OLEH KELOMPOK IV
2019
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Aspek Legal dan Etik Keperawatan
Lansia”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Standar Gerontologi.............................................................................. 3
2.2 Pengertian Etik Keperawatan Lansia.................................................... 5
2.3 Prinsip Etik............................................................................................ 6
2.4 Informed Consent.................................................................................. 7
2.5 Peraturan Yang Berkaitan Dengan Kesejahteraan Lansia.................... 9
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 12
3.2 Saran..................................................................................................... 12
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Proses menjadi tua menggambarkan betapa proses tersebut dapat
diinteferensi sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Secara umum orang
lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam
sifat. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi
hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau
menerima realita yang ada.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
4. Standar IV: Diagnosa Keperawatan.
Perawat dengan mengunakan data yang telah diperoleh untuk menentukan
diagnose keperawatan yang tepat sesuai dengan prioritasnya.
5. Standar V: Perencanaan dan Kontinuitas dan Pelayanan
Perawat mengembangkan perencanaan yang berhubungan dengan klien dan
orang lain yang berkaitan. Untuk mencapai tujuan dan prioritas dan
perencanaan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh klien, perawat
dapat mengunakan terapeutik, preventif, restoratif dan rehabilitasif.
Perencanaan peraatan ini bermanfaat untuk membantu klien dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan, kejahtera, kualitas hidup
yang yang tinggi (optimal ) dan serta mati dalam keadaan damai.
6. Standar VI : Intervensi
Perencanaan pelayanan yang telah ada digunakan sebagai petunjuk dalarn
membenkan intervensi untuk mengembalikan fungsi dan mencegah
terjadinya komplikasi dan ‘excess disability’ pada klien.
7. Standar VII: Evaluasi
Perawat harus melakukan evalusai secara terus menerus terhadap respon
klien dan keluarga terhadap intervensi yang telah diberikan. Disamping itu
evaluasi juga digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilannya dan
mengevaluasi kembali data dasarnya, diagnosanya dan perencanaannya.
8. Standar VIII: Kolaborasi Interdisipliner
Kolaborasi perawat dengan disiplin ilmu yang lain (team kesehatan) sangat
penting dilakukan dalam membenkan pelayanan kesehatan terhdap klien
( lansia). Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang rutin
untuk menentukan perencanaan yang tepat sesuai dengan perubahan
kebutuhan yang ditemukan pada klien.
9. Standar IX : Research
Perawat harus ikut berpartisipasi dalam rnengernbangkan penelitian untuk
memperkuat pengetahuan dibidang keperawatan gerontologi,
menyebarluaskan hasil penelitian yang diperolehnya dan digunakan dalam
praktek keperawatan.
4
10. Standar X: Ethics
Perawat rnengunakna kode etik keperawatan (ANA) sebagai petunjuk etika
dalam mengambil keputusan didalam praktek.
11. Standar XI : Professional Development
Perawat harus mempunyai asumsi bahwa perkembangan dan kontribusi
profesionalisme keperawatan merupakan tanggung jawabnya dan sangat
berkaitan erat dengan perkembngan interdisiplin ilmu yang lain. Dalam hal
ini perawat juga harus mampu mengevaluasi perkembangan dalam praktek
kualitas yang diberikan.
Standar ini dikembangkan oleh dan untuk perawat gerontologi sendiri
sehingga perawat harus mempunyai peraturan yang jelas untuk
mengevaluasi bila terjadi pelanggaran yang menyimpang dan standar
praktek yang seharusnya diberikan. Standar ini akan memberikan kualitas
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
5
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-
sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etik keperawatan
adalah istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang
lain khususnya dalam memberikan suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-
sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu
6
6. Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri
berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7. Fidelity (loyalty/ketaatan)
a. Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab
terhadap kesepakatan yang telah diambil.
b. Era modern, pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak
hanya pada satu profesi). 80% kebutuhan dipenuhi perawat.
c. Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku.
d. Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan
yang disepakati.
8. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.
a. Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-
consent
b. Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu
mengutarakan kebenaran.
7
1. Hak pasien (atau subjek manusiawi yang akan dijadikan kelinci
percobaanmedis) untuk dimintai persetujuannya bebasnya oleh dokter
(tenaga medis) dalam melakukan kegiatan medis pada pasien tersebut,
khususnya apabila kegiiatan ini memuat kemungkinan resiko yang akan
ditanggung oleh pasien.
2. Kewajiban tenaga medis untuk menghormati hak tersebut dan untuk
memberikan informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan
rasional dapat diberikan kapada pasien.
8
Munurut Permenkes No.585/Menkes/Per/IX/1989, PTM berarti
”persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakanmedik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut”. Dari pengertian diatas PTM adalah persetujuan
yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan , pengobatan atau
tindakan medik apapun yang akan dilakukan. Persetujuan tersebut disebut
dengan Informed Consent hakikatnya adalah hukum perikatan, ketentuan
perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan tanggung jawab
profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian terapeutik. Aspek
perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan yang di
dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu perjanjjian
yaitu:
1. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan
penipuan.
2. Para pihak cakap untuk membuat perikatan
3. Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh
peraturan perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal
untuk dipenuhi.
9
4. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
5. Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
6. Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
7. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
8. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
9. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.
10. Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
11. Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan.
14. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-
Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.
15. Pasal 27 UUD 45 “Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjungnya hukum dan
pemerinahannya itu dengan tidak ada kecualinya. Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaannya dan penghidupannya yang layak bagi
kemanusiaan.”
16. Pasal 34 UUD 45 “Fakir miskin dan anak–anak yang terlantar dipelihara
oleh negara.” Berpedoman pada hukum tersebut, sebagai perawat kesehatan
masyarakat bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan.
Penganiayaan yang dimaksud dapat berupa : penyianyiaan, penganiayaan
yang disengaja dan eksploitasi. Sedangkan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah berupa perlindungan di rumah, perlindungan hukum dan
perawatan di rumah.
17. Undang-undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan
Sosial.
10
18. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19: Kesehatan manusia usia
lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan agar tetap
produktif dengan bantuan pemerintah dalam upaya penyelenggaraannya.
19. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut pasal 14 :
Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan usia lanjut agar kondisi fisik, mental,
dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar melalui upaya penyuluhan,
penyembuhan, dan pengembangan lembaga.
20. Undang-undang No.13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah dan
masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia.
Pemberikan pelayanan berlandaskan pada filosofi dan nilai budaya
masyarakat Indonesia yang berasas Three Generation in One Roof yang
mengandung arti yaitu adanya pertautan yang bernuansa antar 3 generasi,
yaitu: anak, orang tua dan kakek/nenek.
21. Keputusan Menteri Sosial No.10/HUK/1998 tentang Lembaga
Kesejahteraan Lanjut Usia.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Praktek keperawatan profesional diarahkan dengan mempergunakan
standar praktek yang merefleksikan tingkat dan harapan dan pelayanan, serta
dapat digunakan untuk evaluasi praktek keperawatan yang telah diberikan.
Standar keperawatan gerontologi menurut American Nursing Association (ANA).
Etik keperawatan adalah istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain khususnya dalam memberikan suatu pelayanan
profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk
bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu. Prinsip etik yaitu
respect (hak untuk dihormati), autonomy (hak pasien memilih), beneficence
(bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien), non-maleficence (utamakan-tidak
mencederai orang lain), confidentiality (hak kerahasiaan), justice (keadilan),
fidelity (loyalty/ketaatan), veracity (truthfullness & honesty). Informed consent
adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi
atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang
risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Berbagai produk hukum dan
perundang-undangan yang langsung mengenai lanjut usia atau yang tidak
langsung terkait dengan kesejahteraan lanjut usia telah ditetapkan sebanyak 21
peraturan. .
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa
keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gerontik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Kiswanto, Eka A. 2009. Trend dan Isu Legal dalam Keperawatan Profesional.
Jakarta: Pro-Health.
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
R, Rully. 2002. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di RSU dalam
Perspektif HAM. Jakarta: Harian Suara Pembaharuan.
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. 2005. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
13