MAKALAH
Disusun oleh:
Carolin Firsta Athena PO.62.20.1.19.006
REGULER XXIIA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktunya, dengan judul “PERATURAN DAN
KEBIJAKAN KEPERAWATAN”.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
LATAR BELAKANG...................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH.................................................................................. 4
TUJUAN........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11
KESIMPULAN................................................................................................. 11
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan profesi keperawatan di indonesia
apabila tidak ada perundang-undangan yang berlaku dalam praktik keperawata.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
periode kebangkitan, dimana pada Lokakarya Nasional Keperawatan disepakati bahwa
keperawatan adalah profesi dan pendidikan keperawatan berada pada pendidikan tinggi.
Pada tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, yang merupakan pendidikan tinggi keperawatan Strata satu pertama di
Indonesia. Perkembangan ini diikuti pula dengan dengan diakuinya keperawatan sebagai
profesi pada Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992. Periode ini menjadi penting
setelah Peraturan pemerintah no.32 tahun 1996 telah menjabarkan keberadaan profesi
keperawatan sebagai satu dari enam kelompok profesi kesehatan yang ada di Indonesia.
Kebijakan ini mendorong organisasi profesi menata katagori tenaga keperawatan yang
ada dengan hanya ada tiga katagori yaitu SPK, D.III dan Sarjana Keperawatan.
Pada tahun 1996 Program Studi Ilmu Keperawatan (jenjang S1/Ners) didirikan
dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri misalnya antara lain UGM (Yogyakarta),
UNDIP (Semarang), UNAIR (Surabaya), UNAND (Padang), UNBRAW (Malang), USU
(Medan), UNSYAH (Aceh) dan UNHAS (Makasar) serta di beberapa universitas swasta.
Pada periode ini perawat yang telah melalui pendidikan profesi pada tingkat sarjana telah
menyadari bahwa profesionalisme keperawatan perlu ditumbuh kembangkan secara terus
menerus.
7
Prioritas diberikan pula kepada daerah terpencil, pemukiman baru, wilayah perbatasan
dan daerah kantong-kantong keluarga miskin. Penyelesaian masalah yang memberi dampak
pada kesehatan masyarakat memerlukan keterlibatan pemerintah, organisasi profesi dan pihak
terkait lainnya.
2. Alasan Yuridis
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 menyebutkan bahwa
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan, Bab VI mengenai
Sumber Daya Kesehatan yang terdiri dari: tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan dan penelitaian dan pengembangan
kesehatan. Dalam Pasal 32 ayat (4) secara eksplisit menyebutkan bahwa: Pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan,
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.” Pada Pasal 53 ayat 1 juga menyebutkan bahwa: Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
3. Alasan Sosiologis
Undang-Undang menganut beberapa alasan sosiologis sebagai berikut:
a. Mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan dengan adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan
dari model medical yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan
ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi
dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
b. Sudah disepakati secara nasional pada tahun 1983 bahwa keperawatan sebagai profesi dan
struktur pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi sesuai dengan proyeksi
kebutuhan jenis dan jenjang tenaga perawat.
c. Mendekatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan.
d. Meningkatkan kontribusi pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan.
e. Memberikan kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan Masyarakat terutama masyarakat Indonesia berhak mendapakan pelayanan
keperawatan yang berkualitas oleh perawat yang kompeten tanpa diskriminatif menurut status
social, budaya, agama, ras, dll.
4. Alasan Tehnik Keperawatan
a. Citra keperawatan rendah terkait dengan Persepsi masyarakat terhadap perawat.
b. Keperawatan masih dianggap bukan merupakan komponen penting
dalam pengambilan keputusan (kebijakan).
c. Variasi proporsi kualifikasi tenaga perawat Penyebaran tenaga yang tidak merata.
d. Kepemimpinan dan manajemen yang tidak efektif.
e. Ketidaksesuaian kompetensi dengan tanggung jawab.
f. Peluang untuk Pelatihan kurang, jika ada kesempatan menggunakan
peluang sempit.
g. Kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting.
h. Kondisi kerja.
Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan
memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,perawat harus telah menyelesaikan
pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima.
Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Tujuan registrasi :
a. Menjamin kemamapuan perawat untuk melakukan praktik keperawatan
sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya.
b. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif terhadap kasus
kelalaian tugas atau ketidak mampuan melaksanakan tugas sesuai dengan
standar kompetensi.
c. Mengidenttifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional dan
vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan sesuai dengan
kewenangan dan kompetensi masing-masing.
9
kesehatan.
Perawat yang tidak teregistrasi, secara hukum tidak memiliki kewenangan dan hak
tersebut. Registrasi berlaku untuk semua perawat professional yang bermaksud melakukan
praktik keperawatan di wilayah Negara republik Indonesia, termasuk perawat berijasah luar
negeri.
Mekanisme registrasi terdiri dari mekanisme registrasi administrative dan mekanisme
registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur,yaitu :
1. Ujian registrasi nasional, dan
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Registrasi yang dilakukan perawat yang baru lulus disebut regustrasi awal dan
registrasi selanjutnya di sebut registrasi ulang.
Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (kompetensi) seorang perawat dengan
memberikan ijasah atau sertifikat.
Tujuan sertifikasi :
a. Menyatakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku perawat sesuai
dengan pendidikan tambahan yang diikutinya.
b. Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktik keperawatan sesuai
pendidikan tambahan yang dimilikinya.
b. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik keperawatan.
Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah di registrasi untuk
melaksanakan pelayanan praktik keperawatan. Lisensi merupakan suatu kehormatan bukan
suatu hak. Semua perawat seharusnya mengamankan hak ini dengan mengetahui standar
pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik keperawatan.
Tujuan lisensi :
a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga keperawatan
untuk melakukan praktik keperawatan.
c. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek keperawatan
professional.
Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang diakui,
tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.
1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang dilakukan setiap
tahun, berlaku untuk perawat professional dan vokasional.
2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.
Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki kewenangan
dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua perawat profesional yang
bermaksud melakukan praktik keperawatan di wilayah Negara Republik
Indonesia, termasuk perawat berijazah luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri
dari mekanisme registrasi administratif dan mekanisme registrasi kompetensi
yang dilakukan melalui 2 jalur yaitu :
1. Ujian registrasi nasional
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
10
Mekanisme Sertifikasi
1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus praktik
keperawatan yang ddiselenggarakan oleh institusi yang memenuhi syarat.
2. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen untuk
ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.
3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil keperawatan.
4. Perawat register yang memenuhi persyaratan, diberikan serifikasi oleh
konsil keperawatan untuk melakuakan praktik keperawatan lanjut.
Mekanisme Lisensi
Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan
kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi resmi dari pemerintah.
Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi disebut perawat
register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
keperawatan.
11
profesional.
5. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien dan
efektif.
12
kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat
preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan),
baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan
peraturan hukum.
Menurut Hadjon seorang pakar Hukum Administrasi Negara UNAIR, bahwa
perlindungan hukum bagi rakyat atau seseorang meliputi dua hal, yakni:
Pertama: Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana kepada rakyat atau seseorang diberi kesempatan untuk mengajukan
keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat
bentuk yang definitif;
Kedua: Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.
Berdasartkan dua kategori perlindungan hukum, maka pengertian
perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek
hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain
perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep
dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,
kemanfaatan dan kedamaian serta kebahagian.
13
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien
Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana yang
di maksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis
adalah lulusan Fakultas Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna"
yang memberikan pelayanan medik dan penunjang medik. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga
kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan tersebut, yang dimaksud dengan tenaga
medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga medis adalah mereka yang
profesinya dalam bidang medis yaitu dokter, physician (dokter fisit) maupun
dentist ( dokter gigi ).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penyelenggaraan praktik keperawatan saat ini didominasi oleh kebutuhan formil
dan kepentingan pemerintah, sedangkan peran profesi masih kurang apalagi bila
dibandingkan dengan perangkat hukum negara lain di Asia dan Eropa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang keperawatan yang sangat
pesat harus diimabngi pula dengan perangkat hukum yang ada, sehingga dapat
memberikan perlindungan yang menyeluruh kepada tenaga keperawatan sebagai
pemberi pelayanan maupun di masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan perubahan atau dalam membentuk suatu undang-undang yang
diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, maka keberadaan
naskah akademis menjadi sangat penting.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://ekorudianta.blogspot.com/2015/03/makalah-peraturan-kebijakan-dan.html
16