Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

ANALISA JURNAL EBN FAMILY CENTERED CARE


Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH:

Bunga Fortuna S (11212023)


Dewi Santika (11212033)
Hasatia Ragaini (11212067)
Ian Satrian (11212071)
Lia Yuliana (11212088)
Martha Nababan (11212095)
Novi Citra L. Harahap (11212116)
Nunung Nurmayanti (11212120)
Yuliawaty (11212200)

S1 KEPERAWATAN NONREGULER XV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
Jl.Bintaro Raya, No. 108, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12240-(021)723
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah Analisa Jurnal EBN tentang “Family
Center Care” Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Anak dalam
Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan di STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada ibu Ns. Alfonsa Reni Oktavia,S.Kep.,MKM selaku dosen mata
ajar Keperawatan Anak ini.
Makalah ini diharapkan dapat dapat menambah, memperluas, dan memperkaya
pengetahuan perawat tentang bagaimana menerapkan intervensi tersebut sebagai evidence base
nursing terutama dalam Keperawatan Medikal Bedah. Penulis menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis berterimakasih bila terdapat masukan
yang konstruktif sebagai perbaikan proposal berikutnya.

Jakarta, 29 November 2021

(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua harus
dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan dengan pengalaman
yang sangat traumatik dan penuh stress. Tahapan tumbuh kembang anak juga menjadi salah
satu fokus yang harus diperhatikan terutama pada 1000HPK, yang pada waktu tersebut anak
sangat tergantung dengan ibunya melalui pemberian ASI dan kebutuhan lainnya (Andayani,
2019).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2018 bahwa 3% - 10%
pasien anak yang dirawat di Amerika Serikat mengalami stress selama hospitalisasi. Sekitar
3%-7% dari anak usia sekolah yang dirawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5%
- 10% pasien anak di Kanada dan Selandia baru juga mengalami stress akibat hospitalisasi.
Angka kejadian sakit anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari jumlah populasi
anak di Indonesia. Peningkatan hospitalisasi pada anak menurut Data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia naik sebesar
13% di bandingkan tahun 2017. Di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 33,2% dari 1.425
anak mengalami stress hospitalisasi berat, 41,6% mengalami stress hospitalisasi sedang, dan
25,2% mengalami stress hospitalisasi ringan. Menurut data yang di peroleh di Ruang
St.Theresia Rumah Sakit Panti Nirmala Malang bulan November tahun 2019 menunjukan
ada 111 anak yang mendapatkan pelayanan medis dan berdasarkan wawancara dan survey
yang dilakukan perawat kepada orang tua saat melakukan tindakan keperawatan dan medis
yang diterima pada anaknya hampir 80% dari anak mereka menunjukkan respon penolakan
seperti menangis, takut, menendang-nendang, dan tidak kooperatif dalam setiap tindakan
keperawatan.
Anak yang sering rawat inap berulang – ulang dapat menyebabkan stress hospitalisasi
dengan menampilkan reaksi perilaku agresif, seperti menggigit, menendang nendang,
bahkan lari keluar ruangan. Hal ini dapat mengganggu perkembangan emosional anak
dalam jangka panjang, terutama perkembangan motorik kasar (Kyle & Carman, 2017).
Pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan didapatkan bahwa pelaksanaan Family
Centered Care di RS Panti Nirmala Malang khususnya di Ruang St Theresia masih belum
terealisasi sepenuhnya dikarenakan setiap kali melakukan tindakan medis seperti
pemasangan infus, pasien selalu dibawa ke ruangan khusus tindakan pemasangan infus,
dimana di ruangan tersebut hanya ada perawat dan pasien, keluarga atau orang tua hanya
menunggu diluar ruangan, selain itu setiap kali pemberian obat minum atau tindakan medis
lainnya seperti pemberian nebulezer, yang melakukan tindakan sepenuhnya adalah perawat
dan orang tua tidak diikutsertakan. Family Centered Care merupakan hal terpenting dalam
hospitalisasi anak yang didasarkan pada kolaborasi antara anak, orang tua, dokter anak,
perawat anak, dan profesional lainnya dalam perawatan klinis yang berdasarkan
perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan Kesehatan (Purbasari & Siska, 2019). Hal
ini diharapkan dapat menurunkan atau meminimalkan tingkat stress hospitalisasi pada anak.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Metode Family Centered Care Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak Di
Ruang St Theresia RS Panti Nirmala Malang”.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Metode Family Centered Care Terhadap


Stress Hospitalisasi pada Anak di Ruang St Theresia RS Panti Nirmala Malang.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Pengertian dari Penyakit Pneumonia

b. Untuk mengetahui kandungan dari

c. Untuk Mengetahui
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama

1. Judul Jurnal

Pengaruh Penerapan Metode Family Centered Care Terhadap Stress Hospitalisasi Pada
Anak
2. Peneliti
Nama: : Febriyanti Akmalia, Nurul Anjarwati, Yulia Candra Lestari

3. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling


Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling sebanyak 42 responden, yang
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 21 responden kelompok kontrol dan 21 responden
kelompok intervensi.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan Quasi Experimental Design dengan pendekatan Pretest-
Postest Control Group
5. Uji Statistik
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada perbedaan tingkat stress yang signifikan antara pre-
test dan post-test pada kelompok perlakuan (p=0,000< 0,05), sedangkan pada kelompok
kontrol ada perbedaan tingkat stress yang signifikan antara pre-test dan post-test (p =
0,028< 0,05). Berdasarkan uji Mann Whitney terdapat perbedaan yang signifikan antara
skor tingkat stress post-test kelompok kontrol dengan skor tingkat stress post-test
kelompok perlakuan (p=0,000< 0,05)

B. Jurnal Pendukung
1. Judul Jurnal
Pengaruh penerapan Family Centered Care Terhadap Pelaksanaan Personal Hygiene
(Memandikan)
2. Peneliti
Ageng Abdi Putra , I Gusti Ayu Mirah Adhi , Kasmawati Surianingsih

3. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling :


Populasi yakni seluruh orang tua yang anaknya sedang rawatinap di IRNA Anak. Sampel
penelitian diambil menggunakan tehnik accidental sampling dan diperoleh sampel
penelitian sebanyak 46 orang. Pengambilan data mengunakan lembar observasi (SPO
memandikan pasien dirumah sakit). Analisa data menggunakan uji wilcoxon signed ranks
test.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah pra-eksperimen (one group pretest and post test) dengan
jumlah populasi 74 orang
5. Uji Statistik
Uji Statistic dalam penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon (Uji Non Parametric)

C. Analisa PICO (analisa Jurnal Utama)


1. Problem
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2018 bahwa 3% - 10% pasien
anak yang dirawat di Amerika Serikat mengalami stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%-
7% dari anak usia sekolah yang dirawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5% -
10% pasien anak di Kanada dan Selandia baru juga mengalami stress akibat hospitalisasi.
Anak yang sering rawat inap berulang – ulang dapat menyebabkan stress hospitalisasi
dengan menampilkan reaksi perilaku agresif, seperti menggigit, menendang nendang,
bahkan lari keluar ruangan. Hal ini dapat mengganggu perkembangan emosional anak
dalam jangka panjang, terutama perkembangan motorik kasar (Kyle & Carman, 2017).
Pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan didapatkan bahwa pelaksanaan Family
Centered Care di RS Panti Nirmala Malang khususnya di Ruang St Theresia masih belum
terealisasi sepenuhnya dikarenakan setiap kali melakukan tindakan medis seperti
pemasangan infus, pasien selalu dibawa ke ruangan khusus tindakan pemasangan infus,
dimana di ruangan tersebut hanya ada perawat dan pasien, keluarga atau orang tua hanya
menunggu diluar ruangan, selain itu setiap kali pemberian obat minum atau tindakan medis
lainnya seperti pemberian nebulezer, yang melakukan tindakan sepenuhnya adalah perawat
dan orang tua tidak diikutsertakan. Family Centered Care merupakan hal terpenting dalam
hospitalisasi anak yang didasarkan pada kolaborasi antara anak, orang tua, dokter anak,
perawat anak, dan profesional lainnya dalam perawatan klinis yang berdasarkan
perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan Kesehatan (Purbasari & Siska, 2019). Hal
ini diharapkan dapat menurunkan atau meminimalkan tingkat stress hospitalisasi pada
anak. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Metode Family Centered Care Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak Di
Ruang St Theresia RS Panti Nirmala Malang”.
2. Intervention
Intervensi dilakukan selama 3 hari, dimana proses pelaksanaan intervensi dilakukan
selama 2 hari, pada hari ke 3 peneliti melakukan post test. Post test dilakukan pada kedua
kelompok. Setelah dilakukan informed concent responden mengisi kuesioner pre test pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kemudian dilakukan penerapan Family Center
Care pada kelompok intervensi, dengan sampel sebanyak 42 responden, dimana sampel ini
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol sebanyak 21 responden dan kelompok
intervensi sebanyak 21 responden. Kriteria inklusi yaitu pasien anak sadar penuh, masuk
diruang rawat inap minimal 1 hari, usia anak 2-7tahun, dan lama rawat inap lebih dari 3
hari. Sedangkan keksklusinya adalah anak dengan berkebutuhan khusus. Pengambilan data
menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian sebelumnya yaitu Masulili (2011)
dan Jannah (2016), dimana penelitian tersebut sudah melalui uji validitas dan reliabilitas
3. Comparison
a. Judul
Pengaruh Biblioterapi Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah di
RSUD Panembahan Senopati Bantul
b. Peneliti
Endang Lestiawati1, Listyana Natalia R , Ida Ayu Putri Prami Dewi
c. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata stes hospitalisasi sebelum diberikan biblioterapi
sebesar 10.50 dan sesudah diberikan biblioterapi sebesar 6.05. Berdasarkan hasil uji
pairet t- test diketahui nilai p-value < 0.05 yaitu 0.000. Hal ini menunjukkan ada
pengaruh biblioterapi terhadap stress hospitalisasi pada anak usia sekolah
4. Outcome
Pada kelompok perlakuan dapat dilihat bahwa hasil pre-test didapatkan sejumlah 6
responden (28,5%) mengalami tingkat stress yang ringan, 14 responden (66,7%) mengalami
tingkat stress yang sedang, dan 1 responden (4,8%) mengalami tingkat stress berat. Kemudian
hasil post-test didapatkan sejumlah 14 responden (66,7%) mengalami tingkat stress yang
ringan, 7 responden (33,3%) mengalami tingkat stress yang sedang, dan 0 responden (0%)
mengalami tingkat stress berat. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test
didapatkan nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
tingkat stres yang signifikan antara pre-test dan post-test pada kelompok Intervensi.
BAB III
ANALISA PENERAPAN EBN

A. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Pada jurnal ini menggunakan metode penelitian Quasi Experimental Design dengan
pendekatan Pretest Postest Control Group Design, jumlah sampel sebanyak 42
responden, dimana sampel ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol
sebanyak 21responden dan kelompok intervensi sebanyak 21 responden, memiliki
kriteria inklusi dan eksklusi sehingga hasil penelitian ini dapat representatif.
b. Dari hasil intervensi kelompok intervensi dan control dapat terjadi penurunan yang
signifikan setelah dilakukan penerapan family centered care. Yang dapat dibuktikan
dalam tabel yang terdapat dalam hasil analisis. Terjadi penurunan tingkat stress
hospitalisasi setelah dilakukan Intervensi.
Pada kelompok perlakuan dapat dilihat bahwa hasil pre-test didapatkan
sejumlah 6 responden (28,5%) mengalami tingkat stress yang ringan, 14
responden (66,7%) mengalami tingkat stress yang sedang, dan 1 responden
(4,8%) mengalami tingkat stress berat. Kemudian hasil post-test didapatkan
sejumlah 14 responden (66,7%) mengalami tingkat stress yang ringan, 7 responden
(33,3%) mengalami tingkat stress yang sedang, dan 0 responden (0%) mengalami
tingkat stress berat. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test
didapatkan nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, hasil ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan tingkat stres yang signifikan antara pre-test dan post-test pada
kelompok Intervensi.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Pengambilan data hanya menggunakan lembar observasi (SPO memandikan pasien di
rumah sakit) dimana tindakan tersebut merupakan tindakan non-invasif yang tingkat
stress hospitalisasi lebih rendah dibandingkan dengan tindakan invasif pada anak di
RS.
b. Membutuhkan tenaga perawat yang sudah terlatih atau telah telatih, seperti dalam
teori terori Purbasari & Siska, 2019 menyebutkan bahwa dalam penerapan Family
Centered Care sebagai suatu pendekatan holistik dan filosofi dalam keperawatan
anak. Perawat sebagai tenaga professional yang perlu melibatkan orang tua dalam
perawatan anak
3. Oppurtunities (Peluang).
a. Dengan adanya penelitian tersebut, dari hasil intervensi yang didapat, dapat membuat
rumah sakit menerapkan family center care. Yang berguna untuk menurunkan
kejadian stress hospitalisasi pada anak.
b. Dalam pelaksanaan Family Centered Care adalah dengan pendekatan orang tua dan
memperdayakan orang tua dalam membantu tindakan keprawatan. Seperti dalam
Tanaem et al., 2019 Family Centered Care didenifisikan sebagai pendekatan inovatif
dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang
diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang
tua.
4. Threats (Ancaman)
a. Ancaman yg mungkin dapat terjadi, tingkat stress pada orang tua dapat menjadi
ancaman, karena semakin berat tingkat stress orang tua maka intervensi yg dapat
dilakukan adalah dengan terapi medis, dan tidak dapat dilakukan penerapan metode
family centered care. Seperti dalam teori berikut:
Menurut (Sari & Batubara, 2017) mengklasifikasi kecemasan menjadi empat, yaitu:
1) Kecemasan Ringan
a) Individu waspada
b) Lapang persepsi luas
c) Menajamkan indra
d) Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif
e) Menghasilkan pertumbuhan dan kreatif
2) Kecemasan Sedang
a) Individu hanya focus pada pikiran yang menjadi perhatiannya
b) Terjadi penyempitan lapang persepsi
c) Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
3) Kecemasan Berat
a) Lapangan individu menjadi sangat sempit
b) Perhatian hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir
tentang hal – hal yang lain
c) Seluruh perilaku di maksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu
banyak perintah/arahan untuk fokus pada area lain
4) Tingkat Panik
a) Individu kehilangan kendali dan detil
b) Detil perhatian hilang
Kriteria serangan panik adalah palpitasi, berkeringat, gemetaran atau goyah, sesak
napas, merasa tersedak, nyeri dada, mual dan stress abdomen, pening, derealisasi atau
depersonalisasi, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati dan parastesia
(Wati, 2015).
BAB IV
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Family Center Care


1. Pengertian Family Center Care
Family centered care atau perawatan yang berpuat pada keluarga didefinisikan
sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga , mengakui keluarga sebagi konstanta
dalam kehidupan anak (AIPHSS,2015). Family centered care merupakan pendekatan yang
digunakandalam pemberian pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua,
family centered care juga menekankan keterlibatan keluarga atau orang tua anak dalam
pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit.
Dalam kelompok kontrol ini diperlukan penerapan Family Centered Care untuk
menurunkan tingkat stress anak. Dimana Family Centered Care yang dimaksudkan
merupakan dasar pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada anak dengan melibatkan keluarga sebagai fokus utama
perawatan, maka dari itu pendekatan Family Centered Care tidak hanya memfokuskan
asuhan keperawatan kepada anak sebagai klien atau individu dengan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (biopsikospiritual), tetapi juga melibatkan keluarga sebagai
bagian yang konstan dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak, sehingga peran
perawat dalam menerapkan Family Centered Care adalah sebagai mitra dan fasilitator
dalam perawatan anak dirumah sakit (Utami, 2014).
2. Tujuan Penerapan Family Center Care
Tujuan penerapan konsep Family Centered Care dalam perawatan anak adalah memberikan
kesempatan bagi orang tua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan
pengawasan dari perawat sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini membutuhkan
kerjasama antara perawat dan orang tua untuk dapat memberikan pelayanan yang nyaman
sehingga anak tidak mengalami stress hospitalisasi. Kerjasama tersebut dipengaruhi oleh
pengetahuan orang tua terkait penatalaksanaan di rumah sakit, untuk itu perawat perlu
memberikan pengetahuan yang jelas melalui edukasi Kesehatan (Effendi & Widiastuti,
2014).
Selain itu Family Centered Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma selama
perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan
kualitas hidup dapat tercapai (White et al., 2018).
3. Manfaat Penerapan Family Center Care
Menurut AIHPSS (Australian Indonesia Partnership For Health System Strengthering)
{2015} manfaat penerapan family center care adalah sebagai berikut:
a. Hubungan teaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam meningkatkan
kesehatan dan perkembangan setiap anak.
b. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebh baik
dan proses kolaborasi.
c. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi dengan
keluarga .
d. Penggunaaan sumber-sumber pelayanan esehatan dan waktu tenaga profesional lebih
efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan dirumah, mengurangi
kunjungna ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu , lebih efektif dalam
menggunakan cara pencegahan).
e. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.
f. Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif.
g. Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga profesi
lainnya dalam pelatiha-pelatihan 8. Menciptakan lingkungan yang meningkatkan
kepuasan profesional. 9. Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan
kesehatan yang diterima.
4. Prinsip-prinsip Family Center Care
Beberapa prinsip famili center care menurut AIHPSS (2015) meliputi :
a. Menghormati setiap anak dan keluarganya
b. Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak menghormati anak dan
keluarga sebagai subjek perawatan. Perawat menghormati anak dan keluarga
memiliki pilihan yang terbaik bagi perawatan mereka.
c. Menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi, agama, dan pengelaman
tentang sehat sakit yang ada pada anak dan keluarga. Perawat menghargai perbedaan
suku , budaya, sosial, ekonomi, agama dan pengalaman tentangsehat sakit anak dan
keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan yang diberikan
mengacu kepada standar asuhan keperawatan dan diperlukan sama pada semua
pasien dan keluarga.
d. Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak dan keluarga. Mengkaji
kelebihan keluarga dan membantu mengembangkan kelebihan keluarga dalam proses
asuhan keperawatan pada klien.
e. Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan keluarga dalam memilih pelayanan
kesehatannya. Memeberikan kesempatan kepada keluarga dan anak untuk memilih
fasilitas kesehatan yang sesuai untuk mereka, menghargai pilihan dan mendukung
keluarga.
f. Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan keluarga sesuai dengan kebutuhan,
keyakinan,nilai, dan budaya mereka. Memonitor pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan, nilai, keyakinan dan budaya pasien dan keluarga.
g. Bagi informasi secara jujur dan tidak bisa dengan anak dan keluarga sebagai cara
untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Petugas kesehatan memberikan informasi yang berguna bagi
pasien dan keluarga, dengan benar dan tidak memihak. Informasi yang diberikan
harus lengkap, benar dan akurat.
h. Memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan keluarga.
Memfasilitasi pembentukan kelompok yang mendukung untuk anak dan keluarga,
melakukan pendampingan kepada keluarga, menyediakan akses informasi support
grup yang tersedia di masyarakat.
i. Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam penyusunan dan pengembangan
program perawatan anak diberbagai tingkat pelayanan kesehatan. Melibatkan
keluarga dalam perencanaan program perawatan anak, meminta pendapat dan ide
keluarga untuk pengembangan program yang akan dilakukan.
j. Mendorong anak dan keluarga untuk menemukan kelebihan dan kekuatan yang
dimiliki, membangun rasa percaya diri, dan membuat pilihan dalam menentukan
pelayanan kesehatan.
5. Alasan Dilakukannya Family Center Care
a. Membangun sistem kolaborasi daripada kontrol
b. Berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber keluarga daripada kelemahan keluarga
c. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat anak seperti sebagaimana profesional
d. Membangun pemberdayaan dari pada ketergantungan
e. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien, keluarga dan pemberi
pelayanan dari pada informasi hanya diketahui oleh profesional
b. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku
6. Konsep Family Centered Care
a. Menurut Arie Kususmaningrum tahun (2014) mengidentifikasikan bahwa ada
beberapa konsep dari Family Centered Care yaitu :
b. Martabat dan kehormatan Perawat mendengarkan dan mengormati pandangan dan
pilihan klien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya pasien dan
keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan
c. Berbagi informasi Perawat berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang
berguna bagi klien dan keluarga. Klien dan keluarga menerima informasi setiap
waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan
keputusan
d. Partisipasi Pasien dan keluarga termotivasi berpartrisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan sesuai dengan pengambilan kesepakatan yang telah mereka
buat.
e. Kolaborasi Klien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar kolaborasi.
Perawat berkolaborasin dengan klien dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan
pengembangan program, implementasi, dan evaluasi, desain, fasilitas kesehatan dan
pendidikan profesional terutama dalam pemberian perawatan
7. Fokus baru Family Center Care
a. Menghormati
b. Kekuatan
c. Pilihan
d. Fleksibel
e. Informasi
f. Support
g. Kolaborasi
h. Pemberdayaan
8. Keuntungan Family Center Care
Keuntungan Family-Centered Care sebagai filosofi dalam pemberi pelayanan
dilaporkan dari berbagai literature. Dalam praktek Family-Centered Care, kehidupan
pasien ditingkatkan dengan memfasilitasi proses yang adaptive pada anak yang
dirawat di rumah sakit dengan keluarganya. Komunikasi orang-tua dan pemberi
pelayanan akan meningkat, sehingga kepuasan terhadap pelayanan terbentuk dari
orang tua yang lebih merasa percaya diri, dan kompeten dalam memberikan
perawatan pada anaknya. Meningkatkan financial dan hasil perawatan yang
berkualitas juga merupakan keuntungan dari Family-Centered Care dengan
terhindarnya lebih banyak uang untuk pembayaran perawatan jika tercipta kolaborasi
antara keluarga dan pemberi pelayanan dalam perawatan anak.
9. Peran Perawat
Adapun peran perawat dalam menerapkan Family Centered Care adalah sebagai mitra
dan fasilitator dalam perawatan anak dirumah sakit.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dampak hospitalisai pada anak prasekolah menunjukkan berbagai reaksi tidak adaptif,
seperti menolak untuk makan, sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif terhadap
petugas. Selain itu anak berada dilingkungan rumah sakit yang menyebabkan anak sulit
beradaptasi dengan lingkungan baru. Reaksi yang sering ditunjukkan yaitu menolak
perawatan atau tindakan dan tidak kooperatif dengan petugas medis. Hal ini membuat
anak merasakan stress hospitalisasi, sehingga perawat perlu menerapkan Family Centered
Care untuk menurunkan kejadian stress hospitalisasi pada anak. Hasil penelitian
menunjukan bahwa adanya perbedaan tingkat stress yang signifikan antara sebelum
dilakukannya Family Center Care dan sesudah dilakukannya Family Center Care. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Family Centered Care pada pasien anak
sangat diperlukan, guna untuk menurunkan stress hospitalisasi pada anak dan diharapkan
dapat diterapkan di Rumah Sakit maupun di pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan
kepuasan keluarga dan mutu pelayanan di Rumah Sakit.

B. Saran
Pembaca diharapkan lebih memperdalam dan mencari referensi lain terkait pengetahuan
Family centered care, sehingga pembaca dapat memahami masalah kecemasan yang
datang pada klien ataupun keluaraga saat proses perawatan. Bagi bidang pelayanan
keperawatan anak Family centered care perlu diberikan kepada klien ataupun keluarga
sebagai bagian dari perawatan untuk menyipakan psikologis anak atau keluarga. Strategi
pelaksanaan family centered care rumah sakit perlu menetapkan kebijakan penerapan
dalam perawatan anak dan ditunjang dengan SOP sekaligus dengan penyiapan SDM,
kerjasama lintas sektoral termasuk dengan institusi pendidikan untuk pengembangan
program ini
DAFTAKA PUSTAKA

AIPHSS. 2015. Modul : Keperawatan Anak 1 Perspektif Keperwatan Anak. Jakarta.


Effendi, N., & Widiastuti, H. (2014). Jurnal Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 7(2), 353–360.
https://doi.org/10.24252/kesehatan. v7i2.54
Kusumaningrum,Arie. 2014. Aplikasi dan Strategi Konsep Family Centered Care pada hospitalisasi
anak prasekolah. http://eprints.unsri.ac.id/2384/1/artikel_FCC_pra_sekolah...pdf. (Diakses
pada tanggal 29 November 2021 pukul 17:30 WIB)
Utami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal ilmiah WIDYA.
ISSN : 2337-6686
White, D. B., Angus, D. C., Shields, A.- M., Buddadhumaruk, P., Pidro, C., Paner, C., Chaitin, E.,
Chang, C.-C. H., Pike, F., Weissfeld, L., Kahn, J. M., Darby, J. M., Kowinsky, A., Martin,
S., & Arnold, R. M. (2018). A Randomized Trial of a FamilySupport Intervention in
Intensive Care Units. New England Journal of Medicine, 378(25), 2365–2375.
https://doi.org/10.1056/nejmoa1802 637

Anda mungkin juga menyukai