KONSEP ETIK
Disusun oleh:
1. IRNI SAVERA
2. DESTA KUMALA DEWI
3. FATHUR ROZI
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Etika Keperawatan (Konsep Etik).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Judul .................................................................................................................... i
Kata pengantar .................................................................................................... ii
Daftar isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Definisi Etika Keperawatan .................................................................... 3
B. Tujuan Etika Keperawatan ...................................................................... 5
C. Konsep Etik Profesi Perawat .................................................................. 7
D. Contoh Penerapan Etik Keperawatan Profesional .................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya
keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan
kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap
perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Apakah konsep etik profesi perawat?
4. Apakah contoh penerapan etik keperawatan professional dalam melaksanakan
asuhan keperawatan?
1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan etika keperawatan
2. Untuk Mengetahui tujuan dari etika keperawatan
3. Untuk Mengetahui konsep etik profesi perawat
4. Untuk Mengetahui contoh penerapan etik keperawatan professional dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
BAB II
2
PEMBAHASAN
5
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap
menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota
profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah”
standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi
2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan,
sesuai dengan kepercayaannya.
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang
dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat
sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan
(hal yang dianggap benar).
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan
adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan dengan
pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan
nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan
lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
6
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini
melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan
pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi,
kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul
dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan,
tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di
pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.
7
Perilaku perawat menghormati sejawat
Tindakan eksplisit maupun implisit
simpatik, empati kepada orang lain.
2. Otonomi :
hak untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri. Tetapi tidak sebebas –
bebasnya ada keterbatasan dalam hukum,kompetensi dan kewenangan.
perlu pemahaman tindakan kolaborasi.
4. Non-maleficence:
Prinsip berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja
menimbulkankerugian atau cidera pasien.
- Jangan membunuh
- jangan menyebabkan nyeri/penderitaan lain.
- jangan membuat orang lain tidakberdaya.
- Jangan melukai perasaan
5. Veracity ( kejujuran ) :
Kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran. Tidak bohong tidak menipu.
Terutama dalam proses informed consent.Perawat membatu pasien untuk memahami
informasi dokter tentang rencana tindakan medik / pengobatan dengan jujur.
6. Kridensialitas ( kerahasiaan ) :
Prinsip ini berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap perawat. Perawat tidak akan
menyampaikan informasi tentang kesehatan pasien kepada orang yang tidak berhak.
Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh dokter. Perawat memberi onfo kondisi
kesehatan umum.
8
7. Fidelity ( kesetiaan ) :
Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat.
Tanggung jawab perawat dalam tim
-asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja , pemerintah dan masyarakat.
8. Justice ( keadilan ) :
Berkenaan dengan kewajiban perawat untuk adil kepada semua orang . Adil tidak
memihak salah satu orang. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan yang sama
sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan pasien klas Utama berbeda dengan kebutuhan pasien klas III.
1. Advokasi
Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatah dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi merupakan dasar falsafah dan
ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawatan secara aktif kepada individu untuk
secara bebas menentukan nasibnya sendiri. Pada dasarnya peran perawat sebagai advokat
pasien adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan
apapun yang dibuat pasien. Memberi informasi berarti menyediakan penjelasan atau
informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu
peran aksi dan non aksi.
2. Akuntabilitas
9
bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktek keperawatan, kode etik dan
undang-undang dibenarkan atau absah.
3. Loyalitas
Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati, peduli, dan
hubungan timbal-balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Ini berarti ada pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai dan
tujuan sendiri. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan
bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan
pencapaian kepuasan bersama. Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi
dan hubungan dengan pihak yang harmonis, maka aspek loyalitas harus dipertahankan
oleh setiap perawat baik loyalitas kepada pasien, teman sejawat, rumah sakit maupun
profesi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa argumentasi yang perlu diperhatikan sebagai
berikut :
o Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana
bila informasi dari pasien harus didiskusikan secara profesional
o Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan berbagai persoalan
yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit harus didiskusikan
dengan umum.
o Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada teman sejawat. Kegagalan
dalam melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan kepercayaan masyarakat
kepada tenaga kesehatan.
10
D. CONTOH PENERAPAN ETIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan
etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan
sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini,
perawat pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan
kebebasan pasien.
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat
kedokter.
11
Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung
pada tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program
pendidikan keperawatan yang berafiliasi/kerjasama Faktor-faktor tim keperawatan yang
diarahkan terhadap kualitas asuhan keperawatan : Dalam kerjasama dengan sesama tim,
semua perawat harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan
adalah mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan semua
perawat harus mampu mengadakan komunikasi secara efektif. Latar belakang pendidikan,
jenis pekerjaan maupun kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan
keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori, misalnya perawat pelaksana,
kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan (supervisor), dan kepala
bidang keperawatan (direktor president of nursing). Dalam memberikan asuhan
keperawatan, setiap anggota harus mampu mengkomunikasikan dengan perawat anggota
lain, dimana permasalahan etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat atau atasannya.
2. Hubungan perawat-pasien-dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan
selama mereka masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan.
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua
profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan
lain-lain. Berbagai model hubungan perawat-pasien-dokter telah dikembangkan,
diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh Szasz dan hollander, mereka
12
mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana model ini terjadi pada
semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan dokter Model
Yang Dikembangka Szasz dan hollander :
Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat
untuk bayi, pasien koma, pasien bius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada
pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien
kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran. Model ini terdiri dari
pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan dokter yang mempunyai pengetahuan
terkait dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan bantuan dalam bentuk
perlakuan/pengobatan. Timbal baliknya, pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati
anjuran dokter. Dalam model ini, dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien,
memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat
paternalistic atau sedikit lebih rendah.
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama/kesejajaran antara umat
manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa pihaknya yang saling
berinteraksi mempunyai kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang
dilakukan akan memberikan kepuasaan kedua pihak. Robert Veatch mengembangkan
empat model hubungan dokter – pasien meliputi :
Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas murni dari ilmu atau
kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara terus menerus terhadap fakta, observasi, desain
penelitian, dan tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka nilai-nilia dengan
praduga menurut ilmu-ilmu murni. Sejumlah besar piliha-pilihan nilai dan signifikasi
13
harus dibuat oleh orang-orang terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak
seperti ilmu teknik, nilai-nilai tidak dapat ditiadakan dari nasehat teknis terhadap
Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat memberi
tahu pasien apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan
prinsip etis jangan kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan prinsip
paternalistic dengan tidak memberitahukan berita buruk kepada pasien, tetapi memberikan
suatu pemantapan yang tidak nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat
keputusan, tetapi menyerahkan kebebasan kepada dokter, misalnya, pasien tidak diizinkan
menolak transfusi darah yang menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime
mengurangi takdir pasien dengan mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan
kehidupan.
Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai tujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya dan
percaya diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama.
Namun pada kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk
persamaan kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial, status
ekonomi, pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang
lazim terhadap ilusi.
14
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan dengan dokter,
dikenal beberapa peran perawat, yaitu :
Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri
Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team
work dengan tim kesehatan lain.
Peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada pandangan
dasar hildegard E.peplav, tentang hubungan perawat-pasien, yang merupakan suatu teori
yang mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan rasa percaya, pengukuran
pemecahan masalah, dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor pada
saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Dapat pula
berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau
teman bagi pasien dalam mengungkapkan perasaannya.
Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat
dan pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran yang dimiliki masing-masing
membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai peran dan hak
sebagai pasien dan perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dan dalam
hubungan perawat-pasien maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan
kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat
15
sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam memutuskan
setiap tindakan etis.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama
perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.
17
DAFTAR ISI
http://www.academia.edu/8622935/Konsep_Etika_Dalam_Keperawatan
http://etikakepkelompok1.blogspot.com/2016/05/makalah-konsep-dasar-etika-
keperawatan_61.html
18