Anda di halaman 1dari 21

METODIOLOGI KEPERAWATAN

TAKSONOMI NANDA DAN SDKI

NAMA KELOMPOK 4 :
1. Muhammad Izzudin Al fathi
2. Oktavia Wahyu Lestari
3. Sherly Dwinda Sari
4. Putri Yolanda
5. Widya Nigsih
6. Weni Martalinda
7. Cinta Salsabila
8. Aziz Zagi
9. Yoli Elfiyanti
10. Tri Putri
11.
Dosen Pengampu : Khelly Fitria Annuril
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
DIPLOMA TIGA JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Taksonomi nanda dan SDKI” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Metodiologo Keperawatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Bengkulu, 18 Agustus 2022

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................................1
Tujuan....................................................................................................................................1
Manfaat .................................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI................................................................................................2

Definisi Diagnosa Keperawatan............................................................................................2


Sejarah Diagnosa Keperawatan.............................................................................................3
Tujuan dan Sasaran Diagnosa Keperawatan...........................................................................4
Komponen Diagnosa KEperawatan.......................................................................................5
Cara Merumuskan Diagnosa Keperawatan............................................................................6
Macam – macam Diagnosa Keperawatan..............................................................................7
Keterbatasan Diagnosa
Keperawatan................................................................................................12
SDKI..........................................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................14
Kesimpulan............................................................................................................................14
Daftar pustaka........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana
diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi,
dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Di samping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai
faktor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala,
akan memperkuat masalah yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang
penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan baik aktual maupun potensial.
Rumusan Masalah

1. Apa pengertian diagnosa keperawatan ?


2. Jelaskan struktur taksonomi NANDA I ?
3. Sebutkan aksis dari taksonomi NANDA I ?
4. Apa saja komponen diagnosa keperawatan ?
5. Jelaskan apa itu deteksi cepat diagnosa keperawatan NANDA I ?
6. Jelaskan apa itu deteksi detail diagnosa keperawatan NANDA I ?

Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga medis khususnya
dapat memahami dan mengaplikasikannya di dalam asuhan keperawatan mengenai
dokumentasi diagnosa keperawatan.yang dapat mahasiswa mengerti terdiri dari :
1. Dapat mengetahui pengertian diagnosa keperawatan.
2. Dapat mengetahui struktur taksonomi NANDA I .
3. Dapat mengetahui aksis dari taksonomi NANDA I.
4. Dapat mengetahui komponen diagnosa keperawatan.
5. Dapat mengetahui cara deteksi cepat diagnosa keperawatan NANDA I.
6. Dapat mengetahui cara deteksi detail diagnosa keperawatan NANDA I.
Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam prosedur dokumentasi diagnosa
keperawatan dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan klien.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperwatan, langkah kedua dari proses keperwatan, mengklarifikasikan
masalah kesehatan dalam ruang lingkup keperawatan. Proses diagnosa merupakan hasil analisa
data dan identifikasi anda dari respon klien terhadap masalah pelayanan kesehatan. Istilah
diagnosa berarti “untuk membedakan” atau “untuk mengetahui” diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan
aktual atau potensial atau proses kehidupan (Nanda Internasional, 2007). pernyataan yang
menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai lisensi dan kompenten untuk mengatasinya.
Menurut para ahli :

1. shoemaker (1984).

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang
di dapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan sistematis yang menjadi
tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat dan mencakup etiologi kondisi bila
di ketahui.
2. Aspinall (1976)

Suatu proses kesimpulan klinis dari kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati dalam
kondisi fisik atau fisiologi pasien. Jika proses ini terjadi secara aktual dan rasional, maka
proses tersebut akan mengarah pada identifikasi tentang kemungkinan penyebab
simptomologi.
3. Roy (1982)

Diagnosa keperwatan adalah fase singkat atau istilah yang meringkas kelompok indikator
penting (empiris) yang mewakili pola keutuhuhan manusia.
Masalah kolaborasi adalah komplikasi fisiologi aktual atau potensial yang dipantau
perawat untukmendeteksi onsert perubahan status klien (Carpenito-Moyet 2005). Ketika
masalah kolaborasi muncul perawat ikut serta dalam kolaborasi dengan tenaga pelayanan
kesehatan dari disiplin lain. Perawat menangani masalah seperti perdarahan, infeksi dan
aritmia jantung menggunakan tindakan yang ditentukan dokter dan di tentukan perawat untuk
meminimalkan komplikasi. Sebagai contoh, klien dengan luka operasi beresiko terkena
infeksi, sehingga dokter meresepkan antibiotik. Sedangkan perawat memonitor klien
terhadap timbulnya deman dan tanda infeksi lainnya serta melakukan tindakan luka yang
benar.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (NANDA, 1990).
Kesimpulan diagnosa meliputi masalah yang ditangani oleh perawat (diagnosis
keperawatan) dan masalah yang memerlukan penanganan dari beberapa disiplin (masalah
kolaborasi). Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi menggambarkan batasan kondisi
klien yang memerlukan asuhan keperawatan (Carpenito-Moyet, 2005).
B. Sejarah diagnosa keperawatan.

Diagnosis keperawatan diperkenalkan pertama kali dalam literatur keperawatan pada


tahun 1950 (McFarland dan McFarlane, 1989). Fry (1953) mengajukan formulasi diagnosis
keperawatan dan rencana asuhan keperawatan individu untuk membuat keperawatan menjadi
lebih kreatif. Dibandingkan dengan praktik dependen sesuai anjuran dokter (misalnya
memasukkan obat dan cairan intravena), hal ini lebih menekankan pada praktik independen
perawat (misalnya edukasi klien dan peringanan gejala). Awalnya, keperawatan profesional
tidak mendukung diagnosis keperawatan. Pada tahun 1955, Model Nurse Practice Act of ANA
(1955) melarang terapi diagnosis atau peresepan. Akibatnya, perawat ragu untuk
menggunakan diagnosis keperawatan dalam praktik. Namun, teori keperawatan mendorong
keperawatan definitif dalam hubungannya dengan masalah klien. Teori sebelumnya, yang
mendefinisikan tindakan keperawatan dalam hubunganya dengan masalah berpusat
pada klien, merupakan bagian dari.
tanggung jawab terhadap ketertarikan dan penggunaan terakhir diagnosis keperawatan dalam
keperawatan terdahulu.
Pada tahun 1973 konferensi nasional pertama untuk klasifikasi diagnosis keperawatan
diselenggarakan untuk menentukan fungsi keperawatan dan menentukan sistem klasifikasi.
Beberapa tahun kemudian, peserta konferensi ini membangun sebuah taksonomi, yaitu
sebuah sistem klasifikasi pilihan untuk diagnosis yang memiliki kesamaan hubungan. Saat ini
ada 13 ruang lingkup, 47 kelas, dan 188 diagnosis keperawatan dalam taksonomi tersebut.
Sebagai contoh, dalam ruang lingkup kenyamanan ada tiga kelas, yaitu : kenyamanan fisik,
kenyamanan lingkungan, dan kenyamanan sosial. Diagnosis keperawatan nyeri akut termasuk
dalam kelas kenyamanan fisik.
Pada tahun 1982 sebuah persatuan profesional, North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) didirikan. Tujuan NANDA adalah “untuk mengembangkan,
memperhalus, dan mempromosikan taksonomi terminologi diagnosis keperawatan untuk
digunakan secara luas oleh perawat profesional” (Kim, Mc Farland, dan McLean, 1984).
Pada tahun 2003, NANDA berubah nama menjadi NANDA International (NANDA-I) agar
lebih mencerminkan penggunaan diagnosis keperawatan internasional untuk komunitas
kesehatan secara global. Organisasi ini adalah pemimpin klasifikasi diagnosis keperawatan
dan didukung oleh ANA sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan hal itu.
Pertama kali ANA Standard of Nursing Practice (1973) menggabungkan diagnosis
keperawatan pada tahun 1971, dan tetap terdapat dalam Nursing Scope and Standards of
Practice (ANA, 2004). Scope of Nursing Practice (1987) yang diterbitkan oleh ANA,
menjelaskan keperawatan sebagai diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap
kesehatan dan penyakit, membantu memperkuat definisi diagnosis keperawatan.
Penelitian dalam bidang diagnosis keperawatan terus berkembang. Akibatnya,
NANDA-I terus berkembang dan menambahkan nama diagnosis baru pada daftar NANDA-I.
Penggunaan standar formal pernyataan diagnosis keperawatan memilki beberapa tujuan
sebagai berikut.
 Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama
dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.

 Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan


sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan lain, dan masyarakat.
 Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan
kesehatan lain.
 Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.

 Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.

C. Tujuan dan sasaran diagnosa keperawatan.

Tujuan dan sasaran diagnosa keperawatan berbeda dari tujuan dan sasarn diagnosa
medis. Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengarahkan rencana asuhan keperawatan
untuk membantu klien dan keluarganya beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk
menghilangkan masalah perawat kesehatan. Tujuan diagnosa medis adalah untuk
mengidentifikasi dan untuk merancang rencana pengobatan untuk penyembuhan penyakit atau
proses patologis.
Sasaran diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana asuhan
yang bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi perubahan dan
untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan. Sasaran dari diagnosa
medis adalah untuk meresepkan pengobatan. Sebagai contoh mahasiswa yang berusia 20
tahun masuk rumah sakit dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah. Dokter membuat
diagnosa medis apendistis, dan klien menjalani apendoktomi darurat untuk menghilangkan
apendiks yang terinfeksi. Setalah apendoktomi perawat mengembangkan beberapa diagnosa
keperawatan, salah satunya dalah hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri
sekunder akibat insisi abdomen. Asuhan keperawatan akan di arahkan pada penigkatan
mobilitas klien pada tahap preoperatif secara bertahap.
D. Komponen diagnosa keperawatan.

Diagnosis keperawatan berasal dari proses pengakajian dan diagnosis. Melalui


kalimat tersebut, diagnosis keperawatan berada dalam format dua bagian : label diagnosis
yang diikuti oleh pernyataan faktor terkait. Format dua bagian tersebut memberikan makna
diagnosis dan hubungannya dengan klien tertentu. Sebagai tambahan, semua diagnosis yang
disetujui NANDA-I memiliki sebuah definisi. Faktor risiko adalah komponen dari diagnosis
keperawatan risiko.
Label Diagnosi Merupakan nama diagnosis keperawatan yang disetujui oleh
NANDA International. Hal ini menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi
kesehatan dalam kata-kata yang sedikit mungkin. Label diagnosis melibatkan penggunaan
kata penjelas/deksriptor (descriptor) dalam memberikan pengertian tambahan tentang
diagnosis. Sebagai contoh, diagnosis gangguan mobilitas fisik termasuk dalam deskriptor
gangguan untuk menjelaskan keaslian atau perubahan mobilitas yang menggambarkan
dengan baik respons klien. Contoh deskriptor lainnya adalah kompromi, penurunan,
defisiensi, keterlambatan, efetif, ketidakseimbangan, gangguan, dan peningkatan.
Faktor terkait adalah kondisi atau etiologi yang ditemukan dari data pemeriksaan
klien. Ini berhubungan dengan respons potensial atau aktual klien terhadap masalah
kesehatan dan dapat diubah dengan menggunakan intervensi keperawatan. Faktor terkait
untuk diagnosis NANDA-I melibatkan empat kategori, yaitu : patofisiologi (biologis
atau psikologis), pengobatan terkait, situasi (lingkungan atau personal), dan maturasi
(Carpenito-Moyet, 2005).
Etiologi diagnosis keperawatan selalu berada dalam ruang lingkup praktik
keperawatan dan kondisi yang menetukan intervensi keperawatan.
Definisi NANDA-I menyetujui definisi untuk setiap diagnosis sesuai penggunaan dan
pemeriksaan klinis. Definisi menggambarkan karakteristik identitas respons manusia. Sebagai
contoh, definisi label diagnosis gangguan mobilitas fisik adalah “keterbatasan pergerakan
fisik pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih”(NANDA International, 2007).
Faktor Risiko Faktor risiko adalah elemen lingkungan, fisiologis, psikologis, genetik,
atau kimia yang meningkatkan kerentanan individu, keluarga, atau komunitas terhadap
kejadian yang tidak sehat (NANDA International, 2007). Faktor risiko merupakan petunjuk
yang menunjukkan diagnosis keperawatan risiko dapat ditegakkan pada kondisi klien. Faktor
risiko membantu dalam memilih diagnosis risiko yang benar, sama seperti karakteristik
definisi membantu dalam formulasi diagnosis keperawatan aktual. Selain itu, faktor
risiko berguna saat merencanakan tindakan keperawatan preventif.
Pendukung Pernyataan Diagnosis Data pengkajian keperawatan diperlukan untuk
mendukung label diagnosis dan faktor terkait yang diperlukan untuk mendukung etiologi.
Mengumpulkan data pengkajian yang benar, berhubungan, dan lengkap akan membantu
menentukan aktivitas pemeriksaan yang menghasilkan jenis data tertentu. Sebagai contoh,
menanyakan klien tentang kualitas dan persepsi nyeri akan menghasilkan data subjektif.

Sedangkan palpasi pada daerah tersebut, yang teradang membuat wajah meringis
kesakitan, akan memberikan informasi objektif.
Tiga komponen diagnosa keperawatan utama dengan merujuk pada hasil analisa data,
meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
 Problem (masalah), adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan
dapat diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya tidak terjadi
 Etiologi (penyebab), adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya problem
(masalah).
 Sign/symptom (tanda/ gejala),

E. Cara Merumuskan Diagnosa Keperawatan.

Pendekatan dalam membuat diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara :


1. Pola P+E+S (PES) yaitu : Problem= adalah ciri, tanda atau gejala relevan yang
muncul sebagai akibat adanya masalah.maslah
Etiologi=penyebb
Symptom = tandadan gejala

Contoh :
Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sputum pada
saluran nafas,ditandai dengan pergerakan dinding dada yang tidak optimal.
2. Pola P+E (PE) yaitu : Problem : maslah
Etiologi : penyebab

Contoh :

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,yang berhubungan nafsu makan


berkurang (anoreksia).
F. Macam-macam diagnosa keperawatan.

NANDA-I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu :


1. Diagnosis Keperawatan Aktual,
menggambarkan respons manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan
yang terdapat dalam individu, keluarga, atau komunitas. Karakteristik definisi (manifestasi,
tanda, dan gejala) yang dikelompokkan dalam pola petunjuk yang berhubungan atau
gangguan yang mendukung pengkajian diagnosis ini (NANDA International, 2007).
Pemilihan diagnosis aktual menunjukkan bahwa data pemeriksaan yang ada sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Dalam kasus Nn. Devine, Lisa menilai klien
menderita nyeri tulang belakang dengan angka keparahan antara 8-9 dari skala 1-10. Rasa
nyeri meningkat saat pergerakan. Akibat rasa nyeri tersebut, Nn. Devine tidak dapat tidur.
Nyeri akut merupakan diagnosis keperawatan aktual.

2. Diagnosis Keperawatan Risiko

menggambarkan respons manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang


mungkin menyebabkan individu, keluarga, atau komunitas menjadi rentan (NANDA
International, 2007). Sebagai contoh, setelah Nn. Devine menjalani laminektomi, dia akan
memiliki luka operasi. Lingkungan rumah sakit menciptakan risiko infeksi nosokomial.
Sehingga, setelah Nn. Devine menjalani operasi, Lisa menegakkan diagnosis keperawatan
risiko infeksi. Pengkajian utama untuk tipe diagnosis ini adalah adanya data yang menunjang
faktor risiko (insisi dan lingungan rumah sakit) yang mendukung kerentanan Nn. Devine.
Data tersebut termasuk faktor fisiologis, psikososial, keturunan, gaya hidup, dan lingkungan
yang meningkatkan kerentanan klien, atau kecenderungan berkembang ke arah kondisi
tersebut.
3. Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan
adalah penilaian klinis terhadap motivasi individu, keluarga, atau komunitas serta
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi potensi kesehatan manusia
sebagai ungkapan kesiapan mereka untuk meningkatkan perilaku kesehatan tertentu, seperti
nutrisi dan olahraga. Diagnosis promosi kesehatan dapat digunakan pada berbagai bidang
kesehatan dan tidak membutuhkan tingkat kesejahteraan tertentu (NANDA International,
2007). Potensial peningkatan kenyamanan merupakan contoh diagnosis promosi
kesehatan.
4. Diagnosis Keperawatan Sejahtera
menggambarkan respons manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu,
keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA
International, 2007). Ini merupakan penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas daam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi. Anda memilih tipe diagnosis ini ketika klien berharap atau telah mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan adaptasi yang terkait
dengan keberhasilan pengobatan kanker adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta
keluarga bekerja sama untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam pelaksanaannya, perawat menggabungkan
kekuatan klien dan sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan tujuan untuk
meningkatkan tingkat adaptasi.
5. Perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis.

Perbedaan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis adalah diagnosa keperawatan :


pertama,berfokus pada respons klien terhadap penyakit atau masalah kesehatan yang ada.
Kedua,berorientasi pada pemenuhan kebutuhan klien. Ketiga,dapat berubah sesuai dengan
perubahan respon klien. Keempat,diagnosa keperawatan mengarah pada fungsi mandiri
perawat dalam melakukan intervensi dan evalusi keperawatan. Dan kelima,diagnosa
keperawatan melengkapi diagnosa medis.
Sedangkan diagnosa medis: Pertama.berfokus pada factor-faktor yang bersifat
pengobatan dan penyembuhan penyakit. Kedua,berorientasi pada keadaan patologis.
Ketiga,cenderung tetap,mulai sakit hingga sembuh. Keempat,mengarah pada tindakan medis
yang sebagian dapat didelegasikan pada perawat. Dan diagnosa medis melengkapi diagnosa
keperawatan.
6. Sumber kesalahan diagnosa keperawatan.

Kesalahan dalam proses diagnosis keperawatan terjadi pada saat pengumpulan data,
pengelompokkan, interpretasi, dan pernyataan diagnosis. Sebagai perawat, perlu menerapkan
metode berpikir kritis pada proses diagnosis keperawatan yang akurat.
1. Kesalahan dalam Pengumpulan Data

Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data, perlu memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengenai semua teknik pemeriksaan. Hindari data yang salah dan tidak
akurat. Petunjuk praktik berikut ini merupakan cara

untuk menghindari kesalahan pengumpulan data :


a. Tinjau ulang tingkat kenyamanan dan kompetensi Anda dalam melakukan wawancara
dan pemeriksaan fisik sebelum mengumpulkan data.
b. Lakukan pemeriksaan dalam beberapa langkah.
c. Tinjau ulang pengkajian klinis Anda di ruang kelas atau klinis.
d. Tentukan keakuratan data Anda.
e. Teratur dalam pemeriksaan.

2. Kesalahan dalam Interpretasi dan Analisis Data

Setelah pengumpulan data, tinjau ulang data dasar Anda untuk memutuskan apakah data
tersebut akurat dan lengkap. Meninjau ulang data bermanfaat untuk meyakinkan bahwa
temuan fisik objektif yang diukur mendukung data subjektif. Sebagai contoh, ketika klien
mengeluh “sulit bernafas”, Anda juga ingin mendengar bunyi par, memeriksa frekuensi
pernapasan, dan mengukur pengembangan dada klien. Saat Anda tidak dapat memvalidasi
data, ini menunjukkan ketidaksesuaian antara petunjuk klinis dan diagnosis keperawatan
(Lunney, 1998).
3. Kesalahan dalam Pengelompokan Data

Kesalahan dalam pengelompokan data terjadi saat data dikelompokkan terlalu cepat, tidak
benar, atau tidak dikelompokkan sama sekali. Penutupan pengelompokkan yang terlalu cepat
terjadi saat Anda membuat diagnosis keperawatan sebelum mengelompokkan semua data.
Selalu tentukan diagnosis keperawatan dari data, bukan sebaliknya. Diagnosis keperawatan
yang salah akan memengaruhi kualitas pelayanan klien.
4. Kesalahan dalam Pernyataan Diagnosis

Pemilihan pernyataan diagnosis yang benar akan menghasilkan pemiihan intervensi


keperawatan dan hasil yang sesuai (Dochterman dan Jones, 2003). Untuk mengurangi
kesalahan, pernyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat.
Berikut ini adalah petunjuk tambahan untu mengurangi kesalahan dalam pernyataan
diagnosis :
a. Kenali respons klien, bukan diagnosis medis (Carpento-Moyet, 2005). Karena
diagnosis medis membutuhkan tindakan medis, maka tidak bijaksana untuk
memasukkannya dalam diagnosis keperawatan
b. Kenali etiologi yang dapat ditangani dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis.
Anda dapat memilih tindakan yang diarahkan menuju koreksi etiologi masalah.
Pemeriksaan diagnostik atau disfungsi kronis bukan merupakan etiologi atau kondisi
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
c. Kenali masalah yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostik,
daripada terapi atau pemeriksaan itu sendiri. Klien mengalami banyak respons
terhadap pemeriksaan diagnostik dan terapi medis. Respons ini termasuk dalam
bidang keperawatan.
d. Kenali respons klien terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri. Banyak
klien yang tidak mengenali teknologi medis.
e. Kenali masalah klien dibandingkan masalah Anda dengan pelayanan keperawatan.
Diagnosis keperawatan selalu berpusat pada klien dan menjadi dasar untu pelayanan
yang diarahkan oleh tujuan.
f. Kenali masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan. Anda akan merencanakan
tindakan keperawatan setelah membuat diagnosis.
g. Kenali masalah klien dibandingkan tujuan. Anda selalu menetapkan tujuan selama
tahap perencanaan pada proses keperawatan. Berdasarkan identifikasi masalah klien
yang akurat, tujuan akan menjadi dasar untuk menentukan apakah penyelesaian
masalah telah tercapai.
h. Gunakan pertimbangan profesional dibandingkan dugaan. Buat diagnosis
keperawatan berdasarkan data objektif dan subjektif klie, dan jangan sertakan
kepercayaan dan nilai-nilai pribadi Anda.
i. Hindari pernyataan yang tidak sesuai hukum (Carpenito-Moyet, 2005). Pernyataan
yang berisfat menyalahkan, mengabaikan, atau malpraktik berpotensi menimbulkan
tuntutan hukum.
j. Kenali masalah dan etiologi untuk menghindari pengulangan pernyataan. Pernyataan
seperti ini mengandung arti yang tidak jelas dan tidak memberikan arahan untuk
pelayanan keperawatan.
k. Kenali satu masalah saja pada pernyataan diagnostik. Setiap masalah memiliki hasil
harapan yang berbeda. Kebingungan selama langkah perencanaan terjadi saat Anda
memasukkan banyak masalah dalam satu diagnosis keperawata
.

Keuntungan dan keterbatasan diagnosa keperawatan.


keuntungan dari diagnosa keperwatan
Diagnosa keperawatan sangat menguntungkan baik bagi perawat maupun klien.
Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi diantara perawat tentang tingkatan
kesejahteraan klien dan membantu dalam perencanaan pemulangan. Sestem pelayanan
kesehatan sekarang ini membutuhkan jumlah tenaga profesional yang lebih banyak. Kerena
lebih banyak orang yang akhirnya bertanggung jawab terhadap perawatan klien, maka
penting artinya bahwa profesional ini mampuh untuk secarajelas menomunikasikan tentang
maslah klien. Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi dalam beberapa cara. Daftar
awal diagnosa keperawatan adalah suatu rujukan yang mudah di dapat untuk kebutuhan
perawatan kesehatan klien saat ini. Diagnosa keperawatan juga membantu memproritaskan
kebutuhan klien. Dengan perawat berkomunikasi dengan profesional lain, penggunaan
diagnosa keperawatan mendorong komunikasi yang terorganisasi sesuai dengan tujuan dan
prioritas klien.
Diagnosa keperawatan juga digunakan untuk pencatatan dalam catatan
perkembangan, menulis rujukan, dan memberikan transisi perawatan yang efektif dari suatu
unit ke unit lainnya , dari satu klinik ke klinik lainnya, atau dari rumah sakit ke komunitas.
Perencanaan pemulangan adalah set keputusan dan aktivitas yang di rancang untuk
memberikan kontinuitas dan koordinasi terhadap asuhan keperawatan. Perencanaan
kepulangan penting ketika klien di pulangkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya
atau dari rumah sakit ke lembaga komunitas. Dalam perencanaan pemulangan diagnosa
keperawatan merupakan mekanisme untuk mengomunikasikan dan penegasan perawatan
yang masih di perlukan klien (Carpenito,1995; Gordon,1994).
Diagnosa keperawatan juga dapat berfungsi sebagai fokus untuk memperbaiki kualitas
(Gordon,1994). Perbaikan kualitas adalah proses pemantauan dan evaluasi dari hasil dalam
pelayanan kesehatan dan bisnis lainnya untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
Diagnosa keperawatan adalah metoda mengidentifikasi fokus dari aktivitas keperawatan.
Ketika berfokus pada diagnosa keperawatan, penelaah dapat menentukan apakah asuhan
keperwatan telah tepat dan di berikan sesuai dengan standar paraktik.
Manfaat diagnosa keperwatan bagi profesi juga penting bagi klien dan keluarga.
Komunikasi yang lebih baik diantara profesioanal perawatan kesehatan kesehatan membantu
menghilangkan masah potensial dalam memberikan perawatan dan mempertahankan fokus
pada pemenuhan tujaun perawatan kesehatan klien. Sama halnya pertimbngan akhir untuk
perbaikan dan telaan dari sejawat adalah untuk memastikan bahwa perawatan yang bekualitas
tinggi diberikan pada klien dan keluarganya. Selanjutnya, klien mendapatkan manfaat dari
asuhan keperawatan yang bersifat individual yang di hasilkan dari penetaan tujuan yang
sesuai, pemeliharaan prioritas yang tepat, pemilihan intervensi yang tepat, dan penetapan
kriteria hasil.
G. Keterbatasan diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan mempunyai keterbatasan dan praktisi pemula harus menyadari


tentang keberadaannya. Karena evolisi kontinu tentang istilah dan penggunaan diagnosa
keperawatan, bahasa yang digunakan kadang bertele-tele dan mengandung istilah selingkuh
(jargon). Hal ini mungkin membatasi penggunaan diagnosa keperawatan hanya pada
profesional keperawatan dan mengakibatkan kebingungan diantara anggota tim perawatan
kesehatan yang lain (seahill, 1991; Carpenito, 1995).
Bahasa dari diagnosa yang tidak tepat dapa secara tidak tepat memberi “label” pada
klien. Label diagnostik yang demikian adalah ketidakpatuhan. Istilah tersebut adalah muatan
nilai dan tidak lengkap (stantis & Ryan, 1982; Edel, 1985).
Selain itu, evaluasi termininologi yang telah dibuat standar dalam bentuk taksonomi
telah menimbulkan kebingungan mengenai bahasa dari label diagnostik (Luney1986;
Porter,1986). National conference for the clasification of nursing diagnosis tahun 1986
tentang clasification of nursing diagnoses pertama kali mengajukan struktur taksonomi untuk
kerangka kerja organisasi dari label diagnostik yang ada pada saat ini dan yang akan datang
(McLane,1987). Saat ini struktur taksonomi yang telah direvisi berfungsi sebagai sistem
klasifikasi untuk diagnosa keperawatan (Carpenito, 1995).
Taksonomi yang terus timbul dapat membatasi praktik keperawatan. Diagnosa
keperwatan yang dikembangkan oleh the task force of nationnal Group for the clasification of
nursing diagnoses hanyalah awal dari keseluruhan sistem klarifikasi. Melalui perumusan dan
penggunaan diagnosa keperwatan lain, taksonomi akan tumbuh dan memperluas fokus
profesional keperawat.
SDKI
( STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA )
Praktik keperawatan merupakan bentuk pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat
dalam bentuk asuhan keperawatan yang bertunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan
kemandirian klien dalam merawat dirimya. Dizaman modern dan berkembang   saat ini,
banyak sekali terjadi perubahan – perubahan baik ilmu pengetahuan, tehnologi maupun pola
pikir masyarakat. Keinginan  masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian
pelayanan kesehatan semakin meningkat, khususnya di bidang keperawatan sebagai salah
satu sumber daya manusia dimana  profesi perawat dituntut untuk  memberikan pelayanan
keperawatan secara profesioanal sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki.
Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,
Asuhan Keperawatan adalah  suatu  bentuk rangkaian  interaksi antara perawat
dengan klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan,
kemandirian klien dalam merawat  dan menegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan adalah sebuah  penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu,
keluarga, dan komunitas pada masalah kesehatan pada resiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan.
Menegakan sebuah diagnosis keperawatan yang sesuai dengan standar  keperawatan
masih menjadi sebuah masalah di dalam dokumentasi keperawatan. Supaya bisa
menghasilkan dokumentasi keperawatan yang baik, perlu didukung dengan adanya
instrument dokumentasi yang mendukung.  Seorang perawat mempunyai peran dan fungsi 
tugas untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien, dalam pelaksanaannya,
terdapat pedoman penting yang harus dikuasai. Suatu bentuk pedoman yang biasa disebut
dengan istilah 3S diantaranya adalah (SDKI , SIKI dan SLKI) harus bisa dilakukan oleh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Penggunaan pedoman buku SDKI, SIKI,
dan SLKI yang biasa disingkat 3S tersebut sudah didapatkan  baik dalam seminar yang
diselenggrakan oleh PPNI maupun pada  saat perawat masih dalam masa pendidikan.

A. Komponen Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah (problem ) atau
lebel diagnosis dan indikator diagnosis

1. Masalah ( Problem )

Masalah merupakan lebel diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon
klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupanya.

2. Indikator Diagnosis

1. Penyebab ( Etiology )
2. Tanda ( Sign ) dan Gejala ( Symptom )
3. Factor Risiko

B. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indoensia )


Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang ditanagani oleh perawat .Alasan perumusan
diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pada klien dan
melibatkan keluarga serta untuk menentukan arah atau rencana asuhan keperawatan
selanjutnya . Dalam menyusun sebuah diagnose keperawatan seharusnya perlu diperhatikan
urutan dan diseuaiakn dengan kebutuhan yang berlandaskan hirarki Maslow (kecuali untuk
kasus kegawat daruratan menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”). Dalam
menegakkan sebuah diagnosis keperawatan dan meningkatkan otonomi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan, dalam menegakan diagnose untuk dilihat  isi dalam SDKI 
yaitu : Tanda & Gejala Faktor Risiko. Dalam penulisan sebuah  diagnosis perlu diperhatikan
juga dengan jenis diagnosis keperawatan, ada dua metode perumusan diagnosis yaitu :

1. Penulisan 3 bagian  yaitu metode penulisan ini terdiri atas masalah , penyebab dan
tanda gejala, metode ini hanya digunakan pada diagnosis actual, sebagai contoh :
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalannafas dibuktikan
dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih,mwngi,dyspnea,gelisah. 
2. Penulisan 2 bagian yaitu dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, sebagai contohnya : risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran
menurun.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau


komunitas yang di dapatkan melalui proses pengumpulan data yang disengaja dan
sistematis yang menjadi tanggung gugat perawat. Hal ini ditunjukan secara singkat
dan mencakup etiologi kondisi bila di ketahui.
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengarahkan rencana asuhan
keperawatan untuk membantu klien dan keluarganya beradaptasi terhadap penyakit
mereka dan untuk menghilangkan masalah perawat kesehatan.
Sasaran diagnosa keperawatan adalah untuk mengmbangkan suatu rencana
asuhan yang bersifat individual sehingga klien dan keluarganya mampuh mengatasi
perubahan dan untuk menghadapi tantangan yang diakibatkan dari maslah kesehtan.
Tiga komponen utama dari diagnose keperawatan dengan merujuk pada hasil
analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom
(tanda/ gejala).
NANDA-I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu :

 Diagnosis Keperawatan Aktual

 Diagnosis Keperawatan Risiko

 Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan

 Diagnosis Keperawatan Sejahtera

Saran.

Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan


khususnya ilmu keperawatan penting sekali memahami pendokementasian diagnosis
keperawatan dalam asuhan keperawatan agar terciptanya proses keperawatan yang
baiK
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep,proses dan praktik edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep,proses dan praktik edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGS.Jakarta.
Gaffar Jumadi,1999,Pengantar Keperawatan Profesional,Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai