DISUSUN OLEH
Kelas : A1
NIM : 047STYC21
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun buku saku yang
berjudul “KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN (KDK) KD II” untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
BAB I........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 1
B. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH............................................................................ 3
BAB II......................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................. 4
A.PENGKAJIAN DAN ANAMNESA.................................................................................... 4
B. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................................. 16
C. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL..................................................................45
1. TEKANAN DARAH............................................................................................... 45
2. NADI........................................................................................................................ 49
3. PERNAFASAN........................................................................................................ 53
4. SUHU....................................................................................................................... 55
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/PENUNJANG.............................................................61
E. PENGENDALIAN INFEKSI........................................................................................... 83
BAB III................................................................................................................................... 108
PENUTUP............................................................................................................................. 108
A. KESIMPULAN.............................................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 110
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses
profesionalisasi yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai tuntutan secara global dan lokal/otonomi. Untuk
mewujudkannya maka perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan
keperawatan secara professional kepada klien dan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan bangsa dan negara (Nursalam, 2001).
1
Perawat perlu menggunakan langkah-langkah dalam melakukan proses
perawatan. Langkah-langkah proses perawatan tersebut meliputi
pengumpulan data, pengidentifikasian masalah atau kebutuhan, penetapan
tujuan, pengidentifikasian hasil dan pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil serta tujuan yang diharapkan, dengan menentukan
keberhasilan penyelesaian masalah. Pada elemen-elemen tersebut saling
berhubungan, kesemuanya membentuk siklus yang kontinyu tentang
pemikiran dan tindakan melalui kontak dengan pasien dengan sistem
perawatan kesehatan (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 1998). Hal ini
merupakan inti kegiatan praktek keperawatan dalam asuhan yang diberikan
perawat kepada klien yang sehat maupun yang sakit.
2
B. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH
Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
Untuk mengetahui denyut nadi pasien
Untuk mengetahui tekanan darah pasien
Untuk mengetahui pernafasan pasien
Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan dari
pemeriksaan fisik head to toe
Untuk menjelaskan tentang pencatatan dan pelaporan pengkajian
keperawatan
Untuk menjelaskan teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien untuk
menegakkan diagnosa keperawatan
Untuk mengetahui tentang patient safety (keselamatan pasien)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1.Data Dasar dan Data Fokus
5
3. Tipe Data
a.Data Subjektif
b.Data objektif
Data objektif adalah data yang dapat di observasi dan diukur oleh
perawat ( Ieyer et al 1996). Data ini diperoleh melalui kepekaan
perawat (Senses) selama melakukan pemeriksaan fisik 2S ( Sight,
smell), dan HT (Hearing, Touch/Taste). Yang termasuk data objektif
adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, adanya edema dan berat
badan ( Lyer et al. 1996).
Fokus pengumpulan data meliputi :
6
4. Karesteristik Data
7
5. Sumber Data
8
1. Klien
9
5.Konsultasi
10
9. Kepustakaan
7. Komunikasi
11
Komunikasi dalam keperawatan merupakan suatu proses yang
kompleks dan memerlukan kemampuan (skill) berkomunikasi dan
berinteraksi. Hal ini berbeda dengan wawancara yang dilakukan
profesi kesehatan lain, dimana komunikasi keperawatan
difokuskan pada identifikasi respons klien yang dapat diatasi
melalui asuhan keperawatan.
Komunikasi dalam keperawatan digunakan untuk memperoleh
riwayat keperawatan. Riwayat keperawatan merupakan data yang
khusus dan harus didokumentasikan, sehingga rencana asuhan
keperawatan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan klien.
8. Tahapan Komunikasi
12
b.Perkenalan (pembukaan)
c. Kerja (isi)
13
3. Menanyakan masalah yang paling dirasakan klien dengan
menggunakan kata yang mudah dimengerti oleh klien. Jika
klien tidak mampu untuk terus berkomunikasim perawat
dapat mengakhiri wawancara dan membuat kontrak waktu
untuk pertemuan selanjutnya.
4. Menggunakan pertanyaan tertutup (closed-ended questions)
untuk memperoleh data yang spesifik dan menggunakan
pertanyaan terbuka (open-ended questions) untuk
memperoleh data yang memerlukan penjelasan atau uraian
dari klien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat
bermanfaat dalam memvalidasi atau mengklarifikasi data
yang kurang jelas.
5. Menggunakan teknik komunikasi diam jika diperlukan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya tanpa harus terpotong oleh
pertanyaan perawat yang terus-menerus.
6. Menggunakan teknik komunikasi sentuhan. Teknik ini
diperlukan jika situasi dan kondisi memungkinkan serta
bertujuan memberikan dorongan spiritual, merasa
diperhatikan, dan mempunyai teman.
d.Terminasi
14
9. Observasi
15
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima
klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry,
2005).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan
yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
16
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,
tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum
dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.
Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus
pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-
lain.
2. Palpasi
17
a. Palpasi ringan ( superficial ) berguna untuk mengetahui
adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan
beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan
dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan
telapak ujung jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah
gerakan yang lembut dan ringan.
b. Palpasi dalam dilakukan untuk menggambarkan massa
intra-abdomen serta adanya organomegali (pembesaran
organ yang tidak normal).
3. Perkusi
4. Auskultasi
18
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang
ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.
(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
(Dewi Sartika, 2010).
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang
harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan
steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan
baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman,
hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan
fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
19
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan
bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
4.Indikasi
20
Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop,
Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch,
Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue,
buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di
periksa.
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien.
a. Prosedur Pemeriksaan
21
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien
dan pasang handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status
mental dan nutrisi.
Cara : inspeksi
22
Posisi klien : duduk/ berbaring
Tujuan :
Persiapan
23
1. Posisi klien: duduk/ berbaring
2. Pencahayaan yang cukup/lampu
3. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, bentuk,
ukuran, permukaan
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh
(clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile pengisian kapiler
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
24
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan
leher perawat berhadapan dengan klien.
1) Pemeriksaan kepala
Tujuan :
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
Lampu
Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,
adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit
kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut
jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan
tekstur rambut.· Normal: tidak ada penonjolan
/pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
2) Pemeriksaan wajah
25
- Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan
kesimetrisan.
- Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
- Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
- Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
3) Pemeriksaan mata
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat :
26
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan
27
penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi
dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu
benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari
samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut
diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang
dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter.
4) Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat :
Prosedur Pelaksanaan :
28
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
a. Pemeriksaan Rinne
29
Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak atau buku jari yang berlawanan.
Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala
Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama
jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah
satu telinga.
Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tsb
c. Pemeriksaan schwabach
30
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi
atau infeksi
Persiapan Alat :
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu penerang
d) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan :
31
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
Tujuan :
Mengetahui bentuk kelainan mulut.
Persiapan Alat :
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa
Prosedur Pelaksanaan :
32
bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia
enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti
tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada
usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai
tanggal dan dig anti gigi tetap.
f. Pemeriksaan leher
Tujuan :
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat :
- Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
33
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Persiapan alat :
a) Stetoskop
b) Penggaris centimeter
c) Pensil penada
34
Prosedur pelaksanaan :
35
- Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.
b) System kardiovaskuler
Tujuan :
Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat :
Stetoskop
Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
36
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
Tujuan :
a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam
jaringan payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara.
Persiapan alat :
Prosedur pelaksanaan :
37
e. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Persiapan :
a) Stetoskop
b) Penggaris kecil
c) Pensil gambar
d) Bantal kecil
e) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan :
38
- Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk,
terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
- Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri
dan bagaiman kualitas bunyinya.
- Perkusi hepar: Batas
- Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
- Perkusi ginjal: nyeri
- Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan = hipertimpani
- Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):
massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular,
lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan
terlebih dahulu
- Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan penumpukan cairan.
Tujuan :
a) Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
b) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan
pada bagian-bagian tertentu.
39
Alat :
a) Meteran
Prosedur pelaksanaan :
40
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
41
Alat :
Alat :
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris, edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,
konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
42
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan
genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan
pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan
bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan
tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema,
hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema /
hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
- Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
A. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan
yang mereka berikan dengan mengevaluasi hasil intervensi
keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan
evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama
di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai
tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
43
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci,
dan objektif melalui pengkajian fisik. Pengukuran tersebut
menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan yang di
harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi
ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan asuhan.
B. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari
pengkajian fisik pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan.
Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang
mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau
semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-
jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau
mendapatkan data tambahan.
44
C. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien
dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah
dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan.
Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk
mengetahui respons terhadap stress fisiologi/psikologi, respons
terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting
sehingga disebut tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
Saatklienpertama kali masukkefasilitas
Saatmemeriksaklien pada kunjunganrumah
Di rumahsakit/fasilitaskesehatandenganjadwalrutinsesuai program
Sebelum dan sesudahprosedurbedahatau diagnostic invasif
Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
Saatkeadaanumumklienberubah
Sebelum, saat, dan sesudahpemberianobat.
Sebelum dan sesudahintervensikeperawatan yang
mempengaruhitanda – tanda vital
Saatklienmendapatgejalafisik yang non spesifik
Menggigiladalahrespontubuhterhadapperbedaansuhudalamtubuh.
Jenis – Jenis Tanda – Tanda Vital
1. TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dindin
garteri. Darah mengalir karena adanya perubahan tekanan, dimana
terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan
rendah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkonstraksi dan
disebut tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik atau arterial.
45
a. Pemeriksaan tekanan darah
1) Alat yang digunakan
a) Tensi meter
b) Stetoskop
c) Buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Mengatur posisi klien
e) Membuka pakaian yang menutupi lengan atas
f) Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira –
kira 3 cm di atas fosa cubiti, dengan tinta karet di sebelah
luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu kencang.
g) Memakai stetoskop
h) Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari
telunjuk.
i) Meletakkanpiringanstetoskopdiatasarteribrakialis.
j) Mengunciskrupbalonkaret
k) Memompakanudarakedalamkantongdengancaramemijatba
lonberulang – ulang, air raksadidalam pipa naik,
dipompaterussampaidenyutarteritidakterdengarlagi
l) Membukasekrupbalondenganmenurunkantekanandengan
perlahan – lahan
b. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah
Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan
diastolic mencapai 140 mmHg atau lebih, terapi tekanan diastolic
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolic masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut sejalan
46
dengan bertambahnya usia, hamper setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah. Tekanan diastolic terus meningkat
sampai usia 80 kemudian berkurang perlahan – lahan bahkan
menurun drastis. Hipertensi ini juga disebabkan oleh berbagai
masalah kebutuhan nutrisi, seperti penyebab dari adanya obesitas
serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup.
Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan pasien
untuk memakai obat anti hipertensi dan turunkan jumlah
dosisnya yang disediakan dengan langkah -langkah :
1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek masa
tubuh lebih dari 27 kg)
2) Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)
3) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr
Nacl/hari)
4) Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat (90
mmHg/hari)
5) Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan.
1) Integritas ego
a) Gejala :riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi, atau
marah kronik.
b) anda :gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, gerak tangan,
sempit, peningkatan pola bicara.
2) Eliminasi
a) Gejala :gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi atau
riwayat penyakit masa lalu
47
3) Makanan dan cairan
a) Gejala :makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak, kolesterol, keju, telur, gula merah.
b) Tanda :berat badan normal atau obeisitas, adanya edema,
konghesti vena. DVJ/Distensi Vena Jugularis
4) Nyeri
a) Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung
(nyeri hilang timbul pada tungkai).
5) Pernafasan
a) Gejala :dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja
takipnea, ortopnea, dispneanontural, potoksismol, batuk tanpa
seputum, riwayat merokok.
b) Tanda :bunyi nafas tambahan, di stress respiorasi atau
penggunaan otot aksesoris pernafasan sianosis.
6) Keamanan
a) Gejala :gangguan koordinasi atau cara berjalan, episode perestasia,
unilateral, transen, hipotensi postural.
7) Penyuluhan
a) Gejala: faktor – factor resiko keluarga: hipertensi arteroskalerosis,
penyakit jantung, DM, penyakit cerebros vaskuler ginjal.
48
c. Batasan normal tekanan darah
Umur Tekanan sistolik/diastolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65
2. NADI
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah
arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung.
Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai dari
NODES SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian
atas serambi kanan jantung. Salah satu indicator kesehatan jantung
adalah terjadinya peningkatan denyut nadi pada saat beristirahat.
Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan
yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi
(frekuensi irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang
terasa pada pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh gelombang
darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung memompa darah
ke dalam aorta atau arteri.
49
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
Untuk mengetahui kerja jantung
Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada
pembuluh darah.
Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang
di timbulkan oleh system saraf simpatis dan saraf parasimpatis,
beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut: emosi, nyeri,
aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila
tekanan darah turun karena jantung berusaha meningkatkan
keluarnya darah.
a. Pemeriksaan nadi
1) Alat yang digunakan
a) Alat penghitung denyut nadi
b) Jam tangan / arloji
c) Bukucatatan
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskantindakan yang akandilakukan
b) Mempersiapkanalat yang dibutuhkan
c) Membawaalatkedekatpasien
d) Mengaturposisipasien
e) Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat
denyut nadi( temporalis, karotis, apikal, brakialis, radialis,
femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai
keadaan umum pasien .
f) Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan
tekan dengan lembut
g) Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menghitung denyut jantung
50
h) Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan
hasilnya dengan 2. Apabila denyut tidak teratur dan pada
paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1
menit penuh.
i) Mencuci tangan
j) Mencatat hasil.
51
c. batasan normal nadi
Usia Denyut nadi (x/permenit)
Balita 120-160
Anak 90 – 140
Prasekolah 80 – 110
Sekolah 75 – 100
Remaja 60 – 90
Dewasa 60-100
52
3. PERNAFASAN
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh, serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.
Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20
x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat dari pada orang
dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu
badan naik kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh berusaha
melepaskan diri dari kelebihan panas. Pemeriksaan pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau
pola pernafasan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1) Faktor fisiologis
a) Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada
anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti
obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
c) Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2
d) Kondisi yang mempengaruhipergerakandinding dada
seperti pada kehamilan, obeisitas, penyakitkronis, seperti
TBC paru.
53
2) Faktor perkembangan
a) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok
b) Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru.
c) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun
3) Faktorperilaku
a) Nutrisi
b) Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d) Kecemasan
4) Faktorlingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian dari permukaan air laut
Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
1) Olahraga
2) Stress
3) Peningkatan suhu lingkungan
4) Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
54
Batasan Normal Pernafasan
4. SUHU
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai kondisi metabolism dalam tubuh ,dimana
tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolism darah.
Suhu tubuh perludi jaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas
yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan
suhu terletak pada hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian
depan hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas dan bagian
hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
a. Pemeriksaansuhu
DimulutAtau Oral
1) Alat yang digunakan :
a) Thermometer oral
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol larutan desinfektan
Botol berisi air bersih didalamnya, di alasi dengan kain
55
g) Buku catatan
2) Pelaksaan :
a) Mencucitangan
b) Menjelaskantindakan yang akandilakukan
c) Mengaturposisipasien (duduk/tidur)
d) Thermometer diperiksaapakah air
raksasudahturunjikabelumayun – ayundenganhati –
hatisampai air raksapenuh pada titikangkaterendah
(dibawah 35˚c).
e) Anjurkanpasienuntukmembukamulut, letakkanreservoin
thermometer
dibawahlidahkemudiananjurkanpasienuntukmenutupmu
lut.
f) Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan
keringkandengansilstep 1 kali dengantekanan yang
mantabdariataskereservoindenganputaran.
g) Baca hasilnyadenganmeletakkan thermometer horizontal
setinggimataputar – putardiantaranyajarisampaibatas air
raksajelas.
h) Catathasil di bukucatatan
Diketiak/ aksila
1) Alat yang digunanakan :
a) Thermometer aksila
b) botolberisilarutansabun
c) botolberisilarutandesinfektan
d) botolberisi air bersihdidalamnya, dialasidengankainkasa
e) potongantertutup pada tempatnya
f) menempatkan thermometer ketengahketiak,
turunkanlengan dan silangkanlengan di bawahklien.
56
g) Biarkan thermometer di tempattersebut
- Termomter air raksa 5 – 10 menit
- Thermometer digital sampaisinyalterdengar
h) Keluarkan thermometer denganhati – hati
i) Lap thermometer
memakaitisudengangerakanmemutardariarahataske
reservoir, buangtisu di bengkok.
j) Baca air raksaataudigitalnya
k) Membantuklienmerapikanbajunya
l) Menurunkantingkat air raksaataumengembalikan
thermometer digital keskalaawal
m) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
n) Melepassarungtangan dan mencucitangan
o) Mencatathasil
DianusAtau Rectal
1) alat yang digunakan:
a) Thermometer rektal
b) Botolberisilarutansabun
c) Botolberisilarutandesinfektan
d) Botolberisi air bersihdidalamnyadialasidengankainkasa
e) Potongantertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
h) Bukucatatan
57
2) Pelaksanaan :
a) Menjelaskan pada kliententangtindakan yang
akandilakukan
b) Mendekatkanalatkesampingklien
c) Mencucitangan dan memakaisarungtangan
d) Memasangtirai
e) Membukapakaianbawah
f) Mengaturposisisklien
g) Dewasa : SIM atau miring dan kaki
sebelahatastekukkearahperut
h) Bayi atauanak :tengkurapatauterlentang
i) Melumasiujung thermometer dengan Vaseline
j) Membuka anus
denganmenaikkanbokongatasdengantangankiri (untuk
orang dewasa)
k) Minta klienmenariknafasdalam dan memasukkan
thermometer secaraperlahankedalam anus sekitar 3,5 cm
pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm
l) Pegang thermometer di tempatnyaselama 2 – 3 menit
(orang dewasa) dan 5 menit (untuk orang laki – laki)
m) Keluarkan thermometer denganhati – hati
n) Lap thermometer memakaitisudengangerakanmemutar
dan buangtisukebengkok
o) Baca air raksa dan digitalnya
p) Merapikanpasien
q) Membersihkan thermometer air raksa
r) Menurunakntingkat air raksaataumengembalikan
thermometer digital keskalaawal.
s) Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
58
t) Melepassarungtangan
a. Masalah yang harusdikaji pada pemeriksaansuhu
1) Demam
Demam biasa terjadi disebabkan karena mekanisme
pengeluaran panas tidak mampu untuk memertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga
mengakibatkan suhu dalam tubuh menjadi tidak normal.
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang
penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan
bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi
interferon (substansi yang bersifatmelawan virus).
2) Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana
tidak dapat mengontrol produksi panas yang terjadi ketika
orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik
tertentu.
3) Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan
hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran
suhu inti:
Ringan: 33°-36°.
Sedang: 30°-33°.
Berat: 27°-30°.
59
Sangatberat: <30°.
4) KelelahanAkibatPanas
Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
5) Heat Stroke
Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebu theat
stroke. Penderita heat stroke tidak berkeringat karena
kehilangan elektrolit sangat berat dan mal fungsi
hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih besar dari
40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
b. Batasan normal pemeriksaansuhu
Usia Suhu
(DerajatCelcius
)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
60
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik/penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan
medis yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan
penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.
61
Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga
dilakukan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat serta
memantau keberhasilan terapi pada pasien.
1. Pemerikaan darah
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
atau keping darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam
urat, zat besi, dan elektrolit
Analisis gas darah
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan
kelenjar tiroid
Tumor marker
62
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada
dokter mengenai persiapan apa yang harus dilakukan, tindakan
sebelum melakukan pemeriksaan darah adalah berpuasa, banyak
2. Pemeriksaan urine
63
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian
dari medical check-up rutin atau ketika dokter mencurigai adanya
penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau
batu ginjal.
64
Hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan urin
yaitu persiapan alat berikut yang harus dipersiapkan yaitu:
65
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan EKG
yaitu:
4. Foto Rontgen
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan
pergeseran sendi (dislokasi)
Kelainan gigi
Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
Batu saluran kemih
Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
66
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras
kepada pasien melalui suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto
Rontgen lebih jelas. Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa
menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi alergi, pusing, mual,
5. Ultrasonkgrafi (USG)
67
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta
pasien untuk berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air
kecil untuk sementara waktu.
ini membutuhkan transducer khusus.
68
6.Computed tomography scan (CT Scan)
69
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini
tidak memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang
70
Tidak membawa ponsel dan benda elektronik lainnya saat
dilakukan MRI
8.fluoroskopi
9. Endoskopi
71
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan
endoskop, yaitu alat berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi
kamera di ujungnya. Alat ini terhubung dengan monitor atau layar TV,
sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
10. audiometri
72
Panoramic Radiology merupakan adalah salah satu fasilitas penunjang
yang di sediakan untuk mendapatkan gambar gigi secara keseluruhan
dari berbagai sudut dengan radiasi yang sangat kecil.
12. Radiologi
73
berikut beberapa persiapan yang akan disarankan dokter:
1. Puasa
2. Menahan Berkemih
3. Konsumsi Obat
4. Melepas Aksesoris
5. Pakaian Khusus
13. Spirometri
1. Jangan Merokok
74
Perokok aktif menjadi salah satu golongan yang dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ini. Sebab, risiko penyakit paru-paru menjadi lebih besar pada
orang yang merokok. Saat akan menjalani tes ini, pastikan untuk tidak merokok,
setidaknya selama satu hari sebelum pemeriksaan spirometri.
2. Batasi Alkohol
Agar hasil pemeriksaan sempurna dan kondisi paru-paru bisa dipantau dengan
menyeluruh, hindari mengonsumsi minuman beralkohol sebelum melakukan
pemeriksaan ini. Sama seperti rokok, sebaiknya konsumsi minuman beralkohol
dihentikan beberapa hari sebelum menjalani tes spirometri.
3. Makan Secukupnya
Kamu juga tidak disarankan makan berlebihan sebelum menjalani tes ini. Sebab,
hal itu hanya akan menyebabkan gangguan pada pernapasan dan menyulitkan
jalannya pemeriksaan.
75
sebelum menjalani spirometri. Hal itu bertujuan agar selama
pemeriksaan, paru-paru berada pada kondisi normal dan hasil yang
ditunjukkan pun bersifat akurat.
14. Treadmill
76
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
77
Lightspeed MSCT (MultiSlice Computer Tomography)
Scanner adalah alat diagnosa yang menggunakan sinar X untuk
memberikan
gambar 3 dimensi organ dalam tubuh. Kelebihan alat ini
memiliki sistem yang membantu mengurangi dosis sinar X
pada pasien sampai dengan 30%
3. Angiograph
Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat diagnosa dan
pengobatan. Alat inimenggunakan sinar X untuk melihat
bagian dalam pembuluh darah yang tersumbat dan dengan
bantuan alat lainnya untuk tindakan balonisasi atau
pemasangan penyangga pembuluh darah/stent.
5. Roentgen
alat rontgen merupakan suatu metode diagnostik dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik berupa Sinar-X.
6. Mammografi
7. Roentgen Paronamic
78
panoramik adalah pemeriksaan rontgen gigi dua dimensi
(2-D) yang menangkap seluruh mulut dalam satu gambar
tunggal, termasuk gigi, rahang atas dan bawah, sinus, struktur
dan jaringan di sekitarnya. Rahang adalah struktur
melengkung yang mirip dengan tapal kuda.
8. UltraSonoGraphy (USG)
Rumah sakit menyediakan USG 2-D, 3-D and 4-D. USG
digunakan untukmemeriksa organ bagian dalam dengan
gelombang suara. Pemeriksaan kehamilan, medical chek up
dan keadaan organ bagian dalam,dsb.
9. ElectroKardioGrafi (EKG)
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi jantung dan
mengecek kesehatanjantungnya.
79
penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi
individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau
keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan
penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan
penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan
erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat
menyamarkan gejala klinis.
4. Membantu pemantauan pengobatan.
5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan
penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit
dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien
selanjutnya.
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk
memantau perkembangan penyakit dan memantau
efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi.
Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang
banyak dijumpai dan potensial membahayakan.
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi
karena tidak didapati penyakit.
Tujuan dalam pemeriksaan penunjang yaitu:
80
kepastian tentang kesungguhan penyakit yang diderita
oleh pasien
2. Untuk memudahkan dokter dalam melakukan
diagnosis.
81
2. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali
air putih.
3. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh (tanpa
gula), alkohol, addictive drugs (seperti amphetamine, morphine, heroin,
cannabis) karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
E. PENGENDALIAN INFEKSI
Penyakit infeksi pada manusia merupakan salah satu masalah kesehatan
utama bagi negara-nega di dunia, termasuk Indonesia. Kejadian infeksi tidak
hanya berasal dari rumah sakit, tetapi dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan
82
lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga pada petugas
kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan sumber infeksi dapat berasal dari
Komunitas (Community Acquired Infection) atau dari Fasilitas Kesehatan
(Healthcare-Associated Infections).
BATASAN INFEKSI
1. Kolonisasi: terdapatnya agen infeksi/mikroorganisme yang hidup,
tumbuh dan berkembang biak di tubuh pejamu tanpa disertai adanya
gejala klinik atau respon imun.
2. Pembawa (carrier): individu (pasien, petugas kesehatan) yang membawa
kuman patogen, dengan atau tanpa disertai gejala klinik.
3. Infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
mikroorganisme patogen, dengan atau tanpa disertai gejala klinik .
4. Penyakit menular atau infeksius: adalah penyakit akibat mikroorganisme
patogen yang dapat berjangkit dari satu orang ke orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
5. Inflamasi (radang atau peradangan local): merupakan bentuk respon
tubuh terhadap suatu agen (mikroorganisme,trauma, pembedahan, luka
bakar atau kimiawi), yang ditandai dengan adanya sakit/nyeri (dolor),
83
panas (kalor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan gangguan
fungsi.
6. Syndrome respon inflamasi sistematik (sistematyc inflammatory
response syndrome/SIRS): sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang menggambarkan respon tubuh (inflamasi) yang
bersifat sitematik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih dari keadaan
beriku: (1) hipertemi(≥ 38,3° C ) atau hipotermi (<36℃), (2) takikardi
(>90 kali per menit), (3) takipnoe (>20 kali permenit), serta (4)
leukositosis (>12.000 L) atau leukopenia (<4.000L0 atau pada hitung
jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS dapat
disebabkan oleh infeksi atau non-infeksi seperti trauma, pembedahan,
luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolic. SIRS yang disebabkan
infeksi disebut SEPSIS.
7. Infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-Associated infectins/HAIs):
infeksi yang terjadi pada pasien terkait proses pelayanankesehatan
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimulai saat
pasien masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan walaupun
belum ditemukan infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, hingga setelah
pasien pulang. HAIs ini juga termasuk infeksi akibat kerja para petugas
kesehatan.
Rantai Infeksi
84
1. Adanya mikroorganisme (Agent) yang infeksius mikroba penyebab
infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur, ataupun parasite. Penyebab
utama infeksi nosocomial biasanya bakteri dan virus dan kadang-
kadang jamur dan jarang oleh parasite.
2. Adanya reservoar sebagai tempat patogen untuk mempertahankan
hidup tetapi dapat/tidak berkembang biak. Reservoar paling umum
adalah manusia.
3. Adanya portal of exit/ pintu keluar. Pintu keluar dari manusia
biasanya melalui satu tempat dan beberapa tempat. Portal of exit yang
utama adalah saluran pernapasan, saluran cerna, kulit, darah, saluran
urinarius dan saluran urogenitalia.
4. Cara penularan. Penularan atau transmission adalah perpindahan
mikroba dari sumber ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat
udara dan vector.
5. Adanya porta of entry/ pintu masuk tempat masuknya kuman dapat
melalui kulit, dinding mukosa, saluran cerna, saluran pernapasan dan
saluran urogenitalia. Mikroba yang terinfeksius dapat masuk ke
85
saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
seperti: E.coli, Shigella.
6. Penderita (Host) yang rentan. Masuknya kuman ke dalam tubuh
penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Yang memegang peranan
sangat penting adalah mekanisme pertahanan tubuh hostnya.
Mekanisme pertahanan tubuh secara non spesifik antara lain adalah
kulit, dinding mukosa dan secret, kelenjar-kelenjar tubuh.
Kewaspadaan Isolasi
a. Kebersihan tangan
86
b. APD: sarung tangan, masker, goggle, face shield, gaun.
c. Peralatan perawatan pasien.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan linen.
f. Pengelolaan limbah tajam/perlindungan dan kesehatan karyawan.
g. Penempatan pasien.
h. Hygiene respirasi/etika batuk
i. Praktek menyuntik aman
j. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal fungsi
1. Kontak Langsung
87
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi yang rentan/petugas
kesehatan dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi. Missal perawat
membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter
bedah dengan luka basah saat mengganti perban, petugas tanpa sarung tangan
merawat oral pasien HSV atau scabies.
88
Kewaspadaan transmisi melalui uaraditerapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui
terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui
jalur udara. Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung
melalui udara.
Mencuci tangan
89
Mencuci tangan merupakan salah satu bagian penting dalam penggunaan
A. Patient Safety
90
Keselamatan pasien adalah prinsip paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling
kritis dri manajemen kualitas.
1. Pengkajian
2. Diagnose Keperawatan
91
saat perawat melakukan proses diagnose atau terdapat hal yang terlewatkan
oleh perawat, maka rencana tindakan yang akan disusun menjadi tidak tepat.
Oleh karena itu, dalam melakukan proses diagnose, seorang perawat harus
mampu berpikir kritis dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat
mengancam nyawa pasien.
3. Intervensi
4. Implementasi
92
5. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal. Proses evaluasi merupakan cermin bagi seorang perawat
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukannya. Jika pada saat melakukan
proses evaluasi perawat menemukan tindakan atau kejadian yang salah, maka
hal-hal tersebut dapat segera diperbaiki sehingga dapat mencegah terjadinya
kondisi buruk pada pasien serta menjaga keselamatan pasien.
93
a. Struktur
b. Lingkungan
c. Peralatan dan teknologi
d. Proses
e. Orang
f. Budaya
94
Mengacu kepada enam hal tersebut, maka aplikasi keselamatan pasien
dapat dilakukan pada tempat dan dengan standar aplikasi sebagai berikut:
a. Kamar Operasi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di dalam rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik efektif maupun
akut. Secara umum, lingkungan kamar operasi terdiri dari tiga srea, yaitu:
95
b. Unit Gawat Darurat
Unit gawat darurat (UGD) adalah satu unit dalam rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sifat pasien yang mendapatkan
perawatan di UGD adalah sebagai berikut:
96
Pencegahan dan Penanganan Risiko Jatuh
Jatuh merupakan suatu yang umum yang terjadi pada lansia, orang sakit,
atau orang cedera yang sedang lemah. Untuk mencegah klien jatuh dan
mengalami cedera karenanya, perawat harus mempertimbangkan pedoman
pencegahan jatuh di tempat pelayanan kesehatan.
97
memperhatikan kondisi pasien dengan assesment risiko jatuh yang dengan
menggunakan instrument yang tepat.
98
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas
berikut definisinya yaitu:
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera
pada pasien.
99
Kesalahan medis jarang diakui pasien, hampir tidak pernah disebutkan
dalam jurnal medis dan bahkan tidak dipertimbangkan oleh pemerintah;
Penelitian tentang keselamatan dalam pengobatan dianggap paling baik
sebagai topik pinggiran dan paling buruk. Kenyataan bahwa ribuan, mungkin
jutaan, orang-orang dilecehkan dengan tidak perlu dan sejumlah besar uang
terbuang sepertinya telah luput dari perhatian semua orang. Dari pemahaman
kami saat ini, ini nampaknya merupakan urusan yang aneh. Seolah-olah sebuah
epidemi berkecamuk di suatu negara tanpa ada yang memperhatikan atau
mengganggu untuk diselidiki.
Orientasi ruangan
Posisi tempat tidur rendah dan ada pengganjal (rem) pada roda tempat
tidur
Ada pengaman di samping tempat tidur dengan/atau sisi pengaman
Mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan, kaki
dan bagian tubuh lainnya terjepit atau menggantung
100
Standar Resiko Tinggi
101
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik local maupun sistematik infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu di rawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosocomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan
infeksi yang rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat.
Infeksi yang muncul selama seserorang itu di rawat dirumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama dirawat atau setelah selesai dirawat
disebut infeksi nosocomial. Infeksi iatrogenic merupakan jenis infeksi
nosocomial karena prosedur diagnostic atau terapeutik.
102
Berikut adalah contoh infeksi nosocomial:
b. Pneumonia Nosokomial
c. Bakteriemi Nosokomial
103
C. Tipe Mikroorganisme yang Menyebabkan Infeksi
1. Bakteri
2. Virus
3. Fungi
4. Parasit
104
4. Mordibitas, dan mortalitas semakin tinggi.
5. Adanya tuntutan secara hukum.
6. Penurunan citra rumah sakit.
105
Kewaspadaan Standar Komponen utama yaitu standar
pencegahan dan pengendalian infeksi nosocomial dalam tindakan
operasional mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir dan dengan
sabun yang digosokkan selama 15-20 detik. Mencuci tangan dengan sabun biasa
dan air bersih adalah sama efektifnya mencuci tangan dengan sabun
antimikroba.
Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang
telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh cairan. Sarung tangan
melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan dapat
melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) yang paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Satu pasang sarung tangan digunakan
untuk setiap pasien sebagai upaya menghindari kontaminasi silang.
106
3. Penggunaan Antiseptik
Larutan antiseptic dapat digunakan untuk mencuci tangan terutama pada
tindakan bedah, pembersihan kulit sebelum tindakan bedah atau tindakan
bedah invasive lainnya. Instrument yang kotor, sarung tangan bedah dan
barang-barang lain yang digunakan kembali dapat diproses dengan
dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
untuk mengendalikan infeksi.
107
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawat yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik, mental sosial, dan lingkungan.
108
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam
tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh
oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh (Kozier, et al, 1995).
109
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/pemeriksaan-lab-dan-
diagnostik-60782186
http://aouraito.blogspot.com/2014/11/makalah-pemeriksaan-labor-dan-
diagnostik.html
http://.papermakalah.com/2017/09/makalah-patient-safety.html
https://id.scribd.com/document/436633170/pengkajian-anamnesa
https://www.academia.edu/43260952/Makalah-Pengkajian-Tanda-Tanda-
Vital-TTV-Vital-Sign
https://odemedia.blogspot.com/2018/01/makalah-pemeriksaan-fisik-head-
toe-toe.html?m=1
110