Dosen Pengampu:
1. Meria Woro Listyorini, M.Kep. Ns.Sp.Kep.Kom
2. Ns. Indah Puspitasari, M.Kep.
3. Ns. Muftadi, SKM. S.Kep. M.Kes.
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT pencurah kasih sayang tiada batas kepada yang
dikehendaki-Nya. Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gambaran Kondisi
Kesehatan Masyarakat di RT 02 RW 08 Desa Seroja Kec. Margahayu Kota
Bekasi. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai pemberi syafaat dan pembawa kabar gembira.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6.2. Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) ............................................................................ 22
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
1
1
Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian dari
sehat secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Pembangunan kesehatan ini
maupun promotif.
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
Studi Profesi Ners STIKES Bani Saleh Bekasi angkatan 2019 melaksanakan
2
pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat, serta secara aktif dalam
Kota Bekasi
Kota Bekasi
3
d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di
Kota Bekasi
4
1.3.4 Upaya Rehabiitatif :
5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
8
tinggal, kelompok sosial interst yang sama (Riyadi, 2007). Menurut
Kontjaraningrat komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2017).
9
Prilaku pada manusia akan dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan, atau pun sosial ekonominya prilaku yang sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat. Keberadaan pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi
kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan hendaknya dapat terjangkau
dengan mudah, dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.Yang
memadai serta tenaga kesehatan yang terampil dan biaya pelayanan yang
murah.Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayan kesehatan
keperawatan, dimana kondisi sehat sakit berada dalam suatu rentan dari
kondisi sehat optimal sampai dengan status kesehatan yang terendah yaitu
kematian dan kondisi normal berada di tengah.Keturunan merupaka faktor
yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, seperti penyakit
asma, hipertensi dll. Ke empat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan lainya dalam menentukan drajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat .
10
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus atau rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan dirumah, dipanti
dan dimasyarakat
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan dirumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan dirmah dan dipuskesmas
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat yang optimal.
11
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prioritas masalah dari metode
kualitatif yaitu:
a. Urgensi (U) mendesak perkembangan ini dari aspek waktu, masih dapat
ditunda atau harus ditanggulangi
b. Serioutness (S) kegawatan akibat besarnya kerugian di nyatakan dalam-
dalam sasaran kuantitatif berapa rupiah, orang dll.
c. Growth (G) perkembangan kecenderungan atau perkembangan akibat
suatu permasalahan semakin berkembang masalah semakin di prioritaskan.
2.5.1 PENGKAJIAN
12
3. Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal :
apakah tidak menimbulkan setress
4. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan :
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehtan
5. Pelayanan kesehatna yang tersedia untuk melakukan deteksi diri,
gangguan atau rawatan atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi
6. Sarana komunitas : sarana komunitas apa saja yang dapat
dimanfaatkan komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan masalah kesehatan lansia melalui
televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas
7. Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah
sesuai dengan UMR (upah minimum regional), dibawah UMR
atau bisa diatas UMR sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjurkan untuk
mengkonsumsi makanan sesuai dengan status ekonomi tersebut.
8. Rekreasi : apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya
dapat digunakan komunitas untuk menguranfi setres.
c. Setatus kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat melalui biostatistik
dan vitalstatistik, antara lain angka mortalitas, angka morbilitas, IMR,
MMR, secara cangkupan imunisasi.
13
keperawatan dimanan terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik
populasi, karakteristik lingkungan, diagnosa ditegakkan masalah
berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutkan dirumuskan dalam 3 komponenen yaitu problem atau
masalah, etiologi atau penyebab, manifestasi atau data penunjang.
2.5.3 PERENCANAAN
14
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas
tediri atas:
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
a. Dayaguna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah :
15
c. Evisiensi biaya
d. Efektivitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat atau menurun
A. Definisi Coronavirus
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke
manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
COVID-19 ini masih belum diketahui. (pedoman dan
pencegahan coronavirus revisi 4, Kemenkes 2020).
B. Penyebaran Coronavirus
Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke
manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat
orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan
cara penularan penyakit flu. Tetes cairan dari mulut dan hidung
pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung
16
orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan
terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya.
17
D. Diagnosis Infeksi Coronavirus
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan
mengawali dengan anamnesis atau wawancara medis. Di sini
dokter akan menanyakan seputar gejala atau keluhan yang
dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak,
mengambil sampel dari tenggorokan, atau spesimen
pernapasan lainnya. Untuk kasus yang diduga infeksi novel
coronavirus, dokter akan melakukan swab tenggorokan, DPL,
fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.
18
anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak
di bawah empat tahun.
Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk
membantu meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
Perbanyak istirahat.
Perbanyak asupan cairan tubuh.
Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah
hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan
penyakit serius, seperti SARS, MERS, atau infeksi novel
coronavirus, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien.
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus,
dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh
Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk
karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:
Isolasi
Serial foto toraks sesuai indikasi.
Terapi simptomatik.
Terapi cairan.
Ventilator mekanik (bila gagal napas)
Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
19
dalam keadaan kotor atau belum dicuci.
Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang
yang sakit.
Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang
sering digunakan.
Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan
tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga
bersih.
Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan
ketika mengalami gejala penyakit saluran napas.
20
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Risiko penyakit atau terinfeksi virus corona kian
meninggkat meningkat bagi Anda dengan usai 50 ke atas.
Usia tersebut disebut lebih rentan daripada mereka yang di
bawah 50. Orang dengan melemah sistem kekebalan tubuh
dan orang-orang dengan kondisi seperti diabetes, penyakit
jantung dan paru-paru juga lebih banyak rentan terhadap virus
corona.
21
2.6.2 LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN ATAS (ISPA)
A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum
dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau
ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir
Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi
dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai
pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran
pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme
asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah
dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
22
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan
karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi
Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian
di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di
berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcuspneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua
per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1%
hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh
virus (Suriadi,Yuliani R,2001)
23
2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak
teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping
hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam,
hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang,
sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
(Naning R,2002)
D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk
golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan
kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas
24
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah,
2004).
E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983
dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
25
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri
ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk
yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-
paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan
ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran
nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan
dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
26
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)
27
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi
pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada
lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
8. Mengatasi batuk.
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
28
F. PATHWAY
29
J. ANALISA DATA
4. Adanya tanda-tanda
infeksi seperti: tumor,
dolor, calor, rubor,
dan disfusilaesa. Dan
cek leukosit tinggi/
rendah.
30
K. DIAGNOSA YANG MUNCUL
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahana sekunder (infeksi penekanan imun).
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah hipertermi klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu
dalam rentang normal 36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir
tidak kering, turgor kulit elastic.
Rencana tindakan:
- Observasi tanda-tanda vital
Rasionalnya : pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
- Anjurkan pada klien/keluarga untuk melakukan kompres
dengan air biasa pada kepala/ axila
Rasionalnya : dengan memberikan kompres maka akan
terjadinya proses konduksiperpindahan panas dengan bahan
perantara.
- Anjurkan klien untuk berpakaian tipis dan dapat menyerap
keringat seperti berbuat untuk katun.
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan akan menyerap keringat
- Anjurkan klien untuk minum banyak.
- Atur sirkulasi udara.
- Anjurkan klien untuk istirahat ditempat tidur selama fase febris
penyakitnya.
Rasional : tirah baring untuk mengurangi metabolisme panas
31
- Kalaborasi pemberian obat ( antipiretik )
Rasionalnya : untuk mengontrol panas.
32
Rasionalnya : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan
nutrisi maksimal.
33
4. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahana sekunder (infeksi penekanan imun).
Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan
masalah resiko tinggi penularan infeksi tidak terjadi dengan
kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda komplikasi, tidak menularkan
pada keluarga atau orang lain..
Rencana tindakan
- Batasi kontak dengan lingkungan sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan potensial terpaparnya penyakit infeksius.
Akibat penurunan imun.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan/ kontak
dengan klien
Rasional : memutus rantai penularan Ispa
- Menggunakan APD untuk proteksi diri dan lien
Rasional : memberikan rasa naman dan mengurangi penularan.
- Kolaborasi dalam pemberian obat
- Anjurkan klien untuk tutup mulut dan hidung jika hendak bersin
dan segera mencuci tangan atau menggunakan tisu buang
ketempat sampah seelah dipakai.
Rasional :mencegah penyebaran pathogen melalui cairan.
- Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2
tahun, lansia dan penderita penyakit kronis
Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahapan infeksi.
- Kolaborasi pemberina vitamin c bisa juga dengan makanan yang
mengandung vit c
Rasional : mencegah menurunnya autoimun
34
2.6.3. LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia <
60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic >
95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho, 2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi
batas normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan
distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016, p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana
tekanan darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas
normal.
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
Merokok : Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida
suatu vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok
meningkatkan tekanan darah juga mulai peningkatan noreprinefrin
plasma dan saraf simpatetik. Efek sinergistik merokok dan tekanan
darah tinggi pada risiko kardiovaskular telah jelas. Merokok
menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek
vasopresor akut yang dihubungkan dengan peningkatan marker
inflamasi, yang akan mengakibatkan difungsi endotel, cedera
pembuluh darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh darah.
Setiapbatang rokok dapat meningkatkan tekanan darah 7/4 mmHg,
perokok pasif dapat meningkatkan 30% risiko penyakit
35
kardiovaskular dibandingkan dengan peningkatan 80% pada
perokok. (Pikir dkk, 2015, p. 8).
Obesitas : Obesitas terjadi paada 64% pasien hipertensi. Lemak
badan mepengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi.
Penurunan berat badan menurunkan tekanan darah pada pasien
obesitas memberikan efek menguntungkan pada faktor risiko yang
terkait, seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, heperlipidemia,
dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan tekanan darah sistolik dan
distolik pada penurunan berat badan 5,1 kg adalah 4,4 dan 3,6
mmHg. Insiden obesitas lebih tinggi pada penurunan 34,4%
dibandingkan pada laki-laki 28,6%. Obesitas ,sebuah masalah
kesehatan dunia, telah diidentifikasi sebuah faktor risiko sangat
penting untuk hipertensi. Individu obesitas mempunyai risikolebih
tinggi signifikan terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui pada
hasil kombinasi disfungsi pusat makan diotak, ketidakseimbangan
asuhan energy dan pengeluaran, variasi genetic.peningkatan risiko
yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk hipertensi, penyakiit
vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit traktus bilier,
osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral
mengakibatkan resistensi insulin. Akibat lanjut dari
hiperinsulimenia, adalah promosi peningkatan absorbsi Na oleh
ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko
hipertensi, namun mekanismenya belum jelas, mungkin akibat
meningkatnya transport kalsium kedalam sel otot polos melalui
peningkatan katekolamin plasma.terjadinya hipertensi lebih tinggi
pada peminum alcohol berat akibat dari aktivasi simpatetik.
Peminum alcohol lebiih dari dua gelas sehari akan memiliki risiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak
optimalnya efek dari obat anti hipertensi. Pada pasien hipertensi
36
yang mengonsumsi alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari
atau 40 ml etanol per hari. (Pikir dkk, 2015, p. 8).
Stress :Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin
yang berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan
stimuli instrinsik atau ekstrinsik yang menyebabkan gangguan
fisiologi dan psikologi, dan dapat membahayakan kesehatan.
Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress mental terkait
dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom
metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu
obesitas terkait pada faktor psikososial termasuk stress kronik.
Aksis hipotalamus – hipofisi – adrenal merupakan kunci
mekanisme yang menghubungkan obesitas, hipertensi, dan stress
kronis. Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi stress untuk
menghindari lingkaran setan stress mental, obesitas, hipertensi, dan
diabetes. (Pikir dkk, 2015, p. 9).
Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan
memperberat kerja ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin
yang dapat meningkatkan tekanan darah (Haryanto & Rini, 2015,
p. 39).
Kopi (kafein) : kopi merupakan minuman stimulant yang
dikonsumsi secara luas diseluruh dunia. Dimana kopi dapat
meningkatkan secara akut teknan darah dengan memblok reseptor
vasodilatasi adenosine dan meningkatkan neropinefrin plasma.
Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan
darah secara akut, dengan variasi yang luas antara individu dari ¾
mmHg sampai 15/13 mmHg. Dimana tekanan darah akan
mencapai puncak dalam satu jam dan kembali ketekanan darah
dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk, 2015, p. 9).
Kontrasepsi oral : peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada
kebanyakan perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi
37
peningkatan besar kadang teradi. Hal ini disebabkan ekspansi
volume karena peningkatan sintesis hepatic subtran rennin dan
aktivasi sistem rennin – angiotensin – aldosteron. Kontrasepsi
esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar
lima persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka
panjang menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90
mmHg. Hipertensi terkait kontrasepsi lebih sering pada perempuan
diatas 35 tahun, pada mereka yang menggunakan kontrasepsi lebih
dari 5 tahun, dan individu gemuk. Jarang terjadi pada mereka yang
menggunakan tablet esterogen dosis kesil. Umumnya, hipertensi
reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu
beberapa minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak
menyebabkan hipertensi, tetapi tentu memelihara vasodilatasi
diperantarai endotel. (Pikir dkk, 2015, p. 7)
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom
scushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis,
terutama dengan kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh
darah di ginjal.
Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan
darah dalam kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi.
Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat :
penggunaan agen antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis
dapat menimbulkan hipertensi. Begitu juga konsumsi alcohol yang
kronis maupun penyalahgunaanalkohol juga dapat meningkatkan
tekanan darah.
Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan
Pheochromocytoma memiliki hipertensi primer
Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan
mineralokortikoid, terutama aldosteron, harus dicurigai pada setiap
38
pasien dengan trias hipertensi, hipokalemia yang tidak dapat
dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun beberapa pasien
memiliki konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi
aldosteronisme primer juga harus dipertimbangkan pada pasien
dengan hipertensi resisten (Pikir dkk, 2015, p. 31).
Penyakit renovaskular : penyakit renovaskular adalah gangguan
umum, terjadi terutama pada pasien dengan aterosklerosis.
Sindrom Chusing : hipertensi merupakan penyebab utama
morbiditas dan kemaatian pada pasien dengan Sindrom Chusing.
Gangguan endokrin lainnya : Hypothyrodism, hypertirodism,
hiperparatiroidism, juga dapat menyebabkan hipertensi (Pikir dkk,
2015, p. 32)
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidah terukur
2. Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepalakarena adanya peningkatan tekanan darah
sehingga mengakibatkan hipertensi dan tekanan intrakarnial naik,dan
kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan
darah dan hipertensi sehingga intrakarnial naik
b) Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan
ketegangan yang mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan
emosi terjadi dan aktivitas saraf simatis sehingga frekuensi dan
39
krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun sehingga suplei
O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
c) Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan
krontaktilitas jantung.
d) Palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat
sehingga dapat menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
D. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada
dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar:
tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan darah
dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang
merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah
jantung (cardiac output) dan tekanan dari arteri perifer atau sering disebut
resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya tekanan darah tersebut
masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi faktor-faktor serial
yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan
tekanan darah secara logis dapat terjadi karena peningkatan curah jantung
dan atau peningkatan resistensi perifer.Peningkatan curah jantung dapat
melalui dua mekanisme yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload)
atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural
jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam
pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita
hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu
adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan
resistensi secara persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada
banyak hewan coba pada penelitian-penelitian tentang hipertensi. Pada
hewan coba, dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi
penambahan volume cairan, maka tekaanan darah pada awalnya akan naik
sebagai konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam beberapa hari,
40
resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali ke nilai
basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya
perubahan property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk
mengatur aaliran darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari
jaringan. (Pikir dkk, 2015, p. 17).
Distolik
No Kategori Sistolik mmHg mmHg
4 Hipertensi
41
Menurut (Haryanto & Rini, 2015, p. 38)
Stadium 4 (sanga
berat) >210 >120
F. Komplikasi
Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto
& Rini, 2015, p. 41) :
2. Stroke /CVA
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal
5. Infark miokard
6. Disritmia jantung
42
autoregulasi menjadi sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg sehingga
perubahan sedikit saja dari tekanan darah akan menyebabkan asisdosis
otak yang mempercepat timbulnya edema otak.
43
Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih
besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan
berat badan sama. Di Kamerun utara, pravelensi hipertensi
pada perempuan (51,7%) lebih tinggi dibandingkan laki-
laki (48,7%). Hormone seks berkontribusi terhadap
perbedaan gender dalam control tekanan darah. 55%
perempuan hipertensi berusia >40 tahun. Hipertensi berat
sebanyak 88,5%. Usia.(Pikir dkk, 2015, p. 5).
Usia : Jumlah penduduk berusia diatas 65 tahun meningkat
secara cepat, pada kurang dari 30 tahun, satu dari 5 orang di
Amerika Serikat akan berusia diatas 65 tahun (Spillman dan
Lubizt, 2000). Tekanan darah sistolik meningkat progresif
sesuai usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi
merupakan risiko besar untuk penyakit
kardiovaskuler.(Pikir dkk, 2015, p. 5).
Ras : orang Amerika Seriat kulit hitam cenderung
mempunyai tekanan darah lebih tinggi bila dibandingkan
bukan dengan kulit hitam (Lloyd-Jones dkk, 2009) dan
keseluruhan angka mortalitas terkait hipertensi lebih tinggi
dari pada kulit hitam. Pada multiple risk factor intervention
trial, yang melibatkan lebih dari 23.000 laki-laki kulit hitam
dan 325.000 laki-laki kulit putting yang dipantau selama 10
tahun, didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik:
anggota mortalitas penyakit jantung koroner lebih rendah
pada laki-lak kulit hitam dengan tekanan diastolic melebihi
90 mmHg dibandingkan pada laki-laki kulit putih.(Pikir
dkk, 2015, p. 6).
b. Status kesehatan saat ini
Keluhan Utama
44
Fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan
takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108).
c. Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki
keluhan lemah, sulit bernapas, dan kesadaran menurun.
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada
setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas,
mual, gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi
kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-
debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang
marah. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
e. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang
pernah dialami sebelumnya.Misalnya : klien pernah
memiliki riwayat penyakit gagal ginjal dan klien
mengalami sakit yang sangat berat. (Haryanto & Rini,
2015, p. 41).
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi
dalam keluarga sekitar 15-35%.Suatu penelitian pada orang
kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30-40%
perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8
kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi
keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6).
Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita
penyakit hipertensi yaitu Pengobatan anti hipertensi :
45
a) Diuretic : semua deuretik menurunkan tekanan darah
dengan meningkatkan ekskresi natrium urin dan dengan
mengurangi volume plasma, volume cairan
ekstraseluler, dan curah jantung. Mereka dapat
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi volume
vascular, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi oleh
Gifford dan kawan-kawan dari 25 pasien.
b) Angiotensin : angiotensin II bekerja secara langsung
pada dinding pembuluh dara, menyebabkan hipotrofi
medial, menstimulasi pertumbuhan jaringan ikat, dan
meruksak endotel yang berujung pada
aterosklerosis(Pikir dkk, 2015, p. 219)
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya
adalah sadar dan juga dapat mengalami penurunan
kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103).
1. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada
khasus hipertensi tekanan darah yang dimiliki oleh
penderita hipertensi systole diatas 140 mmHg dan
tekanan diastole diatas 90 mmHg (Haryanto & Rini,
2015, p. 37)
b) Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada
denyut nadi pada beberapa area seperti arteri
popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013, p. 108).
2. Body system
46
3. Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea,
orthopnea (gangguan pernafasan pada saat berbaring),
PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok. Temuan fisik meliputi sianosis, pengunaan
otot bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan
(ronkhi rales, wheezing) (Udjianti, 2013, p. 109).
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi : denyut apical kuat
Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat
angkat
Auskultasi : denyut jantung takikardia dan
disritmia, bunyi jantung S2 mengeras S3 (gejala
CHF dini). Murmur dapat terdengar jika stenosis
atau insufisiensi katup. (Udjianti, 2013, p. 108).
5. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala
berdenyut di suboksipital, episode mati-rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual
(diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis (Udjianti, 2013, p. 109).
6. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri
(Udjianti, 2013, p. 108).
7. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan
riwayat pemakaian deuretik.Temuan fisik fisik meliputi
berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti
vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria. (Udjianti,
2013, p. 109).
47
8. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler
lambat (>2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing
(Udjianti, 2013, p. 108).
9. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini,
2015, p. 40).
10. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada sistem
endokrin (Udjianti, 2013, p. 109).
11. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan
intra cranial) pada saat melakukan hubungan seksual
dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
106).
12. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri edema atau papiledema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat lamanya
hipertensi (Udjianti, 2013, p. 109).
13. Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh (Manurung, 2016, p. 103).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit
untuk menilai viskositas dan indicator faktpr risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia(Udjianti, 2013, p. 109).
b. Kimia darah (Udjianti, 2013, p. 109).
48
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan
perfusi atau faal renal.
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.
e. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme
primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi
i. Elektrolit (Udjianti, 2013, p. 109)
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan
adanya aldosteronisme atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap
hipertensi
l. Urine(Udjianti, 2013, p. 109).
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengidentifikasikan difusi renal atau diabetes.
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya
pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan
hyperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,
Sindrom Cushing’s kadar rennin juga meningkat
p. Radiologi (Udjianti, 2013, p. 110)
Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease urolithiasis,
benign prostate hyperplasia (BPH)
49
Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran
jantung
q. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan
konduksi atau disritmia(Udjianti, 2013, p. 110).
r. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015, p. 104)
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan
faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/
fungsi ginjal
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal danada DM
s. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
t. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal
u. Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Penurunan Curah Jantung
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penyebab
o Perubahan irama jantung
o Perubahan frekuensi jantung
o Perubahan kontraktilitas
o Perubahan preload
o Perubahan afterload
Gejala dan Tanda Mayor
50
Subjektif :
1. Perubahan irama jantung
Palpitasi
2. Perubahan preload
Lelah
3. Perubahan afterload
Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas
Ortopnea
Batuk
Objektif:
Bradikardia/takikardi
2. Perubahan preload
Edema
Hepatomegali
3. Perubahan afterload
51
Tekanan darah meningkat/menurun
Oliguria
4. Perubahan kontraktilitas
Subjektif
1. Perilaku emosional
Cemas
Gelisah
Objektif
1. Perubahan preload
Murmur jantung
2. Perubahan afterload
52
Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/
menurun
3. Perubahan kontraktilitas
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis trikuspital
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
11. Aritmia
53
b. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
o Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
meoplasma)
o Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan)
o Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
54
Objektif
5. Menarik diri
7. Diaphoresis
9. Kondisi pembedahan
11. Infeksi
13. Glaucoma
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi :Ketidak cukupan energy untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
Penyebab
o Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan
oksigen
o Tirah baring
o Kelemahan
o Imobilitas
55
o Gaya hidup monoton
o Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
3. Merasa lemah
Objektif
4. Sianosis
6. Anemia
56
9. Penyakit katup jantung
10. Aritmia
5 Intervensi
Tujuan :
Kriteria hasil
57
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang
dapat dilaporkan
Intervensi NIC :
Aktivitas Keperawatan
58
6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti
biofeed-back, relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan
fisik
Aktivitas kolaboratif
2. Nyeri akut
Tujuan :
59
Kriteria hasil :
Intervensi NIC :
Aktivitas keperawatan
60
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri
oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
Aktivitas kolaboratif
61
2. Manajemen nyeri NIC
3. Intoleransi aktivitas
Tujuan :
Kriteria hasil :
62
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan
beberapa bantuan (mis, eliminasi dengan bantuan ambulasi
tuntuk kekamar mandi)
Intervensi NIC :
Aktifitas keperawatan
63
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh :
menyimpan alat atau benda yang sering digunaakan
ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
64
BAB III
TINJAUAN KASUS
65
65
puskesmas yaitu puskesmas karang kitri sebagai sarana pelayanan
kesehatan komunitas di wilayah tersebut
d. Keamanan dan keselamatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 RW 08 kelurahan
Margahayu, tidak ditemukan masalah-masalah yang memicu gangguan
baik secara fisik, sosial, ataupun mental. Warga secara bergilir
melakukan ronde malam dengan jadwal teratur. Dalam dua bulan
terakhir tercatat kurang lebih 3 kasus kehilangan kendaraan berupa motor
e. Sarana komunitas
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 RW 08 kelurahan
Margahayu, warga mendapatkan informasi kesehatan melalui
penyuluhan dari ibu-ibu kader dan melalui media elektronik seperti
handphone untuk mengakses info berkaitan dengan kesehatan.
f. Rekreasi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 02 dan RT 08
kelurahan Margahayu, terdapat sebuah mall yaitu Blu Plaza yang
umumnya dimanfaatkan warga sebagai area rekreasi. Sebagian warga
lainnya umumnya cenderung menghabiskan waktu libur bersama
keluarga di rumah dengan menonton televisi.
3.2 PENGKAJIAN
66
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia
67
3. Komposisi Penduduk berdasarkan Karakteristik Agama
Berdasarkan hasil pengkajian data sekunder pada karakteristik agama
diperoleh hasil frekuensi dan presentase sebagai berikut
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Kelas Sosial Penduduk Berdasarkan Tingkat
Penghasilan
Penghasilan Frekuensi Presentase
< 1.000.000 35 19,9 %
1.000.000 – 3.000.000 71 40,3 %
> 3.000.000 70 39,8%
TOTAL 654 100 %
68
2. Kelas social Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Kelas Sosial Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Tidak disi 2 0,3 %
Tidak bekerja 370 56,6 %
Karyawan swasta 127 19,4 %
Wiraswasta 94 14,4 %
PNS 36 5,5 %
Buruh 8 1,2 %
Pensiunan 17 2,6 %
TOTAL 654 100 %
69
II. LINGKUNGAN FISIK
70
Berdasarkan Tabel 2.9 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
diwilayah RW 08 menggunakan tempat penampungan air terbuka sejumlah 113
(64,2 %).
d) Keberadaan Jentik Nyamuk
Tabel 3.10
Distribusi temuan jentik dalam penampungan air
Jentik Frekuensi Presentase
ya 16 9,1 %
Tidak 158 89,8 %
Tidak diisi 2 1,1 %
f) Pembuangan Sampah
Tabel 3.12
Distribusi Pembuangan Sampah
Pengolahan Sampah Frekuensi Presentase
Ditimbun 4 2,3 %
Dibakar 9 5,1 %
Sembarangan tempat 1 0,6 %
Tempat sampah 160 90,9 %
Tidak disi 2 1,1%
TOTAL 176 100 %
71
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 90,9 %
pembuangan sampahnya menggunakan tempat sampah.
g) Pembuangan Limbah
Tabel 3.13
Distribusi Kebiasaan keluarga BAB dan BAK
Kebiasaan BAB dan BAK Frekuensi Presentase
Jamban/Wc 176 100 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 semua warga
sudah menggunakan WC untuk BAB dan BAK.
Tabel 3.14
Distribusi Kondisi Saluran Pembuangan Air
Saluran pembuangan Air Frekuensi Presentase
Lancar 173 96,3 %
Tersumbat 2 1,1 %
Tidak diisi 1 0,76%
h) Kandang Ternak
Tabel 3.15
Distribusi Kepemilikan kandang ternak
Kandang ternak Frekuensi Presentase
Ada 12 6,8 %
Tidak 164 93,2 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 93,2 %
warganya tidak mempunyai kandang ternak.
72
III. KONDISI KESEHATAN UMUM
A. Pelayanan Kesehatan
1. Sarana Pengobatan
Tabel 3.16
Distribusi Sarana Pengobatan
Sarana Pengobatan Frekuensi Presentase
Rumah Sakit 44 25 %
Puskesmas 91 51,7 %
Dokter praktik 24 13,6 %
Perawat 3 1,7 %
Tidak disi 1 0,6 %
Lain-lain 13 7,4 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 mayoritas
menggunakan Puskesmas (51,7 %) sebagai sarana pengobatan.
Tabel 3.17
Distribusi Kebiasaan sebelum ke Pelayanan Kesehatan
Kebiasaan sebelum ke Frekuensi Presentase
Pelayanan Kesehatan
Beli obat bebas 148 84,1 %
Jamu 20 11,4 %
Tidak diisi 8 4,5 %
73
B. Masalah Kesehatan Khusus
Tabel 3.18
Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan 6 bulan terakhir
Masalah Kesehatan Frekuensi Presentase
Tidak ada masalah 29 16,5 %
Demam Berdarah 1 0,6 %
Batuk Pilek 127 72,2 %
Asma 1 0,6 %
Typoid 2 1,1 %
Lain-lain 16 9,1 %
TOTAL 176 100 %
Tabel 3.20
Distribusi Frekuensi Akseptor KB
Akseptor KB Frekuensi Presentase
Ya 13 7,4 %
Tidak 163 92,6 %
74
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa di wilayah RW 08 sebagian besar
(92,6 %) tidak menggunakan KB.
B. Ibu Hamil
Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil
Ibu Hamil Frekuensi Presentase
Ya 163 92,6 %
Tidak 13 7,4 %
Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil yang mendapatkan Imunisasi TT
Ibu Hamil Frekuensi Presentase
Ya 9 5,1 %
Tidak 4 2,3 %
Tidak diisi 163 92,6 5
TOTAL 176 100 %
C. Balita
Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita
Balita Frekuensi Presentase
Tidak 138 78,4 %
Ya 38 21,6 %
TOTAL 176 100 %
75
Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita Yang Sudah di Imunisasi
Balita Frekuensi Presentase
Tidak 6 3,4 %
Ya 32 18,2 %
Tidak diisi 138 78,4 %
TOTAL 176 100 %
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah usia remaja di
wilayah RW 08 ada 104 orang.
76
Tabel 3.26
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit pada Lansia
Jenis Penyakit Frekuensi Presentase
Tidak ada masalah 138 78,4 %
Asma 1 0,6 %
TBC 1 0,6 %
Hipertensi 10 5,7 %
Kencing manis 4 2,3 %
Reumatik 1 0,6 %
Osteoporosis 2 1,1 %
Penyakit kulit 4 2,3 %
Jantung 2 1,1 %
Lain-lain 4 2,3 %
Tidak ada Keluhan 9 5,1 %
77
Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 03-04-2020 yang
bersumber dari http://corona.bekasikota.go.id/ diketahui total pasien
ada 505 orang yang masuk dalam masalah COVID-19 di Kota Bekasi.
Dari 505 orang tersebut, sebanyak 258 orang yang masuk klasifikasi
Orang Dalam Pemantauan (ODP), sebanyak 198 orang masuk dalam
klasifikasi Pasien Dalam Pengawasan (PDP), sebanyak 49 orang masuk
dalam klasifikasi Terkonfirmasi
Total pasien meninggal dengan klasifikasi covid-19 dengan tambahan
penyakit khusus sebanyak 23 orang, dan pasien yang meninggal
dengan klasifikasi positif covid-19 murni ada 2 orang.
78
Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 03-04-2020 yang bersumber dari
http://corona.bekasikota.go.id/ diketahui total pasien ada 505 orang yang masuk
dalam masalah COVID-19 di Kota Bekasi. Data tersebut tersebar di 12 kecamatan
yang ada di Kota Bekasi.
79
3.3. ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1. • Berdasarkan kelompok penyakit pada Resiko tinggi terjadinya
usia lansia menunjukkan bahwa jenis peningkatan angka
penyakit pada lansia di wilayah RW 08 kejadian penyakit
paling banyak adalah hipertensi 10 orang degenerative (hipertensi)
(5,7 %) dari 26 jumlah lansia secara pada lansia
keseluruhan.
80
3. • Berdasarkan data hasil wawancara
dengan kader di wilayah RW 08 tidak ada
data ODP dan PDP.
81
Prioritas Masalah (Stanhope & Lancaster)
82
Prioritas Masalah (Stanhope & Lancaster)
2. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit
degenerative pada lansia
83
3. Resiko tinggi penularan covid 19
84
3.4. POA KEPERAWATAN KOMUNITAS
RW : 08 KEL : MARGAHAYU KEC : BEKASI TIMUR
1 Berdasarkan data yang Melakukan Kanda Satria 15-04-2020 Menggunakan Rp 200.000 Pribadi
85
klasifikasi Pasien Dalam berdekatan dengan
Pengawasan (PDP), orang yang sakit.
sebanyak 49 orang masuk
Hindari menyentuh
dalam klasifikasi
hewan atau unggas
Terkonfirmasi
liar.
Total pasien meninggal
dengan klasifikasi covid- Membersihkan dan
19 dengan tambahan mensterilkan
penyakit khusus sebanyak permukaan benda
23 orang, dan pasien yang yang sering
meninggal dengan digunakan.
klasifikasi positif covid-
Tutup hidung dan
19 murni ada 2 orang
mulut ketika bersin
atau batuk dengan
Diketahui pasien dengan
tisu. Kemudian,
sebaran covid-19 di Kota
buanglah tisu dan
Bekasi terbanyakpada
cuci tangan hingga
kecamatan Bekasi Timur
bersih.
yaitu 72 orang yang
terdiri dari 24 orang Jangan keluar
(ODP), 38 orang (PDP) rumah dalam
dan 10 orang keadaan sakit.
Terkonfirmasi
86
Kenakan masker
dan segera berobat
ke fasilitas
kesehatan ketika
mengalami gejala
penyakit saluran
napas.
87
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan Sasaran Sumber Media Waktu
1. Resiko terjadinya Tupan: 1.1 Penyuluhan kepada Ibu-ibu di Kelompok 3 Daring / Selasa 14
peningkatan jumlah Setelah warga Dusun RT RT 02 RW online melalui April 2020
penderita penyakit dilakukan 02 RW 08 08 aplikasi :
ISPA pada balita dan tindakan Margahayu Margahayu Whatsapp
anak- anak di RT 02 keperawatan Telepone
RW 08 Margahayu diharapakan 1.2 Memberikan
warga di RT 02 leaflet ISPA
DO: RW 08
Hasil wawancara Margahayu 1.3 Memberikan poster
- Banyak balita dan dapat tentang ISPA
anak-anak di RT 02 memahami
RW 08 Margahayu penyakit ISPA
sedang menderita dan cara
batuk dan pilek penanganannya
- Banyak debu
berterbangan Tupen:
pada siang hari Setelah
- Sebagian besar diberikan
warga edukasi
mengatakan diharapkan:
penyebab sering 1. Pengetahua
Batuk karena n ibu
keujanan (cuaca), tentang
kebiasaan jajan ISPA
es, debu meningkat
2. Pengetahua
n kader
tentang
kesehatan
keluarga
meningkat
88
Data sekunder
- ISPA merupakan
masalah kesehatan
paling banyak
selama 6 bulan
terakhir
- Jumlah warga di
RT 02 RW 08
Margahayu
sebanyak 127 orang
89
NO MASALAH KEP. RENCANA PENANGGUNG WAKTU TEMPAT DANA SUMBER
KEGIATAN
KOMUNITAS KEGIATAN JAWAB KEGIATAN
1. Resiko tinggi − Memberikan Mahasiswa − kamis , 09 Media Online Mahasiswa
terjadinya pendidikan STIKES Bani April 2020 jam melalui aplikasi STIKES Bani
peningkatan angka kesehatan Saleh. 17 : 00 s/d − Whatsapp Saleh
kejadian penyakit kepada selesai − Telephone
degenerative masyarakat oleh − youtube
( hipertensi) pada mahasiswa
lansia. stikes bani
saleh) melalui
media social
(video channel
youtube) kepada
kader RW 08
90
mengenai
penyakit
hipertensi dan
cara
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
91
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RW :
08 KEL : MARGAHAYU KEC : BEKASI TIMUR
92
- Lansia mampu hipertensi via pengertian,
memanfaatkan online jenis, tanda
fasilitas dengan cara dan gejala,
pelayanan menyebarkan penyebab, cara
kesehatan yang video pencegahan,
ada melalui dan
Kader pengobatan
setempat tradisional
yang bisa
dilakukan
untuk
menurunkan
tekanan darah.
Dengan cara
menyebarkan
video penkes
ke grup WA
RT dan kader
93
di wilayah RW
08.
− Lakukan
Follow up
tentang respon
warga terhadap
video tersebut
melalui kader.
94
3.5. Implementasi (Pelaksanaan Kegiatan)
1 Melakukan cara yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk Kader memberikan respon positif Komunikasi dengan kader dilakukan
terkait pemberian penkes melalui melalui whatsapp, terkadang respon yang
mengurangi risiko terjangkit virus corona (Covid-19) salah satu
media whatsapp diberikan dalam waktu lama
nya sebagai berikut:
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama
Kader sudah membagikan
20 detik hingga bersih.
video tersebut ke group RT Tidak bisa bertemu
Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dan Rw setempat. langsung dengan warga
Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu.
Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih.
95
Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
96
NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN
1. Tanggal 10 April 2020
Pembuatan leaflet dan poster tentang ISPA Kader memberikan respon Komunikasi dengan kader
Melakukan koordinasi dengan kader setempat positif terkait pemberian dilakukan melalui whatsapp,
melalui whatsapp terkait penyuluhan kesehatan penkes melalui media terkadang respon yang diberikan
tentang ISPA whatsapp dalam waktu lama
Bekerjasama dengan kader untuk menyebarkan
leaflet tentang ISPA kepada group WA RT dan RW
di wilayah tersebut.
97
NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN
1. Tanggal 09 April 2020 − Kader memberikan respon - Tidak bisa bertemu langsung
− Melakukan koordinasi dengan kader setempat melalui positif terkait pemberian dengan warga jadi sulit untuk
whatsapp terkait penyuluhan kesehatan tentang penkes melalui media melakukan edukasi, sehingga
hipertensi pada lansia melalui video you tube. youtube. respon warga kurang
- Mungkin kuota internet
warga tidak ada, jadi warga
− Bekerjasama dengan kader untuk menyebarkan video − Kader sudah membagikan tidak bisa membuka vidio
penkes tentang hipertensi kepada group WA RT dan video tersebut ke group RT edukasi hipertensi
RW di wilayah tersebut. dan Rw setempat.
98
HARI
TANGGAL EVALUASI PARAF
JAM
9 April S : Kader mengatakan sudah membagikan vidio edukasi tentang cara pencegahan coronavirus,
2020 tetapi warga belum ada respon
O:
- Masyarakat antusias dengan masalah wabah covid.
- Masyarakat belum dapat mengetahui tentang pengertian , penyebab, coronavirus
P : Lakukan pemantauan via whatsaap melalui kader tentang vidio edukasi dan poster
99
No Diagnosis Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Resiko peningkatan jumlah
1 14/04/2020 KIE tentang ISPA Evaluasi struktur:
penderita ISPA 1) Kegiatan telah direncanakan 1 minggu
sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Kegiatan ini difasilitasi oleh kader wilayah
RT 02 Margahayu
Evaluasi proses
Kegiatan berlangsung lancar
Kegiatan diikuti oleh 29 orang
Peserta aktif memberikan respon
Edukasi difokuskan pada pencegahan dan
penanganan ISPA
Kegiatan mendapatkan feedback positif
Evaluasi hasil
Peserta dapat menyebutkan kembali
pencegahan dan penanganan ISPA
Pokok-pokok pesan tersampaikan kepada
warga masyarakat.
a
b
100
HARI
TANGGAL EVALUASI PARAF
JAM
Jumat, 10 April S : Kader mengatakan sudah membagikan vidio edukasi tentang hipertensi, tetapi warga belum
2020 ada respon
O:- Masyarakat tidak tampak antusias untuk mengikuti penyuluhan tentang hipertensi
- Masyarakat sedang fokus dengan masalah wabah covid.
- Masyarakat belum dapat mengetahui tentang pengertian , penyebab, tanda dan gejala
P : Lakukan pemantauan via whatsaap melalui kader tentang vidio edukasi hipertensi
101
BAB IV
PEMBAHASAN
102
keamanan dan keselamatan politik, kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi , ekonomi dan
realisasi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara dan
pengolahan data sekunder dari data mahasiswa praktek Profesi Ners
sebelumnya yang disusun berdasarkan prioritas masalah. Pengkajian
dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di wilayah Margahayu.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat pengkajian.
1. Strenght / Kekuatan :
a. Adanya dukungan positif dari Masyarakat/ keluarga yang diminta data
( Masyarakat cukup kooperatif ).
b. Adanya kader yang berperan aktif dalam pengumpulan data.
c. Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari
PKM wilayah Margahayu.
d. Adanya dukungan dari kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan para remaja mesjid di wilayah Margahayu.
2. Weekness / Kelemahan :
a. Pendidikan yang rendah yang menghambat pemahaman
masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan dan pengisian
quesioner.
b. Kondisi pandemi COVID 19 menyebabkan komunikasi dengan
warga hanya bisa melalui darin/online
3. Opportunity / Kesempatan
a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan
b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup sehat
103
4. Threat / Ancaman
a. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
b. Jawaban hasil pendataan yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
104
4.3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi atau menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan yang terdiri dari :
1) Menentukan prioritas masalah
2) Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus
3) Menetapkan Kriteria evaluasi dan Standar
4) Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
Jadi rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan memberi alasan ilmiah berdasarkan
literature, hasil penelitian dan pengalaman praktik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat Perencanaan keperawatan komunitas.
1. Strength / Kekuatan
a) Dukungan dari Pemerintah dan kelurahan Margahayu.
b) Adanya dukungan kader posyandu yang berperan dalam
perencanaan kegiatan.
2. Weekness / Kelemahan
Kondisi pandemi Covid 19 komunikasi dengan kader hanya dilakukan
melalui darin/online.
3. Opertunity / Kesempatan
a. Banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam
kegiatan yang direncanakan meskipun melalui darin/online
b. Bantuan dari pihak terkait yang diwujudkan dalam beberapa kegiatan
yang telah direncanakan.
4. Threat / Ancaman
Kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya
akan berkurang berhubungan dengan komunikasi tidak dilakukan secara
tatap muka.
105
4.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, dalam melaksanakan
tindakan harus benar-benar melakukan kontrak waktu dengan masyarakat
agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat implementasi.
b. Weekness / Kelemahan
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang himbauan social
distancing.
c. Opportunity / Kesempatan
Sejalan dengan beberapa kegiatan program pemerintah dan
Puseksmas, misalnya hand hygiene dan etika batuk
d. Threat / Ancaman
Tidak adanya tindak lanjut terutama dari masyarakat karena
beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya masyarakat
Tidak adanya tindak lanjut dengan Pemerintah setempat dan
pihak Puskesmas setempat.
106
II. Masalah kesehatan II : Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA
a. Strenght / Kekuatan
Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap
kegiatan.
Adanya PUSKESMAS sebagai fasilitas kesehatan terdekat.
b. Weekness / Kelemahan
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat ke Puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan
c. Opportunity / Kesempatan
Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan
puskesmas, misalnya, program pemeriksaan kesehatan balita dan
lansia
d. Threat / Ancaman
Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih
kurang untuk selalu mengontrol kondisi kesehatan pada
fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.
Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.
107
d. Threat / Ancaman
Tingkat pendidikan rata – rata penduduk yang rendah
Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.
A. Tindak Lanjut
1. Kepada instansi yang terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan
masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dan dapat memenuhi
fasilitas sarana pelayanan kesehatan
2. Kepada masyarakat agar lebih memanfaatkan sarana kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatannya
3. Kepada kader kesehatan sekiranya dapat lebih meningkatkan peran serta
aktifnya dalam turut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Untuk Puskesmas sebagai garis Depan Pelayanan kesehatan masyarakat
untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama terhadap kelompok-
kelompok yang berisiko, dalam hal ini yang mungkin belum terjamah
adalah kesehatan lansia.
108
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Lingkup keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Pada masyarakat kelurahan Margahayu RT 02 dan RT 08 RW
08 memiliki masalah antara lain :
1. Resiko peningkatan jumlah penderita ISPA.
2. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejiadian penyakit degenerative
pada lansia (hipertensi)
3. Resiko tinggi penularan covid 19
4. Resiko terjadinya penyakit yang di sebebabkan oleh sanitasi lingkungan yang
kurang baik Tujuan akhir dari pelaksanaan praktek keperawatan komunitas
ini adalah memandirikan masyarakat dalam melaksanakan perilaku hidup
sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
oleh masyarakat di Margahayu RT 02 dan RT 08 RW 08 Bekasi timur.
5.2. Kendala
Mahasiswa mempunyai kendala dengan warga atau bu kader, karena
pembelajaran lewat, WA , PJJ, atau telp dan warga yang kurang kooperatif.
Sehingga mahasiswa sangat sulit mendapat infomasi untuk memperoleh data di
Rt 02 dan Rt 08 Rw 08 kelurahan Margahayu. Begitupun data dari Puskesmas
Karang Kitri. Untuk memperoleh data Profil Wilayah kurang mendapatkan
respon yang baik dari petugas puskesmas, mungkin dikarenakan perlunya
koordinasi pihak kampus dengan puskesmas yaitu dengan menunjukan surat
pengantar resmi sebagai bukti pelaksanaan praktek klinik lapangan.
109
Sampai beberapa hari datang untuk menemui petugas tidak pernah
mendapat penjelasan dan keterangan yang jelas dan memuaskan. Kami
hanya di suruh menunggu yang tidak pasti.
Termasuk disaat melakukan implementasi dan evaluasi. Masyarakat pada
umumnya kurang tertarik dengan model implementasi berbasis teknologi internet
(Whatsapp, youtube dll). Mereka pada umumnya lebih tertarik edukasi secara
langsung dengan tatap muka dan komunikasi langsung. Apalagi saat ini sedang
terjadi wabah corona atau covid 19. Masyarakat sangat selektif dan tertutup
dengan orang baru dan pendatang. Ini menjadi kendala yang sangat berarti.
5.3. Rekomendasi
Kesehatan merupakan hal sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Pada
kenyataannya di lapangan masih sedikit kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bukan saja
tugas dari masing-masing individu melainkan dari orang sekitar dan juga tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan. Namun, dukungan dari pihak
pemerintah juga sangat penting demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk lebih memaksimalkan hasil yang akan diperoleh mahasiswa pada saat
melakukan praktek keperawatan komunitas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Perlu usaha untuk melibatkan masyarakat secara penuh dengan kemampuaan
yang dimiliki, khususnya dengan aspek ekonomi dan sumber daya manusia
yang baik sehingga kegiatan terlaksana dengan baik.
2. Perlu adanya pemantauan atau observasi dan tindak lanjut terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kader kesehatan, petugas puskesmas
dan instansi kesehatan.
3. Kerjasama yang adekuat antara STKES Bani Saleh dengan pihak instansi
kelurahan dan pihak puskesmas Karang Kitri serta warga RT02 dan RT 08
RW 08 yang dijadikan lahan praktek oleh mahasiswa, sehingga Pembinaan
dapat dilakukan secara berkesinambungan
110
LAMPIRAN
A. KELOMPOK 1
TAHAP PENGKAJIAN
TAHAP INTERVENSI
TAHAP IMPLEMENTASI
C. KELOMPOK 3
TAHAP PENGKAJIAN
TAHAP IMPLEMENTASI
TAHAP EVALUASI
Evaluasi proses
Evaluasi Hasil
Tertular dari penderita ISPA pilek, demam
Daya tahan tubuh yang kurang Sedang : batuk,
Kurangnya sirkulasi udara dalam pilek, demam, sesak nafas
A. Pengertian Berat : batuk, pilek, tarikan
rumah
dinding dada.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Rumah kumuh
Atas) adalah infeksi saluran Gizi yang kurang
E. Komplikasi.
pernafasan atas yang ditandai dengan
batuk dan pilek. Bila menjalar keginjal akan
menyebabkan infeksi ginjal.
Bila mengenai jantung menye-babkan
C. Tanda & Gejala infeksi pada otot jantung.
Bila mengenai otak menyebabkan
Demam yang tinggi
radang selaput otak.
Merasa dingin sampai mau
Bila mengenai telinga menye-babkan
menggigil
infeksi pada telinga.
Sakit kepala.
E. Pencegahan
Batuk-batuk
Lemah Hindari pendekatan dengan
Malaise (letih lesu) penderita ISPA bila seseorang ada
B. Penyebab
Bersin-bersin riwayat penyakit dan daya tahan
Umumnya disebabkan oleh kuman atau
D. Klasifikasi ISPA tubuh yang kurang
virus dengan faktor resiko :
Ringan : batuk,
Perbaiki sirkulasi / peredaran udara fasilitas kesehatan yang dapat
dalam rumah (jendela dan ventilasi) dikunjungi :
- Rumah sakit,
Makan makanan yang banyak - Puskesmas,
mengandung gizi seimbang - Dokter praktek dan klinik.
Cara Mengobati Ispa Secara Bila sakit berlanjut segera periksa ke fasilitas
Tradisional
kesehatan terdekat seperti Puskesmas, klinik
Jeruk nipis diperas dan
swasta, ke dokter praktik atau rumah sakit
diambil airnya sebanyak satu
sendok
Ambil kecap manis sebanyak
satu sendok juga Kelompok 3
Campurkan kedua bahan dan
aduk rata
Diminumkan kepada penderita Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
yang sakit. Bekasi
Profesi Ners
2020
Poster ISPA
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih
bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019
Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020.
Frequently Asked Questions About SARS.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
https://tirto.id/cara-virus-corona-covid-19-menyebar-menurut-who-eBPk
IDI - Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2020. Outbereak
Pneumonia Virus Wuhan.
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Medscape. Diakses pada 2020. What is the role of coronavirus in the etiology of
viral pneumonia?
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta:
Sagung Seto