Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE

DISUSUN OLEH :
ADRIANT SASTRA WIJAYA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2022
Laporan Pendahuluan Ca Mamae

A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel
kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa
terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain
itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis definitis
dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis
penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau
bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan
perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety,
2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang
sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita
memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita
kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause
setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau
belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca
Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada
wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel
payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae
berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-
mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel
ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma
mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe
dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang
dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe
aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul
krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal
(Mansjoer, 2000).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
E. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan
epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan
docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat-
obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid
(Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes. Pertuzumab
(Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel
untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang berguna dalam
mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi
pada Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya
penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek
terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan
pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai
faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan
menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal
atau regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah
beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan
pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,


kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal. Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening
aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola,
dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti

f. Breast Conserving Therapy (BCT)


Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS
adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1
dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca
mammae stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan
DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada
follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca
mammae usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan
pembedahan yang aman pada pasien Ca mammae stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
1) Ca mammae stadium I dan II.
2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama
multisentris yang lebih dari 1 kwadran dari
payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan
radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara
yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang
mendalam (Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua
ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh
dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali Konsultan
Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ
kandungan.
Indikasi :
1) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai
timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
2) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif
dapat dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus
mendapatkan ethical clearance dari lembaga yang berwenang.
(Kemenkes, 2017)
h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan
syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca mammae dengan
metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang
masih kontroversi.
Indikasi:
1) Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ
sekitar
Syarat:
1) Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO
>3)
2) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
3) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang
masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia
memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi
yang telah menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat
diganti injeksi cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ),
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500
mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)
b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan
validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi hormonal
diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus
kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak
lebih baik dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya
didahulukan dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi
pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.Lama pemberian
ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe
A/B. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan
pemeriksaan IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2
adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang stadium
dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3
minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana Ca mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca
mammae dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.

Radioterapi Kuratif Ajuvan


Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada
semua kasus Ca mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini
disebabkan radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan
mengurangi angka kematian karena Ca mammae dan memiliki
kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae stadium dini
yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70
tahun dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1).
Reseptor estrogen +Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal
(Kemenkes, 2017)
F. PATHWAY

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak Mendesak sel Mendesak


jaringan sekitar syaraf pembuluh
darah
per

Menekan jaringan Aliran darah


Interupsi sel syaraf
pada mamae terhambat

Peningkatan
konsistensi mamae Nyeri akut hipoksia

Bakteri
Ukuran mamae
patogen
abnormal

Resiko
Mamae infeksi
asimetrik

Gangguan
Citra tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca
mamae), jenis kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena
Ca mammae dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat,
No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah
memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal
pengkajian, dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini
makin lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah
mengalami sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi
penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae.
Adanya keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang
mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak
perempuannya menderita ca mamae

3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang
biasa dan tidak perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena
klien susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit
makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena
adanya rasa nyeri pada payudara

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas,


3: bantuan alat, 4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada
payudara yang ia rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi
pada kognitif, sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau
kehilangan bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya
diri, malu dan kehilangan haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan
biasanya kurang puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain.
Gangguan peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya
seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada
keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam
melaksanakan ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas.
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian
anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh
nutrisi yang tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker
sudah bermetastase ke paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien
mudah terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah
terlihat tampak pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak
ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit
jeruk), dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan
berwarna merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi
yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit
payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil,
payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa
padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;
hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal
payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor
yang terjadi pada tahap awal.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara
lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh
karena proses penyakit
C. Intervensi

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN (NIC)
TUJUAN KRITERIA HASIL (NOC)

Nyeri akut Setelah dilakukan Kontrol nyeri Manajemen Nyeri


berhubungan tindakan selama lebih dari Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan adanya 1 jam, nyeri pasien bisa keperawatan selama lebih dari komprehensif yang meliputi
infiltrasi tumor berkurang 1 jam klien dapat mengatasi lokasi, karakteristik,
nyerinya ditandai dengan : onset/durasi, frekuensi, kualitas,
1. Dapat mengenali kapan intensitas atau beratnya nyeri dan
nyeri terjadi faktor pencetus
2. Klien dapat menggunakan 2. Berikan informasi mengenai
tindakan pengurangan nyeri nyeri
tanpa analgesic 3. Ajarkan prinsip-prinsip
3. Klien melaporkan manajemen nyeri
perubahan terhadap gejala 4. Kurangi atau eliminasi faktor-
nyeri pada professional faktor yang dapat mencetuskan
kesehatan nyeri dan meningkatkan nyeri
4. Klien mengenali apa yang 5. Gali bersama pasien faktor-
terkait dengan gejala nyeri faktor yang dapat menurunkan
5. Klien melaporkan nyeri dan memperberat nyeri
yang terkontrol 6. Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri non farmakologi,
sesuai kebutuhan
Gangguan citra Setelah dilakukan Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
tubuh berhubungan intervensi keperawatan 1. Gambaran internal diri 1. Gunakan bimbingan antisipatif
perubahan pada selama 1x45 menit 2. Kepuasaan dengan menyiapkan pasien terkait dengan
bentuk tubuh diharapkan gangguan citra penampilan tubuh perubahan-perubahan citra tubuh
karena proses tubuh dapat berkurang. 3. Kepuasaan dengan fungsi 2. Bantu pasien untuk
penyakit tubuh mendiskusikan perubahan-
4. Penyesuaian terhadap perubahan disebabkan adanya
perubahan tampilan fisik penyakit atau pembedahan
5. Penyesuaian terhadap 3. Monitor frekuensi dari pernyataan
perubahan fungsi tubuh
mengkritisi diri
4. Bantu pasien mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan penampilan
5. Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan emosi klien
7. Anjurkan keluarga klien untuk
selalu mendampingi klien

D. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi Tanda tangan


1 Nyeri berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang adriant
adanya penekanan massa tumor O : Nyeri hilang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 Gangguan citra tubuh S : Pasien mengatakan sudah mulai menerima dengan adriant
berhubungan dengan keadaannya dan sudah mulai percaya diri
mastektomi O : Pasien nampak berinteraksi aktif dengan
lingkungannya
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
E. DICHARGE PLANING
Discharge Planing
Rencana pemulangan untuk pasien dengan Ca mammae yaitu :
1. Evaluasi kesiapan untuk pulang
a. Tidak terdapat keluhan nyeri
b. Kebutuhan nutrisi sudah adekuat
2. Memberikan intruksi kepada keluarga dan klien
a. Penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita
b. Pencegahan infeksi
c. Edukasi mengenai nutrisi yang dibutuhkan
d. Anjurkan untuk segera membawa ke pelayanan kesehatan ketika
timbulnya nyeri atau benjolan nampak semakin besar
e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup dan teratur
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016.
Atlanta: American Cancer Society
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl
M. Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah,
Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions
Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta:
Gramedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI:
Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-
cancer-diagnosis/. [diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson.
2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition.
Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah,
Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep
Klinis Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai