Anda di halaman 1dari 30

A S U H A N K E P E R AW ATA N L A N S I A

D E N G A N A R T R I T I S R E U M AT O I D

E V A P U S P I TA I S T I YA N A
L ANJUT USIA
PENGERTIAN LANJUT USIA
• Lanjut usia merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2)

• Kemunduran biologi yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran


fisik: kulit mulai mengendur; timbul keriput; rambut beruban; serta
gigi mulai ompong.

• Kemunduran kemampuan kognitif : mudah lupa; kemunduran


orientasi terhadap waktu, ruang, serta tempat (Maryam, 2008).
KLASIFIKASI LANJUT USIA (DEPKES RI (2005)

KLASIFIKASI USIA

pralansia (prasenilis) 45 – 59 tahun

Lansia ≥ 60

≥ 70 / ≥ 60 yang memiliki
Lansia risiko tinggi
masalah kesehatan.
lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau
Lansia potensial
kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/ jasa
lansia yang tidak berdaya mencari
Lansia tidak potensial
nafkah (ergantung pada orla)
KARAKTERISITIK LANJUT USIA
• berusia 60 tahun atau lebih

• Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai


sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif;

• Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

(Maryam, 2008)
ARTRITIS
REUMATOID
PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID
Artritis reumatoid ( AR ) merupakan penyakit inflamasi kronis
sistemik yang ditandai dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta
destruksi membran sinovial persendian.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
• Genetik

• Infeksi bakterial

• Virus
MANIFESTASI KLINIK
• Gejala konstitusional

Penurunan berat badan, malaise, depresi, demam, dan kakeksia.

• Manifestasi artikular, dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :

Manifestasi reversibel berkaitan dengan inflamasi sinovium:

Kekakuan sendi pada pagi hari, dapat berlangsung > 2


jam bila tidak diberi pengobatan adekuat.

Kemerahan, bengkak, panas, maupun nyeri.


MANIFESTASI KLINIK CO NT I NUE. .
Manifestasi irreversibel akibat penipisan kartilago sendi dan erosi
tulang periartikular. Tanda dan gejala dapat muncul sesuai predileksi
sendi :
 Vertebra servikalis : kekakuan pada seluruh segmen leher,
berkurangnya lingkup gerak sendi, gangguan stabilitas sendi
 Gelang bahu : kekakuan gelang bahu berat (frozen shoulder
syndrome)
 Siku : dapat ditemukan sinovitis artikulasio kubiti yang
bermanifestasi sebagai parestesia digiti IV dan V serta paralisis
fleksor digiti V
MANIFESTASI KLINIK CO NT I NUE. .
Manifestasi irreversibel akibat penipisan kartilago sendi dan erosi tulang
periartikular. Tanda dan gejala dapat muncul sesuai predileksi sendi :
 Tangan : pembengkakan fusiformis di PIP, swan neck deformities ( MCP
fleksi, PIP hiperekstensi, DIP fleksi ), boutonniere ( PIP fleksi, DIP
hiperekstensi ), carpal tunnel syndrome, z-line deformity ( deviasi ulnar ),
dan tenosinovitis.
 Panggul : keterbatasan range of motion (ROM)
 Lutut : penebalan sinovial, efusi lutut, kista Baker
 Kaki dan pergelangan kaki : rasa nyeri, pronasi dan eversi kaki akibat
spasme otot, parestesia pada telapak kaki, deformitas subluksasi kaput
metatarsal ( hammer toe ).
MANIFESTASI KLINIK CO NT I NUE. .
• Manifestasi Ekstraartikular
 Kulit : nodul rematoid, purpura, pioderma
gangrenosum.
 Mata : keratokonjungtivitis sicca, skleritis, episkleritis
 THT : xerostomia, periodontitis
 Sistem respirasi : nyeri tenggorokan, nyeri menelan,
disfonia, pneumotitis interstitial, vaskulitis pulmoner,
efusi pleura, fibrosis paru luas
 Sistem kardiovaskuler : perkarditis, penyakit jantuk
iskemik, miokarditis, disfungsi katup, fenomena emboli,
aritmia, regurgitasi mitral, aortitis, kardiomiopati.
MANIFESTASI KLINIK CO NT I NUE. .
• Manifestasi Ekstraartikular

 Sistem gastrointestinal : vaskulitis

 Sistem urogenital : nefropati membranosa, amiloidosis sekunder.

 Sistem syaraf : mielopati, neuropati ;

 Sistem hematologi : anemia penyakit kronis, neutropenia,

splenomegali, leukimia limfositik granuler, limfoma, sindrom Felty :

 Sistem endokrin : hipoandrogenisme


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah perifer : anemia, trombositosis, dan peningkatan laju endap
darah & C-reactive protein ;

• Analisis cairan sendi inflamasi : leukosit 5.000 – 50.000 / L, PMN >


50%, protein meningkat, glukosa menurun, uji bekuan musin buruk,
kristal (-), kultur bakteri (-)

• Faktor rematoid ( RF ) serum umumnya positif.


DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik AR menurut American Rheumatism
Association
1. Kaku pada pagi hari di persendian atau sekitarnya sekurang
– kurangnya 1 jam sebelum ada perbaikan maksimal :
2. Timbul artritis pada 3 daerah persendian atau lebih yang
timbul secara bersamaan ;
3. Terdapat artritis, minimal pada satu persendian tangan ;
4. Terdapat artritis yang bersifat simetris ;
DIAGNOSIS CO NT I NUE. .
5. Ditemukan nodul reumatoid, yaitu berupa nodul subkutan pada
penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta-
artikuler;

6. Faktor reumatoid serum yang positif;

7. Perubahan gambaran radiologi yang menunjukan adanya erosi atau


dekalsifikasi tulang yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis AR ditegakkan jika ditemukan setidaknya kriteria 1 sampai 4


yang dialami minimal 6 minggu.
PENATALAKSANAAN
• Terapi Medikamentosa :

Obat anti-inflamasi non steroid ( OAINS )

Disease – modifying antireumatic drugs (DMARDs), Terapi dengan


DMARD dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi.

 Sulfasalazin  Klorokuin fosfat


 Metrotreksat ( MTX )  Leflunomid

Agen biologik

Penggunaan kortikosteroid sistemik


PENATALAKSANAAN CO NT I NU E. .
• Terapi bedah ortopedi

• Terapi orthotic, dapat berupa :

 Penggunaan orthotik dan bidaI

 Modalitas fisik

 Latihan sendi : metode blok untuk sendi PIP dan DIP, latihan
ambil dan genggam

 Edukasi untuk proteksi sendi


KOMPLIKASI
Komplikasi AR umumnya tidak bersifat fatal. Namun penyakit ini
bersifat progresif sehingga keterbatasan dan nyeri sendi dapat semakin
berat bila tidak diobati.
KO N S E P D A S A R
ASKEP LANSIA
DENGAN ARTRITIS
R E U M AT O I D
PENGKAJIAN
Anamnesis riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik harus difokuskan

pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan

mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/pans, anoreksia dan efek gejala

tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien. Status psikologis

serta mental pasien dan sistem dukungan sosial juga harus dikaji

sebagaimana pula kemampuan pasien untuk turut serta dalam aktivitas

sehari-hari, melaksanakan program pengobatannya dan mengelola

perawatan-mandiri.
PENGKAJIAN CO NT I NU E. .
Bidang-bidang lainnya yang perlu dinilai adalah pemahaman
pasien, motivasi, kemampuan untuk mengatasi masalah,
pengalaman di masa lalu, efek penyakit terhadap konsep diri
dan kemampuan koping pasien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang lazim muncul (Nanda 2015):

• Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh arthritis


rheumatoid

• Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh,


sendi, bengkok, deformitas.

• Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi


DIAGNOSA KEPERAWATAN CO NT I NU E. .
• Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal (penurunan
kekuatan otot)

• Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit, penurunan


produktifitas (status kesehatan dan fungsi peran)
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut
ini (DeLauner dkk, 2002).

• Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.

• Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan


lain, atau orang yang ada di sekitar klien.

• Harus terdokumentasi.

• Berkelanjutan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Dx Kep NOC/Tujuan NIC/Rencana Kep

1.

2.

3.

4.

Dst.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan
produktif.
• Hal-hal yang harus diperhatikan:
Bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada lansia,
Teknik komunikasi,
Kemampuan dalam prosedur tindakan,
Pmahaman tentang hak-hak dari lansia,
Memahami tingkat perkembangan lansia. (Kholifah, 2016)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus
mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan.
Perawat harus yakin bahwa:
• Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
tindakan yang sudah direncanakan
• Dilakukan dengan cara yang tepat, serta sesuai dengan
kondisi klien
• Selalu dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu
didokumentasikan menurut waktu
EVALUASI KEPERAWATAN
• Evaluasi keperawatan gerontik adalah penilaian keberhasilan
rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk
memenuhi kebutuhan lansia. kegiatan yang harus dilakukan:
Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan,
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan,
Mengukur pencapaian tujuan,
Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,
Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana
keperawatan bila perlu
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai