Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEGIATAN OPERASI JANTUNG TERBUKA

AORTIC VALVE REPLACEMENT PADA NY R


DI KAMAR BEDAH JANTUNG
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh

KELOMPOK II
Budi Santosa, AMK
Rida, AMK
ETI Zumarni, SKep.
Wiwik Sulistyaningih, AMK

PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOLOGI DASAR V


RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
2017
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

1. Pengertian Bedah Jantung

Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan cara membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan dilakukan tindakan. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan
membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani dilakukan perbaikan, diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.

2. Klasifikasi Bedah Jantung

1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extracorporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aorta pulmonal (BT Shunt).

3. Pengertian Aorta Stenosis

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran
darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).

Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih
sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
agar darah bisa melewati katup aorta.

B. Etiologi

Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering
adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

1. Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan
sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal
katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan
masalah ataupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan
penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.

2. Penumpukan kalsium pada daun katup

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).
Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang
melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian
dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta
yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya
beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
3. Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri
tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan
pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang
dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta.

C. Tanda dan Gejala

Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup
aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi
secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup
aorta :

1. Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah
dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis
adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri
koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan
sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan
dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan
oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang
menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala
penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus
memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang
menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang
dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :

Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada
(sternum).

Nyeri juga bisa dirasakan di:


- Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
- Punggung
- Tenggorokan, rahang atau gigi
- Lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:
- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional.

2. Pingsan (syncope)

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan
pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran)
dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic
stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya
tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan
dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur
(arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga
tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
3. Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan
kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.
Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru
yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri.
Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas
terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi
sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal
jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.

D. Patofisiologi

Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan
tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan
mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard
timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.

Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai terlihat bila
area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat.
Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul
bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta (progressive pressure
overload of left ventricle) akibat stenosis aorta akan merangsang mekanisme RAA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi.
Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat
melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal
berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2x thickness. Namun bila tahanan aorta
bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan
kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel, penurunan cadangan diastolic,
peningkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya performa ventrikel kiri
akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien
trans-valvular menurun,tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak
nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang menghasilkan angina
dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia
miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai
oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari
tahanan katup aorta.

Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidakmampuan jantung memenuhi peningkatan
curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra
maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat
menimbulkan hipotensi dan sinkop.

Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang
dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan peningkatan Peptida Natriuretik.
Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan
menambah kekauan miokard dan menyebabkan disfungsi diastolik. Setelah penebalan miokard
maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic
ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut
sebagai disfungsi sistolik

E. Penatalaksanaan

Pemeriksaan Diagnostik

1. Electrocardiogram (EKG)

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG
dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic
stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
2. Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta
diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.

3. Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-


gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang
mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter
mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic
yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran
dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan
untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area
klep aortic.

4. Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung
plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan
kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic.
Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter
khusus.

Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu
timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi (repair) atau
replace (mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan
melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus
dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih
sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan
remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari
pihak lain tantangan terhadap anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan
kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian
akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih
mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu
dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis
supavalvular yang mortalitas tinggi.

Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang
dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya
penyempitan kembali sering.

Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)


a. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya
merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan
kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai
katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat
terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon
valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta
manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak.
Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul
kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan
stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
b. Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan
merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup
aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi
timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta.

2. Teknik Pembedahan (surgical)

a. Aortic Valve Repair (AVr).

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk
dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir
yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi
bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan
kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu
menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.

b. Aortic Valve Replacement (AVR)

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta. Pembedahan
dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dan mengganti dengan katup mekanik baru atau
bagian dari jaringan katup. Katup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat
pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup,
oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti
warfarin (caumadin) seumur hidup untuk mencegah penggumpalan darah. Penggantian dengan
katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya
menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika
dimungkinkan.
A. Pengenalan mesin mesin jantung paru.
MESIN PINTAS JANTUNG PARU (Cardio Pulumery Bypass/Extra Cooporal
Machine) Tujuan : Tujuan utama dari sirkulasi Extra Coorporal adalah :
Mempertahankan sirkulasi & respirasi yg adekuat dengan menyalurkan darah ke mesin
jantung buatan.
Menciptakan lapangan operasi yg bersih dari darah & menggantikan jantung dg
mengalirkan darah keluar dari jantung, shg dokter bedah jantung dpt melakukan
pembedahan dengan bebas
B. Komponen mesin pintas jantung
1. Heart Lung Machine (Mesin Pintas Jantung Paru)
Komponen utama dari CPB, yakni mesin pintas jantung paru.
2. Tubing (selang)
Komponen dari rangkaian CPB adalah serangkaian tubing yang terbuat dari karet silikon
atau PVC (Polyvinyl chloride). Tubing ini menghubungkan antara mesin dengan pasien.
Terbagi menjadi beberapa bagian utama, diantaranya table line dan pump line. Table line
merupakan tubing yang ada di meja operasi dan pump line adalah serangkaian tubing di
mesin.
3. Pump (Pompa)
a) Roller Pump
Pompa ini terdiri dari pompa berputar beberapa bermotor yang peristaltically "pijat"
tubing. Tindakan mendorong lembut darah melalui tubing. Hal ini sering disebut sebagai
pompa roller, atau pompa peristaltik .
b) Centrifugal Pump (Pompa sentrifugal)
4. Oxygenator
Oksigenator dirancang untuk mentransfer oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
dari darah vena.
5. Cannulae (kanula)
Kanula digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin pintas jantung paru.
Kanula yang digunakan diantaranya kanula vena, kanula arteri, kanul cardioplegia.
Kanula vena mengalirkan darah vena yang bersumber dari vena cava superior dan vena
cava inferior. Kanula arteri mengalirkan darah yang telah dioksigenasi ke seluruh tubuh.
Kanul cardioplegia berfungsi untuk memberikan larutan cardioplegia yang menyebabkan
jantung berhenti berdetak.

F. Komplikasi

1. Gagal jantung
2. Hipertensi sisitemik
3. Nyeri dada (angina pectoris)
4. Sesak nafas
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Anonymousa. 2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal


22, Nopember 2010.

Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses


tanggal 22, Nopember 2010.

Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 22,


Nopember 2010.
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pelaksanaan Tindakan
Hari/tanggal : Rabu, 4 Mei 2017
Waktu : 08.00 15.00 WIB
Tempat : Ruang OK 5.01 GBST RSUP Dr. Sardjito

B. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Tgl Lahir : 22 11 - 1956
No RM : 1022270
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Penumping Gowongan Lor Yogyakarta
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl masuk RS : 28 4 2017
Diagnosa medis : CHF cf II e.c Aorta stenosis severe pro Aortic Valve
Replacement, DM2O

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn N
Umur : 40 th
Alamat : Janti 308/37 Yogyakarta
Hubungan dg pasien : Anak kandung
C. Persiapan Tindakan
I. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium tanggal 30 April 2017
NO Nama Pemeriksaan Hasil Nrtgyjirrgeilai
Normal

1 Eritrosit 4.56 x10^6/L 4.00-5.40

2 Hemoglobin 12.3 g/dL 12.0-15.0

3 Hematokrit 36.9 % 35.0-49.0

4 MCV 80.9 fL 80.0-94.0

5 MCH 27.0 pg 26.0-32.0

6 MCHC 33.3 g/dL 32.0-36.0

7 Lekosit 6.85x 10^3/L 4.50-13.50

8 Trombosit 244x10^3/L 150-450

9 Netrofil# 3.92x10^3/L 1.60-9.50

10 Limfosit# 2.39x 10^3/L 1.62-5.37

11 Monosit# 0.44x 10^3/L 0.30-0.80

12 Eosinofil# 0.07x 10^3/L 0.00-0.20

13 Basofil# 0.03x 10^3/L 0.00-0.10

KIMIA KLINIK

14 CK/CPK 55 U/L 26-192

15 CKMB 12 U/L <25

FAAL HATI
15 Albumin 3.87 g/dL 3.97-4.94

16 SGOT/AST 16 U/L <= 32

17 SGPT/ALT 12 U/L <= 33

FAAL GINJAL

18 BUN 10.7 mg/dL 6.00-20.00

19 Creatinin 0.72mg/dL 0.50-0.90

20 Asam urat 4.8mg/dL 2.4-5.7

DIABETES

20 Glukosa Sewaktu 141 mg/dL 80-140

ELEKTROLIT

21 Natrium 136 mmol/L 136-145

22 Kalium 3.96 mmol/L 3.50-5.10

23 Klorida 99 mmol/L 98-107

HEMOSTASIS

24 PPT 11.9 detik 12.3-15.3

25 Kontrol PPT 11.6 -

26 INR 0.83 0.90-1.10

27 APTT 31.2 detik 27.9-37.0

28 Kontrol APTT 28.7 -


HEPATITIS

29 HbsAg Non reaktif Non reaktif

IMUNOLOGI

30 Troponin I <0.01g/L <0.01

LEMAK

31 Cholesterol total 256 mg/dL <200

32 Trygliserid 99 mg/dL <150

33 HDL cholesterol 54 mg/dL >40

34 LDL direct 186 mg/dL <100

b) Analisa gas darah tanggal 30-04-2017


PH : 7.49 (7.35-7.45)
PCO2 : 34.8 (35-45 mmHg)
PO2 : 80.1 (80-95 mmHg)
SO2 : 96.8 (96-97%)
BE : 3.0 (-2 sd +2 mmol/dL)
HCO3 : 26.7 (21-28 mmHg)
FiO2 : 21%
Interpretasi : Alkalosis respiratorik

c) Echocardiografi tanggal 28 April 2017


Kesimpulan :
Aorta stenosis severe
Mitral regurgitasi mild, trikuspi regurgitasi mild, pulmonal regurgitasi
mild, pulmonal hipertensi mild
Fungsi sistolik global left ventrikel baik dengan EF 71%
Disfungsi diastolic LV tipe relaksasi
Fungsi sistolik RV baik
d) Elektrokardiografi tanggal 28-04-2017
Kesimpulan : normal sinus rhtym dengan heart rate 70x/menit, norma axis
deviation, transisi zone V3-V4
e) Koronografi tanggal 1-1-2017
- LM normal
- RCA normal
- LAD normal
- LCx normal
Kesimpulan : Normokoroner
f) Rontgen thoraks tanggal 29-04-2017
Kesimpulan :
- Pulmo tak tampak kelainan
- Cardiomegaly

D. Indikasi dilakukan operasi


1. Keluhan utama : sesak nafas jika aktivitas
2. Riwayat penyakit sekarang : sejak tahun 2000 pasien mengeluhkan mudah sesak
nafas jika beraktivitas berat, nyeri dada hilang timbul dengan istirahat. Bulan Mei
2015 pasien periksa ke poli jantung RSUP Dr. Sardjito dilakukan echo, dikatakan
aorta stenosis severe.
3. Factor resiko : Diabetes mellitus, tidak ada hipertensi
4. Echocardiografi tanggal 28-04-2017
AS Severe, MR mild, TR mild, PR mild, PH mild
5. Hasil EKG
6. Hasil Rontgent thoraks
7. Diagnose medis : CHF cf II DA : AS severe DE: VHD
II. Check list persiapan pre operasi jantung
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 59 Tahun
No RM : 10122270
Tanggal Masuk : 28 April 2017
Tanggal Operasi : 4 Mei 2017

b. Tiga hari sebelum operasi ( H-3)


Tanggal 30 April 2017
NO Tindakan Ada Tidak

1 Informed Consent V

Rekam EKG V

Konsul Gigi,THT V

Cek hasil cateterisasi dan echocardiografi V

Test faal paru V

Fisiotherapi V
Triflow,latihan menggunakan
spirometri
Latihan nafas dalam
Anjuran tidak merokok
Pengobatan
Digitalis dihentikan 48 jam V
sebelum operasi
Anti koagulan dihentikan 48 jam V
sebelum operasi
Antibiotik V
Persiapan Darah V
Golongan darah = A Sedia @5
PRC,FFP,Trombosit kolf

c. Dua hari sebelum operasi (H-2)


Tanggal 1Mei 2017
NO Tindakan Ada Tidak

1 Pemeriksaan Laboratorium V
Darah rutin V
KED V
Faktor pembekuan V

Ureum V

Creatinin V

Elektrolit V
V
GDS
V
Enzim cardiac
V
Cholesterol
V
LFT

2 Pemeriksaan Analisa Gas Darah V

3 Ro Thorax V

4 Timbang berat badan V


BB 63 kg
TB 162 cm
5 Pendidikan dan persiapan psikologis V
oleh :
Dokter Bedah V
V
Dokter Ahli jantung V
Dokter Anesthesi V
Perawat V

Orientasi ke ICU

d. Satu hari sebelum operasi (H-1)


Tanggal 17 April 2017
NO Tindakan Ada Tidak

1 Persiapan kulit
Cukur daerah
operasi,axila,inguinal, ekstrimitas V
Cuci rambut ( sore sebelum
operasi) V
Mandi betadin/anti septik (sore hari
dan pagi hari sebelum operasi) V

2 Pengosongan gastrointestinal
Puasa 8 jam pre operasi V
Pemberian dulcolac
pertama,suppositoria 10 jam pre op V
Pemberian dulcolac
kedua,suppositoria 3-4 jam pre op V

3 Skintest antibiotik (Ceftriaxone) V

4 Istirahat pasien cukup V


E. Persiapan Tim operasi
Dokter bedah jantung dan asisten
Dokter anesthesi
Dokter spesialis jantung
Perawat instrumen
Perawat sirkuler
Perawat perfusi
Perawat anesthesi
Petugas laboratorium
F. Persiapan Alat
Instrumen bedah jantung
Cardio Pulmonary Bypass Mesin/CPB
Alat defibrilator
Monitor invasif
Heather / Blangket roll
G. Pelaksanaan operasi
1. Operasi dilaksanakan tanggal 04 Mei 2017 di ruang IBS 5.01, dengan general
anestesi dan regional epidural.
2. Jam 08.45, Pasien masuk di ruang penerimaan IBS lantai 5 diantar oleh perawat
ruangan Ayodya 2, kemudian dilakukan serah terima dan verifikasi kepada perawat
kamar operasi, antara lain :
Konfirmasi Identitas (Nama,No RM,Tanggal lahir), dilakukan pengecekan gelang
identitas
Verifikasi Inform Consent :
o Inform Consent oleh dokter bedah jantung
o Inform Consent oleh dokter anesthesi untuk tindakan pembiusan, tranfusi,
pemasangan alat invasif, persetujuan rawat ICU
Verifikasi Persiapan Darah (Gol darah A,PRC 5 kolf,FFP 5 kolf,TC 5 kolf)
Verifikasi antibiotik profilaksis
Verifikasi puasa
Verifikasi alergi (alergi antalgin dan amoxicillin)
Verifikasi check list persiapan pre op di ruangan
No Uraian Ya Tidak Keterangan

1. Kesesuaian identitas pasien disertai V


dengan pengecekan gelang
2. Visite operator dan pemberian V
informasi tindakan medic
3. Inform concent medic V

4. Konsul anestesi V

5. Visite anestesi dan pemberian V


informasi tindakan anestesi
6. Inform concent anestesi V

7. Edukasi keperawatan V

8. Keadaan umum pasien baik V TD : 160/100 mm Hg


Nadi : 92x/mnt
Suhu : 36,4 C
RR : 20x/menit
Nyeri : VAS 0

9. Pemeriksaan penunjang
a. laboratorium V Hb : 12,3 gr/dL
APTT : 31,2 detik
Kontrol : 28,7
Hepatitis : Non reaktif

b. EKG V

c. Ro thoraks V

d. CT scan V
e. USG V

10. Persiapan darah : V

a. Golongan darah : A
b. Jenis darah dan jumlah : PRC 5
kolf, FFP 5 kolf, TC 5 kolf
11. Inform concent tranfusi darah V

12. Riwayat alergi

a. Alergi obat V Amoxicillin dan antalgin

b. Alergi makanan V

c. Riwayat alergi dilaporkan V


anestesi
d. Pemberian profilaksis alergi V Obat sudah diberikan jam
pre operasi 07.00WIB
Nama obat : Metyl Prednisolon Obat dibawa ke OK : tidak
Dosis : 125 mg
Cara pemberian : Intra vena
13. Profilaksis antibiotic pre operasi V Obat sudah diberikan jam
07.00WIB
Nama obat : Ceftriakson
Obat dibawa ke OK : tidak
Dosis : 1 gram Hasil skin test : negatif

Cara pemberian : Intra vena

Skin test diruangan : Ya

Lokasi skin test : tangan

14. Persiapan pasien :


V
a. Puasa
V
b. Lavement V
c. Penandaan sisi/lokasi operasi V
d. Persiapan kulit/cukur rambut V
e. Perhiasan/protese dilepas V
f. Make up V
g. Sedang haid (perempuan) V
h. Sedang hamil (perempuan) V
i. Alat khusus/implant sudah siap
3. Jam 09.00 WIB, pasien dipindahkan ke transport bed IBS dan diantar ke kamar
operasi 5.01. Sampai dikamar operasi dilakukan sign in (sebelum induksi anestesi)
a. Dilakukan oleh perawat anestesi
b. Pasien telah dikonfirmasikan :
- Identifikasi dan gelang pasien : ya
- Lokasi operasi : ya
- Prosedur : ya
- Inform concent operasi : ya
- Inform concent anestesi : ya
c. Lokasi operasi sudah diberi tanda : ya
d. Mesin dan obat-obat anestesi sudah dicek lengkap : ya
e. Pulse oksimetri sudah terpasang dan berfungsi : ya
f. Apakah pasien punya riwayat alergi : ya
g. Kesulitan bernafas/resiko aspirasi dan perlu alat : ya
h. Resiko kehilangan darah >500ml : ya
i. Dua akses Iv/akses sentral dan rencana terapi cairan : ya
j. Jika pasien mempunyai implant sudah disiapkan : ya
4. Pasien sudah dipasang iv line perifer di cephlica dextra dengan iv cath 20G
5. Pasien ditempatkan di meja operasi,dipasang elektrode 5 buah di bagian punggung
untuk memonitor irama EKG dihubungkan ke monitor
6. Pasien dipasang arteri line di arteri radialis sinistra no 18G yang dihubungkan ke
monitor invasif dengan tujuan mengukur tekanan darah sentral vaskuler yang akurat
yang dihasilkan dari curah jantung yang rendah
7. Pasien dipasang epidural cervical cateter,
8. Jam 09.20 , dilakukan induksi dengan menggunakan midazolam 5mg, fentanyl 300
mcg dan roculac 50mcg. Selanjutnya dilakukan intubasi oleh dokter anestesi dengan
menggunakan ET no 8Fr, kedalaman 20cm, dan dipasang transendotracheal
echocardiografi. Observasi hemodinamik. Dipasang monitor suhu di nasal dekstra,
dan monitor saturasi perifer di digiti I dekstra.
9. Pasien dipasang Central Venous Cateter 3 lument no 18Fr di vena subclavia sinistra
10. Pasien dipasang dower catheter no 16 Fr
11. Dilakukan pengambilan sampel darah pasien untuk dilakukan pemeriksaan ACT
sebelum tindakan operasi,dengan hasil
- ACT : 149 detik (78-149)
- Na : 136 mmol/L (138-146)
- K : 3,6 mmol/L (3,5-4,9)
- Cl : 99 mmol/L (98-109)
- Ca : 1,01 mmol/L (1,12-1,32)
- TCO2 : 24 mmol/L (24-29)
- Glu : 272 mg/dL (70-105)
- BUN : 13 mg/dL (8-26)
- Creat : 0,4 mg/dL (0,6-1,3)
- Hct : 37 %PCV (38-51)
- Hb : 12,6 g/dL (12-17)
- AnGap : 18 mmol/L (10-20)
12. Perawat perfusi menyiapkan CPB (Cardio Pulmonary Bypass) mesin
13. Jam 09.20
Pasien diatur dalam posisi supine dalam stadium anestesi, bagian bahu diganjal
dengan bantal pasir/NaCl 1 liter
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik medan operasi dengan larutan savlon,
betadine dan alkohol 70%
Persempit medan operasi dengan duk steril,dilakukan pemasangan ioban barier
Dilakukan Time out pasien jam 09.25 dengan memperkenalkan tim operasi,
konfirmasi verbal nama pasien, prosedur dan lokasi operasi, konfirmasi antibiotik
profilaksis Ceftriaxone 1 gram
Dilakukan insisi midsternal dari manubrium sterni sampai prosesus xypoideus
lapis demi lapis kemudian dilakukan sternotomi dari manubrium sterni hingga
prosesus xypoideus,kontrol perdarahan
Dada dibuka dengan retraktor sampai tampak paru-paru dan perikard parietal
Membuka perikard tampak jantung,teraba thrill pada atrium kanan
Heparin diberikan secara intra vena dengan dosis 1-1,5 unit/kg BB dilanjutkan
dengan pemasangan benang kanulasi Aorta,Vena Cava Superior dan Vena Cava
Inferior
Cek nilai ACT pasien setelah pemberian heparin,setelah nilai ACT pasien
mencapai atau lebih dari 400 detik (hasil ACT pasien : 494 detik) kemudian
dilakukan kanulasi Aorta,Vena Cava Superior,Vena Cava Inferior
Dilakukan pemasangan kanul cardioplegic dipangkal aorta
Mesin CPB dijalankan dengan fullflow (on by pass), suhu pasien diturunkan
hingga 30 derajat celcius
Dilakukan cross klem aorta dan cairan cardioplegic dialirkan, jantung diguyur
dengan cairan RL yang sudah didinginkan secara perlahan hingga jantung
berhenti berdenyut ( gambaran EKG monitor asistole). Selama iskhemia time
kegiatan anesthesi diambil alih oleh perawat perfusi
Atrium kanan dibuka, selanjutnya dibuat ASD untuk mengeluarkan darah sisa
dari vena pulmonalis dan sisa cardioplegic.
Insisi di pangkal aorta di bawah canule cardioplegic untuk mengidentifikasi katup
aorta selanjutnya mengevakuasi katup aorta.
Mengukur lobang pangkal aorta dengan alat ukur katup,didapatkan no 19 mm
mekanik.
Katup mekanik dipasang dan dijahit
Aorta di jahit kembali dengan benang prolene 4/0 secara jelujur
Defek ASD ditutup dengan jahit jelujur dengan benang prolene 4/0
Setelah ASD ditutup posisi pasien dibuat kepala lebih rendah untuk mencegah
emboli otak
Cross klem aorta dibuka, identifikasi irama jantung, timbul VT lalu secara
otomatis timbul irama sinus
Atrium kanan dijahit dengan benang prolene 5/0
Posisi meja operasi dibuat normal kembali
Semua parameter hemodinamik dikalibrasi
Evaluasi dengan TEE, hasil terlampir

Setelah hemodinamik pasien stabil mulai dilakukan pemisahan mesin CPB ke


pasien secara bertahap
Penghentian mesin CPB ke pasien secara total dilanjutkan dengan decanulasi
cardioplegi, vena cava inferior dan vena cava superior
Catatan : Time CPB = 48 menit
Time klem aorta = 106 menit
Time ischemik = 99 menit
Diberikan protamin sebagai antidotum heparin melalui intra vena dengan dosis 2
mg/kgBB (125mg)
Pasang drain substernal dengan catheter teroracix no 28 Fr dan drain pericardial
dengan NGT no 8 Fr
Pasang drain thoracal dengan catetet teroracic no. 28
Setelah protamin habis dilakukan decanulasi aorta
Kontrol perdarahan kemudian pericardium parietal ditutup sebagian
SIGN OUT jam 14.40
Sternum ditutup dengan steel wire,luka ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
Cek ACT post op ( hasil : 141 detik) ,Hb post operasi( Hb: 6.8 g/dL).
Dilakukan tranfusi TC 6 kolf dan FFP 4 kolf
Operasi selesai jam 15.33 WIB
Pasien dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan post operasi
pasien masih terpasang ET on bagging,terpasang monitor invasif
Hemodinamik pasien stabil
TD : 123/44 mmHg
HR : 79 x/mnt
RR : 14x/mnt on bagging
SPO2 : 100%
EKG : sinus rhtym

H. Hasil Tindakan
Pada tanggal 4 Mei 2017 telah dilakukan operasi Aortic Valve Replacement pada pasien
Ny. H, dengan katub mekanik no 19, dan dievaluasi menggunakan TEE hasil
penggantian katub baik. Untuk pemantauan hemodinamik dan kondisi setelah operasi
pasien dirawat diruang Intensive Care Unit.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular:
Selemba Medika.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.

Udjianti, Wajan Juni 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Selemba Medika.

Ward, Jeremy; Aaron, Philips. 2007. At a Glance Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskur Edisi 3.
Jakarta: Erlangga.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
Wahab, A. Samik. 2006.Defek Sekat Atrium. Kardiologi Anak:Penyakit Jantung Kongenitalyang
Tidak Sianotik. Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai