Anda di halaman 1dari 143

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

GAMBARAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT RT 02 RW 08


DESA SEROJA KECAMATAN MARGAHAYU KOTA BEKASI

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu:
1. Meria Woro Listyorini, M.Kep. Ns.Sp.Kep.Kom
2. Ns. Indah Puspitasari, M.Kep.
3. Ns. Muftadi, SKM. S.Kep. M.Kes.

Oleh :

1. Jauhari 14. Diah Triutari


2. Dedi 15. Lina Marlina
3. Haeruman 16. Sisilia Mailina
4. Sri Fitria Handayani 17. Endang Susilojati
5. Dewi Astuti 18. Agus Marsan
6. Ratna Dewi Arimbi 19. Masturoh
7. Eko Purwanti 20. Trisnawati
8. Wasinah 21. Mahdalena
9. Neneng Sulastri 22. Dyah Fajarwati
10. Kanda Satria Dharma 23. Rusnopia Simanjuntak
11. Endang Darmawan 24. Wahyu Eka Putra
12. Selvi Sosilawati 25. Reza Rodmita
13. Nur Fadliya 26. Acep Saban Juliantara

Program Studi Profesi Ners


Stikes Bani Saleh Bekasi
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT pencurah kasih sayang tiada batas kepada yang
dikehendaki-Nya. Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gambaran Kondisi
Kesehatan Masyarakat di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota
Bekasi. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai pemberi syafaat dan pembawa kabar gembira.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang


bersangkutan dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini penulis
ajukan untuk memenuhi tugas yang ditetapkan oleh dosen Keperawatan
Komunitas Program Studi Profesi Ners STIKES Bani Saeh. Penulis telah
berusaha sangat maksimal untuk memberikan yang terbaik, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang.

Dalam usaha menyelesaikan penulisan makalah ini tentu telah melibatkan


banyak pihak secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan
konstitusi yang positif demi terwujudnya sebuah karya yang baik. Semoga semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini mendapatkan sebaik-baik
pahala dari Allah. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya sehingga diharapkan dapat dijadikan
pedoman dan dapat dijadikan referensi.

Bekasi, 15 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ....................................................................... 3

1.3. Ruang Lingkup ......................................................................... 4

1.4. Metode Penulisan ...................................................................... 5

1.5. Sistematika Penulisan ............................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 7

2.1. Konsep Dasar Komunitas .......................................................... 7

2.2. Konsep Keperawatan Komunitas ............................................... 9

2.3. Tujuan Keperawatan Komunitas ................................................ 10

2.4. Teori Prioritas Masalah .............................................................. 11

2.5. Asuhan Keperawatan Komunitas ............................................... 12

2.5.1. Pengkajian ........................................................................ 12

2.5.2. Diagnosa .......................................................................... 13

2.5.3. Perencanaan ..................................................................... 14

2.5.4. Pelaksanaan ...................................................................... 14

2.5.5. Evaluasi ............................................................................ 15

2.6. Laporan Pendahuluan Kasus ...................................................... 16

2.6.1. Laporan Pendahuluan COVID-19 ................................... 16

iii
2.6.2. Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA) ............................................................................ 22

2.6.3. Laporan Pendahuluan Hipertensi ..................................... 35

BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 65

3.1. Profil Wilayah ........................................................................... 65

3.2. Pengkajian ................................................................................. 66

3.3. Analisa Data .............................................................................. 80

3.4. POA .......................................................................................... 85

3.5. Implementasi Keperawatan ....................................................... 95

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 102

4.1. Pengkajian .................................................................................. 102

4.2. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 104

4.3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 105

4.4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 106

4.5. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 108

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 109

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 109

5.2. Kendala ...................................................................................... 109

5.3. Rekomendasi .............................................................................. 110

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di

segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan

berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan

hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya

peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah

merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam

Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara

optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama

petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23

tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban

untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

perorangan, keluarga dan lingkungan.

1
1
Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian dari

pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat masyarakat yang optimal

sehat secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Pembangunan kesehatan ini

dapat diwujudkan dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, baik pelayanan yang berbentuk kuratif, rehabilitatif, preventatif,

maupun promotif.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang

kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya

bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini

telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya

preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat

berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus

yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk ikut berperan dalam upaya meningkatkan

kemampuan bekerja dengan individu, keluarga dan kelompok di tatanan

pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapakan konsep kesehatan dan

keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga

perawat profesional dan mempunyai potensi keprawatan secara mandiri

sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program

Studi Profesi Ners STIKES Bani Saleh Bekasi angkatan 2019 melaksanakan

Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec.

Margahayu Kota Bekasi dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu

2
pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat, serta secara aktif dalam

upaya peningkatan status kesehatannya.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa

mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia

untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan

komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat

akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

1.2. TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas

yang telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam

memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas di RT 02 RW 08

Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada

masyarakat di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu

Kota Bekasi

b. Melakukan anilasa data hasil pengkajian pada masyarakat

di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi

c. Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada

masyarakat di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu

Kota Bekasi

3
d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di

RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi

e. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan

Komunitas di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu

Kota Bekasi

f. Melakukan implementasi keperawatan komunitas di RT 02

RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi

g. Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah

dilakukan terhadap masyarakat di lingkungan RT 02 RW

08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi.

h. Menyusun rencana tindak lanjut untuk prgram-prgram dan


kegiatan yang telah diakukan di lingkungan RT 02 RW 08
Desa Seroja Kec. Margahayu Kota Bekasi.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1 Upaya Promotif :

Dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat

1.3.2 Upaya Preventif :

Ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

13.3 Upaya Kuratif :

Ditujukan untuk merawat dan mengbati anggta keuarga, kempk

dan masyarakat yang menderita penyakit atau masaah kesehatan

4
1.3.4 Upaya Rehabiitatif :

Merupakan upaya pemuihan kesehatan bagi penderita-penderita

yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok

tertentu yang menderita penyakit yang sama

135 Upaya Ressiaitatif :

Adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok

khusus ke dalam pergaulan masyarakat

1.4. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulisan dalam menyusun proposal ini


menggunakan metode deskriptif, melalui pendekatan proses keperawatan
dan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Bertujuan untuk mengamati langsung keadaan masyarakat,
kondisi lingkungan serta mobilitas masyarakat guna mendapatkan
gambaran yang sesuai.
2. Wawancara
Melakukan komunikasi (Tanya jawab) langsung dengan warga
masyarakat untuk pengumpulan data melalui media daring/online.
3. Study Literature
Tehnik ini dilakukan dengan cara membuka buku-buku serta
materi mengenai keperawatan komunitas dan menggunakan website.
4. Partisifasi aktif
Dalam memperoleh data yang akurat, mahasiswa melibatkan
kader wilayah tersebut secara langsung (media online).

5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 BAB sebagai berikut:


1. BAB I
Pendahuluan (latar belakang, metode penulisan dan sistematika
penulisan)
2. BAB II
Tinjauan teoritis (konsep dasar komunitas)
3. BAB III
Tinjauan kasus (pengkajian/analisa data, identifikasi
masalah/rumusan masalah, prioritas masalah, diagnosa keperawatan
(rumusan PES), rencana kegiatan (POA), implementasi/pelaksanaan
kegiatan dan evaluasi.
4. BAB IV
Pembahasan
5. BAB V
Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP DASAR KOMUNITAS

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus


dalam ilmu keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat
Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada
3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu :
1. Ilmu Keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen
konsep pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan,
dimana menggambarkan hubungan teori–teori yang membentuk
susunan yang mengatur teori–teori tersebut berhubungan satu
dengan lainnya yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep
masyarakat dan konsep keperawatan (Christine Ibrahim, 1986).
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam
komunitas diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses
terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya
dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga
masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif
pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang
konsep puskesmas, PHC atau posyandu dan untuk merubah
perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoadmojo,
2003).
7
7
3. Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat)
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami
oleh seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan
tugasnya, sebab dia akan berhadapan dengan kelompok–kelompok
sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan
edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini
bisa dirasakan oleh perawat saat menjalankan tugas, peran dan
fungsinya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dengan
berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi,
norma, adat istiadat dan aturan–aturan yang berlaku dalam
masyarakat (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami
pengetahuan ilmu sosial perawat kesehatan masyarakat dapat
melakukan pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah
yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok dan
masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), dimana
mereka diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi, memprioritaskan
dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan
bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan
perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah
dicapai.

2.1.1 DEFINISI KOMUNITAS

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu


tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok
masyarakat yang tinggal disuatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka

8
tinggal, kelompok sosial interst yang sama (Riyadi, 2007). Menurut
Kontjaraningrat komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2017).

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang


merupakan gabungan dari ilmu keperawtan, ilmu kesehatan masyarajat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompik dan masyarakat
baikyang sehat mau pun sakit secra komprehensif melalui upaya promotif
prefentif, kuratif dan rehabilitatif serta saling resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat
bersama tim kesehatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elizabet, 2017).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,


keluarga/kelompok, dan masyarakat dengan fokus pada upaya kesehatan
primer, skunder dan tersier. Oleh karna itu pendidikan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam
mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan drajat kesehatan yang
optimal (Elizabet, 2017).

2.2 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Menurut Hendrik. L ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan


yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.Lingkungan
adalah segala sesuatu yang terdapat didalam suatu wilayah lingkungan terdiri
dari lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.Lingkungan fisik yaitu
lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah,
iklim, dan perumahan.Lingkungan sosial adalah hasil interaksi antara
manusia dengan manusia lainya seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi,
dan lain-lain.

9
Prilaku pada manusia akan dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan, atau pun sosial ekonominya prilaku yang sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat. Keberadaan pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi
kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan hendaknya dapat terjangkau
dengan mudah, dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.Yang
memadai serta tenaga kesehatan yang terampil dan biaya pelayanan yang
murah.Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayan kesehatan
keperawatan, dimana kondisi sehat sakit berada dalam suatu rentan dari
kondisi sehat optimal sampai dengan status kesehatan yang terendah yaitu
kematian dan kondisi normal berada di tengah.Keturunan merupaka faktor
yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, seperti penyakit
asma, hipertensi dll. Ke empat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan lainya dalam menentukan drajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat .

2.3 TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

2.3.1 TUJUAN UMUM

Meningkatkan drajat kesehatan dan kemampuan masyrakat


secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

2.3.2 TUJUAN KHUSUS

a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat


b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan
maysarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.

10
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus atau rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan dirumah, dipanti
dan dimasyarakat
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan dirumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan dirmah dan dipuskesmas
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat yang optimal.

2.4 TEORI PRIORITAS MASALAH

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masalah maka perlu


diketahui mengenai pengertian masalah yaitu adanya kesenjangan antara
harapan dan tujuan yang ingin dicapai dengan kenyataan yang sesungguhnya
sehingga menimbulakan rasa tidak puas dan bertangung jawab
untukmenanggulanginya.

Demikian untuk memutuskan masalah ada tiga syarat yang harus


dipenuhi yaitu :

a. Adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan


b. Adanya rasa tidak puas
c. Adanya rasa bertanggung jawab untuk menanggulangi masalah
Dari berbagai masalah yang diperlukan mungkin seluruhnya perlu untuk
ditamggulangi, untu itu perlu adanya priyoritas masalah.Salah satu metode
yang digunakan untu penentuan priyoritas masalah yaitu menggunakan
metode Hanlon kualitatif.

11
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prioritas masalah dari metode
kualitatif yaitu:

a. Urgensi (U) mendesak perkembangan ini dari aspek waktu, masih dapat
ditunda atau harus ditanggulangi
b. Serioutness (S) kegawatan akibat besarnya kerugian di nyatakan dalam-
dalam sasaran kuantitatif berapa rupiah, orang dll.
c. Growth (G) perkembangan kecenderungan atau perkembangan akibat
suatu permasalahan semakin berkembang masalah semakin di prioritaskan.

2.5 ASUHAN KEEPERAWATAN KOMUNITAS

2.5.1 PENGKAJIAN

Perawat mengumpulkan data yang bertujuan mengidentifikasi data


yang penting mengenai klien.Pengumpulan data yang dimaksudkan
untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada
masyarakat sehingga dapat ditentukan mana yang harus diambil untuk
mengatasi masalah kesehatn tersebut yang menyakut aspek fisik,
psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
anamesa (hal-hal yang dikatakan klie), observasi (pengamatan),
pengumpulan data dengan menggunakan istrument (alat pengumpulan
data).

a. Cort (inti) : data demografi atau komunitas yang terdiri : umur,


pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, dan serta
riwayat timbulnya kelompok atau komunita.
b. Delapan sub sistem yang mempengaruhi komunityas (bettineumen)
1. Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi, dan kepadatan
2. Pendidikan : apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan

12
3. Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal :
apakah tidak menimbulkan setress
4. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan :
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehtan
5. Pelayanan kesehatna yang tersedia untuk melakukan deteksi diri,
gangguan atau rawatan atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi
6. Sarana komunitas : sarana komunitas apa saja yang dapat
dimanfaatkan komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan masalah kesehatan lansia melalui
televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas
7. Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah
sesuai dengan UMR (upah minimum regional), dibawah UMR
atau bisa diatas UMR sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjurkan untuk
mengkonsumsi makanan sesuai dengan status ekonomi tersebut.
8. Rekreasi : apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya
dapat digunakan komunitas untuk menguranfi setres.
c. Setatus kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat melalui biostatistik
dan vitalstatistik, antara lain angka mortalitas, angka morbilitas, IMR,
MMR, secara cangkupan imunisasi.

2.5.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN ANALISA DATA

Setelah dilakukan pengkajian sesuai dengan data-data yang dicari,


maka kemudian dikelompokan dan dianalisa seberapa besarnya stresor
yang mengancam masyarakat dan seberapa besar reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat disususn diagnosa

13
keperawatan dimanan terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik
populasi, karakteristik lingkungan, diagnosa ditegakkan masalah
berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutkan dirumuskan dalam 3 komponenen yaitu problem atau
masalah, etiologi atau penyebab, manifestasi atau data penunjang.

2.5.3 PERENCANAAN

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan


b. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
keperawatn
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan
2.5.4 PELAKSANAAN

Pada tahap ini rencana yang telah disususn dilaksanakan dengan


melibatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sepenuhnya
dalam mengatasi masalah kesehatn dan keperawatan yang dihadapti. Hal-
hal yang harus dipertimbangkan dalm pelaksanaan kegiatan keperawatan
kesehatan masyrakat adalah :

a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan


instansi terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
c. Memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat.

14
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas
tediri atas:

1. Pencegahan primer

Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan


dialikasikan kedalam po;ulasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit

2. Pencegahan sekunder

Penceghan sekunder lebih kepada menekankan diagnosa dini dan


intervensi yang tepat untuk menghabat proses patologis sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dimulai pada saat cacat


atau terjadi ketidak mampuan untuk menstabilkan atau menetap atau
tidak dapat diperbaiki.
2.5.5 EVALUASI

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.


Hal-hal yang harus di evaluasi adalah input, proses dan output. Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang kan dicapai sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan evaluasi yaitu :

a. Dayaguna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah :

a. Relevansi atau hubungan kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


b. Perkembangan atau kemajuan proses

15
c. Evisiensi biaya
d. Efektivitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat atau menurun

2.6 . LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

2.6.1 LAPORAN PENDAHULUAN COVID-19

A. Definisi Coronavirus
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke
manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini masih belum diketahui. (pedoman dan
pencegahan coronavirus revisi 4, Kemenkes 2020).

B. Penyebaran Coronavirus
Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke
manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat
orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan
cara penularan penyakit flu. Tetes cairan dari mulut dan hidung
pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung

16
orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan
terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya.

C. Gejala Infeksi Coronavirus


Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada
pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung pada jenis
virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang
terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang
ringan:
 Hidung beringus.
 Sakit kepala.
 Batuk.
 Sakit tenggorokan.
 Demam.
 Merasa tidak enak badan.
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat
menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah
menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh 2019-nCoV) ,
yang menyebabkan gejala seperti:
 Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap
pneumonia.
 Batuk dengan lendir.
 Sesak napas.
 Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.
Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok
individu tertentu. Contohnya orang dengan penyakit jantung atau
paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan
lansia.

17
D. Diagnosis Infeksi Coronavirus
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan
mengawali dengan anamnesis atau wawancara medis. Di sini
dokter akan menanyakan seputar gejala atau keluhan yang
dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak,
mengambil sampel dari tenggorokan, atau spesimen
pernapasan lainnya. Untuk kasus yang diduga infeksi novel
coronavirus, dokter akan melakukan swab tenggorokan, DPL,
fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.

E. Komplikasi Infeksi Coronavirus


Virus corona yang menyebabkan penyakit SARS bisa
menimbulkan komplikasi pneumonia, dan masalah
pernapasan parah lainnya bila tak ditangani dengan cepat dan
tepat. Selain itu, SARS juga bisa menyebabkan kegagalan
pernapasan, gagal jantung, hati, dan kematian.
Hampir sama dengan SARS, novel coronavirus juga
bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Infeksi virus ini
bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.

F. Pengobatan Infeksi Coronavirus


Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi
virus corona. Umumnya pengidap akan pulih dengan
sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan
untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:
 Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit,
demam, dan batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada

18
anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak
di bawah empat tahun.
 Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk
membantu meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
 Perbanyak istirahat.
 Perbanyak asupan cairan tubuh.
 Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah
hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan
penyakit serius, seperti SARS, MERS, atau infeksi novel
coronavirus, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien.
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus,
dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh
Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk
karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:
 Isolasi
 Serial foto toraks sesuai indikasi.
 Terapi simptomatik.
 Terapi cairan.
 Ventilator mekanik (bila gagal napas)
 Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

G. Pencegahan Infeksi Coronavirus


Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah
infeksi virus corona. Namun, setidaknya ada beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus
ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan:
 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air
selama 20 detik hingga bersih.
 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan

19
dalam keadaan kotor atau belum dicuci.
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang
yang sakit.
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang
sering digunakan.
 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan
tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga
bersih.
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan
ketika mengalami gejala penyakit saluran napas.

H. Cara penyebaran Virus Corona


Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan cara
penyebaran Virus corona dari satu orang ke lainnya. Menurut
WHO, ketika seseorang yang menderita COVID-19 batuk
atau bernapas, mereka melepaskan seperti tetesan cairan yang
juga terdapat virus corona.
Kebanyakan tetesan atau cairan itu jatuh pada
permukaan dan benda di dekatnya -seperti meja, meja, atau
telepon. Orang bisa terpapar atau terinfeksi COVID-19 dengan
menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi - dan
kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut. Jika Anda
berdiri pada jarak 1 atau 2 meter dari seseorang dengan
COVID-19, Anda dapat terjangkir melalui batuk termasuk
saat mereka menghembuskan napas. Dengan kata lain,
COVID-19 menyebar serupa cara untuk flu. Sebagian besar
orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami gejala ringan
dan sembuh. Namun, beberapa kasus virus corona berlanjut
dengan mengalami penyakit yang lebih serius dan mungkin

20
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Risiko penyakit atau terinfeksi virus corona kian
meninggkat meningkat bagi Anda dengan usai 50 ke atas.
Usia tersebut disebut lebih rentan daripada mereka yang di
bawah 50. Orang dengan melemah sistem kekebalan tubuh
dan orang-orang dengan kondisi seperti diabetes, penyakit
jantung dan paru-paru juga lebih banyak rentan terhadap virus
corona.

I. Pencegahan Virus Corona


Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah
infeksi virus corona. Namun, setidaknya ada beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus
ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan:
 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air
selama 20 detik hingga bersih.
 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan
dalam keadaan kotor atau belum dicuci.
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang
yang sakit.
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang
sering digunakan.
 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan
tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga
bersih.
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan
ketika mengalami gejala penyakit saluran napas.

21
2.6.2 LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN ATAS (ISPA)

A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum
dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau
ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir
Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi
dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai
pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran
pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme
asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah
dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,

22
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan
karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi
Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian
di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di
berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcuspneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua
per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1%
hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh
virus (Suriadi,Yuliani R,2001)

C. TANDA DAN GEJALA


1. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan

23
2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak
teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping
hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam,
hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang,
sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
(Naning R,2002)

D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk
golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan
kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas

24
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah,
2004).

E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983
dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan

25
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri
ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk
yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-
paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan
ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran
nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan
dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

26
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

27
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi
pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada
lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
8. Mengatasi batuk.
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

28
F. PATHWAY

29
J. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ditandai dengan Proses infeksi Hipertermi/peningkatan
adanya panas lebih suhu tubuh
dari 37,6°C, akral
panas, bibir merah,
wajah tampak merah. Intek/output tidak Ketidakseimbangan
2. Ditandai adekuat nutrisi kurang dari
dengan penuran BB kebutuhan tubuh
sebnyak 20%, kulit
kriput, klien terlihat
kurus, nafsu makan Kongesti hidung Gangguan pola napas
menurun, mual
muntah, nyeri
abdomen
3. Adanya penupukan
secret, infeksi pada Agen Resiko tinggi penularan
saluran pernafasan, bakteri/virus,/ infeksi
adanya otot bantu Penurunan imun
pernafasan.

4. Adanya tanda-tanda
infeksi seperti: tumor,
dolor, calor, rubor,
dan disfusilaesa. Dan
cek leukosit tinggi/
rendah.

30
K. DIAGNOSA YANG MUNCUL
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahana sekunder (infeksi penekanan imun).

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
 Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah hipertermi klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu
dalam rentang normal 36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir
tidak kering, turgor kulit elastic.
 Rencana tindakan:
- Observasi tanda-tanda vital
Rasionalnya : pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
- Anjurkan pada klien/keluarga untuk melakukan kompres
dengan air biasa pada kepala/ axila
Rasionalnya : dengan memberikan kompres maka akan
terjadinya proses konduksiperpindahan panas dengan bahan
perantara.
- Anjurkan klien untuk berpakaian tipis dan dapat menyerap
keringat seperti berbuat untuk katun.
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan akan menyerap keringat
- Anjurkan klien untuk minum banyak.
- Atur sirkulasi udara.
- Anjurkan klien untuk istirahat ditempat tidur selama fase febris
penyakitnya.
Rasional : tirah baring untuk mengurangi metabolisme panas

31
- Kalaborasi pemberian obat ( antipiretik )
Rasionalnya : untuk mengontrol panas.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


 Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh terpenuhi
dengan kreteria hasil: berat badan klien normal, klien makan
habis 1 porsi, napsu makan baik.
 Rencana tindakan :
- Kaji kebiasaan makan, intak-output timbang BB setiap hari
jika memungkinkan
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
menyususn tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
- Berikan makan porsi kecil tapi sering dan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional : untuk menjamin nutrisi yang adekuat/
meningkatkan kalori yang masuk.
- Anjurkan klien untuk sering membuang secret dengan
menggunakan wadah tertutup atau langsung ke toilet, bisa
juga menggunakan tisu sekali pakai untuk menciptakan
lingkunga bersih, menyenangkan dan mengurangi resiko
penularan.
Rasional : nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks,
bersih, dan menyenangkan.
- Anjurkan klien untuk tetap istirahat ditempat tidur
Rasionalnya : untuk mengurangi kebutuhan metabolisme
- Konsultasi ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
klien.

32
Rasionalnya : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan
nutrisi maksimal.

3. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung


 Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah gangguan pola nafas teratasi dengan kreteria hasil:
klien tidak sesak lagi, nyeri berkurang saat menelan, sudah tidak
ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot
bantu pernafasan.
 Rencana tindakan:
- Berikan posisi semi fowler.
Rasional : memberikan rasa nyeman pada saluran pernapasan
saat tidur

- Anjurkan klien untuk menghindari allergen/iritan terhadap


debu, bahan kimia, asap rokok.
Rasional : mengurangi bertambah beratnya penyakit
- Anjurkan klien mengistirahatkan/ meminimalkan berbicara
bila suara serak.
Rasional : peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan
serta mengurangi nyeri di tenggorokan
- Anjurkan untuk minum air hangat dan kumur air garam hangat
Rasional : digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambat pengeluaran histamine dalam inflasi
pernapasan
- Kalaborasi pemberian obat (antipiuretik)
Rasionalnya : untuk mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan keluarga untuk melakukan masase punggung dengan
minyak ngosok
Rasional : memberikan kehangat pada tubuh akan memberikan
kenyamanan.

33
4. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahana sekunder (infeksi penekanan imun).
 Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah resiko tinggi penularan infeksi tidak terjadi dengan
kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda komplikasi, tidak menularkan
pada keluarga atau orang lain..
 Rencana tindakan
- Batasi kontak dengan lingkungan sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan potensial terpaparnya penyakit infeksius.
Akibat penurunan imun.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan/ kontak
dengan klien
Rasional : memutus rantai penularan Ispa
- Menggunakan APD untuk proteksi diri dan lien
Rasional : memberikan rasa naman dan mengurangi penularan.
- Kolaborasi dalam pemberian obat
- Anjurkan klien untuk tutup mulut dan hidung jika hendak bersin
dan segera mencuci tangan atau menggunakan tisu buang
ketempat sampah seelah dipakai.
Rasional :mencegah penyebaran pathogen melalui cairan.
- Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2
tahun, lansia dan penderita penyakit kronis
Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahapan infeksi.
- Kolaborasi pemberina vitamin c bisa juga dengan makanan yang
mengandung vit c
Rasional : mencegah menurunnya autoimun

34
2.6.3. LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia <
60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic >
95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho, 2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi
batas normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan
distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016, p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana
tekanan darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas
normal.
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
 Merokok : Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida
suatu vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok
meningkatkan tekanan darah juga mulai peningkatan noreprinefrin
plasma dan saraf simpatetik. Efek sinergistik merokok dan tekanan
darah tinggi pada risiko kardiovaskular telah jelas. Merokok
menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek
vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan marker
inflamasi, yang akan mengakibatkan difungsi endotel, cedera
pembuluh darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh darah.
Setiapbatang rokok dapat meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg,
perokok pasif dapat meningkatkan 30% risiko penyakit

35
kardiovaskular dibandingkan dengan peningkatan 80% pada
perokok. (Pikir dkk, 2015, p. 8).
 Obesitas : Obesitas terjadi paada 64% pasien hipertensi. Lemak
badan mepengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi.
Penurunan berat badan menurunkan tekanan darah pada pasien
obesitas memberikan efek menguntungkan pada faktor risiko yang
terkait, seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, heperlipidemia,
dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan tekanan darah sistolik dan
distolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah 4,4 dan 3,6
mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada penurunan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas ,sebuah masalah
kesehatan dunia, telah diidentifikasi sebuah faktor risiko sangat
penting untuk hipertensi. Individu obesitas mempunyai risikolebih
tinggi signifikan terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui pada
hasil kombinasi disfungsi pusat makan diotak, ketidakseimbangan
asuhan energy dan pengeluaran, variasi genetic.peningkatan risiko
yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk hipertensi, penyakiit
vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit traktus bilier,
osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral
mengakibatkan resistensi insulin. Akibat lanjut dari
hiperinsulimenia, adalah promosi peningkatan absorbsi Na oleh
ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
 Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko
hipertensi, namun mekanismenya belum jelas, mungkin akibat
meningkatnya transport kalsium kedalam sel otot polos melalui
peningkatan katekolamin plasma.terjadinya hipertensi lebih tinggi
pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi simpatetik.
Peminum alcohol lebiih dari dua gelas sehari akan memiliki risiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak
optimalnya efek dari obat anti hipertensi. Pada pasien hipertensi

36
yang mengonsumsi alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari
atau 40 ml etanol per hari. (Pikir dkk, 2015, p. 8).
 Stress :Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin
yang berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan
stimuli instrinsik atau ekstrinsik yang menyebabkan gangguan
fisiologi dan psikologi, dan dapat membahayakan kesehatan.
Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress mental terkait
dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom
metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu
obesitas terkait pada faktor psikososial termasuk stress kronik.
Aksis hipotalamus – hipofisi – adrenal merupakan kunci
mekanisme yang menghubungkan obesitas, hipertensi, dan stress
kronis. Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi stress untuk
menghindari lingkaran setan stress mental, obesitas, hipertensi, dan
diabetes. (Pikir dkk, 2015, p. 9).
 Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan
memperberat kerja ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin
yang dapat meningkatkan tekanan darah (Haryanto & Rini, 2015,
p. 39).
 Kopi (kafein) : kopi merupakan minuman stimulant yang
dikonsumsi secara luas diseluruh dunia. Dimana kopi dapat
meningkatkan secara akut teknan darah dengan memblok reseptor
vasodilatasi adenosine dan meningkatkan neropinefrin plasma.
Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan
darah secara akut, dengan variasi yang luas antara individu dari ¾
mmHg sampai 15/13 mmHg. Dimana tekanan darah akan
mencapai puncak dalam satu jam dan kembali ketekanan darah
dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk, 2015, p. 9).
 Kontrasepsi oral : peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada
kebanyakan perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi

37
peningkatan besar kadang teradi. Hal ini disebabkan ekspansi
volume karena peningkatan sintesis hepatic subtran rennin dan
aktivasi sistem rennin – angiotensin – aldosteron. Kontrasepsi
esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar
lima persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka
panjang menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90
mmHg. Hipertensi terkait kontrasepsi lebih sering pada perempuan
diatas 35 tahun, pada mereka yang menggunakan kontrasepsi lebih
dari 5 tahun, dan individu gemuk. Jarang terjadi pada mereka yang
menggunakan tablet esterogen dosis kesil. Umumnya, hipertensi
reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu
beberapa minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak
menyebabkan hipertensi, tetapi tentu memelihara vasodilatasi
diperantarai endotel. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom
scushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
 Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis,
terutama dengan kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh
darah di ginjal.
 Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan
darah dalam kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi.
 Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat :
penggunaan agen antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis
dapat menimbulkan hipertensi. Begitu juga konsumsi alcohol yang
kronis maupun penyalahgunaanalkohol juga dapat meningkatkan
tekanan darah.
 Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan
Pheochromocytoma memiliki hipertensi primer
 Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan
mineralokortikoid, terutama aldosteron, harus dicurigai pada setiap

38
pasien dengan trias hipertensi, hipokalemia yang tidak dapat
dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun beberapa pasien
memiliki konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi
aldosteronisme primer juga harus dipertimbangkan pada pasien
dengan hipertensi resisten (Pikir dkk, 2015, p. 31).
 Penyakit renovaskular : penyakit renovaskular adalah gangguan
umum, terjadi terutama pada pasien dengan aterosklerosis.
 Sindrom Chusing : hipertensi merupakan penyebab utama
morbiditas dan kemaatian pada pasien dengan Sindrom Chusing.
 Gangguan endokrin lainnya : Hypothyrodism, hypertirodism,
hiperparatiroidism, juga dapat menyebabkan hipertensi (Pikir dkk,
2015, p. 32)
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidah terukur
2. Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepalakarena adanya peningkatan tekanan darah
sehingga mengakibatkan hipertensi dan tekanan intrakarnial naik,dan
kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan
darah dan hipertensi sehingga intrakarnial naik
b) Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan
ketegangan yang mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan
emosi terjadi dan aktivitas saraf simatis sehingga frekuensi dan

39
krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun sehingga suplei
O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
c) Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan
krontaktilitas jantung.
d) Palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat
sehingga dapat menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
D. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada
dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar:
tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan darah
dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang
merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah
jantung (cardiac output) dan tekanan dari arteri perifer atau sering disebut
resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya tekanan darah tersebut
masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi faktor-faktor serial
yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan
tekanan darah secara logis dapat terjadi karena peningkatan curah jantung
dan atau peningkatan resistensi perifer.Peningkatan curah jantung dapat
melalui dua mekanisme yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload)
atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural
jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam
pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita
hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu
adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan
resistensi secara persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada
banyak hewan coba pada penelitian-penelitian tentang hipertensi. Pada
hewan coba, dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi
penambahan volume cairan, maka tekaanan darah pada awalnya akan naik
sebagai konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam beberapa hari,

40
resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke nilai
basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya
perubahan property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk
mengatur aaliran darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari
jaringan. (Pikir dkk, 2015, p. 17).

E. Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)

Distolik
No Kategori Sistolik mmHg mmHg

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

41
Menurut (Haryanto & Rini, 2015, p. 38)

Tekanan darah systole Tekanan darah diastole

Kategori (mmHg) (mmHg)

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 100-119

Stadium 4 (sanga
berat) >210 >120

F. Komplikasi
Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto
& Rini, 2015, p. 41) :

1. Transien Iskemik Attact

2. Stroke /CVA

3. Gagal jantung

4. Gagal ginjal

5. Infark miokard

6. Disritmia jantung

Komplikasi lainnya yaitu :

1. Pecahnya pembuluh darah serebral : aliran darah keotak tidak mengalami


perubahan masing-masing pada penderita hipertensi kronis dengan mean
adrenal pressure (MAP) 120-160 mmHg dan penderita hipertensi new
onset dengan MAP antara 60-120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia,

42
autoregulasi menjadi sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg sehingga
perubahan sedikit saja dari tekanan darah akan menyebabkan asisdosis
otak yang mempercepat timbulnya edema otak.

2. Penyakit ginjal kronik : mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan


beban volume dan vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh
gangguan ekskresi sodium sedangkan vasokonstriksi berkaitan dengan
perubahan parenkim ginjal.

3. Penyakit jantungkoroner : ada dua mekanisme yang diajukan mengenai


hubungan hipertensi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung.
Pertama, hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut
yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal
jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan terjadi disfungsi diastolic dan
meningkatkan risiko gagal jantung.

4. Stroke pendarahan subarachnoid : terjadi ketika terdapat kebocoran


pembuluh darah didekat otak, yang mengakibatkan ekstravasasi drah
kedalam celah subarachnoid. Penyebab tersering SAH adalah rupture
mikroaneurisma ini tidak diketahui dan diduga terkait kelainan bawaan.
Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan intima dinding arteri
dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan dan elastisitas dinding
pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan pada dinding
pembuluh darah maka aneurisma akan mengalami rupture. Aneurisma
dengan diameter lebih dari 10 mm akan lebih mudah mengalami
rupture.(Pikir dkk, 2015, p. 127).

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
 Jenis kelamin : Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin
laki-laki dan usia. Namun, pada usia tua, risiko hipertensi
meningkat tajam pada perempuan dibandingkan laki-laki.

43
Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih
besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan
berat badan sama. Di Kamerun utara, pravelensi hipertensi
pada perempuan (51,7%) lebih tinggi dibandingkan laki-
laki (48,7%). Hormone seks berkontribusi terhadap
perbedaan gender dalam control tekanan darah. 55%
perempuan hipertensi berusia >40 tahun. Hipertensi berat
sebanyak 88,5%. Usia.(Pikir dkk, 2015, p. 5).
 Usia : Jumlah penduduk berusia diatas 65 tahun meningkat
secara cepat, pada kurang dari 30 tahun, satu dari 5 orang di
Amerika Serikat akan berusia diatas 65 tahun (Spillman dan
Lubizt, 2000). Tekanan darah sistolik meningkat progresif
sesuai usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi
merupakan risiko besar untuk penyakit
kardiovaskuler.(Pikir dkk, 2015, p. 5).
 Ras : orang Amerika Seriat kulit hitam cenderung
mempunyai tekanan darah lebih tinggi bila dibandingkan
bukan dengan kulit hitam (Lloyd-Jones dkk, 2009) dan
keseluruhan angka mortalitas terkait hipertensi lebih tinggi
dari pada kulit hitam. Pada multiple risk factor intervention
trial, yang melibatkan lebih dari 23.000 laki-laki kulit hitam
dan 325.000 laki-laki kulit putting yang dipantau selama 10
tahun, didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik:
anggota mortalitas penyakit jantung koroner lebih rendah
pada laki-lak kulit hitam dengan tekanan diastolic melebihi
90 mmHg dibandingkan pada laki-laki kulit putih.(Pikir
dkk, 2015, p. 6).
b. Status kesehatan saat ini
 Keluhan Utama

44
Fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan
takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108).
c. Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki
keluhan lemah, sulit bernapas, dan kesadaran menurun.
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada
setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas,
mual, gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi
kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-
debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang
marah. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
e. Riwayat kesehatan terdahulu
 Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang
pernah dialami sebelumnya.Misalnya : klien pernah
memiliki riwayat penyakit gagal ginjal dan klien
mengalami sakit yang sangat berat. (Haryanto & Rini,
2015, p. 41).
 Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi
dalam keluarga sekitar 15-35%.Suatu penelitian pada orang
kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30-40%
perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8
kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi
keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6).
 Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita
penyakit hipertensi yaitu Pengobatan anti hipertensi :

45
a) Diuretic : semua deuretik menurunkan tekanan darah
dengan meningkatkan ekskresi natrium urin dan dengan
mengurangi volume plasma, volume cairan
ekstraseluler, dan curah jantung. Mereka dapat
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi volume
vascular, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi oleh
Gifford dan kawan-kawan dari 25 pasien.
b) Angiotensin : angiotensin II bekerja secara langsung
pada dinding pembuluh dara, menyebabkan hipotrofi
medial, menstimulasi pertumbuhan jaringan ikat, dan
meruksak endotel yang berujung pada
aterosklerosis(Pikir dkk, 2015, p. 219)
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya
adalah sadar dan juga dapat mengalami penurunan
kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
1. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada
khasus hipertensi tekanan darah yang dimiliki oleh
penderita hipertensi systole diatas 140 mmHg dan
tekanan diastole diatas 90 mmHg (Haryanto & Rini,
2015, p. 37)
b) Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada
denyut nadi pada beberapa area seperti arteri
popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013, p. 108).
2. Body system

46
3. Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea,
orthopnea (gangguan pernafasan pada saat berbaring),
PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok. Temuan fisik meliputi sianosis, pengunaan
otot bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan
(ronkhi rales, wheezing) (Udjianti, 2013, p. 109).
4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : gerakan dinding abnormal
 Palpasi : denyut apical kuat
 Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat
angkat
 Auskultasi : denyut jantung takikardia dan
disritmia, bunyi jantung S2 mengeras S3 (gejala
CHF dini). Murmur dapat terdengar jika stenosis
atau insufisiensi katup. (Udjianti, 2013, p. 108).
5. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala
berdenyut di suboksipital, episode mati-rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual
(diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis (Udjianti, 2013, p. 109).
6. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri
(Udjianti, 2013, p. 108).
7. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan
riwayat pemakaian deuretik.Temuan fisik fisik meliputi
berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti
vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria. (Udjianti,
2013, p. 109).

47
8. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler
lambat (>2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing
(Udjianti, 2013, p. 108).
9. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini,
2015, p. 40).
10. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada sistem
endokrin (Udjianti, 2013, p. 109).
11. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan
intra cranial) pada saat melakukan hubungan seksual
dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
106).
12. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri edema atau papiledema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat lamanya
hipertensi (Udjianti, 2013, p. 109).
13. Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh (Manurung, 2016, p. 103).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit
untuk menilai viskositas dan indicator faktpr risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia(Udjianti, 2013, p. 109).
b. Kimia darah (Udjianti, 2013, p. 109).

48
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan
perfusi atau faal renal.
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.
e. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme
primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi
i. Elektrolit (Udjianti, 2013, p. 109)
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan
adanya aldosteronisme atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap
hipertensi
l. Urine(Udjianti, 2013, p. 109).
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengidentifikasikan difusi renal atau diabetes.
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya
pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan
hyperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,
Sindrom Cushing’s kadar rennin juga meningkat
p. Radiologi (Udjianti, 2013, p. 110)
 Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease urolithiasis,
benign prostate hyperplasia (BPH)

49
 Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran
jantung
q. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan
konduksi atau disritmia(Udjianti, 2013, p. 110).
r. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015, p. 104)
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan
faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
 BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/
fungsi ginjal
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal danada DM
s. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
t. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal
u. Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Penurunan Curah Jantung
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
 Penyebab
o Perubahan irama jantung
o Perubahan frekuensi jantung
o Perubahan kontraktilitas
o Perubahan preload
o Perubahan afterload
 Gejala dan Tanda Mayor

50
Subjektif :
1. Perubahan irama jantung

 Palpitasi

2. Perubahan preload

 Lelah

3. Perubahan afterload

 Dipsnea

4. Perubahan kontraktilitas

 Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

 Ortopnea

 Batuk

Objektif:

1. Perubahan irama jantung

 Bradikardia/takikardi

 Gambaran EKG aritmia

2. Perubahan preload

 Edema

 Distensi vena jugularis

 Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun

 Hepatomegali

3. Perubahan afterload

51
 Tekanan darah meningkat/menurun

 Nadi perifer teraba lemah

 Capillary refill time >3 detik

 Oliguria

 Warna kulit pucat dan/atau sianosis

4. Perubahan kontraktilitas

 Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4

 Ejaction fraction (EF) menurun

 Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Perilaku emosional

 Cemas

 Gelisah

Objektif

1. Perubahan preload

 Murmur jantung

 Berat badan bertambah

 Pulmonary arteri wedge pressure (PAWP)

2. Perubahan afterload

 Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/


menurun

52
 Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/
menurun

3. Perubahan kontraktilitas

 Cardiac index (CI) menurun

 Left ventricular strok work index (LVSWI) menurun

 Stroke volume index (SVI) menurun

 Kondisi klinis terkait

1. Gagal jantung kongestif

2. Sindrom koroner akut

3. Stenosis mitral

4. Regurgitasi mitral

5. Stenosis aorta

6. Regurgitasi aorta

7. Stenosis trikuspital

8. Regurgitasi trikuspidal

9. Stenosis pulmonal

10. Regurgitasi pulmonal

11. Aritmia

12. Penyakit jantung bawaan

(SDKI, 2017, pp. 34-35)

53
b. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat berlangsung kurang dari 3 bulan.
 Penyebab
o Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
meoplasma)
o Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan)
o Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)
 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar


nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

6. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (tidak tersedia)

54
Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola napas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

8. Kondisi Klinis Terkait

9. Kondisi pembedahan

10. Cedera traumatis

11. Infeksi

12. Sindrom koroner akut

13. Glaucoma

(SDKI, 2017, p. 172)

c. Intoleransi Aktivitas
Definisi :Ketidak cukupan energy untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
 Penyebab
o Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan
oksigen
o Tirah baring
o Kelemahan
o Imobilitas

55
o Gaya hidup monoton
o Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi


istirahat

2. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/ setelah aktivitas’

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saaat/ setelah


aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

5. Kondisi klinis terkait

6. Anemia

7. Gagal jantung koroner

8. Penyakit jantung koroner

56
9. Penyakit katup jantung

10. Aritmia

11. Penyakit paru obstrutuf kronis (PPOK)

12. Gangguan metabolic

13. Gangguan musculoskeletal

(SDKI, 2017, p. 128)

5 Intervensi

1. Penurunan curah jantung

Tujuan :

Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh


efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan
(organ abdomen, jantung serebral, selular, perifer, dan
pulmonal); dan status tanda-tanda vital

Kriteria hasil

1. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas


normal

2. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea


nitrogen (BUN) dan keratin plasma dalam batas normal

3. Mempunyai warna kulit yang normal

4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik


(mis. Tidak mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)

5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang


diperlukan (mis. Untuk penyakit jantung)

57
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang
dapat dilaporkan

Intervensi NIC :

 Aktivitas Keperawatan

1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis,


status pernapasan, dan status mental

2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen,


kenaikan berat badan)

3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya


awitan napas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung

4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen

5. Kaji kerusakan kognitif

 Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau


sungkup

2. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan


haluaran

3. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping


obat

4. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan


palpitasi dan nyeri, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan
intesitas

5. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk


perawatan dirumah, meliputi pembatasan aktivitas,
pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik

58
6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti
biofeed-back, relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan
fisik

7. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap


hari

 Aktivitas kolaboratif

1. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter


pemberian atau penghentian obat tekanan darah

2. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik,


nitrogliserin,dan vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program
medis atau protocol

3. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan


thrombus perifer, sesuai dengan program atau protocol

(Wilkinson, 2016, pp. 65-66)

2. Nyeri akut

Tujuan :

Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh


indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang,
kadang-kandang, sering, atau selalu).

 Mengenali awitan nyeri


 Menggunakan tindakan pencegahan
 Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan

59
Kriteria hasil :

1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang


efektif untuk mencapai kenyamanan

2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan


skala 0-10)

3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi

4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan


untuk memodifikasi faktor tersebut

5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan

6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic


dan non analgesic secara teapat

7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan,


denyut jantung, atau tekanan darah

8. Mempertahankan selera makan yang baik

9. Melaporkan pola tidur yang baik

10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa


peran dan hubungan interpersonal

Intervensi NIC :

 Aktivitas keperawatan

1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan


pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.

2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan


pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)

60
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri
oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya

4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan


terhadap nyeri respon pasien

5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia


dan tingkat perkembangan pasien

 Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus


yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan
efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang
harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel

2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada


perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai

3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat


meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan

4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau


opioid (mis, risiko ketergantungan atau overdosis)

5. Mengajarkan terapi komplemeter tentang mengkonsumsi


jus mentimun di rumah.

 Aktivitas kolaboratif

1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate


yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA

61
2. Manajemen nyeri NIC

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri


menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau


jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu

(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)

3. Intoleransi aktivitas

Tujuan :

Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh


toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energy, tingkat
kelelahan, energy psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri :
ASK (dan AKSI)

Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan


kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas

2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan


peningkatan denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah serta memantau pola dalam batas normal

3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan


tingkat yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)

4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan


oksigen, obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas

62
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan
beberapa bantuan (mis, eliminasi dengan bantuan ambulasi
tuntuk kekamar mandi)

6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan


bantuan (mis, membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap
minggu).

Intervensi NIC :

 Aktifitas keperawatan

1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat


tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI

2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk


meningkatkan aktivitas

 Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika


perlu

2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk


kondisi yang belum dilaporrkan kepada dokter

3. Pentingnya nutrisi yang baik

4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas

5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi)


selama aktivitas

6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran


dalam keluarga dan tempat kerja

63
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh :
menyimpan alat atau benda yang sering digunaakan
ditempat yang mudah terjangkau

 Aktivitas kolaboratif

1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri


merupakan salah satu faktor penyebab

2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis,


untuk latihan ketahanan), atau reasi untuk merencanakan
dan memantau program aktivitas, jika perlu

3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan


kesehatan jiwa dirumah

4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk


mendapatkan pelayanan bantuan peralatan rumah, jika
perlu

5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk


mendapatkan pelayan bantuan perawatan rumah, jika perlu

6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna


meningkatlan asupan yang kaya energy

7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan


berhubungan dengan penyakit jantung

(Wilkinson, 2016, pp. 17-18)

64
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Profil Wilayah RT 02 Rw 08, Kelurahan Margahayu


3.1.1 Data Geografi
Wilayah kelurahan Margahayu RT 02 dan RT 08 Rw 08 secara rinci wilayah
RW 08 dengan luas wilayah ± 3 hektar dengan batas wilayah barat yaitu
Margahayu RW 07 lalu bagian timur dengan di batasi oleh RT 004
kemudian bagian utara selatan. Rw 08 juga terdapat sekolah SMP Negeri 02
Bekasi dan terdapat 3 TK yaitu Tk Bee Kids, TK. Sartika Jaya, dan TK
Muawanah.
3.1.2 Data Demografi
Jumlah penduduk Desa Margahayu RW 08 adalah sebanyak 654 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 320 jiwa dan perempuan 334 jiwa. Sedangkan jumlah
Kepala Keluarga (KK) adalah 176 KK dan jumlah pasangan usia subur (PUS)
berdasarkan hasil data sekunder mahasiswa profesi ners kelas B sebanyak 53
pasang.
3.1.3 Observasi
a. Kondisi rumah
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 dan RT 08 RW
08 kelurahan Margahayu jenis rumah permanen. Rumah warga tampak
bersih dan pengelolaan sampah di lingkuan warga baik, hal ini
dikarenakan warga rutin mengadakan kegiatan gotong royong
b. Pendidikan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02dan RT 08
kelurahan Margahayu, terdapat 4 institusi pendidikan yaitu SMP Negeri
02 Bekasidanterdapat 3 TK yaitu Tk Bee Kids, TK. Sartika Jaya, dan TK
Muawanah
c. Pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 dan RT 08
kelurahan Margahayu, terdapat banyak ditemukan sarana pelayanan
kesehatan diantaranya adalah 2 klinik bidan, 1 klinik dokter, dan satu

65

65
puskesmas yaitu puskesmas karang kitri sebagai sarana pelayanan
kesehatan komunitas di wilayah tersebut
d. Keamanan dan keselamatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 RW 08 kelurahan
Margahayu, tidak ditemukan masalah-masalah yang memicu gangguan
baik secara fisik, sosial, ataupun mental. Warga secara bergilir
melakukan ronde malam dengan jadwal teratur. Dalam dua bulan
terakhir tercatat kurang lebih 3 kasus kehilangan kendaraan berupa motor
e. Sarana komunitas
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 RW 08 kelurahan
Margahayu, warga mendapatkan informasi kesehatan melalui
penyuluhan dari ibu-ibu kader dan melalui media elektronik seperti
handphone untuk mengakses info berkaitan dengan kesehatan.
f. Rekreasi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 dan RT 08
kelurahan Margahayu, terdapat sebuah mall yaitu Blu Plaza yang
umumnya dimanfaatkan warga sebagai area rekreasi. Sebagian warga
lainnya umumnya cenderung menghabiskan waktu libur bersama
keluarga di rumah dengan menonton televisi.

3.2 PENGKAJIAN

Komposisi penduduk dapat dilihat dari berbagai indicator, antara lain


berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin, Agama.
1. Komposisi Penduduk berdasarkan Karakteristik Usia
Berdasarkan hasil pengkajian data sekunder pada karakteristik usia
diperoleh hasil frekuensi dan presentase sebagai berikut

66
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase


0 - 5 tahun 37 5,7 %
6 - 11 tahun 69 10,6 %
12 – 16 tahun 62 9,5 %
17 - 25 tahun 106 16,2 %
26 – 35 tahun 96 14,7 %
36 – 45 tahun 102 15,6%
46 – 55 tahun 97 14,8%
55 – 65 tahun 52 8,0%
>65 tahun 26 4,0%
tidak disi 7 1,1%

TOTAL 654 100 %

Sumber : Data Sekunder Februari 2020

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas, menunjukkan bahwa penduduk di wilayah


RW 08 paling banyak pada usia 17 – 25 tahun berjumlah 106 (16, 2%),
dan usia 36 – 45 tahun yang merupakan potensi sebagai sumber daya
manusia yang menunjang kesehatan remaja, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

2. Komposisi Penduduk berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin


Berdasarkan hasil pengkajian data sekunder pada karakteristik Jenis
Kelamin diperoleh hasil frekuensi dan presentase sebagai berikut

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


Laki-laki 320 48,9 %
Perempuan 334 51,1 %

TOTAL 654 100 %

Berdasarkan Tabel 3.2 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di wilayah RW 08 adalah berjenis kelamin perempuan.

67
3. Komposisi Penduduk berdasarkan Karakteristik Agama
Berdasarkan hasil pengkajian data sekunder pada karakteristik agama
diperoleh hasil frekuensi dan presentase sebagai berikut

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama

Agama Frekuensi Presentase


Islam 645 98,6 %
Kristen 5 0,8 %
Budha 4 0,6 %
TOTAL 654 100 %

Berdasarkan Tabel 1.3 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di wilayah RW 08 adalah beragama Islam.

3.3 KELAS SOSIAL PENDUDUK

Kelas sosial penduduk berdasarkan tingkatan kesejahteraan


keluarga dapat dilihat pada tabel distribusi berdasarkan tingkat
penghasilan, pekerjaan dan pendidikan dibawah ini :

1. Kelas social Penduduk Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Kelas Sosial Penduduk Berdasarkan Tingkat
Penghasilan
Penghasilan Frekuensi Presentase
< 1.000.000 35 19,9 %
1.000.000 – 3.000.000 71 40,3 %
> 3.000.000 70 39,8%
TOTAL 654 100 %

Berdasarkan Tabel 1.4 diatas, menunjukkan bahwa penduduk


di wilayah RW 08 adalah mempunyai penghasilan diatas Rp
1.000.000 sejumlah 81,1 %.

68
2. Kelas social Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Kelas Sosial Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Tidak disi 2 0,3 %
Tidak bekerja 370 56,6 %
Karyawan swasta 127 19,4 %
Wiraswasta 94 14,4 %
PNS 36 5,5 %
Buruh 8 1,2 %
Pensiunan 17 2,6 %
TOTAL 654 100 %

Berdasarkan Tabel 1.5 diatas, menunjukkan bahwa penduduk


di wilayah RW 08 adalah 370 jiwa tidak bekerja (56,6%).

3. Kelas social Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Kelas Sosial Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Tidak disi 2 0,3 %
Tidak pernah sekolah 7 1,1 %
Belum Sekolah 45 6,9 %
Masih Sekolah 176 26,6 %
Tamat SD / sederajat 50 7,6 %
Tamat SMP / sederajat 54 8,3 %
Tamat SMA / sederajat 197 30,1 %
Tamat PT / sederajat 123 18,8 %
TOTAL 654 100 %

Berdasarkan Tabel 1.6 diatas, menunjukkan bahwa penduduk


di wilayah RW 08 paling banyak berpendidikan Tamat SMA
/sederajat 197 jiwa (30,1 %) hal ini sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan perilaku hidup sehat.

II. LINGKUNGAN FISIK

69
II. LINGKUNGAN FISIK

A. Kondisi Kesehatan Lingkungan


a) Ventilasi Rumah
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah (Ada Jendela)
Frekuensi Presentase
Ya 158 89,8 %
Tidak 18 10,2 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah penduduk di


wilayah RW 08 sebesar 158 (89,2 % ) sudah mempunyai jendela.

b) Sumber Air Bersih


Tabel 3.8
Distribusi Sumber Air Bersih
Sumber Air Frekuensi Presentase
PAM 21 11,9 %
Sumur 83 47,2 %
Air Mineral 72 40,9 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah penduduk di


wilayah RW 08 menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih untuk minum
dan masak sebesar 83 (47,2 % ).

c) Kondisi Tempat Penampungan Air


Tabel 3.9
Distribusi kondisi tempat penampungan air
Penampungan Air Frekuensi Presentase
Terbuka 113 64,2 %
Tertutup 61 34,7 %
Tidak diisi 2 1,1 %

TOTAL 176 100 %

70
Berdasarkan Tabel 2.9 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
diwilayah RW 08 menggunakan tempat penampungan air terbuka sejumlah 113
(64,2 %).
d) Keberadaan Jentik Nyamuk
Tabel 3.10
Distribusi temuan jentik dalam penampungan air
Jentik Frekuensi Presentase
ya 16 9,1 %
Tidak 158 89,8 %
Tidak diisi 2 1,1 %

TOTAL 176 100 %


Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa 89,8 % Tidak ditemukan jentik
dalam penampungan air.

e) Kondisi Tempat Pembuangan Sampah


Tabel 3.11
Distribusi Kondisi Tempat Pembuangan Sampah
Jentik Frekuensi Presentase
Terbuka 113 64,2 %
Tertutup 60 34,1 %
Tidak diisi 3 1,7 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 kondisi


tempat pembuangan sampahnya adalah terbuka 113 (64,2 % ).

f) Pembuangan Sampah
Tabel 3.12
Distribusi Pembuangan Sampah
Pengolahan Sampah Frekuensi Presentase
Ditimbun 4 2,3 %
Dibakar 9 5,1 %
Sembarangan tempat 1 0,6 %
Tempat sampah 160 90,9 %
Tidak disi 2 1,1%
TOTAL 176 100 %

71
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 90,9 %
pembuangan sampahnya menggunakan tempat sampah.

g) Pembuangan Limbah
Tabel 3.13
Distribusi Kebiasaan keluarga BAB dan BAK
Kebiasaan BAB dan BAK Frekuensi Presentase
Jamban/Wc 176 100 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 semua warga
sudah menggunakan WC untuk BAB dan BAK.

Tabel 3.14
Distribusi Kondisi Saluran Pembuangan Air
Saluran pembuangan Air Frekuensi Presentase
Lancar 173 96,3 %
Tersumbat 2 1,1 %
Tidak diisi 1 0,76%

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 kondisi saluran


pembuangan Airnya lancar (96,3 %).

h) Kandang Ternak
Tabel 3.15
Distribusi Kepemilikan kandang ternak
Kandang ternak Frekuensi Presentase
Ada 12 6,8 %
Tidak 164 93,2 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 93,2 %
warganya tidak mempunyai kandang ternak.

72
III. KONDISI KESEHATAN UMUM
A. Pelayanan Kesehatan
1. Sarana Pengobatan

Tabel 3.16
Distribusi Sarana Pengobatan
Sarana Pengobatan Frekuensi Presentase
Rumah Sakit 44 25 %
Puskesmas 91 51,7 %
Dokter praktik 24 13,6 %
Perawat 3 1,7 %
Tidak disi 1 0,6 %
Lain-lain 13 7,4 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 mayoritas
menggunakan Puskesmas (51,7 %) sebagai sarana pengobatan.

2. Kebiasaan Sebelum ke pelayanan Kesehatan

Tabel 3.17
Distribusi Kebiasaan sebelum ke Pelayanan Kesehatan
Kebiasaan sebelum ke Frekuensi Presentase
Pelayanan Kesehatan
Beli obat bebas 148 84,1 %
Jamu 20 11,4 %
Tidak diisi 8 4,5 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 sebagian


warganya (84,1 %) membeli obat bebas sebelum ke pelayanan Kesehatan.

73
B. Masalah Kesehatan Khusus
Tabel 3.18
Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan 6 bulan terakhir
Masalah Kesehatan Frekuensi Presentase
Tidak ada masalah 29 16,5 %
Demam Berdarah 1 0,6 %
Batuk Pilek 127 72,2 %
Asma 1 0,6 %
Typoid 2 1,1 %
Lain-lain 16 9,1 %
TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa Masalah Kesehatan 6 bulan terakhir


di wilayah RW 08 paling banyak adalah batuk pilek. Kondisi cuaca yang tidak
kondusif membuat warga banyak yang mengalami sakit ini.

IV. IBU HAMIL DAN MENYUSUI


A. Pasangan Usia Subur
Tabel 3.19
Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur (PUS)
PUS Frekuensi Presentase
Ya 53 30,1 %
Tidak 123 69,9 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 terdapat 53


(30,1 %) pasangan usia subur dalam kondisi sehat.

Tabel 3.20
Distribusi Frekuensi Akseptor KB
Akseptor KB Frekuensi Presentase
Ya 13 7,4 %
Tidak 163 92,6 %

TOTAL 176 100 %

74
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 sebagian besar
(92,6 %) tidak menggunakan KB.

B. Ibu Hamil
Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil
Ibu Hamil Frekuensi Presentase
Ya 163 92,6 %
Tidak 13 7,4 %

TOTAL 176 100 %

Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil yang mendapatkan Imunisasi TT
Ibu Hamil Frekuensi Presentase
Ya 9 5,1 %
Tidak 4 2,3 %
Tidak diisi 163 92,6 5
TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil diwilayah RW


08 ada 13 orang, semuanya melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan (bidan/dokter), tetapi tidak semua ibu hamil melakukan imunisasi TT,
Masalah kesehatan saat ini tidak ada.

C. Balita
Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita
Balita Frekuensi Presentase
Tidak 138 78,4 %
Ya 38 21,6 %
TOTAL 176 100 %

75
Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita Yang Sudah di Imunisasi
Balita Frekuensi Presentase
Tidak 6 3,4 %
Ya 32 18,2 %
Tidak diisi 138 78,4 %
TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah Balita diwilayah RW 08


ada 38 orang ada nada 6 balita tidak melakukan imunisasi karena kondisi balita
saat ini sakit ISPA.

D. Anak dan Remaja


Tabel 3.24
Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Sekolah/ Remaja
Anak Sekolah Remaja Frekuensi Presentase
Tidak 72 40,9 %
Ya 104 59,1 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah usia remaja di
wilayah RW 08 ada 104 orang.

E. Usia Lanjut Usia


Tabel 3.25
Distribusi Frekuensi Adanya Lansia
Lansia Frekuensi Presentase
Tidak 138 78,4 %
Ya 38 21,6 %

TOTAL 176 100 %

Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah lansia diwilayah RW 08 ada


38 orang, kondisi lansia saat ini sakit, yaitu 29 orang sakit hipertensi 10 orang,
kencing manis 4 orang.

76
Tabel 3.26
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit pada Lansia
Jenis Penyakit Frekuensi Presentase
Tidak ada masalah 138 78,4 %
Asma 1 0,6 %
TBC 1 0,6 %
Hipertensi 10 5,7 %
Kencing manis 4 2,3 %
Reumatik 1 0,6 %
Osteoporosis 2 1,1 %
Penyakit kulit 4 2,3 %
Jantung 2 1,1 %
Lain-lain 4 2,3 %
Tidak ada Keluhan 9 5,1 %

TOTAL 176 100 %


Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jenis penyakit pada lansia di
wilayah RW 08 paling banyak adalah hipertensi 10 orang (5,7 %).

DATA SEBARAN COVID-19 DI KOTA BEKASI PADA TANGGAL


03 APRIL 2020

77
Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 03-04-2020 yang
bersumber dari http://corona.bekasikota.go.id/ diketahui total pasien
ada 505 orang yang masuk dalam masalah COVID-19 di Kota Bekasi.
Dari 505 orang tersebut, sebanyak 258 orang yang masuk klasifikasi
Orang Dalam Pemantauan (ODP), sebanyak 198 orang masuk dalam
klasifikasi Pasien Dalam Pengawasan (PDP), sebanyak 49 orang masuk
dalam klasifikasi Terkonfirmasi
Total pasien meninggal dengan klasifikasi covid-19 dengan tambahan
penyakit khusus sebanyak 23 orang, dan pasien yang meninggal
dengan klasifikasi positif covid-19 murni ada 2 orang.

DATA SEBARAN COVID-19 DI KOTA BEKASI


PADA 12
KECAMATAN TANGGAL 03
APRIL 2020

78
Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 03-04-2020 yang bersumber dari
http://corona.bekasikota.go.id/ diketahui total pasien ada 505 orang yang masuk
dalam masalah COVID-19 di Kota Bekasi. Data tersebut tersebar di 12 kecamatan
yang ada di Kota Bekasi.

Diketahui pasien dengan sebaran covid-19 di Kota Bekasi terbanyak pada


kecamatan Bekasi Timur yaitu 72 orang yang terdiri dari 24 orang (ODP), 38 orang
(PDP) dan 10 orang Terkonfirmasi.

79
3.3. ANALISA DATA

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1. • Berdasarkan kelompok penyakit pada Resiko tinggi terjadinya
usia lansia menunjukkan bahwa jenis peningkatan angka
penyakit pada lansia di wilayah RW 08 kejadian penyakit
paling banyak adalah hipertensi 10 orang degenerative (hipertensi)
(5,7 %) dari 26 jumlah lansia secara pada lansia
keseluruhan.

• Didapatkan data kebiasaan masyarakat


membeli obat bebas sebelum ke
pelayanan kesehatan sejumlah 148 orang
(84,1 %)

• Masalah Kesehatan terbanyak dalam 6


bulan terakhir di wilayah RW 08 adalah
batuk pilek sebanyak 127 KK ( 72,2 %).

2. • Berdasarkan hasil wawancara dengan Resiko peningkatan


kader di wilayah RW 08, kebanyakan jumlah penderita ISPA
penyebab batuk karena cuaca, kebiasaan
jajan es dan debu.

• Data sebaran Covid-19 di wilayah Bekasi Resiko tinggi penularan


Timur ODP : 24 orang, PDP 38 orang, covid 19
POsitife Covid 19 10 orang ( corona.
bekasikota.go.id)

80
3. • Berdasarkan data hasil wawancara
dengan kader di wilayah RW 08 tidak ada
data ODP dan PDP.

• Tingkat pengetahuan mereka tentang


Covid-19 : mereka mengetahui kalau
virus itu berbahaya apabila kontak
4. dengan penderita. Untuk cara pencegahan Resiko terjadinya
yang mereka lakukan adalah dengan penyakit yang
kebersihan diri sendiri yaitu dengan cuci disebabkan oleh sanitasi
tangan. lingkungan yang kurang
baik
• Kondisi penampungan air terbuka di
wilayah RW 08 sebanyak 113 KK (64,2
%)

• 9.1 % ditemukan jentik dalam


penampungan air.

• 64,2 % Tempat pembuangan sampahnya


adalah terbuka.

81
Prioritas Masalah (Stanhope & Lancaster)

1. Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA

NO Kriteria Bobot Masalah Bobot Rasional Makna


Kriteria ISPA Masalah Masalah
(1-10) (1-10) (CXM)
1. Kesadaran
masyarakat 7 10 70
terhadap
masalah yang
dialami
2. Motivasi
komunitas 8 10 80
mengatasi
masalah
3. Kemampuan
perawat 8 10 80
mengatasi
masalah
4. Fasilitas yang
tersedia untuk 10 10 100
mengatasi
5. Beratnya
akibat jika 8 10 80
masih tetap
6. Cepatnya
masalah 7 10 70
teratasi
Total 480

82
Prioritas Masalah (Stanhope & Lancaster)
2. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit
degenerative pada lansia

NO Kriteria Bobot Masalah Bobot Rasional Makna


Kriteria Hipertensi Masalah Masalah
(1-10) (1-10) (CXM)
1. Kesadaran
masyarakat 8 10 80
terhadap
masalah yang
dialami
2. Motivasi
komunitas 8 10 80
mengatasi
masalah
3. Kemampuan
perawat 9 10 90
mengatasi
masalah
4. Fasilitas yang
tersedia 8 10 80
untuk
mengatasi
5. Beratnya
akibat jika 8 10 80
masih tetap
6. Cepatnya
masalah 6 10 60
teratasi
Total 460

83
3. Resiko tinggi penularan covid 19

NO Kriteria Bobot Masalah Bobot Rasional Makna


Kriteria Covid Masalah Masalah
(1-10) (1-10) (CXM)
1. Kesadaran
masyarakat 9 10 90
terhadap
masalah yang
dialami
2. Motivasi
komunitas 9 10 90
mengatasi
masalah
3. Kemampuan
perawat 10 10 100
mengatasi
masalah
4. Fasilitas yang
tersedia untuk 7 10 70
mengatasi
5. Beratnya
akibat jika 10 10 100
masih tetap
6. Cepatnya
masalah 5 10 50
teratasi
Total 500

Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas


1. Resiko tinggi penularan covid 19
2. Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA
3. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit degenerative
( hipertensi) pada lansia.

84
3.4. POA KEPERAWATAN KOMUNITAS
RW : 08 KEL : MARGAHAYU KEC : BEKASI TIMUR

MASALAH RENCANA KEGIATAN PENANGGUNG WAKTU TEMPAT DANA SUMBER


JAWAB KEGIATAN KEGIATAN

1 Berdasarkan data yang Melakukan  Kanda Satria 15-04-2020 Menggunakan Rp 200.000 Pribadi

diperoleh pada tanggal penyuluhan kesehatan media sosial Mahasiswa


 Kader ibu Neneng
03-04-2020 yang dan edukasi tentang : whatsapp

bersumber dari  Sering-seringlah


http://corona.bekasikota.g mencuci tangan
o.id/ diketahui total pasien dengan sabun dan
ada 505 orang yang air selama 20 detik
masuk dalam masalah hingga bersih.
COVID-19 di Kota
 Hindari menyentuh
Bekasi
wajah, hidung,
atau mulut saat
Dari 505 orang tersebut,
tangan dalam
sebanyak 258 orang yang
keadaan kotor atau
masuk klasifikasi Orang
belum dicuci.
Dalam Pemantauan
(ODP), sebanyak 198  Hindari kontak
orang masuk dalam langsung atau

85
klasifikasi Pasien Dalam berdekatan dengan
Pengawasan (PDP), orang yang sakit.
sebanyak 49 orang masuk
 Hindari menyentuh
dalam klasifikasi
hewan atau unggas
Terkonfirmasi
liar.
Total pasien meninggal
dengan klasifikasi covid-  Membersihkan dan
19 dengan tambahan mensterilkan
penyakit khusus sebanyak permukaan benda
23 orang, dan pasien yang yang sering
meninggal dengan digunakan.
klasifikasi positif covid-
 Tutup hidung dan
19 murni ada 2 orang
mulut ketika bersin
atau batuk dengan
Diketahui pasien dengan
tisu. Kemudian,
sebaran covid-19 di Kota
buanglah tisu dan
Bekasi terbanyakpada
cuci tangan hingga
kecamatan Bekasi Timur
bersih.
yaitu 72 orang yang
terdiri dari 24 orang  Jangan keluar
(ODP), 38 orang (PDP) rumah dalam
dan 10 orang keadaan sakit.
Terkonfirmasi
86
 Kenakan masker
dan segera berobat
ke fasilitas
kesehatan ketika
mengalami gejala
penyakit saluran
napas.

87
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan Sasaran Sumber Media Waktu
1. Resiko terjadinya Tupan: 1.1 Penyuluhan kepada Ibu-ibu di Kelompok 3 Daring / Selasa 14
peningkatan jumlah Setelah warga Dusun RT RT 02 RW online melalui April 2020
penderita penyakit dilakukan 02 RW 08 08 aplikasi :
ISPA pada balita dan tindakan Margahayu Margahayu  Whatsapp
anak- anak di RT 02 keperawatan  Telepone
RW 08 Margahayu diharapakan 1.2 Memberikan
warga di RT 02 leaflet ISPA
DO: RW 08
Hasil wawancara Margahayu 1.3 Memberikan poster
- Banyak balita dan dapat tentang ISPA
anak-anak di RT 02 memahami
RW 08 Margahayu penyakit ISPA
sedang menderita dan cara
batuk dan pilek penanganannya
- Banyak debu
berterbangan Tupen:
pada siang hari Setelah
- Sebagian besar diberikan
warga edukasi
mengatakan diharapkan:
penyebab sering 1. Pengetahua
Batuk karena n ibu
keujanan (cuaca), tentang
kebiasaan jajan ISPA
es, debu meningkat
2. Pengetahua
n kader
tentang
kesehatan
keluarga
meningkat
88
Data sekunder
- ISPA merupakan
masalah kesehatan
paling banyak
selama 6 bulan
terakhir
- Jumlah warga di
RT 02 RW 08
Margahayu
sebanyak 127 orang

89
NO MASALAH KEP. RENCANA PENANGGUNG WAKTU TEMPAT DANA SUMBER
KEGIATAN
KOMUNITAS KEGIATAN JAWAB KEGIATAN
1. Resiko tinggi − Memberikan Mahasiswa − kamis , 09 Media Online Mahasiswa
terjadinya pendidikan STIKES Bani April 2020 jam melalui aplikasi STIKES Bani
peningkatan angka kesehatan Saleh. 17 : 00 s/d − Whatsapp Saleh
kejadian penyakit kepada selesai − Telephone
degenerative masyarakat oleh − youtube
( hipertensi) pada mahasiswa
lansia. stikes bani
saleh) melalui
media social
(video channel
youtube) kepada
kader RW 08

90
mengenai
penyakit
hipertensi dan
cara
meningkatkan
kesehatan
masyarakat

91
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RW :
08 KEL : MARGAHAYU KEC : BEKASI TIMUR

SASARAN TUJUAN STRATEGI RENCANA HARI TEMPAT EVALUASI


NO MASALAH KEP.
KEGIATAN
KEGIATAN
KOMUNITAS / TGL Standar Kriteria
1. Resiko tinggi Semua warga Jangka Panjang − Melakukan − Melakukan Kamis, Media
Terjadinya RW 08 - Tidak terjadi koordinasi koordinasi 09 online
peningkatan angka khususnya peningkatan dengan kader dengan kader April melalui
kejadian penyakit pada Lansia penyakit setempat setempat 2020 aplikasi
Degenerative degenerative melalui melalui WA − Whatsapp
( hipertensi) pada pada lansia metode dan telp. − Telephon
lansia. Jangka Pendek komunikasi − Kerja sama − Youtube
- perkumpulan online via dengan Kader
lansia yang WA dan telp. untuk
telah dibentuk pelaksanaan
mampu − Memberikan pendidikan
menjadi wadah penkes kesehatan pada
pemantauan tentang lansia tentang
kesehatan penyakit Hipertensi :
Lansia

92
- Lansia mampu hipertensi via pengertian,
memanfaatkan online jenis, tanda
fasilitas dengan cara dan gejala,
pelayanan menyebarkan penyebab, cara
kesehatan yang video pencegahan,
ada melalui dan
Kader pengobatan
setempat tradisional
yang bisa
dilakukan
untuk
menurunkan
tekanan darah.
Dengan cara
menyebarkan
video penkes
ke grup WA
RT dan kader

93
di wilayah RW
08.
− Lakukan
Follow up
tentang respon
warga terhadap
video tersebut
melalui kader.

94
3.5. Implementasi (Pelaksanaan Kegiatan)

NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN

1 Melakukan cara yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk  Kader memberikan respon positif Komunikasi dengan kader dilakukan
terkait pemberian penkes melalui melalui whatsapp, terkadang respon yang
mengurangi risiko terjangkit virus corona (Covid-19) salah satu
media whatsapp diberikan dalam waktu lama
nya sebagai berikut:
 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama
 Kader sudah membagikan
20 detik hingga bersih.
video tersebut ke group RT Tidak bisa bertemu

 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dan Rw setempat. langsung dengan warga

dalam keadaan kotor atau belum dicuci. jadi sulit untuk


melakukan edukasi,
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang
sehingga respon warga
sakit.
kurang
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.

 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang


sering digunakan

 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu.
Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih.

95
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.

 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan


ketika mengalami gejala penyakit saluran napas

Melakukan penyuluhan dengan mengirmkan poster dan video kepada


kader agar bisa disosialisasikan kepada warga.

96
NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN
1. Tanggal 10 April 2020
 Pembuatan leaflet dan poster tentang ISPA  Kader memberikan respon Komunikasi dengan kader
 Melakukan koordinasi dengan kader setempat positif terkait pemberian dilakukan melalui whatsapp,
melalui whatsapp terkait penyuluhan kesehatan penkes melalui media terkadang respon yang diberikan
tentang ISPA whatsapp dalam waktu lama
 Bekerjasama dengan kader untuk menyebarkan
leaflet tentang ISPA kepada group WA RT dan RW
di wilayah tersebut.

2. Tanggal 13 April 2020  Kader meminta untuk


 Melakukan komunikasi melalui media whatsapp menyampaikan langsung
kepada Kader bahwa kelompok akan kepada warga, dengan
menyampaikan leaflet dan poster memasukkan anggota
kelompok dalam group
warga RT 02 Mustika Jaya
3. Tanggal 14 April 2020  Menyampaikan leaflet dan
Memberikan edukasi langsung kepada warga poster tentang ISPA
melalui media whatsapp

97
NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN
1. Tanggal 09 April 2020 − Kader memberikan respon - Tidak bisa bertemu langsung
− Melakukan koordinasi dengan kader setempat melalui positif terkait pemberian dengan warga jadi sulit untuk
whatsapp terkait penyuluhan kesehatan tentang penkes melalui media melakukan edukasi, sehingga
hipertensi pada lansia melalui video you tube. youtube. respon warga kurang
- Mungkin kuota internet
warga tidak ada, jadi warga
− Bekerjasama dengan kader untuk menyebarkan video − Kader sudah membagikan tidak bisa membuka vidio
penkes tentang hipertensi kepada group WA RT dan video tersebut ke group RT edukasi hipertensi
RW di wilayah tersebut. dan Rw setempat.

Tanggal 10 April 2020


− Melakukan komunikasi melalui media whatsapp − Belum ada respon dari
kepada Kader terkait respon masyarakat setelah warga setelah melihat video
melihat video tersebut. tersebut.

98
HARI
TANGGAL EVALUASI PARAF
JAM
9 April S : Kader mengatakan sudah membagikan vidio edukasi tentang cara pencegahan coronavirus,
2020 tetapi warga belum ada respon

O:
- Masyarakat antusias dengan masalah wabah covid.
- Masyarakat belum dapat mengetahui tentang pengertian , penyebab, coronavirus

A : Kurang pengetahuan tentang Coronavirus

P : Lakukan pemantauan via whatsaap melalui kader tentang vidio edukasi dan poster

99
No Diagnosis Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Resiko peningkatan jumlah
1 14/04/2020 KIE tentang ISPA Evaluasi struktur:
penderita ISPA 1) Kegiatan telah direncanakan 1 minggu
sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Kegiatan ini difasilitasi oleh kader wilayah
RT 02 Margahayu

Evaluasi proses
 Kegiatan berlangsung lancar
 Kegiatan diikuti oleh 29 orang
 Peserta aktif memberikan respon
 Edukasi difokuskan pada pencegahan dan
penanganan ISPA
 Kegiatan mendapatkan feedback positif

Evaluasi hasil
 Peserta dapat menyebutkan kembali
pencegahan dan penanganan ISPA
 Pokok-pokok pesan tersampaikan kepada
warga masyarakat.
a
b

100
HARI
TANGGAL EVALUASI PARAF
JAM
Jumat, 10 April S : Kader mengatakan sudah membagikan vidio edukasi tentang hipertensi, tetapi warga belum
2020 ada respon

O:- Masyarakat tidak tampak antusias untuk mengikuti penyuluhan tentang hipertensi
- Masyarakat sedang fokus dengan masalah wabah covid.
- Masyarakat belum dapat mengetahui tentang pengertian , penyebab, tanda dan gejala

A : Kurang pengetahuan tentang Hipertensi belum teratasi

P : Lakukan pemantauan via whatsaap melalui kader tentang vidio edukasi hipertensi

101
BAB IV
PEMBAHASAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien / keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1995).
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mangacu pada ilmu dan
kiat keperawatan yang di tujukan pada masyarakat terumatama kelompok-
kelompok yang berisiko tinggi terhadap terserangnya penyakit atau akibat proses
penuaan.Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapana
asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat
tergantung pada respon masyarakat, terutama dalam memberikan informasi yang
valid dan akurat.
Melalui pengkaderan serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dapat diperoleh data yang sangat
mendukung proses pemberian asuhan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan
tahapan pada proses keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi. Pembahasan ini pun mengacu pada analisis SWOT
(Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/kesempatan dan
Threat/ancaman).
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan komunitas melalui pendekatan
proses keperawatan didapatkan beberapa hasil yang meliputi :
4.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, berguna untuk
menentukan aktivitas keperawatan dan sumber data bagi profesi lain.
Pada tahap pengkajian, yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas
menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi :
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta
riwayat timbulnya komunitas dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi
komunitas, seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan kesehatan,
102

102
keamanan dan keselamatan politik, kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi , ekonomi dan
realisasi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara dan
pengolahan data sekunder dari data mahasiswa praktek Profesi Ners
sebelumnya yang disusun berdasarkan prioritas masalah. Pengkajian
dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di wilayah Margahayu.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat pengkajian.
1. Strenght / Kekuatan :
a. Adanya dukungan positif dari Masyarakat/ keluarga yang diminta data
( Masyarakat cukup kooperatif ).
b. Adanya kader yang berperan aktif dalam pengumpulan data.
c. Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari
PKM wilayah Margahayu.
d. Adanya dukungan dari kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan para remaja mesjid di wilayah Margahayu.

2. Weekness / Kelemahan :
a. Pendidikan yang rendah yang menghambat pemahaman
masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan dan pengisian
quesioner.
b. Kondisi pandemi COVID 19 menyebabkan komunikasi dengan
warga hanya bisa melalui darin/online

3. Opportunity / Kesempatan
a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan
b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup sehat

103
4. Threat / Ancaman
a. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
b. Jawaban hasil pendataan yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya

Hasil pengkajian RT 02 RW 08 Seroja, Kecamatan Margahayu


dengan pengambilan sampel sebanyak 176 KK dengan teknik
pengambilan quesioner dan survey. Identifikasi masalah kesehatan
yaitu : beberapa masalah penampungan air terbuka, tempat
sampahnya terbuka. Masalah kesehatan paling banyak dalam 6 bulan
terakhir adalah ISPA dan masih banyak masyarakat yang masih
mengkonsumsi obat bebas sebelum berobat ke puskesmas. Jenis
penyakit terbanyak pada lansia adalah hipertensi dan beberapa
penyakit penyerta lainnya. Masalah kondisi kesehatan di RT 02 RW
08 Margahayu memang merupakan karakteristik masalah kesehatan
yang banyak dijumpai pada masyarakat, kurangnya pengetahuan
masyarakat dan belum adanya kesadaran mereka yang menyebabkan
masalah ini selalu ada.

4.2. Diagnosa keperawatan


Masalah kesehatan adalah keadaan dimana masyarakat mengalami keadan
terancam pada suatu keadaan masalah kesehatan, kurang sehat serta krisis (
Baylon And Maglaya, 1995 ).
Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian atau kesimpulan yang diambil
dari pengkajian keperawatan ( Carpenito, 1995 ).
Berdasarkan hasil pengkajian muncul 3 Masalah kesehatan dan 3 masalah
Keperawatan, yaitu :
1. Resiko tinggi penularan covid 19
2. Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA
3. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit
degenerative (hipertensi) pada lansia.

104
4.3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi atau menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan yang terdiri dari :
1) Menentukan prioritas masalah
2) Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus
3) Menetapkan Kriteria evaluasi dan Standar
4) Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
Jadi rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan memberi alasan ilmiah berdasarkan
literature, hasil penelitian dan pengalaman praktik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat Perencanaan keperawatan komunitas.
1. Strength / Kekuatan
a) Dukungan dari Pemerintah dan kelurahan Margahayu.
b) Adanya dukungan kader posyandu yang berperan dalam
perencanaan kegiatan.

2. Weekness / Kelemahan
Kondisi pandemi Covid 19 komunikasi dengan kader hanya dilakukan
melalui darin/online.

3. Opertunity / Kesempatan
a. Banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam
kegiatan yang direncanakan meskipun melalui darin/online
b. Bantuan dari pihak terkait yang diwujudkan dalam beberapa kegiatan
yang telah direncanakan.

4. Threat / Ancaman
Kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya
akan berkurang berhubungan dengan komunikasi tidak dilakukan secara
tatap muka.

105
4.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, dalam melaksanakan
tindakan harus benar-benar melakukan kontrak waktu dengan masyarakat
agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat implementasi.

I. Masalah kesehatan I : Resiko tinggi penularan covid 19


a. Strenght / Kekuatan :
 Adanya dukungan dari Kader dalam memotivasi masyarakat untuk
berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
 Kemauan / motivasi dari masyarakat untuk berperan aktif dalam
kegiatan yang dilaksanakan.

b. Weekness / Kelemahan
 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang himbauan social
distancing.

c. Opportunity / Kesempatan
 Sejalan dengan beberapa kegiatan program pemerintah dan
Puseksmas, misalnya hand hygiene dan etika batuk

d. Threat / Ancaman
 Tidak adanya tindak lanjut terutama dari masyarakat karena
beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya masyarakat
 Tidak adanya tindak lanjut dengan Pemerintah setempat dan
pihak Puskesmas setempat.

106
II. Masalah kesehatan II : Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA
a. Strenght / Kekuatan
 Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap
kegiatan.
 Adanya PUSKESMAS sebagai fasilitas kesehatan terdekat.
b. Weekness / Kelemahan
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat ke Puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan
c. Opportunity / Kesempatan
Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan
puskesmas, misalnya, program pemeriksaan kesehatan balita dan
lansia
d. Threat / Ancaman
 Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih
kurang untuk selalu mengontrol kondisi kesehatan pada
fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.
 Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.

III. Masalah kesehatan III : Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka


kejadian penyakit degenerative ( hipertensi) pada lansia.
a. Strenght / Kekuatan
 Adanya posyandu setiap sekali sebulan
 Adanya dukungan Puskesmas untuk terus melaksanakan
kegiatan posyandu dan imunisasi
 Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap
kegiatan.
b. Weekness / Kelemahan
Kurangnya kesadaran lansia untuk memeriksakan kesehatan secara
rutin ke posyandu.
c. Opportunity / Kesempatan
Adanya dukungan dari pemerintah terkait kesehatan lansia.

107
d. Threat / Ancaman
 Tingkat pendidikan rata – rata penduduk yang rendah
 Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.

4.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada masyarakat. Evaluasi dilakukan baik dari respon verbal,
non verbal maupun psikomotornya.
1) Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari kader
masyarakat.
2) Rata-rata penduduk sudah mulai merasakan arti pentingnya kesehatan
terbukti dari terjadi perubahan terhadap meningkatnya kesadaran
masyarkat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prilaku
sehat. Di tunjang pula dengan lingkungan yang sudah mulai bersih ,
pemanfaatan air bersih, dll.
3) Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari
kader setempat, tokoh masyarakat, pemerintah terkait, puskesmas dan
kompetensi mahasiswa sendiri.

A. Tindak Lanjut
1. Kepada instansi yang terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan
masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dan dapat memenuhi
fasilitas sarana pelayanan kesehatan
2. Kepada masyarakat agar lebih memanfaatkan sarana kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatannya
3. Kepada kader kesehatan sekiranya dapat lebih meningkatkan peran serta
aktifnya dalam turut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Untuk Puskesmas sebagai garis Depan Pelayanan kesehatan masyarakat
untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama terhadap kelompok-
kelompok yang berisiko, dalam hal ini yang mungkin belum terjamah
adalah kesehatan lansia.

108
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Lingkup keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Pada masyarakat kelurahan Margahayu RT 02 dan RT 08 RW
08 memiliki masalah antara lain :
1. Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA.
2. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejiadian penyakit degenerative
pada lansia (hipertensi)
3. Resiko tinggi penularan covid 19
4. Resiko terjadinya penyakit yang di sebebabkan oleh sanitasi lingkungan yang
kurang baik Tujuan akhir dari pelaksanaan praktek keperawatan komunitas
ini adalah memandirikan masyarakat dalam melaksanakan perilaku hidup
sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
oleh masyarakat di Margahayu RT 02 dan RT 08 RW 08 Bekasi timur.

5.2. Kendala
Mahasiswa mempunyai kendala dengan warga atau bu kader, karena
pembelajaran lewat, WA , PJJ, atau telp dan warga yang kurang kooperatif.
Sehingga mahasiswa sangat sulit mendapat infomasi untuk memperoleh data di
Rt 02 dan Rt 08 Rw 08 kelurahan Margahayu. Begitupun data dari Puskesmas
Karang Kitri. Untuk memperoleh data Profil Wilayah kurang mendapatkan
respon yang baik dari petugas puskesmas, mungkin dikarenakan perlunya
koordinasi pihak kampus dengan puskesmas yaitu dengan menunjukan surat
pengantar resmi sebagai bukti pelaksanaan praktek klinik lapangan.

109
Sampai beberapa hari datang untuk menemui petugas tidak pernah
mendapat penjelasan dan keterangan yang jelas dan memuaskan. Kami
hanya di suruh menunggu yang tidak pasti.
Termasuk disaat melakukan implementasi dan evaluasi. Masyarakat pada
umumnya kurang tertarik dengan model implementasi berbasis teknologi internet
(Whatsapp, youtube dll). Mereka pada umumnya lebih tertarik edukasi secara
langsung dengan tatap muka dan komunikasi langsung. Apalagi saat ini sedang
terjadi wabah corona atau covid 19. Masyarakat sangat selektif dan tertutup
dengan orang baru dan pendatang. Ini menjadi kendala yang sangat berarti.

5.3. Rekomendasi
Kesehatan merupakan hal sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Pada
kenyataannya di lapangan masih sedikit kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bukan saja
tugas dari masing-masing individu melainkan dari orang sekitar dan juga tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan. Namun, dukungan dari pihak
pemerintah juga sangat penting demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk lebih memaksimalkan hasil yang akan diperoleh mahasiswa pada saat
melakukan praktek keperawatan komunitas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Perlu usaha untuk melibatkan masyarakat secara penuh dengan kemampuaan
yang dimiliki, khususnya dengan aspek ekonomi dan sumber daya manusia
yang baik sehingga kegiatan terlaksana dengan baik.
2. Perlu adanya pemantauan atau observasi dan tindak lanjut terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kader kesehatan, petugas puskesmas
dan instansi kesehatan.
3. Kerjasama yang adekuat antara STKES Bani Saleh dengan pihak instansi
kelurahan dan pihak puskesmas Karang Kitri serta warga RT02 dan RT 08
RW 08 yang dijadikan lahan praktek oleh mahasiswa, sehingga Pembinaan
dapat dilakukan secara berkesinambungan

110
LAMPIRAN

A. KELOMPOK 1

TAHAP PROSES PENGKAJIAN


TAHAP INTERVENSI
TAHAP IMPLEMENTASI
TAHAP EVALUASI
B. KELOMPOK 2

TAHAP PENGKAJIAN
TAHAP INTERVENSI
TAHAP IMPLEMENTASI
C. KELOMPOK 3

TAHAP PENGKAJIAN
TAHAP IMPLEMENTASI
TAHAP EVALUASI

 Evaluasi proses
 Evaluasi Hasil
 Tertular dari penderita ISPA pilek, demam
 Daya tahan tubuh yang kurang Sedang : batuk,
 Kurangnya sirkulasi udara dalam pilek, demam, sesak nafas
A. Pengertian Berat : batuk, pilek, tarikan
rumah
dinding dada.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan  Rumah kumuh
Atas) adalah infeksi saluran  Gizi yang kurang
E. Komplikasi.
pernafasan atas yang ditandai dengan
batuk dan pilek.  Bila menjalar keginjal akan
menyebabkan infeksi ginjal.
 Bila mengenai jantung menye-babkan
C. Tanda & Gejala infeksi pada otot jantung.
 Bila mengenai otak menyebabkan
 Demam yang tinggi
radang selaput otak.
 Merasa dingin sampai mau
 Bila mengenai telinga menye-babkan
menggigil
infeksi pada telinga.
 Sakit kepala.
E. Pencegahan
 Batuk-batuk
 Lemah  Hindari pendekatan dengan
 Malaise (letih lesu) penderita ISPA bila seseorang ada
B. Penyebab
 Bersin-bersin riwayat penyakit dan daya tahan
Umumnya disebabkan oleh kuman atau
D. Klasifikasi ISPA tubuh yang kurang
virus dengan faktor resiko :
Ringan : batuk,
 Perbaiki sirkulasi / peredaran udara fasilitas kesehatan yang dapat
dalam rumah (jendela dan ventilasi) dikunjungi :
- Rumah sakit,
 Makan makanan yang banyak - Puskesmas,
mengandung gizi seimbang - Dokter praktek dan klinik.

contohnya : tinggi protein (Tempe,


telur, tahu) dan Buah -buahan.
 Hindari kelelahan dan bekerja
terlalu berat

Cara Mengobati Ispa Secara Bila sakit berlanjut segera periksa ke fasilitas
Tradisional
kesehatan terdekat seperti Puskesmas, klinik
Jeruk nipis diperas dan
swasta, ke dokter praktik atau rumah sakit
diambil airnya sebanyak satu
sendok
Ambil kecap manis sebanyak
satu sendok juga Kelompok 3
Campurkan kedua bahan dan
aduk rata
Diminumkan kepada penderita Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
yang sakit. Bekasi
Profesi Ners

2020
Poster ISPA
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga


University Press.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih
bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019
Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020.
Frequently Asked Questions About SARS.

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :


Gosyen Publishing

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi


Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita:
Jakarta.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA

Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural


dalam Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI

Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

https://tirto.id/cara-virus-corona-covid-19-menyebar-menurut-who-eBPk

IDI - Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2020. Outbereak
Pneumonia Virus Wuhan.

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Leininger, M dan McFarland. M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts,


Theories, Research and Practice, edisi 3. USA : Mc.Graw Hill Companies
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: KDT.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora


Aksara Pratama

Medscape. Diakses pada 2020. What is the role of coronavirus in the etiology of
viral pneumonia?

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta:
Sagung Seto

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan


Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel.


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba medika

US National Library of Medicine National Institutes of Health - Medlineplus.


Diakses pada 2020. Coronavirus Infections

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Web MD. Diakses pada 2020. Coronavirus.

WHO. Diakses pada 2020. Coronavirus

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai