Mukosa mulut kering dan
tampak pucat
Lunak/lembek, frekuensi 3x
sehari,
setiap makan habis 8
 sendok.

Tanda-tanda vital TD :
110/70 mmHg
Pernafasan : 26 x/i
A : Ketidakseimbangan
nutrisi teratasi
sebagian.
: Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
dan jenis diet
yang dibutuhkan

.
Termoregulasi tidak efektif
15.00 Memonitor suhu tubuh setiap dua jam

proses penyakit 15.20 Memonitor tekanan darah, frekuensi  Ibu mengatakan


15.30
(mis.infeksi) ditandai dengan pernafasan dan nadi suhu pasien sudah
suhu tubuh fluktuatif dan Memonitor dan catat tanda gejala stabil

pucat hipotermi atau hipetermi  Ibu mengatakan pasien

tidak lelah lagi

 Suhu tubuh pasien

normal 37,5oC

 Pasien tampak

bergerak

 TD : 110/70

mmHg

Pernafasan : 26 x/i

Termoregulasi

berkurang

 Monitor suhu tubuh


anak tiap dua jam perlu

 Monitor tekanan

darah, frekuensi

pernafasan dan nadi

16.00
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Memonitor respon emosional, fisik, sosial

ditandai dengan perasaan dan spiritual terhadap aktivitas.  Ibu pasien

16.10
mengeluh lelah dan merasa Mengidentifikasi kemampuan mengatakan sudah

lemah berpartisipasi dalam aktivitas tertentu mulai bergerak

16.20 Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas  Ibu mengatakan

sesuai usia pasien sudah bisa

16.25 Meningkatkan aktivitas fisik memelihara sendiri

berat badan jika sesuai Menjadwalkan

16.30 aktivitas rutinitas sehari-  Pasien tampak

sudah beraktifitas

hari  Pasien tampak

16.35 Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang menyuap makanan

dipilih sendiri
 Pasien tampak

sudah bisa duduk

 TD : 100/80

mmHg

Pernafasan : 23 x/i

Suhu : 37,9°C

Intoleransi aktifitas dapat

diatasi

 Monitor pola dan jam

tidur

 Monitor tanda-

tanda vital

 Terapi aktivitas
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan Pengkajian, pemeriksaan fisik, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tentang Asuhan
Keperawatan Anak Demam Thyfoid Dengan Kompres Hangat Di RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan
saran sebagai berikut :
6. Typhus abdominalalis atau demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12-13 tahun tanda dan gejalanya adalah
demam,suhu tubuh tidak stabil sudah lebih satu minggu, nyeri kepala dan
perut, mual dan muntah.
7. Data yang didapat saat pengkajian pada hari Kamis, 07 Oktober 2021 jam
14.00 WIB, ibu pasien mengatakan pasien mengalami mencret semenjak
sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi BAB ± 3 kali perhari. BAB nya
berwarna coklat, encer dan berlendir, terdapat ampas, darah tidak ada. Pasien
juga mual muntah, berisi apa yang dimakan dan disertai demam ± 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, Suhu 38,7ºC, demam naik turun, tidak ada
berkeringat. Mukosa bibir pasien tampak kering dan pasien tampak pucat.
8. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan Keperawatan Anak
Demam Thyfoid Dengan Kompres Hangat Di RSUD Kabupaten Tapanuli
Selatan, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kurangnya asupan makanan, termoregulasi tidak efektif b/d proses penyakit
(mis.infeksi), intoleransi aktifitas b/d kelemahan, devisit volume cairan b/d
kekurangan intake cairan, nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma), hipotermia b/d berat badan ekstrim. Muncul
enam diagnosa keperawatan dimana ada empat diagnosa keperawatan sesuai
dengan teori dan ada dua diagnosa keperawatan yang tidak sesuai antar kasus
dengan teori, karena disesuaikan dengan kondisi pasien ada 4 diagnosa yang
mendukung untuk ditegakkan diagnosa keperawatan tersebut.
9. Pada rencana tindakan keperawatan meliputi Nomor, Diagnosa Keperawatan,
Tujuan dan Kriteria Hasil, Intervensi, yang dalam penyusunan disesuaikan
dengan teori dan memodifikasi tindakan keperawatan melihat kondisi pasien
dengan mengikut sertakan keluarga pasien. Dari perencanaan yang disusun
oleh penulis, perencanaan untuk enam diagnose keperawatan disusun sesuai
dengan SDKI, SLKI, SIKI. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini
pada umumnya telah sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam
tahap pelaksanaan ini penulis menerapkan pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan teori yang ada. Asuhan keperawatan dan yang diberikan secara
berkesinambungan dan terus- menerus, penulis selalu bekerjasama dengan
perawat ruangan, pasien dan keluarga. Pada kasus ini pelaksanaanya sudah
sesuai dengan kondisi pasien tanpa menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat. Adapun faktor pendukung dari pelaksanaan adalah adanya kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dengan penulis.

10. Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pasca
evaluasi proses penulis menilai jalannya proses keperawatan sesuai dengan
situasi, dan kebutuhan pasien. sedangkan evaluasi hasil mengacu pada tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan penulis dalam rencana keperawatan
pasien. Pada saat penulis melakukan pendokumentasian penulis melakukan
pengumpulan data pada saat pengkajian, menganalisis data untuk menegakkan
diagnosa, menyususn intervensi sesuai rencana yang telah dilakukan dan
perawat melakukan evaluasi dari implementasi yang sudah diberikan.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
kesehatan keperawatan anak kepada peserta didik sehingga pengetahuan
dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan
dapat membantu dalam mendukung untuk bahan pengajaran ilmu
keperawatan anak kedepannya.
2. Bagi Penulis
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini penulis dapat mengembangkan
pengetahuan serta wawasan khususnya mengenai Ilmu Keperawatan Dasar
Profesi tentang asuhan keperawatan pemberian kompres hangat demam
typhoid pada anak. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik lagi.
3. Bagi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan
Diharapkan pihak Rumah Sakit khususnya ruangan Anak dapat
memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas kesehatan
khususnya perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak yang
lebih baik lagi.
4. Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang proses Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Anak dengan Demam Thypoid dengan
menerapkan tekhnik kompres hangat.
DAFTAR PUSTAKA

Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). 済無 No Title No Title No Title. Paper

Knowledge . Toward a Media History of Documents, 6(2), 12–26.

Pohan, N. H. (2021). Asuhan Keperawatan Anak Demam Thypoid Dengan

Kompres Hangat Di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.

Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.

Direktorat Bina Gizi

Fadhillah Harif , 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).Jakarta

Galuh, 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid Pada

Anak Di RSUD Tugurejo Semarang.

Handayani, 2017. Kejadian Demam Typoid Di Wilayah Puskesmas Karang

Malang.

Hilda, 2013. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid Berdasarkan Kebersihan

Diri Dan Kebiasaan Jajan Di Rumah.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai