Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH PENGKAJIAN KESEHATAN DAN TEST DIAGNOSTIK PADA

JANTUNG / KARDIOVASKULER

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah matrikulasi

Pengkajian Kesehatan dan Test Diagnostik

DISUSUN OLEH:

1. Arifiana Dwi Kurniawati (P1337420622133)

2. M. Rosyadi Gusmara (P1337420622135)

3. Yuniarti Nurjanah (P1337420622154)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN DAN PROGRAM


PROFESI KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKALAH
PENGKAJIAN KESEHATAN DAN TEST DIAGNOSTIK PADA JANTUNG /
KARDIOVASKULER” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada matrikulasi Pengkajian kesehatan dan test diagnostik. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Shobirun, MN selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan dan Profesi Ners
dan ibu Iis Sriningsih, SST., M.Kes, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengkajian Kesehatan Test Diagnostik ................................................................ 3

B. Konsep Dasar Test Kesehatan Diagnostik............................................................ 7

C. Sistem Kardiovaskuler Jantung ........................................................................... 9

D. Anatomi Fisiologi Jantung ................................................................................. 16

E. Hemodinamika Jantung......................................................................................... 21

F. Pemeriksaan EKG ............................................................................................... 23

G. Prosedur Treadmill............................................................................................... 40

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 44
B. Saran ...................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengkajian merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yaitu suatu
usaha yang di lakukan oleh perawat untuk menggali permasalahan klien. Pengkajian
adalah prosedur sistematis berupa pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang
klien. Proses pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
secara sistematis dengan mengumpulkan data individu secara komperhensif terkait aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Proses keperawatan merupakan gambaran dari hubungan antara pasien dan perawat,
identitas dan peran profesionalitas perawat, dan pengembangan pengetahuan perawat.
Antusiasme perawat dalam menerima tantangan baru dalam memberikan pelayanan
telenursing sangat tinggi, hal tersebut dapat berdampak pada kemampuan
meningkatkan komunikasi yang efektif antara perawat dan pasien (Padila et al.,
2018). Selama melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan dasar
pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat
penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien
dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi aktivitas tindakan keperawatan yang
tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012). Tahap pertama dari proses
keperawatan adalah pengkajian (Hidayat, 2002). Fase dari pengkajia meliputi:
pengumpulan data, analisis data, pengelompokan data dan dokumentasi data (Haryanto,
2008). Pengkajian merupakan kunci membuat keputusan klinis, mengetahui keadaan
pasien, serta masalah pasien (Potter & Perry, 2005).
Penyakit kardiovaskuler atau cardiovascular disease (CVD) menurut definisi WHO
adalah istilah bagi serangkaian gangguan jantung dan pembuluh darah. Data badan
kesehatan dunia WHO (2012) menunjukan bahwa CVD adalah faktor penyebab
kematian nomor satu didunia dan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan,
penyakit yang termasuk kelompok CVD menempati urutan teratas penyebab kematian di
Indonesia. Ditinjau dari sisi ketersediaan tenaga ahli dibidang cardiovascular, saat ini
Indonesia hanya memiliki sekitar 500 dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh
darah. Artinya dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta, rasio dokter
spesialis jantung dan pembuluh darah adalah 1:480.000 penduduk. Jumlah ini masih

1
sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan penduduk di Indonesia. Rasio yang
diharapkan adalah 1:250.000 penduduk. Saat ini penggunaan pemeriksaan dengan
elektrokardiografi (ULJ) / exercise stress test paling sering dipergunakan
mengidentifikasi adanya iskemia miokardium untuk menegakkan diagnosis penyakit
jantung koroner (PJK) dengan mengidentifikasi adanya depresi segmen ST yang tercetus
uji latih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar pengkajian keperawatan ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar test kesehatan diagnostik ?
3. Apa pengertian dari sistem kardiovaskuler jantung ?
4. Bagaimana anatomi fisiologi jantung ?
5. Bagaimana hemodinamika jantung ?
6. Apa saja prosedur pemeriksaan EKG ?
7. Apa saja prosedur treadmill ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang pengkajian kesehatan dan test diagnostik pada
sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar pengkajian keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar test kesehatan diagnostik.
c. Mahasiswa mampu memahami sistem kardiovaskuler jantung.
d. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi jantung.
e. Mahasiswa mampu memahami hemodinamika jantung.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pemeriksaan EKG.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur treadmill.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
meberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena
itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA).
Pengkajian keperawatan termasuk tahap dasar dari seluruh proses keperawatan
dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat
penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu. Pengkajian yang sistematis dalam
keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan, meliputi pengumpulan data, analisis data,
sistematika data, penentuan masalah, dan dokumentasi data. Pengkajian keperawatan
merupakan tahap awal dari proses keperawatan & merupakan proses sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi & mengidentifikasi
status kesehatan klien (Iyer et.al.,1996).
Pengkajian keperawatan difokuskan pada respon pasien terhadap masalahmasalah
kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya
dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah
respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian.
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kemudian
diikuti 3 tahapan selanjutnya yaitu diagnosa keperawatan, perencanaan hingga evaluasi.
Agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik tahapan tersebut harus
dilaksanakan dengan sistematis.Dalam melakukan pengkajian keperawatan ada lima
tahapan kegiatan seperti yang telah kita sebutkan diatas yaitu pengumpulan data, analisis
data, sistematika data, penentuan masalah dan dokumentasi data .

3
1. Pengumpulan Data
Pada saat melakukan pengkajian keperawatan, harus tahu macam data yang ingin
diperoleh ketika melakukan pengkajian pada klien. Data-data yang harus Anda
peroleh ketika melakukan pengkajian pada klien, seperti :
a. Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien, data dasar
ini meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan
dan pemeriksaan. Data dasar yang menunjukkan pola fungsi kesehatan efektif/optimal
merupakan data yang dipakai dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan
sejahtera.
b. Data Fokus
Data focus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang menyimpang
dari keadaan normal. Data focus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil
pemeriksaan langsung sebagai seorang perawat. Data ini yang nantinya mendapat
porsi lebih banyak menjadi dasar timbulnya masalah keperawatan. Segala
penyimpangan yang berupa keluhan hendaknya dapat divalidasi dengan data hasil
pemeriksaan. Sedangkan untuk bayi atau klien yang tidak sadar banyak menekannya
pada data focus yang berupa hasil pemeriksaan.
c. Data Subjektif
Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung dari klien
maupun tidak langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan klien secara
langsung dan menyampaikan masalah yang terjadi kepada Anda sebagai perawat
berdasarkan keadaan yang terjasi pada klien. Untuk mendapatkan data subjektif,
dilakukan anamnesis, salah satu contoh: ”merasa pusing”, “mual”, “nyeri dada” dan
lain-lain.
d. Data Objektif
Data yang diperoleh Anda secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
pada klien. Data objektif harus dapat diukur dan diobservasi, bukan merupakan
interpretasi atau asumsi dari Anda, contoh: tekanan darah 120/80 mmHg, konjungtiva
anemis.
2. Sumber Data Keperawatan
Sumber-sumber data yang dapat diperoleh sesuai dengan jenis data yang diperlukan
dalam pengkajian, seperti :

4
a. Sumber data primer
Klien adalah sebagai sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Apabila klien
dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara, atau pendengaran, klien
masih bayi atau karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data subjektif
secara langsung, perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Namun, apabila diperlukan klarifikasi data subjektif,
hendaknya perawat melakukan anamnesis pada keluarga.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien, yaitu orang
terdekat, orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami
gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun,
misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar.
c. Sumber data lainnya
1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu
dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana
tindakan perawatan.
2) Riwayat penyakit. Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit dapat diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah
hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan
rencana tindakan medis.
3) Konsultasi. Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim
kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam
merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat Anda
ambil untuk membantu menegakkan diagnosa.
4) Hasil pemeriksaan diagnostik. Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes
diagnostik, dapat digunakan sebagai data objektif yang dapat disesuaikan
dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan
membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
5) Perawat lain. Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada teman sejawat yang telah merawat
klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah
diberikan.

5
6) Kepustakaan. Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, dapat
membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh
literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang benar dan tepat.
3. Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ketika pengkajian untuk memperoleh
data sesuai dengan keperluan dan masalah yang yang dihadapi oleh klien, seperti :
a. Anamnesis
Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak
klien dan keluarga bertukar fikiran dan perasaan, mencakup keterampilan secara
verbal dan non verbal, empati dan rasa kepedulian yg tinggi. Teknik verbal,
meliputi pertanyaan terbuka/tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Sedangkan teknik non verbal, meliputi mendegarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata. Unsur- unsur penting yang harus dicermati dalam
mendengar secara aktif, meliputi :
1) Memperhatikan pesan yg disampaikan dan hubungannya dengan fikiran.
2) Mengurangi hambatan-hambatan.
3) Posisi duduk Anda yg sesuai.
4) Menghindari interupsi.
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien.
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien
Adapun tujuan komunikasi dalam pengkajian data keperawatan meliputi :
1) Mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan
merencanakan tindakan keperawatan.
2) Meningkatkan hubungan dengan klien dalam komunikasi.
3) Membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi
masalah dan tujuan.
4) Membantu untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
b. Observasi
Tahap kedua pada pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, yaitu:
pengamatan prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Kegiatan observasi, meliputi 2S HFT. Sight yaitu
seperti kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis. Smell yaitu seperti alkohol,

6
darah, feces, medicine, urine. Hearing yaitu seperti tekanan darah, batuk,
menangis, ekspresi nyeri, heart rate dan ritme
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik P.E.
(Physical Examination) yang terdiri dari :
1) Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat Anda lakukan dengan proses observasi yang
dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu: suatu teknik yang dilakukan dengan menggunakan indera peraba.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah :
a) Ciptakan lingkungan yg kondusif, nyaman dan santai.
b) Tangan harus dalam keadaan kering, hangat, kuku pendek.
c) Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yg paling akhir.
3) Perkusi, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk, dengan tujuan
untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan
menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk : mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Contoh suara-suara yang dihasilkan: Sonor,
Redup, Pekak, Hipersonor/timpani.
4) Auskultasi, Auskultasi, adalah merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan
dengan mendengarkan suara yg dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop.

B. Konsep Dasar Test Kesehatan Diagnostik


1. Pengertian Penilaian Diagnostik
Menurut Depdiknas (2007: 3) istilah diagnostik merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan.
Dalam pembelajaran istilah diagnostik dapat dilakukan dalam sebuah tes. Diagnostik
pada pembelajaran melingkupi konsep yang luas yang meliputi identifikasi kekuatan
dan kelemahan siswa dalam pembelajaran.
Suwarto (2012: 114) menjelaskan tes diagnostik merupakan tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan atau miskonsepsi pada topik tertentu dalam
pembelajaran sehingga dari hasil tes didapat masukan tentang respon siswa untuk
memperbaiki kelemahannya. Tes diagnostik merupakan rangkaian tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga hasil tersebut dapat

7
digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat
dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki. Fungsi penilaian diagnostik yaitu untuk
mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu. Tujuan penilaian
diagnostik yaitu, untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami.
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis dan kedokteran
sebagai proses untuk penentuan jenis penyakit dengan cara melihat dari gejala-gejala
yang muncul. Dalam dunia pendidikan, istilah “diagnosis” merupakan istilah yang
relative baru. Sesuai dengan pendapat Poerwadarminto yang mengatakan, “Diagnosis
berarti penentuan sesuatu penyakit dengan menilik atau memeriksa gejalanya. Istilah
ini biasanya digunakan dalam ilmu kedokteran”. dalam dunia pendidikan arti
“diagnosis” tidak banyak mengalami perubahan, yaitu diartikan sebagai usaha untuk
mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar
murid.19 Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari
bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan sebagai :
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai
gejala-gejalanya (symptons).
b. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa di dalam
konsep diagnosis, secara implicit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan
demikian, di dalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis
dan karakteristiknya seta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, melainkan juga
mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan atau memprediksikan kemungkinan
dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Menurut Harriman, “Diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau
salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya”. Sama dengan istilah dalam dunia
kedokteran, diagnosis merupakan kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan
meneliti gejala-gejalanya. Berdasarkan hal tersebut diagnosis merupakan proses
pemeriksaan terhadap hal-hal yang dianggap tidak beres atau bermasalah. Sedangkan
menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat daripada
kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan

8
suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah upaya
menentukan penyakit atau kelemahan yang dialami seseorang melalui pengujian
untuk mendapatkan suatu keptusan yang saksama atas gejala-gejala tentang suatu hal.
Analystic diagnostic yang lazimnya digunakan adalah tes diagnostic. Sasarannya
untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut. Psychological diagnosis, tahap
ini teknik pendekatan dan instrument yang digunakan antara lain :
a) Observasi (observation),
b) Analisis berbagai catatan obyektif (analysis of objectives record of various types),
c) Wawancara (interviews).
2. Pelaksanaan Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilakukan guru sebagai langkah awal dalam menentukan
dimana proses belajar mengajar telah atau belum dikuasai. Didalam penggunaannya
tes diagnostik berusaha mengungkap karakteristik dan kesulitan apa yang ada dalam
pembelajaran sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengambil keputusan dalam
mencari jalan pemecahan. Bambang Subali (2012: 23) menjelaskan keputusan
melakukan tes diagnostik sebelum pelajaran dimulai pada peserta didik yakni dengan
melakukan tes diagnostik pada saat sebelum pembelajaran guru dapat mengambil
sikap perlu tidaknya pserta didik diberikan pelajaran ekstra agar mampu menguasai
pelajaran yang sesuai prasyarat yang belum dikuasai.

C. Sistem Kardiovaskuler / Jantung


Sistem Kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah dan saluran limfe.
Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat untuk didistribusikan
ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk dikeluarkan
dari tubuh.

Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian tengah rongga
thoraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakan struktur yang dinamis, lunak
yang digerakkan oleh struktur-struktur yang terdapat di dalamnya (jantung) dan
mengelilinginya (diafragma dan gerakan lain pada pernafasan) serta efek gravitasi dan
posisi tubuh.

9
Gambar 2.1 Posisi jantung dalam mediastinum

(Sumber : http://catatanradiograf.blogspot.com)

1. Jantung

Ukuran jantung sekitar sedikit lebih besar dari satu kepalan tangan dengan
berat antara 7-15 ons (200 – 425 gram). Dalam setiap harinya jantung mampu
memompa sampai dengan 100.000 kali dan dapat sampai dengan 7.571 liter. Posisi
jantung berada di belakang sternum pada rongga mediastinum, diantara costae kedua
dan keenam. Pada jantung sebelah kanan menerima darah yang tidak teroksigenasi
dari vena cava superior dan vena cava inferior kemudian mengalirkannya ke pulmonal
untuk proses oksigenasi. Sedangkan bagian kiri jantung menerima darah yang
teroksigenasi dari paru melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya diedarkan
keseluruh tubuh.

2. Perikardium

Perikardium adalah lapisan pembungkus jantung yang tersusun oleh membran


fibroserosa. Tersusun oleh dua lapisan yaitu perikardium fibrosa yang merupakan
lapisan luar yang keras serta perikardium serosa yang merupakan lapisan dalam.
Perikardium serosa mempuanyai dua lapisan yaitu perikardium parietal dan
perikardium visceral. Perikardium parietal merupakan bagian dalam dari perikardium
fibrosa. Sedangkan perikardium visceral melekat pada permukaan jantung. Ruang
yang berada diantara perikardium parietal dan perikardium visceral disebut ruang
perikardium. Dalam keadaan normal ruangan ini berisi cairan yang memudahkan bagi
jantung untuk bergerak dan berdenyut tanpa adanya hambatan.

10
Gambar 2.2 Lapisan perikardium jantung

(Sumber : https://www.informasikedokteran.com)

3. Dinding Dan Ruangan Jantung

Dinding jantung tersusun dari 3 lapisan yaitu lapisan bagian luar yag disebut
epikardium, lapisan tengah disebut miokardium dan lapisan dalam disebut
endokardium. Epikardium merupakan lapisan bagian luar yang terbentuk dari lapisan
visceral perikardium serosa. Miokardium merupakan lapisan yang terdiri dari otot
jantung. Endokardium merupkan lapisan bagian dalam yang tipis tersusun dari
jaringan ikat subendotelial yang juga menutupi katup jantung.

Sedangkan ruangan jantung terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan dan
bagian kiri. Masing-masing bagian mempunyai satu atrium dan satu ventrikel
sehingga dalam jantung terdapat 4 ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Anatara atrium dengan ventrikel terdapat luabang
atrioventrikuler dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup.

Atrium merupakan rongga penerima yang akan memompa darah kedalam


ventrikel. Atrium kanan mendapatkan darah yang berasal dari vena cava superior dan
vena cava inferior, atrium kiri mendapat darah dari vena pulmonalis. Ventrikel
merupakan rongga penerima darah dari atrium melalui katup. Ventrikel kanan akan
mendapat darah dari atrium kanan yang selanjutnya akan dipompa ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis. Sedangkan ventrikel kiri mendapat darah dari atrium kiri
untuk selanjutkanya akan memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta. Otot
jantung (miokardium) pada bagian ventrikel lebih tebal di banding otot atrium dan
otot ventrikel kiri lebih tebal daripada otot venrikel kanan. Hal ini karena otot

11
ventrikel kiri mempunyai tugas untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar
daripada otot bagian lainnya. Ventrikel kiri bertugas untuk memompa darah keseluruh
tubuh.

Diantara atrium dan ventrikel tedapat katup yang disebut katup atroventrikular
yang berfungsi untuk menjaga aliran darah agar berjalan searah dari atriumm ke
ventrikel dan menghindarkan aliran darah balik dari ventrikel ke atrium. Katup
atrioventrikuler dibagi 2 yaitu trikuspidalis dan katup bikuspidalis (katup mitral).
Katup trikuspidalis mempunyai 3 daun yang memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan. Sedangkan katup bikuspidalis (aktup mitral) merupakan katup dengan 2 daun
yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri. Selain katup atrioventrikularis,
terdapat katup katup semilunaris yang terdiri dari dua katup yaitu katup pulmonal dan
katup aorta. Katup pulmonal berfungsi mencegah aliran darah balik dari arteri
pulmonalis ke ventrikel kanan sedangkan katup aorta berfungsi mencegah aliran balik
dari aorta ke ventrikel kiri.

Gambar 2.3 Ruang dan katup jantung

(sumber : https://www.biologiedukasi.com/2018/05/anatomi-dan-struktur-jantung-
manusia.html)

Didalam dinding ventrikel terdapat juga berkas-berkas otot yang tebal


dinamakan otot-otot papilaris. Dibawah dari otot papilaris tedapat benang-benang
tendon tipis yang disebut dengan korda tendinea dan berfungsi untuk menghindarkan
kelopak katup terdorong masuk ke dalam atrium saat ventrikel berkontraksi.

12
Terdapat pembuluh darah yang tersambung langsung dengan jantung.
Disebelah kanan jantung terdapat vena cava superior dan vena cava inferior yang
mengalirkan darah masuk ke atrium kanan. Terdapat juga arteri pulmonalis yang
membawa darah keluar dari ventrikel kanan untuk masuk ke paru-paru. Sedangkan
yang membawa darah dari paru-paru untuk masuk ke jantung lagi yaitu ke dalam
atrium kiri disebut vena pulmonalis. Kemudian pembuluh darah aorta yang berfungsi
membawa darah keluar dari ventrikel kiri.

4. Bunyi Jantung

Dalam jantung terdengar dua macam bunyi/suara. Bunyi ini berasal dari
katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan oleh menutupnya
katup atrioventrikular dan kotraksi ventrikel. Sedangkan bunyi kedua merupakan
bunyi akibat menutupnya katup semilunaris sesudah kontraksi ventrikel.

5. Pembuluh Darah dan Inversi Jantung

Dalam menjalankan fungsinya, otot jantung membutuhkan aliran darah yang


menyuplai kebutuhan oksigen dan nutrisi serta zat-zat lain yang dibutuhkan untuk
kehdupan otot jantung. Pembuluh darah jantung ini dipengaruhi oleh kerja saraf
simpatis dan saraf parasimpatis.

Arteri koronaria merupaka cabang pertama dari aorta yang mengalirkan darah
ke epikardium dan miokardium. Selain itu arteri ini menyuplai darah ke atrium dan
ventrikel. Cabang arteri koronaria adalah arteri koronaria dekstra dan sinistra. Cabang
–cabang kecil dari arteri koronaria dekstra dan sinistra mengitari jantung dan
mengahntarkan darah ke semua bagian jantung. Selanjutnya darah yang kembali dari
jantung berkumpul ke dalam sinus koronaria dan akan masuk kedalam atrium kanan.

13
Gambar 2.4 Sirkulasi Koronaria

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arteri_koroner#/media/Berkas:Coronary_arteries.svg)

Arteri koronaria dekstra menyupali darah ke atrium kanan, sebagian besar


ventrikel kanan, sebagian ventrikel kiri, sebagian septum intraventrikular, sino atrial
nodes (SA Nodes) dan atrio ventrikular nodes (AV Nodes). Sedang arteri koronaria
sinistra menyuplai darah ke atrium kiri, sebagian besar ventrikel kiri, sebagian besar
kanan dan SA nodes (pada sekitar 40% orang). Sedangkan vena jantung terletak
superficial terhadap arteri. Sinus koronarius merupakan vena yang paling besar,
membuka ke atrium kanan. Sebagian besar vena jantung utama mengalirkan ke sinus
koronarius kecuali vena-vena anterior jantung yang mengalirkan ke atrium kanan.

Jantung dipersarafi oleh serabut saraf otonom plexus cardiacus. Plexus


cardiacus ini terbentuk dari serabut parasimpatis dan simpatis dalam perjalanan ke
jantung. Serabut tersebar di sepanjang dan ke pembuluh darah koroner serta
komponen-komponen konduktan terutama Sa nodes. Meskipun gerakan jantung
bersifat ritmik, tetapi kecepatan kontraksi dipengaruhi rangsangan yang sampai pada
jantung melali saraf tersebut.

14
Rangsangan saraf simpatis menyebabkan meningkatnya nadi, konduksi
impuls, kekuatan kontraksi dan menyebabkan peningkatan aliran darah melalui arteri
koronaria. Stimulasi adrenergik SA nodes dan jaringan konduktan meningkatkan
kecepatan depolarisasi sel-sel pacemaker sambil meningkatkan konduksi
atrioventrikular. Sedangkan rangsangan saraf parasimpatis memperlambat nadi,
mengurangi kekuatan kontraksi dan mangontriksikan arteri koronaria, menghambat
energi diantara periode peningkatan kebutuhan. Rangsangan saraf parasimpatis
paskasinap akan memperlambat kecepatan depolarisasi sel-sel pacemaker dan
konduksi atriventrikular serta mengurangi kontraktilitas atrial.

6. Sistem Konduksi Jantung

Nodus Sinoatrial (SA nodes) adalah pencetus aliran listrik apada jantung (pacu
jantung,pacemaker). Letaknya dekat puncak krista terminalis, di bawah pintu vena
cava superior menuju atrium kanan. Impuls yang dibuat oleh nodus SA dikonduksikan
sepanjang otot-otot atrium untuk menghasilkan kontraksi atrium yang sinkron.
Penyakit atau degenerasi dari bagian manapun pada jalur konduksi bisa menyebabkan
gangguan irama jantung yang berbahaya. Degenerasi nodus SA menyebabkan peran
pacu jantung diambil alih oleh bagian lain dari jalur konduksi, sekalipun biasanya
dengan kecepatan denyut yang lebih lambat.

Impuls mencapai nodus atrioventrikular (AV Nodes) yang terletak di septum


interatrial tepat diatas pintu sisnus koronarius. Dari sini impuls diteruskan ke ventrikel
melalui atrioventricular bundle (of HIS) yang turun ke septum interventrikular.

Bundle of His terbagi menjadi cabang kanan dan kiri yang mengirim serabut
purkinje di bagian subendokardium dari ventrikel. Posisi serabut purkinje
menyebabkan kontraksi ventrikel yang hampir sinkron.

15
Gambar 2.5 Sistem Konduksi Jantung

(Sumber : https://beranisehat.com/wp-content/uploads/2022/03/sistem-konduksi-jantung.png)

D. Anatomi Fisiologi Jantung


a. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi
ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas
dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang
berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel
menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Gambar 2.6 Jantung normal dan sirkulasinya

16
Batas-batas jantung :
 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
 Kiri : ujung ventrikel kiri
 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma
sampai apeks jantung
 Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat
katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah
tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid
yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di
antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium
kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup
mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya
memiliki tiga daun (leaflet).
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung.
Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit
menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal
atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai
persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan
dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal
dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium
kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler
posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior
decendens artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus
aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior
descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior
ke apeks jantung.

17
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan.
Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara
morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.
b. Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya
sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan
berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan
dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan
oleh jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat
untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena
cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut
darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah
masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan,
kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di
paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian
menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir
ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan
darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai
mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini.
Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini
selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
c. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah fetal pada janin dan sirkulasi darah pada anak dan dewasa berbeda.
Untuk memahami implikasi anestesi pada penyakit jantung, seorang ahli anestesi
harus mengenal sirkulasi fetal dan sirkulasi dewasa. Perubahan sirkulasi terjadi sangat
cepat pada saat kelahiran. Periode ini dinamakan periode transisi di mana sirkulasi
fetal akan berubah menjadi sirkulasi manusia normal atau dewasa.
Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan
anak. Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas

18
dilakukan oleh plaswenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai
minggu ke-3 dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat
dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/BB
per menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus,
darah mengalir ke dalam vena cava inferior, bercampur darah yang kembali dari
bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava inferior
lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus
aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki
ventrikel kanan melalui vena cava superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar
meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini
kembali ke plasenta melalui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk
mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus
berfungsi sebagai saluran/ jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari
cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru.
Bayi segera menghisap udara dan menangis kuat tepat setelah dilahirkan. Dengan
demikian paru-parunya akan berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan
seolah-olah darah terhisap ke dalam paru-paru (tahanan vaskular paru 12 menurun dan
aliran darah pulmonal meningkat). Duktus arteriosus menutup dan tidak berfungsi
lagi, demikian pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka foramen
ovale akan tertutup sehingga selanjutnya tidak berfungsi lagi. Tahanan vaskular
sistemik juga meningkat. Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis
dan duktus venosus akan mengalami obliterasi. Dengan demikian setelah bayi lahir
maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan
kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan sistem pencernaan
sendiri.

19
Gambar 2.7 Sirkulasi fetal.
Jumlah darah yang mengalir dalam sistem sirkulasi pada orang dewasa mencapai
5-6 liter (4.7-5.7 liter). Darah bersirkulasi dalam sistem sirkulasi sistemik dan
pulmonal.
a. Sirkulasi sistemik
Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang mengandung banyak
oksigen yang berasal dari paru, dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri
ke aorta, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai
pembuluh darah yang diameternya paling kecil (kapiler). Kapiler melakukan gerakan
kontraksi dan relaksasi secara bergantian, yang disebut dengan vasomotion sehingga
darah mengalir secara intermittent. Dengan aliran yang demikian, terjadi pertukaran
zat melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel endotel. Ujung kapiler
yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole sedangkan ujung kapiler yang
membawa darah terdeoksigenasi disebut venule; terdapat hubungan antara arteriole
dan venule “capillary bed” yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan
langsung dari arteriole ke venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V
anastomosis). Darah dari arteriole mengalir ke venule, kemudian sampai ke vena
besar (v.cava superior dan v.cava inferior) dan kembali ke jantung kanan (atrium
kanan). Darah dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis.
b. Sirkulasi pulmonal
Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang terdeoksigenasi yang
berasal dari seluruh tubuh, yang dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava
14 inferior kemudian ke atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel kanan,
meninggalkan jantung kanan melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan
kiri). Di dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru dimana terjadi pertukaran zat

20
dan cairan, sehingga menghasilkan darah yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari
udara pernapasan. Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui vena
pulmonalis (kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki
ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah dari ventrikel kiri kemudian
masuk ke aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi
sistemik).

Gambar 2.8 Sirkulasi paru dan sistemik


Jadi, secara ringkas, aliran darah dalam sistem sirkulasi normal manusia
adalah : Darah dari atrium kiri → melalui katup mitral ke ventrikel kiri → aorta
ascendens – arcus aorta – aorta descendens – arteri sedang – arteriole → capillary
bed → venule – vena sedang – vena besar (v.cava superior dan v.cava inferior) →
atrium kanan → melalui katup trikuspid ke ventrikel kanan → arteri pulmonalis →
paruparu → vena pulmonalis → atrium kiri.

E. Hemodinamika Jantung
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan sistem pembuluh darah bercabang
yang luas, yang fungsi utamanya adalah transportasi oksigen, nutrisi dan zat-zat lain serta
panas ke seluruh tubuh. Dalam konteks medis, istilah hemodinamik merujuk pada ukuran
dasar fungsi kardiovaskular, seperti tekanan arteri atau curah jantung (Secomb, 2017).
Hemodinamik yang dimaksud dalam adalah Mean Arterial Pressure (MAP) dan denyut
jantung.

21
1. Mean arterial pressure (MAP)
Mean arterial pressure (MAP) adalah tekanan arteri rata-rata selama satu
siklus denyutan jantung yang dihitung sebagai tekanan diastolik ditambah sepertiga
dari tekanan nadi (Kundu et all, 2017). Setiap siklus jantung, tekanan arteri lebih
dekat dengan tekanan diastole daripada sistole untuk periode yang lama dari tiap
siklus jantung. Pada kecepatan jantung istirahat, sekitar dua pertiga siklus jantung
dihabiskan dalam diastol dan sepertiga dalam sistole (Sherwood, 2014). Dua penentu
tekanan arteri rerata adalah curah jantung dan resistensi perifer total akan tetapi dalam
praktik klinis dihitung menggunakan rumus MAP yakni sebagai berikut :
6 MAP = Tekanan Diastol + (1 3 x Tekanan Nadi)
Tekanan Nadi (mmHg) adalah perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik (Das et
all, 2017). Rumus tekanan nadi dituliskan sebagai berikut :
Tekanan Nadi = (Tekanan Sistolik – Tekanan Diastolik)
Penting untuk memperkirakan nilai MAP secara akurat. Dalam praktik klinis,
MAP diukur secara non-invasif dengan automated oscillometric sphygmanometers
atau dengan rumus matematika. Keakuratan estimasi MAP menggunakan perangkat
osilometrik jarang dilaporkan dalam literatur. Sphygmanometers digunakan untuk
mengukur tekanan darah diastolik dan sistolik untuk kemudian dimasukkan kedalam
rumus Mean Arterial Pressure (MAP) (Papaioannou dkk, 2016). Mean Arterial
Pressure (MAP) merupakan penentu utama perfusi jaringan dan merupakan parameter
kunci yang mempengaruhi fungsi jantung dan sifat dinding arteri sentral. Kadar Mean
Arterial Pressure (MAP) yang tinggi terkait dengan penyakit kardiovaskular (CV) dan
kerusakan organ target, sedangkan kadar yang rendah dapat merugikan pasien
hemodinamik yang tidak stabil dan dalam keadaan kritis (Kundu dkk, 2017).
Denyut jantung mencerminkan jumlah kontraksi ventrikel per unit waktu dan
berfluktuasi secara substansial dengan variasi dalam permintaan sistemik untuk
oksigen. Pemantauan denyut jantung istirahat adalah metode klinis sederhana dan
non-invasif terkait dengan prognosis kesehatan. Peningkatan denyut jantung istirahat
pada remaja secara langsung terkait dengan indikator penyakit kardiovaskular, seperti
peningkatan kadar tekanan darah, peningkatan glukosa darah , konsentrasi kolesterol
total yang lebih tinggi, dan peningkatan trigliserida (Sandi, 2016). Frekuensi denyut
jantung dengan mudah dapat diukur dengan mengukur denyut nadi. Denyut nadi
adalah denyut jantung yang dihantarkan lewat arteri dan dirasakan sebagai denyut
(Kasenda dkk, 2014).

22
Denyut nadi merupakan gelombang suatu gelombang yang teraba pada arteri
bila darah di pompa keluar jantung. Denyut nadi dapat dirasakan atau diraba pada
arteri yang dekat dengan permukaan tubuh, seperti areri temporalis yang terletak di
atas tulang temporal, arteri dorsalis pedis yang terletak di belokan mata kaki, arteri
brakhialis yang terletak di depan lipatan sendi siku, arteri radialis yang terletak di
depan pergelangan tangan, dan arteri karotis yang terletak di ketinggian tulang rawan
tiroid. Frekuensi denyut nadi untuk orang normal jumlahnya sama dengan denyut
jantung (Silva et all, 2018).
Banyak hal yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi di antaranya adalah
jenis kelamin, umur, posisi tubuh, dan aktivitas fisik. Frekuensi 12 denyut nadi
istirahat anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan seusianya. Pada umur
2-7 tahun anak laki-laki memiliki rata-rata denyut nadi istirahat sebesar 97 denyut
permenit, sedangkan anak perempuan memiliki rata-rata 98 denyut permenit. Anak
laki-laki pada umur 8-14 tahun, mempunyai rata-rata frekuensi denyut nadi istirahat
76 denyut permenit sedangkan anak perempuan sebanyak 94 denyut permenit. Rerata
denyut nadi istirahat anak laki- laki pada umur 21-28 tahun adalah 73 denyut permenit
sedangkan anak perempuan sebesar 80 denyut permenit. Orang laki-laki pada usia tua
yaitu 70-77 tahun, mempunyai rata-rata frekuensi denyut nadi istirahat 67 denyut
permenit sedangkan perempuan 81 denyut permenit (Sandi, 2016). Pengaruh umur
terhadap frekuensi denyut nadi istirahat dapat dilihat dari denyut nadi istirahat.
Denyut nadi normal dapat dikat gorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80, anak 80-
100 dan bayi 100-140 (Kasenda dkk, 2014).

F. Prosedur Pemeriksaan EKG


a. Pengertian
Alat ini merekam aktivitas listrik sel di atrium dan ventrikel serta membentuk
gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktivitas listrik tersebut didapat dengan
menggunakan elektroda di kulit yang dihubungkan dengan kabel ke mesin EKG. Jadi
EKG merupakan voltmeter yang merekam aktivitas listrik akibat depolarisasi sel otot
jantung.
b. Kertas EKG
Adalah kerta grafik yang terdiri dari kotak kecil dan besar yang diukur dalam
milimeter. Garis horisontal merupakan waktu (1 kotak kecil = 1 mm = 0.04 detik) dan
garis vertikal merupakan voltase/amplitudo ( 1 Kotak kecil = 1 mm = 0.1 miliVolt).

23
Pada rekaman EKG standar dibuat dengan kecepatan 25 mm/detik, kalibrasi biasa
dilakukan dengan 1 miliVolt yang menghasilkan defleksi setinggi 10 mm. kalibrasi
dapat diperbesar atau diperkecil tergantung kebutuhan dan harus di atur sebelum
merekan EKG.

Gambar 2.9 Kertas EKG


Sumber : https://jaenal.dosen.ittelkom-pwt.ac.id/wp-
content/uploads/sites/15/2015/12/Ilustrasi-kertas-EKG.jpg

c. Sadapan EKG Standar


Rekaman standar EKG 12 sadapan terdiri dari 3 sadapan ekstrimitas standar, 3
sadapan ekstrimitas diperkuat (augment) dan 6 sadapan prekordial. Masing-masing
sadapan elektroda dihubungkan ke alat yang mengukur perbedaan potensial antara
elektroda tertentu dan menghasilkan gambaran karakteristik tertentu pada EKG.
1. Sadapan Ekstrimitas standar (sadapan Bipolar)
Sadapan bipolar standar terdiri dari sadapan I, II dan III yang mengukur perbedaan
potensial listrik antara lengan kanan dan lengan kiri (sadapan I), lengan kanan dan
tungkai kiri (sadapan II) serta lengan kiri dan tungkai kiri (sadapan III) . Ketiga
sadapan ini membentuk segitiga sama sisi dan jantung berada di tengah yang
disebut segitiga Einthoven. Jika ketiga sadapan dipisah, maka sadapan I merupakan
aksis horisontal dan membentuk sudut 0°, sadapab II membentuk sudut 60° dan
sadapan III membentuk sudut 120° dengan jantung. Aksis listrik ini disebut sistem
referensi aksial dan digunakan untuk menghitung aksis jantung.

24
Gambar 2.10 Segitiga Einthoven
(Sumber : http://jantung-kitasehat.blogspot.com/2017/04/mengenal-segitiga-
einthoven-pengertian.html)

2. Sadapan Ekstrimitas diperkuat (augmented)


Sadapan ini dinamakan sadapan ekstrimitas unipolar yang diperkuat dan diberi
tanda aVR (augmented Voltage Right arm), aVL (augmented Voltage Left arm),
dan aVF (augmented Voltage left Foot).
3. Sadapan prekordial (sadapan unipolar)
Adalah sebagai berikut :
Lead V1 : ruang interkosta IV, tepi sternum kanan
Lead V2 : ruang unterkosta IV, tepi sternum kiri
Lead V3 : pertengahan antara V2 dan V4
Lead V4 : ruang interkosta V, garis midklavikularis kiri
(Lead V5-V9) diambil dalam bidang horisontal seperti V4
Lead V5 : garis aksilaris anterior kiri
Lead V6 : garis mid aksilaris posterior kiri
Lead V7 : garis aksilaris posterior kiri
Lead V8 : Garis skapularis posterior kiri
Lead V9 : Batas kiri kolumna vertebralis
25
Lead V3R-9R : dada sisi kanan denagn tempat sama seperti sadapan V3-9 sisi kiri.
Oleh karena itu, V2R adalah sama seperrti V1.
EKG rutin yang sering dipakai terdiri dari 12 sadapan I, II, III, aVR, aVL, aVF,
V1, V2, V3, V4, V5, V6.

Gambar 2.11 Sandapan prekordial EKG


(Sumber : https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/07/a-17posisi-elektroda-
perikardial-ekg2.png)

d. Interpretasi EKG

Dalam membaca atau membuat laporan rekaman EKG langkah pertama


adalah mendeskripsikan setiap gelombang serta sistemik kemudian melakukan
analisis interpetasinya (Irawan et al., 2018, p. 37), adapun langkah-langkahnya
yaitu sebagai berikut:
1. Irama
Ketika membaca hasil EKG yang harus ditentukan terlebih dahulu
adalah irama jantung, iramanya sinus atau tidak (Kusumoto, 2020).
Karakteristik sinus ritme menurut (Dharma, 2009, p. 11) yaitu sebagai berikut
a. Laju : 60-100x/menit

26
b. Ritme : interval P-P reguler, interval R-R Reguler
c. Gelombang P : positif (upright) di sadapan II, selalu diikuti Kompleks QRS
d. R-R interval : 0,12-0,20 detik dan konstan dari beat to beat
e. Durasi QRS : kurang dari 0,10 detik kecuali ada gangguan konduksi
intraventrikel.

Gambar 2.12 Irama sinus normal


(Sumber : https://docnesia.com/wp-content/uploads/2019/07/ecgeducator-wenckebach-
heartblock-medstudent-cardiology-original-jpg)

2. Frekuensi denyut jantung


Setelah mendapatkan irama dari jantung yang harus kita lakukan
selanjutnya adalah menentukan frekuensi denyut jantung. Terdapat beberapa
cara untuk mendapatkan hasil frekuensi denyut jantung (Bacharova et al.,
2010) yaitu :

Gambar 2.13 Rumus menghitung frekuensi denyut jantung


(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/- hitungHR.jpg)

Menghitung frekuensi denyut jantung dengan menghitung laju


kompleks QRS. Apabila laju gelombang P tidak sama dengan laju kompleks

27
QRS maka harus dihitung frekuensinya masing-masing dan apabila
frekuensinya sama maka cukup dihitung hanya laju kompleks QRS.
3. Aksis kompleks QRS
Aksis bertujuan menggambarkan posisi jntung itu sendiri. Untuk
menentukan aksis kita dapat melihat gambaran defleksi kompleks QRS pada
lead I dan lead aVF (Kozłowski, 2018). Defleksi kompleks QRS didapatkan
dari rata-rata kompleks QRS terhadap garis isoelektrik, jika defleksi positif
maka rata-rata kompleks QRS berada di atas garis isoelektrik (R>S+Q) dan
jika defleksi negatif maka rata-rata kompleks QRS berada di bawah garis
isoelektrik (R<S=Q). Terdapat 4 kemungkinan dalam menginterpretasikan
aksis (Morries, 2002), yaitu :
1. Normal, pada lead I didapatkan defleksi (+) dan pada lead aVF didapatkan
defleksi (+);
2. Left Axis Deviation (LAD), pada lead I didapatkan defleksi (+) dan pada
lead aVF didapatkan defleksi (-);
3. Right Axis Deviation (RAD), pada lead I didapatkan defleksi (-) dan pada
lead aVF didapatkan defleksi (+);
4. Extreme Axis Deviation (EAD), pada lead I didapatkan defleksi (-) dan
pada lead aVF didapatkan defleksi (-).

Gambar 2.14 Aksis kompleks EKG

4. Zona transisi
Normalnya zona transisi terletak antara V2-V4. Apabila zona transisi
terletak disebelah kanan dari V2 maka disebut counter clockwise rotation.
Namun jika zona transisi bergeser ke kiri atau melebihi V5 maka disebut
Clokwise rotation.
28
5. Durasi
a. Interval PR
Interval PR menunjukan waktu yang diperlukan gelombang
depolarisasi untuk bergerak dari atrium ke ventrikel. Nilai normal dari
interval PR adalah 0,12-0,2 detik (3-5 kotak kecil). Interval PR yang
memanjang >5 kotak kecil, terdapat dalam keadaan AV blok. Interval PR
yang memendek <3 kotak kecil, terdapat dalam keadaan wolf Parkinson
white syndrome. Hitung interval PR apabila didapatkan lebih dari 200 ms
artinya ada hambatan atrioventrikular (Cossey; & Wheeler, 2003).
b. Durasi kompleks QRS
Kompleks QRS menunjukan depolarisasi ventrikel yang secara
bersamaan dengan atrium repolarisasi. Kompleks QRS dikatan sempit jika
memiliki lebar/durasi 0,08 - 0,10 detik (2 - 2,5 kotak kecil). Gelombang Q
merupakan defleksi negatif pertama, gelombang R merupakan defleksi
positif pertama, dan gelombang S merupakan defleksi negatif setelah defleksi
positif (gelombang R). Hitung durasi antara awal kompleks QRS sampai
berahirnya kompleks QRS (Cossey; & Wheeler, 2003).
c. Durasi QT dan QTr
Interval ini mewakili semua awal depolarisasi hingga akhir repolarisasi
ventrikel. Durasi interval QT normal agak kontroversial, dan berbagai
durasi normal telah disarankan sebelumnya. Secara umum, interval QT
normal adalah kurang dari 400 hingga 440 milidetik (ms), atau 0,4 hingga
0,44 detik. Wanita biasanya memiliki interval QT yang sedikit lebih lama
daripada pria. Interval QT memiliki hubungan terbalik dengan denyut
jantung. Interval QT yang memanjang menimbulkan risiko segera untuk
terjadinya aritmia ventrikel yang serius, termasuk Torsades de Pointes,
takikardia ventrikel, dan fibrilasi ventrikel (Sattar & Lovely, 2021).

Gambar 2.15 Durasi interval dan segmen

29
6. Morfologi
a. Gelombang P
Gelombang P merupakan gelombang pertama siklus jantung, dan
menunjukkan depolarisasi atrium. Setengah gelombang P pertama terjadi
karena stimulasi atrium kanan serta bentuk downslope berikutnya terjadi
karena stimulasi atrium kiri (Sampson & McGrath, 2015). Terdapat
beberapa karakteristik gelombang P yang normal, yaitu gelombang lembut
dan tidak tajam, durasi normal 0,08-0,10 detik (2-2,5 kotak kecil), dan
tinggi tidak lebih dari 2,5 mm (Goldberger; & Kin, 2013). Adapun
morfologi dari gelombang P yang berbeda dari yang normal (gelombang P
abnormal), yaitu gelombang P pulmonal (tinggi >2,5 mm), gelombang P
mitral (lebar > 2,5 kotak kecil/ > 0,10 detik), gelombang P bifasik (Morris,
2002).
b. Gelombang QRS
Gelombang QRS menggambarkan proses depolarisasi dari ventrikel
yang nilai normal antara lain : lebar 1.5 kk – 3 kk dan tingginya tergantung
lead. Gelombang QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan S.
1) Gelombang Q Merupakan defleksi negatif pertama dari kompleks QRS
yang nilai normalnya antara lain : lebar kurang dari 1 kk dengan kedalaman
kurang dari 1/3 tinggi gelombang R.
2) Gelombang R Merupakan defleksi positif pertama pada gelombang QRS,
gelombang R umumnya positif dilead I,II,V5 dan V6. Di lead AVR,
sadapan precordial kanan umumnya kecil atau tidak ada sama sekali.
3) Gelombang S merupakan defleksi negatif setelah gelombang R, dilead
AVR dan V1 gelombang S terlihat lebih dalam, dari V2 sampai V6 terlihat
makin lama makin kecil atau menghilang.
c. Segmen ST
Segmen ST merupakan saat ventrikel berkontraksi dan mengosongkan
isinya. Terdapat titik pertemuan antara akhir dari kompleks QRS dan awal
segmen ST yang disebut J point, segmen ST dikatakan normal jika J point
berada sejajar dengan garis isoelektrik (Carey et al., 2014). Jika J point
berada di bawah garis isoelektrik disebut ST depresi dan jika J point berada
di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi. (Tso et al., 2015). Segmen ST
biasanya isoelektrik, dan gelombang T di sebagian besar sadapan adalah

30
defleksi tegak dari amplitudo dan durasi variabel (Price et al., 2010).
Perhatikan adakah deviasi terhadap garis isoelektrik, adakah elevasi atau
depresi dari segmen ST.
d. Gelombang T
Gelombang T menunjukan repolarisasi ventrikel. Gelombang T normal
jika tinggi kurang dari 5 mm pada sadapan ekstremitas dan jika tinggi
kurang dari 10 mm pada sadapan prekordial. Jika terdapat gelombang T
terbalik yang lebar dan dalam maka adanya iskemia dan jika terdapat
gelombang T yang sangat tinggi maka adanya hiperkalemia/hipokalemia
(Tso et al., 2015). Perhatikan apakah normal, bifasik, inversi, atau datar
(flat).
e. Gelombang U
Merupakan gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya, penyebab timbulnya gelombang U biasanya
terjadi pada kasus hipokalemia.

Gambar 2.16 Morfologi sinus rythme

e. Gambaran EKG pada Kelainan Jantung


1. Jenis Irama Jantung
Irama jantung normal pada orang dewasa yang sehat ditendai
gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dengan frekuensi antara 60-100
denyut/menit. Bila denyut jantung melebihi 100 denyut/menit keadaan ini
disebut takikardia. Takikardia fisiologis dapat disebabkan oleh keadaan
seperti ansietas, stress, nyeri atau demam. Sebaliknya bila denyut jantung
kurang dari 60 denyut/menit maka keadaan tersebut dinamakan bradikardia.
Gelombang PQRST bentuk dan amplitudonya harus memenuhi syarat

31
normal. Interval juga harus normal baik interval PR,QRS, segmen ST,VACt.
Apabila tidak memenuhi kriteria tersebut jantung dikatakan mengalami
aritmia (Fatimah, 2010, p. 12). Berikut beberapa jenis irama jantung :
a. Irama Sinus yaitu irama listrik jantung dimana pemacu utamanya berasal
dari SA Node. Cirinya setiap gelombang P normal diikuti dengan
kompleks QRS normal.
b. Irama Atrial yaitu irama listrik jantung dimana pemacu utamanya berasal
dari atrium, cirinya mirip gelombang P tetapi bentuknya berbeda dengan
gelombang P pada irama sinus.
c. Irama Junctional yaitu irama listrik jantung dimana pemacu utamanya
berasal dari AV Node. Ciri khasnya adalah adanya gelombang P terbalik,
P hilang yang masih diikuti kompleks QRS atau bisa juga gelombang P
yang muncul setelah kompleks QRS.
d. Irama Ventrikel yaitu irama listrik jantung dimana pemacu dominannya
berasal dari ventrikel. Cirinya tidak terlihat adanya gelombang P, ada
kompleks QRS namun bentuknya tidak sempurna (Pakpahan, 2012).
2. Aritmia
Aritmia Adalah gangguan irama jantung atau irama EKG yang tidak
mempunyai kriteria irama Sinus Rhythm. Menurut Pakpahan (2012), aritmia
bisa disebabkan oleh dua hal yaitu :
a. Aritmia yang disebabkan oleh karena terjadi gangguan pembentukan
impuls.
1. Nodus SA, meliputi : Sinus Takikardi, Sinus Bradikardi, Sinus
Aritmia, Sinus Arest
2. Atrium, meliputi : Atrial Ekstrasistole, Atrial Takikardi, Atrial
Fibrilasi, Atrial Flutter
3. Nodus AV, meliputi : Irama Junctional, Junctional Ekstrasistole,
Junctional Takikardi, Junctional Akselerasi
4. Ventrikel, meliputi : Ventrikel Ekstrasistole, Irama Idioventrikuler,
Ventrikel Takikardi, Ventrikel Fibrilasi
b. Aritmia yang disebabkan oleh karena terjadi gangguan penghantaran
impuls.
1. Nodus SA meliputi : Blok Sinoatrial (SA Blok)

32
2. Nodus AV meliputi : AV Blok derajat 1, AV Blok derajat 2, AV Blok
derajat 2 mobitz I, AV Blok derajat 2 mobitz II, AV Blok derajat 3
(TAVB)
3. Interventrikuler meliputi : Right bundle branch block (RBBB), Left
bundle branch block (LBBB)
3. Jenis-Jenis Aritmia
a. Sinus Takikardi, irama regular HR : >100 kali/menit, Gelombang P normal
(tinggi dan lebar < 3 kk), interval PR normal (3 kk -5 kk), gelombang
QRS normal (1.5 kk–3 kk).

Gambar 2.17 Sinus Takikardia


b. Sinus Bradikardi irama regular, HR : < 60 kali/menit gelombang P normal
(tinggi dan lebar < 3 kk), interval PR : Normal (3 kk -5 kk), gelombang
QRS normal (1.5 kk-3 kk).

Gambar 2.18 Sinus Bradikardi


c. Sinus Aritmia, irama iregular, HR biasanya antara 60-100 kali/menit,
gelombang P normal (tinggi dan lebar < 3 kk), interval PR normal (3kk -5
kk), gelombang QRS normal (1.5 kk -3 kk).

33
Gambar 2.19 Sinus Aritmia
d. Sinus Arest irama teratur, kecuali pada yang arest, HR : Seringnya 60
kali/menit, gelombang P normal (tinggi dan lebar < 3 kk), interval PR
normal (3kk -5kk) , gelombang QRS normal (1.5 kk-3 kk), pada gambaran
yang hilang bisa menyebabkan kelipatan jarak antara R ke R.

Gambar 2.20 Sinus Arrest


e. Atrial Ekstasistole (AES/ PAC), irama iregular, HR : 60-100 kali/menit,
gelombang P bentuknya tidak normal, interval PR normal (3kk -5kk) atau
memendek, gelombang QRS normal (1.5kk-3kk).

Gambar 2.21 Premature Atrial Contraction (PAC)


f. Supraventrikel Takikardi (SVT), irama regular, HR : 150-250 kali/menit,
gelombang P sulit dilihat, kadang terlihat tetapi kecil, interval PR tidak
normal, gelombang QRS normal (1.5kk-3kk).

34
Gambar 2.22 Supraventrikuler Takikardi
g. Atrial Flutter, irama biasanya regular, bisa juga iregular, HR tergantung
irama dasarnya, gelombang P tidak normal, bentuknya seperti gigi gergaji,
jumlah nya lebih dari satu, interval PR tidak normal,gelombang QRS
normal (1.5kk-3kk).

Gambar 2.23 Atrial Flutter


h. Atrial Fibrilasi, irama iregular, HR bervariasi (Rafid Respon : HR > 100
x/mnt), (Normo Respon : HR 60-100 x/mnt), (Slow Respon : < 60 x/mnt),
gelombang P tidak dapat diidentifikasi, terlihat keriting, interval PR tidak
normal, gelombang QRS normal (1.5kk-3kk).

Gambar 2.24 Atrial Fibrilasi

35
i. Irama Junctional (JR), irama regular, HR : 40 - 60 kali/menit, gelombang P
inverted, hilang atau tidak ada, interval PR tidak normal, gelombang QRS
normal (1.5kk-3kk).
j. Junctional Ekstasistole (JES), irama iregular, HR tergantung iramanya,
gelombang P tidak ada atau tidak normal, interval PR tidak normal,
gelombang QRS normal (1.5kk-3 kk).
k. Junctional Takikardi, irama teratur, HR : >100 kali/menit, gelombang P
tidak ada, terbalik atau dibelakang QRS, interval PR tidak dapat dihitung
atau memendek, gelombang QRS : Normal (1.5 kk – 3 kk )
l. Irama Idioventrikuler, iama : Teratur, HR : 20 - 40 kali/menit, gelombang P
tidak tampak, interval PR tidak ada, gelombang QRS lebar >0,12detik.

Gambar 2.25 Junctional ekstrasistol, Junctional takikardi, Ekstrasistol


ventrikuler, Irama Idioventrikuler
m. Ventrikel Ekstrasistole (VES/ PVC), irama iregular, HR tergantung
iramanya, gelombang P tidak tampak, interval PR tidak bisa dinilai,
gelombang QRS > 0,12detik.

36
Gambar 2.26 Premature Ventricular Contraction (PVC)
n. Ventrikel Tachycardia (VT), irama teratur, HR : > 100 kali/menit,
gelombang P tidak terlihat, interval PR tidak bisa dinilai, gelombang QRS
lebar >0,12detik.

Gambar 2.27 Ventricular Takikardi


o. Ventrikel Fibrilasi (VF), irama tidak teratur, HR : > 300 x/menit,
gelombang P tidak ada, interval PR tidak bisa dinilai, gelombang QRS
terlihat keriting dan iregular.

Gambar 2.28 Ventrikel Fibrilasi


p. Blok Sinoatrial (SA Blok), irama regular, terkecuali pada yang hilang, HR
biasanya <60 kali/menit, gelombang P normal, selalu diikuti gelombang

37
QRS, interval PR normal (3kk -5kk), gelombang QRS normal (1.5kk-
3kk).

Gambar 2.29 SA Block


q. Blok Atrioventrikuler (AV Blok)
 Derajat 1 : Irama regular, HR seringnya 60-100 kali/menit, gelombang
P normal diikuti gelombang QRS, interval PR >5 kk atau lebih dari
0.20 detik, gelombang QRS normal (1.5kk–3kk).
 Derajat II Mobitz : Irama iregular, HR 60-100 kali/menit atau < dari
60x/mnt, gelombang P normal, akan tetapi tampak gelombang P yang
tidak diikuti gelombang QRS, interval PR semakin lama semakin
panjang hingga ada gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS,
kemudian siklus tersebut diulang, gelombang QRS normal (1.5–3kk).
 Derajat II Mobitz 2 : Irama seringnya iregular, kadang bisa regular, HR
< dari 60 kali/menit, gelombang P normal, ada satu atau lebih
gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS, interval PR normal/
memanjang secara konstan kemudian ada blok gelombang QRS normal
(1.5-3 kk)
 Derajat III (Total AV Blok) : Irama regular, HR : < dari 60 kali/menit,
gelombang P normal, gelombang P dan gelombang QRS berdiri
sendiri-sendiri, gelombang P kadang diikuti gelombang QRS kadang
tidak, interval PR berubah-ubah, gelombang QRS normal atau lebih
dari 3 kk.

38
Gambar 2.30 AV blok derajat I, II dan III

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN EKG


a. Persiapan Alat :
1. Mesin EKG.
2. Nierbeken.
3. Jelly.
4. Kapas alkohol pada tempatnya.
5. Tissue.
6. Washlap basah.
7. Alat cukur (kalau perlu).
8. Kertas dokumentasi EKG, lem, dan gunting.
b. Persiapan Klien Sebelum Tindakan Pemeriksaan EKG :
1. Menjelaskan kepada klien tentang tujuan tindakan pemeriksaan EKG.
2. Melepaskan alat logam yang digunakan klien, temasuk gigi palsu.
3. Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenang dan tidak bergerak selama
prosedur.
4. Menjelaskan kepada klien untuk tidak memegang pagar tempat tidur.
c. Implementasi
1. Mencuci tangan.
2. Menutup sampiran.
3. Membuka pakaian atas klien.
4. Membersihkan area ekstremitas dan dan dada yang akan dipasangi elektroda
dengan menggunakan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur
bila perlu.
5. Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda.

39
6. Pasang kabel dan elektroda (hindari memasang elektroda pada massa otot yang
terlalu tebal atau pada struktur tulang) :
a. Kabel Merah (R) : pada lengan kanan.
b. Kabel Kuning (L) : pada lengan kiri.
c. Kabel Hijau (F) : pada kaki kiri.
d. Kabel Hitam (N) : pada kaki kanan.
e. V1 : pada interkostal ke– 4 kanan.
f. V2 : pada interkostal ke– 4 kiri.
g. V3 : pada interkostal ke 4 – 5 antara V2 dan V4.
h. V4 : pada interkostal ke-5 linea midclavicularis kiri.
i. V5 : horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior.
j. V6 : horizontal terhadap V5, pada línea midaksilaris.
7. Menghubungkan kabel ground ke washlap basah yang diletakkan di nierbeken.
8. Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber listrik.
9. Menyalakan power On mesin EKG.
10. Mengatur kecepatan gelombang pada 25 mV.
11. Mengatur ketinggian rekaman pada skala 1.
12. Melakukan kalibrasi 1 mV.
13. Melakukan rekaman 12 lead.
14. Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan lepaskan kabel/elektroda dari
tubuh klien, kemudaian bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
15. Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.
d. Dokumentasi
1. Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG.
2. Mencatat nama klien, umur, tanggal dan jam serta nama pemeriksa pada kertas
dokumentasi EKG.
3. Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur.
4. Membersihkan jel yang menempel pada kulit pasien dengan tissue.
5. Cuci tangan

H. Prosedur Treadmill
Uji latih jantung dengan treadmill atau sepeda statis (ergocycle), dengan atau
tanpa analisa pertukaran gas merupakan salah satu cara pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnostik penyakit jantung, mengukur tingkat kebugaran fisik,

40
mengevaluasi pengobatan dan kemunculan gangguan irama atau untuk meramalkan
kejadian akibat penykit jantung. Sebelum menjalani latih Anda diminta untuk menjawab
beberapa pertanyaan mengenai identitas dan data medis awal atau menjalani pemeriksaan
lain yang diperlukan untuk memastikan ada indikasi atau tidak serta untuk mengkaji agar
pemeriksaan ini dapat dijalankan dengan aman. Anda diminta untuk menjawab secara
benar mengenai data diri dan data medis Anda
Pada pelaksanaanya akan diberi penjelasan mengenai tata cara uji ini, dan
dipasangi kabel-kabel untuk merekm irama jantung serta perubahan-perubahan selama
dilakukan uji ini. Tekanan darah juga akan diukur secara berkala,dan Anda akan diminta
untuk menyampaikan keluhan yang dirasakan sebelum selama dan setelah uji ini.
Selanjutnya, Anda diminta berjalan di ban berjalan (treadmill) atau harus mengikuti dan
menyesuaikan dengan kecepatan atau beban yang diberikan. Uji akan dihentikan oleh
petugas bila dianggap telah mendapatkan informasi yang mencukupi sesuai tujuan
pemeriksaan, adanya kemungkinan bahaya atau Anda menghendaki untuk berhenti.
Anda boleh minta berhenti kapan saja Anda menghendaki, terutama bila merasa sangat
kelelahan , sesak napas, nyeri dada, pegel kaki, pusing, tidak mampu lagi mengikuti
gerakan atau beban yang diberikan atau hal yang menyebabkan Anda harus berhenti.
Tidak dinjurkan berhenti secara tiba-tiba saat petugas menghentikan mesin, karena
mesin akan tetap berjalan dengan beban yang turun secara bertahap.
Selama dilakukan uji ini tekanan darah dan denyut nadi biasanya akan meningkat
terus, sehingga pada kondisi terntentu walaupun jarang akan terdapat kemungkinan
terjadi gangguan irama jantung,peningkatan tekanan darah yang berlebihan, pingsan atau
serangan jantung atau komplikasi lainnya. Tindakan untuk mengatasi kegawatdaruratan
harus dilakukan sepert resusitasi bila diperlukan. Pengawasan dan kerja sama yang baik
diharapkan akan memperkecil risiko tersebut,tetapi tindakan gawat darurat mungkin saja
diperlukan. Karena adanya risiko tersebut Anda harus memahaminya dan menyatakan
kesediaan secara sukarela untuk menjalani uji ini dengan segala konsekuensi yang harus
Anda pahami sebelumnya.
Untuk indikasi menegakkan diagnosis penyakit jantung koroner terdapat
alternatif pemeriksaan lain seperti pencitraan atau angio grafi kororer baik dengan CT
scan maupun kateterisasi setiap pertanyaan harus diajukan sebelum menjalani uji ini dan
harus terjawab secara memuaskan. Anda mempunyai hak untuk menyetujui atau tidak
menyetujui pemeriksaan ini terhadap diri Anda. Data medis Anda akan dipergunakan
untuk keperluan pelayan pendidikan maupun penelitian tapi akan tetap diperlukan secara

41
rahasia. Setelah Anda memahami segala hal tentang pemeriksaan ini Anda akan diminta
menyatakan persetujuan dilakukan pemeriksaan uji lagi tersebut dengan mendatangani
formulir yang sediakan.
Standar Operasional Treadmill
Fase persiapan Alat :
1. Mengecek konektor listrik dan input tegangan listrik sesuai modifkasi alat
2. Menghidupkan UPS stabilizer
3. Menghidupkan alat dengan menekan tombol power
4. Menghidupkan CPU dan monitor
5. Menghidupkan printer
Pasien
Saat Penjadwalan test :
1. Satu jam sebelum test pasien sudah berada diruangan test dan menggunakan pakaian
yang disediakan oleh rumah sakit.
2. Tidak melakukan kegiatan yang berat 8 jam sebelum test.
3. Pasien berpuasa 2 jam sebelum test, tidak merokok, minum kopi, atau minuman
beralkohol.
4. Semua obat-obatan yang diminum sebelumnya dapat diteruskan kecuali disarankan
oleh dokter untuk dihentikan malam sebelum test, pasien harus tidur secukupnya agar
saat test kondisi pasien segar .
Fase Preload
1. menentukan mode dan protocol mesin
2. Mmengisi identitas pasien
Fase Pelaksanaan test
1. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mempersilahkan pasien berbaring dengan tenang di tempat tidur
3. Menentukan tempat pemasangan electrode pada tubuh pasien
4. Membersihkan kulit pada lokasi pemasangan electrode menggunakan kassa alcohol
hingga berwarnaa kemerahan
5. Setelah kering tempelkan electrode
6. Memfksasi electrode dengan sempurna
Fase Pretest
1. Merekam EKG 12 lead dan mengukur tekanan darah pada saat pasien mulai berbaring
2. Menilai serta melaporkan hasil pengukuran dan gambaran EKG pada dokter

42
3. Memberi contoh cara berjalan yang benar pada ban treadmill
4. Menjelaskan terminasi test
Fase Pretest (Stand by)
1. Mempersilahkan pasien untuk mencoba
2. Menjalankan alat treadmill dengan kecepatan rendah hingga pasien tampak stabil
selama 30 detik, setelah itu test dapat dimulai
Fase Test
1. Merekam EKG dan mengukur tekanan darah setiap / menit sebelum periode alarm
2. Memonitor perubahan ekg dan keluhan selama test
3. Memberhentikan test sesuai prosedur terminasi test
Fase Post Test dan Recovery
1. Merekam EKG dan mengukur tekanan darah segera setelah test diberhentikan
2. Mempersilahkan pasien duduk & berbaring
3. Merekam EKG dan mengukur tekanan darah mulai dari menit pertama hingga menit
keenam atau gambaran EKG / tekanan darah kembali seperti sebelum test
4. Menyeleksi adanya aritmia selama / saat pemulihan
5. Menyimpulkan hasil test
6. Membersihkan jelly yang berada pada tubuh pasien
7. Menjelaskan kepada pasien bahqa test sudah selesai
8. Merapikan kembali alat
9. Membuat laporan / dokumentasi

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Elektrocardiogram (EKG) mencerminkan aktivitas listrik jantung yang
disadap dari berbagai sudut pada permukaan kulit. EKG standar terdiri dari 12 lead.
Informasi yang berhubungan aktivitas listrik jantung diperoleh dengan menempatkan
electrode pada permukaan kulit pada posisi anatomis standar. Berbagai posisi
elektroda yang dipantau disebut lead. Gelombang EKG dicetak diatas kertas grafik.
Waktu atau frekuensi diukur pada sumbu horizontal grafik, dan amplitudo atau
voltase diukur pada sumbu vertikal.
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi untuk memvisualisasikan
gambaran struktur dan fungsi jantung dilayar monitor. Echocardiography dapat
memberikan informasi tentang Pembesaran jantung(kardiomegali), Kelainan struktur
jantung, Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung,
Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan
stroke, Ditemukan bising jantung (murmur), Pada demam rematik dan penjakit
jantung rematik. Sedangkan learning vector quantization merupakan salah satu
jaringan saraf tiruan yang berbasis competitive learning atau winner take all, dimana
dari nilai keluaran yang diberikan neuron dari layer keluaran hanya neuron pemenang
(neuron yang mempunyai nilai terkecil) saja yang diperhatikan.
Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic,
yang meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram, untuk mendiagnosa infark
miokard.

B. Saran
Makalah ini disusun untuk memudahkan proses belajar mengajar sebagai materi ajar
pada mata kuliah Pengkajian Kesehatan tentang Sistem pemeriksaan diagnostik EKG,
ECHO, Treadmill, Vector, dan Pemeriksaan Enzim. Setelah mengetahui tentang cara
pemeriksaan diagnostik EKG, ECHO, Treadmill, Vector, dan Pemeriksaan Enzim
diharapkan agar kita dapat melakukan pemeriksaan diagnostik EKG, ECHO,
Treadmill, Vector, dan Pemeriksaan Enzim dengan baik dan benar.

44
DAFTAR PUSTAKA

Association, A.N. (2010). ANA Principles for Nursing Documentation.


https://doi.org/10.1177/1099800412445907.

Dr. Surya Dharma, Sp JP FIHA. 2009. Sistematika Interpretasi EKG:Pedoman Praktis.


Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Diakses di
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=sgZvnS8E-
z0C&oi=fnd&pg=PA12&dq=interpretasi+ekg&ots=pq8jPoGd9f&sig=IXlyrgOQ6VQ
LefANVFQXehFDyVY&redir_esc=y#v=onepage&q=interpretasi%20ekg&f=false

Bacharova, L., Bang, L., & Wagner, G. S. (2010). Basic understanding and clinical
application of the electrocardiogram: Past, present, and future. Journal of
Electrocardiology, 43(3), 183–186. https://doi.org/10.1016/j.jelectrocar d.2010.03.005

Budiono. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : Kemenkes

Kozłowski, D. (2018). Method in the Chaos – a step-by-step approach to ECG


Interpretation. European Journal of Translational and Clinical Medicine, 1(1), 74–87.
https://doi.org/10.31373/ejtcm/922 55

Morris, S. M. (2002). ABC of Clinical electrocardiography. Introduction. II-Basic


terminology. BMJ. https://doi.org/10.1093/bja/aep208

Cossey;, B. H., & Wheeler, R. M. (2003). Home Program. AORN Journal, 78(4).
http://linkinghub.elsevier.com/retri eve/pii/S0001209206626446

Goldberger;, A. L. G. Z. D. . A. S., & Kin. (2013). Goldberger’s Clinical


Electrocardiography-A Simplified Approach. Elsevier Inc

Carey, B. M. G., Al-zaiti, S. S., Kozik, T. M., & Pelter, M. (2014). Interpretation
Questions : Answers : 23(5), 429–431.

Sampson, M., & McGrath, A. (2015). Understanding the ECG. Part 1: Anatomy and
physiology. British Journal of Cardiac Nursing, 10(11), 548–554.
https://doi.org/10.12968/bjca.2015. 10.11.548
Potter & Perry. (2015). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 1. Jakarta : EGC

Price, D., Cardiologist, C., Mary, S., & Wight, I. (2010). How to read an
electrocardiogram (ECG). Part 1: Basic principles of the ECG. The normal ECG.
South Sudan Medical Journal, 3(2), 26–31.

RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar). 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Sampson, M., & McGrath, A. (2015b). Understanding the ECG Part 2: ECG basics.
British Journal of Cardiac Nursing, 10(12), 588–594.
https://doi.org/10.12968/bjca.2015. 10.12.588 Sattar, Y., & Lovely. (2021).
Electrocardiogram. StatPearls(Internet).

Sattar, Y., & Lovely. (2021). Electrocardiogram. StatPearls(Internet).

Tso, C., Currie, G. M., Gilmore, D., & Kiat, H. (2015). Electrocardiography: A
technologist’s guide to interpretation. Journal of Nuclear Medicine Technology,
43(4), 247– 252. https://doi.org/10.2967/jnmt.115.1 63501

World Health Organization. Cardiovascular Disease (CVDs). WHO. 2012. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/n .

https://qdoc.tips/sop-treadmill-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai