Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS 1

“ETIKA KEPERAWATN (JUSTICE/KEADILAN)”

OLEH :

KELOMPOK

YOGI (142201600)
WAWAN ADI SAPUTRA SAMSUL (14220160035)
YESENIA FARADILLAH (14220160030)
NURUL AZMI HARUDDIN (14220160032)
NURHALISA UMAR (14220160034)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah etika
keperawatan yang berjudul “Konsep Dasar Etika Keperawatan justice ” tepat waktu.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:Semua pihak yang turut membantu pembuatan
makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Makasar, 15 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang......................................................................................................
2) Rumusan Masalah................................................................................................
3) Tujuan..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Etika Keperawatan................................................................................
B. Kode Etika Keperawatan...................................................................................
C. Prinsip Etika Keperawatan (Justice)..................................................................
D. Contoh Kasus Justice.........................................................................................
E. Pengambilan Keputusan Etis.............................................................................

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan........................................................................................................
b. Saran...................................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang ikut
berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan pada
berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Keperawatan
merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan
kesehatan di rumah sakit, karena selain jumlahnya yang paling besar jika dibandingkan dengan
profesi lain, juga karena selama duapuluh empat jam perawat harus selalu berada di smaping klien.
Sebagai seorang profesional, perawat bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk
membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan.
Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus memahami dan
mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan filosofi yang dianut. Pada dasarnya
dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga pokok penting, antara lain: pendekatan
sikap berkaitan dengan kepedulian pada klien, upaya untuk melayani dengan tindakan terbaik,
serta tujuan untuk memuaskan klien yang berorientasi pada standar pelayanan. Pelayanan dapat
dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi hak-hak klien yang telah disepakati oleh komunitas
profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-hak klien sangat bergantung pada kompetensi profesional
tenaga keperawatannya. Perawat dapat dikatakan profesioanl apabila telah memiliki kompetensi
yang diharapkan, yaitu kompetensi intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan
pada etika profesi.
Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik, dan
kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan profesinya.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana teori etika keperawatan?
b. Bagaimana kode etik keperawatan?
c. Apa itu Prinsip Etika Keperawatan Justice / Keadilan?
d. Bagaimana contoh kasus pada Prinsip Etika Keperawatan Justice / Keadilan?
e. Bagaimana pengambilan keputusan etis?

3. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori etika keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kode etik keperawatan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip etika keperawatan Justice / Keadilan.
d. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami contoh kasus dalamn prinsip etika
keperawatan Justice / Keadilan
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengambilan keputusan etis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Etika Keperawatan


Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai moralitas, pengakuan
kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial, loyal pada rekan kerja, serta bertanggung
jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan. Untuk menjadi seorang profesional yang mampu
berpartisipasi secara aktif dalam dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus secara terus-
menerus mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari
dukungan dari sumber profesional yang ada, serta mengembangkan kemampuan dalam bidang
etik.
Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari pernyataan Florence
Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang berbunyi sebagai berikut.
“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini, untuk
menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya dengan setia”
“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan, dan tidak akan
mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang berbahaya”
“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan menjaga
kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya jaga, dan semua affair
keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya”
Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi keperawatan pada masyarakat.
Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk mengerti, menerjemahkan dan
memperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri dengan disiplin yang sama, serta
membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji-yang kemudian dijadikan sebagai acuan.
Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada dua teori penting
yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan Deontologi.
1. Teori Utilitarianism
Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori spesifik dari teleologi
yang lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik dari sejumlah
pilihan atau tindakan yang dianggap oleh sebagian besar orang baik. Selain itu juga
dilihat ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau tindakan tersebut dilakukan.
Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih banyak melihat pada konsekuensi
kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan salah. Dalam Huda M., 2008, dikatakan
bahwa etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan itu, atau berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkannya baik dan berguna. Oleh karena itu etika teleologi juga diidentikkan
dengan teori utillitarian, yakni baik buruknya sesuatu berdasarkan sifat berguna atau
tidaknya.
Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi
dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan
kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit
atau minimal. Kesenangan seseorang sangat diperhatikan, mempertimbangkan tindakan
yang alami, dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip tanpa memikirkan posisi
seseorang atau konsekuensi dari suatu tindakan.
2. Teori Deontologi
Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang akan dilakukan,
tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan/tindakan berdasarkan
hasil/dampaknya, melainkan berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran moral,
pengambilan keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu menjaga pada
ukuran itu sendiri. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan keadaan pada saat
itu dan dibandingkan dengan dampaknya apabila keputusan tesebut diambil.

B. Kode Etik Keperawatan


Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha meghimpun
apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati dan ditetapkan oleh dan untuk
anggota profesi tertentu.
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut
masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolut.
Landasan utama dalam kode etik adalah prinsip penghargaan terhadap orang lain yang diikuti
dengan prinsip otonomi yang menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:
1. Kode Etik International Council of Nurses
Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat, yaitu meningkatakan
kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan, dan mengurangi penderitaan.
Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat memberikan pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas, serta mengoordinasi pelayanan mereka
dengan kelompok yang terkait.
a. Perawat dan Individu
 Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
 Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana
kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.
 Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan
pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.

b. Perawat dan Praktik


 Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan dan
dalam mempertahankan kompetensi dengan terus belajar. Perawat
mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin
dalam realita situasi tertentu.
 Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan
kompetensi individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung jawab.
 Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus selalu
mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan kemampuan
dalam profesinya.

c. Perawat dan Masyarakat


Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk
mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan
kesehatan penduduk.

d. Perawat dan Sejawat


Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam keperawatan
dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan untuk
melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan sekerja atau orang
lain.

e. Perawat dan Profesi


 Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan
mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan
dan pendidikan keperawatan.
 Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional.
 Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam
menetapkan serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi yang
wajar dalam keperawatan.

C. Prinsip Etik Keperawatan (Justice / Keadilan)


Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat berlaku adil pada semua
orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah. Persepsi keadilan bagi perawat dan klien sering
berbeda, terutama yang terkait dengan pemberian pelayanan. Perawat akan mendahulukan klien
yang situasi dan kondisinya memerlukan penanganan segera dan menunda melayani klien lain
yang kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat memahami situasi ini,
sehingga akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi klien yang merasa dirinya kurang
diperhatikan oleh perawat.
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat,
sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan
mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang sederajat harus menerima sumber
pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan
yang besar, maka menurut prinsip ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar
pula.Keadilan berbicara tentang kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa secara merata.
Fokus hukum adalah perlindungan masyarakat, sedangkan fokus hukum kesehatan adalah
perlindungan konsumen.
Hal setiap orang untuk diperlakukan sama merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil
bagi semua individu. Artinya individu disini mendapatkan tindakan yang sama yang mempunyai
kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang. Prinsip dari keadilan menurut
Beauchamp dan Childress adalah mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat sedangkan
mereka yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat. Ketika seseorang mempunyai
kebutuhan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar
pula. Sebagai contoh: tindakan yang dilakukan seorang perawat yang ada di ruangan VIP harus
sama dan sesuai dengan yang ada di bangsal.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan kontribusi yang
relatif sama untuk kebaikan hidupnya. Prinsip justice dilihat dari alokasi sumber-sumber yang
tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis., tetapi dapat diartikan bahwa setiap
individu mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan
pasien. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemampuan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

D. Contoh Kasus
1. Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang mampu
dan berada pada ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien tersebut ini
dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari perawat ini dirawat di rumah sakit yang
sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu berkunjung ke ruangan
keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang pasien yang ada di kelas III
yang sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk perawat itu. Ketika ditanya
kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan pasien yang merupakan keluarganya,
perawat itu menjawab karena yang dirawat itu tantenya. Jadi dia harus setiap saat
mengecek keadaan tantenya itu dan melupakan tanggung jawabnya yang terdahulu yaitu
pasien di ruangan kelas III. Tentu saja ini melanggar prinsip etik keperawatan justice /
keadilan karena perawat itu sudah membeda-bedakan perawatan pada kelurarganya dan
pasien yang sudah menjadi tanggung jawabnya dimana dia lebih sering mengecek
keadaan tantenya tersebut dan melupakan pasien yang berada di ruangan kelas III
tersebut.
2. Suatu hari Tn. Arif berobat ke rumah sakit karena anaknya demam tinggi dan muntah-
muntah dengan hanya mengandalkan kartu miskin yang diterima dari kelurahan
setempat. Pada saat yang bersamaan, ada juga seorang anggota dewan yang berobat ke
rumah sakit tersebut dengan keluhan sakit di bagian kepala. Perawat ini kemudian hanya
melayani anggota dewan tersebut terlebih dahulu tanpa melihat pasien yang datang lebih
awal yang parah. Ketika Tn. Arif bertanya apakah anaknya bisa di tolong, perawat itu
menjawab, “Maaf pak, bapak duduk di ruang tunggu saja dulu. Saya akan menangani
pasien ini dulu. Bapak biar nanti belakangan.” Kasus ini jelas sangat melanggar prinsip
etik keperawatan justice / keadilan karena membeda-bedakan mana yang miskin dan
mana yang kaya. Perawat seperti ini patut diberikan sanksi yang setimpal.

E. Penyelesaian
1. Untuk kasus yang pertama, pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat tersebut adalah
membeda-bedakan mana keluarganya dan mana yang bukan. Sudah jelas bahwa dia
melanggar prinsip etik keperawatan. Seperti yang kita tahu sendiri bahwa pada prinsip etika
keperawatan justice / keadilan adalah dimana perawat tidak membeda-bedakan antara
pasien yang satu dengan pasien yang lainnya meskipun itu temannya atau keluarganya
sekalipun. Dalam prinsip etika keperawatan justice / keadilan diperlukan perlakuan
tindakan yang adil dan sama bagi setiap pasien yang ada pada ruang lingkup rumah sakit
itu sendiri. Artinya setiaop individu itu memiliki kontribusi yang relatif sama untuk
kebaikan hidupnya. Untuk perawatnya sendiri yang melanggar prinsip etika keperawat
jenis ini bisa dikenai hukuman atau sanksi sehubungan telah disahkannya Undang-Undang
Keperawatan.
2. Untuk kasus yang kedua, masih sama seperti kasus pertama yakni dimana perawat
membeda-bedakan pasien yang satu dengan yang lainnya. Tapi dalam kasus kedua ini, bisa
dikatakan sudah sangat kelewatan. Karena perawat pada kasus kedua ini memilih-milih
pasien yang bisa membayar dengan lebih biaya pengobatannya daripada pasien yang hanya
mengandalkan kartu miskin untuk biaya pengobatannya. Tentu saja perawat tersebut
menginginkan tunjangannya agar bertambah. Perbuatan perawat yang satu ini juga
melanggar prinsip etik keperawatan justice / keadilan, karena sudah memilij-milih pasien
yang ekonominya tinggi daripada yang ekonominya rendah. Disamping itu, pasien yang
seharusnya segera ditangani malah dibiarkan hanya karena ingin mendapatkan bayaran
lebih dari seorang anggiota dewan yang hanya mengeluh sakit kepala saja.
Intinya, kita sebagai seorang perawat janganlah membeda-bedakan pasien dari segi apapun
baik itu teman, keluarga, maupun anggota dewan dan lainnya. Kita harus mengutamakan yang
menjadi prioritas. Apalagi untuk pasien yang keluhannya sangat memprihatinkan daripada
pasien yang hanya mengeluh sakit kepala.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta pemahaman penuh
tentang kode etik perawat yang akan menjadikan pedoman perawat profesional dalam
melakukan tindakan praktik keperawatan secara professional sehingga keselamatan dan
kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas utama. Pelanggaran berkaitan kode etik
tersebut banyak di pengaruhi oleh karakteristik perawat, pasien, dan kurangnya
pemahaman tentang landasan teori berkaitan kode etik perawat.

b. Saran
Penyusun menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai etik
serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien
sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat di hindari atau di
minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html
(diakses pada tanggal 20 November 2014, pukul 20.00 WITA)

Efendi. Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori, dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Handy. 2013. Makalah Etika dan Hukum. Online tersedia :


http://pvhandyexp.wordpress.com/…/…/makalah-etika-dan-hukum/ (diakses pada tanggal 20
November 2014 pukul 19.30 WITA)

Anda mungkin juga menyukai