Disusun oleh
KELOMPOK II
Budi Santosa, AMK
Rida, AMK
ETI Zumarni, SKep.
Wiwik Sulistyaningih, AMK
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan cara membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan dilakukan tindakan. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan
membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani dilakukan perbaikan, diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extracorporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aorta pulmonal (BT Shunt).
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran
darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih
sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
agar darah bisa melewati katup aorta.
B. Etiologi
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering
adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan
sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal
katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan
masalah ataupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan
penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).
Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang
melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian
dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta
yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya
beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
3. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri
tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan
pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang
dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta.
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup
aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi
secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup
aorta :
1. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah
dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis
adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri
koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan
sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan
dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan
oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang
menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala
penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus
memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang
menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang
dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada
(sternum).
2. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan
pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran)
dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic
stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya
tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan
dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur
(arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga
tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
3. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan
kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.
Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru
yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri.
Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas
terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi
sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal
jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.
D. Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan
tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan
mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard
timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai terlihat bila
area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat.
Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul
bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta (progressive pressure
overload of left ventricle) akibat stenosis aorta akan merangsang mekanisme RAA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi.
Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat
melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal
berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2x thickness. Namun bila tahanan aorta
bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan
kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel, penurunan cadangan diastolic,
peningkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya performa ventrikel kiri
akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien
trans-valvular menurun,tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak
nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang menghasilkan angina
dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia
miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai
oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari
tahanan katup aorta.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidakmampuan jantung memenuhi peningkatan
curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra
maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat
menimbulkan hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang
dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan peningkatan Peptida Natriuretik.
Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan
menambah kekauan miokard dan menyebabkan disfungsi diastolik. Setelah penebalan miokard
maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic
ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut
sebagai disfungsi sistolik
E. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Diagnostik
1. Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG
dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic
stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
2. Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta
diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
3. Echocardiography
4. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung
plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan
kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic.
Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter
khusus.
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu
timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi (repair) atau
replace (mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan
melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus
dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih
sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan
remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari
pihak lain tantangan terhadap anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan
kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian
akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih
mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu
dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis
supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang
dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya
penyempitan kembali sering.
Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya
merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan
kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai
katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat
terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon
valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta
manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak.
Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul
kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan
stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
b. Percutaneous aortic valve replacement.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan
merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup
aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi
timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk
dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir
yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi
bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan
kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu
menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta. Pembedahan
dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dan mengganti dengan katup mekanik baru atau
bagian dari jaringan katup. Katup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat
pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup,
oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti
warfarin (caumadin) seumur hidup untuk mencegah penggumpalan darah. Penggantian dengan
katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya
menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika
dimungkinkan.
A. Pengenalan mesin mesin jantung paru.
MESIN PINTAS JANTUNG PARU (Cardio Pulumery Bypass/Extra Cooporal
Machine) Tujuan : Tujuan utama dari sirkulasi Extra Coorporal adalah :
Mempertahankan sirkulasi & respirasi yg adekuat dengan menyalurkan darah ke mesin
jantung buatan.
Menciptakan lapangan operasi yg bersih dari darah & menggantikan jantung dg
mengalirkan darah keluar dari jantung, shg dokter bedah jantung dpt melakukan
pembedahan dengan bebas
B. Komponen mesin pintas jantung
1. Heart Lung Machine (Mesin Pintas Jantung Paru)
Komponen utama dari CPB, yakni mesin pintas jantung paru.
2. Tubing (selang)
Komponen dari rangkaian CPB adalah serangkaian tubing yang terbuat dari karet silikon
atau PVC (Polyvinyl chloride). Tubing ini menghubungkan antara mesin dengan pasien.
Terbagi menjadi beberapa bagian utama, diantaranya table line dan pump line. Table line
merupakan tubing yang ada di meja operasi dan pump line adalah serangkaian tubing di
mesin.
3. Pump (Pompa)
a) Roller Pump
Pompa ini terdiri dari pompa berputar beberapa bermotor yang peristaltically "pijat"
tubing. Tindakan mendorong lembut darah melalui tubing. Hal ini sering disebut sebagai
pompa roller, atau pompa peristaltik .
b) Centrifugal Pump (Pompa sentrifugal)
4. Oxygenator
Oksigenator dirancang untuk mentransfer oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
dari darah vena.
5. Cannulae (kanula)
Kanula digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin pintas jantung paru.
Kanula yang digunakan diantaranya kanula vena, kanula arteri, kanul cardioplegia.
Kanula vena mengalirkan darah vena yang bersumber dari vena cava superior dan vena
cava inferior. Kanula arteri mengalirkan darah yang telah dioksigenasi ke seluruh tubuh.
Kanul cardioplegia berfungsi untuk memberikan larutan cardioplegia yang menyebabkan
jantung berhenti berdetak.
F. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Hipertensi sisitemik
3. Nyeri dada (angina pectoris)
4. Sesak nafas
Daftar Pustaka
TINJAUAN KASUS
A. Pelaksanaan Tindakan
Hari/tanggal : Rabu, 4 Mei 2017
Waktu : 08.00 15.00 WIB
Tempat : Ruang OK 5.01 GBST RSUP Dr. Sardjito
B. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Tgl Lahir : 22 11 - 1956
No RM : 1022270
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Penumping Gowongan Lor Yogyakarta
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl masuk RS : 28 4 2017
Diagnosa medis : CHF cf II e.c Aorta stenosis severe pro Aortic Valve
Replacement, DM2O
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
15 Albumin 3.87 g/dL 3.97-4.94
FAAL GINJAL
DIABETES
ELEKTROLIT
HEMOSTASIS
IMUNOLOGI
LEMAK
1 Informed Consent V
Rekam EKG V
Konsul Gigi,THT V
Fisiotherapi V
Triflow,latihan menggunakan
spirometri
Latihan nafas dalam
Anjuran tidak merokok
Pengobatan
Digitalis dihentikan 48 jam V
sebelum operasi
Anti koagulan dihentikan 48 jam V
sebelum operasi
Antibiotik V
Persiapan Darah V
Golongan darah = A Sedia @5
PRC,FFP,Trombosit kolf
1 Pemeriksaan Laboratorium V
Darah rutin V
KED V
Faktor pembekuan V
Ureum V
Creatinin V
Elektrolit V
V
GDS
V
Enzim cardiac
V
Cholesterol
V
LFT
3 Ro Thorax V
Orientasi ke ICU
1 Persiapan kulit
Cukur daerah
operasi,axila,inguinal, ekstrimitas V
Cuci rambut ( sore sebelum
operasi) V
Mandi betadin/anti septik (sore hari
dan pagi hari sebelum operasi) V
2 Pengosongan gastrointestinal
Puasa 8 jam pre operasi V
Pemberian dulcolac
pertama,suppositoria 10 jam pre op V
Pemberian dulcolac
kedua,suppositoria 3-4 jam pre op V
4. Konsul anestesi V
7. Edukasi keperawatan V
9. Pemeriksaan penunjang
a. laboratorium V Hb : 12,3 gr/dL
APTT : 31,2 detik
Kontrol : 28,7
Hepatitis : Non reaktif
b. EKG V
c. Ro thoraks V
d. CT scan V
e. USG V
a. Golongan darah : A
b. Jenis darah dan jumlah : PRC 5
kolf, FFP 5 kolf, TC 5 kolf
11. Inform concent tranfusi darah V
b. Alergi makanan V
H. Hasil Tindakan
Pada tanggal 4 Mei 2017 telah dilakukan operasi Aortic Valve Replacement pada pasien
Ny. H, dengan katub mekanik no 19, dan dievaluasi menggunakan TEE hasil
penggantian katub baik. Untuk pemantauan hemodinamik dan kondisi setelah operasi
pasien dirawat diruang Intensive Care Unit.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular:
Selemba Medika.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
Ward, Jeremy; Aaron, Philips. 2007. At a Glance Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskur Edisi 3.
Jakarta: Erlangga.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
Wahab, A. Samik. 2006.Defek Sekat Atrium. Kardiologi Anak:Penyakit Jantung Kongenitalyang
Tidak Sianotik. Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran EGC.