Anda di halaman 1dari 43

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KELURAHAN


GADINGREJO KECAMATAN GADINGREJO
KOTA PASURUAN

Disusun Oleh:
dr. Mariska

Pembimbing :
dr. Emmy Wijayanti
Nenny Kusumawardani, SKM. M.AP
dr. Vita Romalia

UPT PUSKESMAS GADINGREJO


DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN
2016

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang berjudul
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kelurahan Gadingrejo Kecamatan
Gadingrejo Kota Pasuruan Tugas ini merupakan syarat dalam menyelesaikan
program internsip.
Dengan selesainya penulisan mini project ini secara khusus penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada dr Emmi Wijayanti
selaku pembimbing kami dan ibu Nenny Kusumawardani SKM. M.AP selaku
Kepala Puskesmas Gading Rejo dan dr Vita Romalia selaku pembimbing di
Puskesmas Gading Rejo Kota Pasuruan yang banyak memberikan bimbingan,
nasehat, dan bantuan serta seluruh pegawai Puskesmas Gadingrejo yang
membantu dan mengantar penulis agar dapat terjun langsung di kelurahan gading
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project ini.
Akhir kata penulis merasa bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala kritik, saran, dan masukan akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pasuruan, Oktober 2016


Penulis

dr. Mariska

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ................................................... 3
2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga ..................... 3
2.2.1 Definisi PHBS di Rumah Tangga .......................................... 3
2.2.2 Manfaat PHBS di Rumah Tangga .......................................... 4
2.2.3 Indikator PHBS di Rumah Tangga ........................................ 5
BAB III. METODE
3.1 Desain Mini Project ......................................................................... 10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 10
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 10
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ............................................. 10
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 10
3.6 Teknik Pengolahan Data ................................................................. 11
3.7 Analisis Data ................................................................................... 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Puskesmas Gadingrejo.......................................................... 12
4.1.1 Data Geografis .......................................................................... 12
4.1.2 Data Demografik ....................................................................... 12
4.1.3 Data Tenaga Kesehatan ............................................................. 13
4.1.4 Data Sarana Pelayanan Kesehatan ............................................ 14

3
4.2 Hasil Mini Project ........................................................................... 15
4.2.1 Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan ........................... 15
4.2.2 Memberikan ASI Eksklusif ...................................................... 17
4.2.3 Mencuci Tangan Sebelum Makan ........................................... 19
4.2.4 Anak Pernah Mengalami Gejala Cacingan .............................. 20
4.2.5 Rumah Menjadi Sarang Nyamuk ............................................. 22
4.2.6 Berolahraga Minimal Tiga Kali dalam Seminggu .................. 23
4.2.7 Mengukur Berat Badan Balita Setiap Bulan ........................... 24
4.2.8 Terdapat Jamban Sehat di Rumah ........................................... 26
4.2.9 Terdapat Anggota Keluarga yang Merokok di Rumah ........... 27
4.2.10 Mengkonsumsi Buah dan Sayur ........................................... 29
4.2.11 Tersedia Sarana Air Bersih di Rumah .................................. 30
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 33
5.2 Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

4
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek penting yang harus memperoleh perhatian


dimana pengelolaannya harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Pencegahan
terhadap timbulnya penyakit dapat diusahakan melalui pemberdayaan perilaku
hidup bersih dan sehat (Pusat Promosi Kesehatan, 2014).

Penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada masyarakat


Indonesia masih merupakan suatu masalah. Hal ini dikarenakan pengetahuan
mengenai manfaat hidup sehat tergantung berbagai faktor. Kebiasaan-kebiasaan
awam yang dilakukan oleh generasi terdahulu, seperti buang air maupun mandi di
sungai merupakan kejadian sehari-hari yang masih banyak dijumpai. Hampir 50-
60 % penduduk Indonesia yang berada dalam kota, tidak memiliki fasilitas
sanitasi dasar (Millenium Developments Goals Indonesia, 2011).

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran


atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009). PHBS dilakukan melalui pendekatan
tatanan yaitu, PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja,
PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum (Departemen Kesehatan
RI, 2009).

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota


rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat. PHBS seseorang berhubungan dengan peningkatan kesehatan individu,
keluarga, masyarakat dan lingkungannya (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Jawa Timur termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang masih


memiliki tingkat PHBS pada 2012 masih rendah yaitu 36,7 % dari target 60 %

5
yang ditetapkan (Singgih, 2014). Di Kabupaten Pasuruan, persentase rumah
tangga sehat tahun 2015 sebesar 42,6 % (16,104 KK), dibandingkan tahun 2014
sebesar 42,7 % (17,702 KK) capaiannya menurun. Akses masyarakat terhadap
jamban yang sehat di Kabupaten Pasuruan sudah ada peningkatan dari 60,03 %
tahun 2014 menjadi 65,39 % tahun 2015 dan telah melebihi target sebesar 65 %.
Kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan meningkat dari tahun 2014
sebesar 65,22 % menjadi 71,92% di tahun 2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan, 2015).

Berbagai faktor yang menghambat masyarakat menjalankan perilaku


hidup bersih dan sehat antara lain adalah meliputi pendidikan dan pengetahuan
terhadap PHBS. Masing-masing faktor ini saling berinteraksi dan pengaruh
terhadap fase akhir, yaitu praktek PHBS (Anies, 2006). Sehubungan dengan
masih rendahnya persentase rumah tangga sehat, peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai PHBS di Kelurahan Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo,
Kota Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat di Kelurahan


Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan?

1.3 Tujuan

Mini project ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku hidup


bersih dan sehat di Kelurahan Gadingrejo Kota Pasuruan.

1.4 Manfaat

a. Bagi puskesmas, sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas


Kesehatan Kota Pasuruan khususnya UPT Puskesmas Gadingrejo Kota
Pasuruan dalam usaha evaluasi PHBS.
b. Bagi pembaca, sebagai media untuk menambah wawasan dan
referensi/kajian mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di Kelurahan
Gadingrejo Kota Pasuruan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau


menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar
mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi
pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). PHBS merupakan wujud keberadaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat (Departemen Kesehatan RI, 2000).

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di RumahTangga

2.2.1 Definisi PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk


menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk
hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan
agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (Departemen KesehatanRI, 2006).

7
Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota rumah tangga yang
terdiri dari pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia
lanjut, pengasuh anak (Dinkes Jawa Barat, 2007).

2.2.2 Manfaat PHBS di RumahTangga

Adapun manfaat PHBS di rumah tangga adalah (Dinkes Jawa Barat,


2007):

1. Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit


2. Mampu mengupayakan lingkungan sehat
3. Peningkatan kinerja dan citra alokasi biaya penanganan masalah
kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan sehat dan
penyediaan sarana kesehatan merata, bermutu dan terjangkau
4. Anak tumbuh sehat dan cerdas
5. Mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
6. Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan
PHBS di rumah tangga
7. Produktivitas anggota keluarga meningkat
8. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
9. Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
seperti posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok
pemakai air, dan ambulans desa.

2.2.3 Indikator PHBS di RumahTangga

Indikator pada tatanan rumah tangga adalah sebagai berikut:

a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk
ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

8
kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga
mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

b) Memberi ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain. Pemberian ASI secara mutlak penting dilakukan
mengingat manfaat yang akan diperoleh bayi. Hal ini untuk menghindari
alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena pada usia ini
bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna
makanan atau minuman lain.

c) Menimbang balita setiap bulan


Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan megetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang
atau gizi buruk. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat
sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan
anak beresiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya, bila kenaikan
berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi resiko
kelebihan gizi (DepartemenKesehatanRI, 2007).

d) Menggunakan air bersih


Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak dan mencuci. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat
penting adalah kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu untuk
keperluan air minum, air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Syarat-syarat air
minum yang sehat adalah sebagai berikut:

9
1) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya.

2) Syarat Bakteriologis
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit
(patogen) seperti bakteri e colli melebihi batas-batas yang telah
ditentukan, yait 1 e colli / 100 ml air.

3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu
zat kimia dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia (Notoatmodjo,2007).

e) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan
penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,
karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Mencuci tangan dapat dilakukan setiap kali tangan kotor. Cara mencuci
tangan yang benar adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus
anti bakteri
2) Gosok tangan setidaknya 15-20 detik
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela
jari dan kuku
4) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir
5) Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan
air (Departemen Kesehatan RI, 2007).

10
f) Menggunakan jamban yang sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa
dan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung
akhir. Kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks yakni melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus,
disentri, kolera, cacingan, skistosomiasis dan sebagainya. Untuk mencegah
sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003).

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2004):
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan
berjarak 10-15 meter dari sumber ait minum
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah sekitar
4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
warna
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang


baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu:

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

11
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana
yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan

Dengan menggunakan jamban maka dapat menjaga lingkungan bersih,


sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya,
tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit dan
lainnya.

g) Membersihkan jentik didalam rumah seminggu sekali


Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan dengan cara 3M Plus, yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti
bak mandi, wc, drum seminggu sekali
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air,
tempayan, dan lainnya
3. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat


lainnya seminggu sekali
2. Memperbaiki saluran talang air yang tidak lancar atau rusak
3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon
4. Menaburkan bubuk larvasida
5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam
6. Memasang kawat kasa
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di kamar
8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
9. Menggunakan kelambu

12
10. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

h) Mengkonsumsi buah dan sayur


Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yangmemenuhi
kebutuhan zat gizi sesuai dengan pedomam umum gizi seimbang. Pola 4
sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan
baik, mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Biasakan anggota keluarga mengkonsumsi minimal 2 porsi sayut dan 3
porsi buah atau sebaliknya setiap hari. Semua jenis sayuran bagus untuk
dimakan terutama sayuran yang berwarna hijau tua, kuning, oranye.
Begitu pula buah, semua bagus untuk dimakan terutama yang berwarna
merah dan kuning karena lebih banyak mengandung vitamin dan mineral
serta seratnya.

i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung,
stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-
lain. Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih
kuat, bentuk tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar
secara keseluruhan.

j) Tidak merokok di dalam rumah


Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan
mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang
paling berbahaya adalah nikotin, tar dan karbonmonoksida. Nikotin ini
menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar
menyebabkan kerusakan paru-paru dan kanker. Karbonmonoksida
menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati (Departemen Kesehatan RI, 2007).

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Mini Project

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, yang bertujuan


untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat di Kelurahan Gadingrejo Kota Pasuruan.

3.2. Tempat dan WaktuPenelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo


Kota Pasuruan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September 2016
Oktober 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan
Gadingrejo Kota Pasuruan.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kelurahan
Gadingrejo yang datang ke Posyandu.Dari setiap posyandu diambil 10 orang ibu
rumah tangga. Teknik pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

A. Kriteria inklusi
a) Seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan Gadingrejo Kota Pasuruan.

B. Kriteria Eksklusi
a) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
b) Pasien yang tidak mampu membaca dan menulis.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara


langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Angket

14
atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini dibuat secara
terstruktur dengan benuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice question)
dan pertanyaan terbuka (open question).

3.6 Teknik Pengolahan Data


Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul
kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Tahap-tahap
pengolahan data tersebut adalah:
1. Penyuntingan
Semua daftar pertanyaan wawancara, data kuesioner yang berhasil
dikumpulkan selanjutnya diperiksa terlebih dahulu dan dikelompokkan.

2. Penyusunan dan Perhitungan Data


Penyusunan dan perhitungan data dilakukan secara manual.

3. Tabulasi
Data yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram.

3.7 Analisis Data


Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban
2. Menampilkan jawaban responden dalam bentuk tabel dan diagram.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Gadingrejo

Puskesmas Gadingrejo merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

yang secara administratif mempunyai daerah yang terbagi atas 4 kelurahan.

Kelurahan tersebut antara lain kelurahan Gadingrejo, Kelurahan Gentong,

Kelurahan Sebani dan Kelurahan Bukir.

4.1.1 Data Geografis

Puskesmas Gadingrejo Kota Pasuruan terletak 7,63140 LS dan 112,87860

BT, dengan alamat Jl. Irian Jaya No. 5 Gading Rejo. Puskesmas Gadingrejo

merupakan dataran rendah yang terletak di Kota Pasuruan bagian utara. Adapun

batas-batas Puskesmas Gadingrejo adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Trajeng

Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Kebonsari

Sebelah Barat : Wilayah Puskesmass Karang Ketug

4.1.2 Data Demografik

Puskesmas Gadingrejo mempunyai luas cakupan 3,44 km2 dihuni oleh

penduduk sebanyak 23.419 jiwa dan 6.962 rumah tangga.

16
Tabel. 2.1. Data Kependudukan Puskesmas Gadingrejo Tahun 2015

No Kelurahan Jumlah Jumlah Kepadatan


Penduduk Rumah Penduduk
Tangga per Km2
1 Gadingrejo 10.774 3.242 7576,69

2 Gentong 5.132 1.578 6271,01

3 Sebani 3.429 1.030 3710,34

4 Bukir 4.084 1.112 7575,76

Jumlah 23.419 6962

4.1.3 Data Tenaga Kesehatan

Sumber daya manusia kesehatan merupakan bagian penting dari upaya

peningkatan pembangunan kesehatan bangsa. Pada pelaksanaannya, Pemerintah

memegang peranan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,

pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Menurut Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 1996, tenaga kesehatan yang merupakan bagian

dari SDM Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga

kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik

dan tenaga keteknisian medis.

Tabel 2.2 Ketenagaan di Puskesmas Gadingrejo Kota Pasuruan Tahun 2015

Ketenagaan Jumlah Satuan

Dokter 2 orang

Dokter Gigi 1 orang

Bidan 16 orang

17
Perawat 10 orang

Perawat gigi 1 orang

Tenaga Kefarmasian 1 orang

Nutrisionis 2 orang

Tenaga Kesehatan Masyarakat 0 orang

Sanitarian 1 orang

Tenaga Keterapian Fisik 0 orang

Tenaga Keterapian Medis 1 orang

Pejabat Struktural 2 orang

Staf Penunjang Administrasi 8 orang

4.1.4 Data Sarana Pelayanan Kesehatan

Adapun peralatan dan prasarana kesehatan berdasarkan laporan

rekapitulasi mutasi barang antara lain:

Tabel 2.3. Peralatan dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Gadingrejo Kota


Pasuruan tahun 2015
Nama Barang Jumlah

Alat-alat angkutan 12

Alat kantor dan rumah tangga 89

Alat studio dan alat komunikasi 14

Alat-alat kedokteran 139

Alat laboratorium 2

Bangunan gedung 16

Instalasi 1

18
4.2 Hasil Mini Project

Mini Project ini dilakukan di Puskesmas Gadingrejo Kota Pasuruan dari


Bulan September Oktober 2016. Mini Project ini dilakukan dengan metode
penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 110 responden. Seluruh responden
diambil dari 11 posyandu yang terdapat di Kelurahan Gadingrejo. Posyandu
tersebut terdiri dari Posyandu Flamboyan, Kana, Kenanga, Kemuning, Cempaka,
Sedap malam, Seruni, Nusa Indah, Gading putih, Tulip dan Teratai. Dari
penelitian ini didapatkan gambaran perilaku hidup bersih dan sehat di Kelurahan
Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.

4.2.1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan ibu yang


dibantu oleh tenaga kesehatan seperti bidan. Pada penelitian ini dapat dilihat
bahwa 107 orang responden (97 %) persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Sebagian besar ditolong oleh bidan dan beberapa orang ditolong oleh dokter.
Namun terdapat 3 orang responden (3 %) yang mengaku persalinannya ditolong
oleh dukun beranak.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden melahirkan di dukun yaitu:


Tidak ada biaya untuk melahirkan di tenaga kesehatan dan malas untuk
mengurus jaminan.
Adanya faktor adat istiadat dimana terdapat kepercayaan keluarga bahwa
lebih baik melahirkan di dukun.
Ketidaktahuan ibu tentang tanda-tanda persalinan sehingga tidak
mempersiapkan kelahiran.
Tingkat pendidikan yang jelek.

Solusinya:
Petugas harus lebih aktif.
Perlu adanya pendekatan kemitraan bidan dan dukun.

19
Perlu adanya kegiatan kelas ibu hamil. Kegiatan ini sudah dilaksanakan
namun kurang mengenai sasaran. Nantinya perlu lebih ditekankan
mengenai tanda-tanda persalinan.

3%

Ditolong oleh tenaga


kesehatan
Tidak ditolong oleh tenaga
kesehatan

97%

Gambar 1. Diagram lingkaran pertolongan persalinan

10
9
8
7
6
5
4
3 Persalinan ditolong oleh
2 tenaga kesehatan
1
0

Gambar 2. Diagram batang pertolongan persalinan

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun Nurhajati di
Desa Samir Tulungagung. Di Desa Samir seluruh persalinan ditolong oleh bidan.
Artinya 100% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Nunun, 2015).

20
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Gustia di
Kabupaten Kuantan Singingi. Di Kabupaten Kuantan Singingi mayoritas
responden persalinannya ditolong oleh dukun beranak sebanyak 56 orang (80 %).
Responden yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan hanya sebanyak 14
orang (20 %) (Fitriani, 2014).

4.2.2 Memberikan ASI eksklusif

Memberikan ASI eksklusif adalah ibu memberikan ASI kepada bayi tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi selama 6 bulan. Pada penelitian ini dapat
dilihat hanya 20 orang responden (18 %) yang memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan. 90 orang responden (82 %) tidak memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan. Sebagian responden mengaku tidak memberikan ASI, sebagian
memberikan ASI dibawah 3 bulan, dan sebagian lagi menjawab memberikan ASI
eksklusif selama 2 tahun. Peneliti menduga responden kurang mengerti pengertian
dari pemberian ASI eksklusif sehingga menjawab memberikan ASI eksklusif
selama 2 tahun. Responden yang tidak memberikan ASI, mengaku bahwa ASI
nya tidak keluar dan tidak berobat ke puskesmas untuk mendapatkan vitamin.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden tidak memberikan ASI


eksklusif:
Kurangnya konsultasi gizi pada ibu menyusui sehingga ASI tidak
mencukupi.
Ibu bekerja sehingga waktu bersama anak berkurang.
Penyuluhan tentang ASI eksklusif masih kurang.

Solusinya:
Perlu adanya konsultasi gizi pada ibu menyusui sehingga kebutuhan gizi
untuk ibu menyusui tercukupi.
Mengajarkan mengenai cara pompa ASI dan menyimpan ASI.
Meningkatkan kegiatan penyuluhan ASI eksklusif.

21
18%

Memberikan ASI ekslusif

Tidak memberikan ASI


eksklusif

82%

Gambar 3. Diagram lingkaran pemberian ASI eksklusif

10
9
8
7
6
5
4
3 Memberikan ASI eksklusif
2
1
0

Gambar 4. Diagram batang pemberian ASI eksklusif

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani 2014
dan Nunun 2015. Di Kabupaten Kuantan Singingi responden yang memberikan
ASI eksklusif hanya sebanyak 22,85 %. Di Desa Samir Tulungagung, hanya 17 %
responden yang memberikan ASI eksklusif (Fitriani, 2014 dan Nunun, 2015).

22
4.2.3 Mencuci tangan sebelum makan

Mencuci tangan sebelum makan dilakukan untuk membunuh kuman yang


ada di tangan agar tidak tertelan pada saat makan. Pada penelitian ini dapat dilihat
seluruh responden (100 %) mencuci tangan sebelum makan. Sebagian menjawab
mencuci tangan menggunakan sabun dan sebagian menjawab mencuci tangan
menggunakan air bersih ataupun air yang mengalir. Dapat dilihat bahwa seluruh
responden sudah sangat baik dalam hal mencuci tangan. Kedepannya perlu
diajarkan cara mencuci tangan tujuh langkah.

Mencuci tangan sebelum


makan

100%

Gambar 5. Diagram lingkaran mencuci tangan sebelum makan

10
9
8
7
6
5
4
3 Mencuci tangan sebelum
2 makan
1
0

Gambar 6. Diagram batang mencuci tangan sebelum makan

23
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun 2015. Di
Desa Samir Tulungagung, 100% responden menjawab mencuci tangan sebelum
makan menggunakan air bersih dan sabun (Nunun, 2015). Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani 2014, terdapat 87,14 % responden tidak
mencuci tangan. Hanya 12,86 % responden yang mencuci tangan sebelum makan
menggunakan air bersih dan sabun (Fitriani, 2014).

4.2.4 Anak pernah mengalami gejala cacingan

Di Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum. Infeksinya


pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus.
Diperkirakan lebih dari 60 % anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi
cacing (Zulkani, 2011).

Pada penelitian ini dapat dilihat terdapat 89 responden (81 %) yang pernah
mengalami gejala cacingan pada anaknya. Beberapa responden mengaku pernah
melihat cacing keluar dari dubur anaknya. Sebagian responden memiliki anak
yang punya gejala gatal di dubur dan sebagian lagi memiliki anak yang punya
gejala penurunan berat badan. Padahal jika ditinjau, 100% responden sudah
mencuci tangan sebelum makan. Tetapi angka kejadian cacingan masih tinggi.

Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian cacingan tinggi yaitu:


Cara mencuci tangan kurang benar.
Tidak memotong kuku.
Makanan tidak ditutup.

Solusinya:
Sosialisasi cara cuci tangan tujuh langkah.
Penyuluhan mengenai infeksi cacing.
Perlu ditingkatkan upaya pemberian obat cacing.

24
19%

Tidak pernah

Anak pernah mengalami


gejala cacingan

81%

Gambar 7. Diagram lingkaran anak pernah mengalami gejala cacingan

10
9
8
7
6
5
4
3 Anak pernah mengalami
2 gejala cacingan
1
0

Gambar 8. Diagram batang anak pernah mengalami gejala cacingan

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Untung. Di


Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, terdapat 39 orang anak (24,1 %) yang
terinfeksi cacing (Untung, 2016). Sedangkan di Kelurahan Mangunharjo,
Kecamatan Tugu Kota, Semarang terlihat 30 orang anak (34,1 %) terinfeksi oleh
cacing (Erma N, 2008).

25
4.2.5 Rumah menjadi sarang nyamuk

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 95 orang responden (86 %)


mengakui rumahnya sebagai sarang nyamuk. Penyebabnya bervariasi, mulai dari
sampah yang dibuang sembarangan, tidak menguras bak mandi, dan terdapat
genangan air.

Solusinya:
Perlu ditingkatkan kerja bakti.
Perlu diusulkan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap RT.
Penempelan stiker bebas jentik.

14%

Tidak

Rumah menjadi sarang


nyamuk

86%

Gambar 9. Diagram lingkaran rumah menjadi sarang nyamuk

10
9
8
7
6
5
4
3 Rumah menjadi sarang
2 nyamuk
1
0

Gambar 10. Diagram batang rumah menjadi sarang nyamuk

26
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani 2014. Di
Kabupaten Kuantan Sengingi 81,42% responden tidak memberantas jentik
nyamuk sehingga rumahnya menjadi sarang nyamuk (Fitriani, 2014). Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun 2015. Di Desa Samir Tulungagung,
sebagian besar (70,5 %) responden mempunyai rumah yang bebas jentik (Nunun,
2015).

4.2.6 Berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 33 orang responden (30 %)


berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu. Dari 77 orang responden (70 %)
sisanya, sebagian mengaku tidak berolahraga sama sekali, dan sebagian mengaku
berolahraga hanya sekali dalam seminggu. Rendahnya persentase responden yang
melakukan olahraga dikarenakan tingkat pengetahuan yang rendah akan manfaat
berolahraga. Selain itu masyarakat berfikir bahwa aktivitas sehari-hari seperti
pekerjaan rumah sudah dapat menggantikan olahraga itu sendiri.

Dari LB 1 didapatkan jumlah kunjungan untuk penyakit diabetes mellitus


tipe II di Kelurahan Gadingrejo dari bulan Januari 2016 hingga Oktober 2016
berjumlah 343 pasien. Sedangkan jumlah kunjungan pasien hipertensi berjumlah
904 untuk periode yang sama. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kelurahan Gadingrejo yang berjumlah 10.774 penduduk, maka persentase untuk
penyakit diabetes mellitus tipe 2 sebesar 3% dan persentase untuk penyakit
hipertensi sebesar 8,4 %. Kurangnya berolahraga sangat erat kaitannya dengan
penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Hal tersebut sesuai
bahwa kurangnya kebiasaan berolahraga pada penduduk Kelurahan Gadingrejo
mengakibatkan penduduk rentan untuk terkena penyakit degeneratif.

27
30%
Berolahraga minimal 3x
seminggu
Tidak

70%

Gambar 11. Diagram lingkaran berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu

10
9
8
7
6
5
4
3 Berolahraga minimal 3x
2 seminggu
1
0

Gambar 12. Diagram batang berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani. Di


Kabupaten Kuantan Sengingi, seluruh responden melakukan olehraga lebih dari
tiga kali dalam seminggu (Fitriani, 2014).

4.2.7 Mengukur berat badan balita setiap bulan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 97 orang responden (88 %)


mengukur berat badan balitanya setiap bulan. Tiga belas orang responden (12 %)
mengaku tidak mengukur berat badan balitanya setiap bulan. Beberapa mengaku

28
mengukur berat badan balitanya setiap dua bulan. Namun ada juga yang
menjawab tidak pernah mengukur berat badan balitanya padahal saat itu dia
sedang membawa balitanya ke posyandu.

Faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak megukur berat badan balita


setiap bulan yaitu:
Ibu kurang menyadari pentingnya menimbang berat badan balita setiap
bulan.
Tingkat pengetahuan yang rendah.

Solusinya:
Kader harus lebih aktif untuk mengajak warganya dating ke posyandu.
Penyuluhan mengenai manfaat menimbang berat badan setiap bulan.

12%

Mengukur BB balita setiap


bulan
Tidak

88%

Gambar 13. Diagram lingkaran mengukur BB balita setiap bulan

29
10
8
6
4
Mengukur BB balita setiap
2 bulan
0

Gambar 14. Diagram batang mengukur BB balita setiap bulan

Hal ini seusuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun. Di Desa
Samir Tulungagung, 100 % balita ditimbang setiapbulan di posyandu (Nunun,
2015). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani. Di Kabupaten
Kuantan Sengingi mayoritas responden (60 %) tidak menimbang bayi dan balita
setiap bulan (Fitriani, 2014).

4.2.8 Terdapat jamban sehat di rumah

Pada penelitian ini didapatkan 90 orang responden (81,8 %) memiliki


jamban sehat di rumah. Dari 20 orang responden (18,2 %), sebagian mengaku
memiliki jamban namun tidak memenuhi kriteria dan sebagian lagi sama sekali
tidak memiliki jamban di rumah. Warga yang tidak memiliki jamban di rumah,
mandi dan BAB di WC umum.

Dari data hasil survey rumah tangga Puskesmas Gadingrejo tahun 2016
dapat dilihat bahwa 1.956 KK mempunyai jamban di rumah masing-masing.
Sebanyak 1.882 KK diantaranya mempunyai septic tank sedangkan 74 KK tidak
mempunyai septic tank.

30
Tidak
ada, 20

Terdapat
jamban sehat,
90

Gambar 15. Diagram lingkaran jamban sehat

10
9
8
7
6
5
4
3 Terdapat jamban sehat di
2 rumah
1
0

Gambar 16. Diagram batang jamban sehat

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun. Di Desa
Samir Tulungagung, sebanyak 82,3 % rumah memiliki jamban yang sehat
(Fitriani, 2014). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani. Di
Kabupaten Kuantan Sengingi, mayoritas responden tidak menggunakan jamban
sehat yaitu sebanyak 61,42% responden (Nunun, 2015).

4.2.9 Terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah

Pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 68 orang responden (62 %)


yang memiliki keluarga yang merokok di rumah. Hanya 42 orang responden (38
%) yang anggota keluarganya tidak ada yang merokok. Padahal seluruh responden
dalam penelitian ini memiliki balita di rumahnya yang sangat rentan terserang

31
penyakit saluran pernafasan apabila terpapar asap rokok. Meskipun sudah
mengerti bahwa di dalam satu punting rokok yang dihisap, akan dikeluarkan
4.000 bahan kimia berbahaya, namun mereka tetap melakukannya dan
mengabaikan kesehatan anggota keluarga lain.

Solusinya: Diperlukan adanya penyuluhan mengenai bahaya asap rokok.

38% Tidak ada

Terdapat anggota keluarga


62% yang merokok di rumah

Gambar 17. Diagram lingkaran terdapat anggota keluarga yang merokok di rumah

10
9
8
7
6
5
4 Terdapat anggota keluarga
3 yang merokok didalam
2 rumah
1
0

Gambar 18. Diagram batang terdapat anggota keluarga yang merokok di rumah

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani dan Nunun.
Di Kabupaten Kuantan Sengingi, sebanyak 80 % responden terdapat anggota

32
keluarga yang merokok di rumah (Fitriani, 2014). Di Desa Samir Tulungagung,
sebanyak 60 % dalam rumah tangga ada anggota keluarga yang merokok didalam
rumah (Nunun, 2015).

4.2.10 Mengkonsumsi buah dan sayur

Apabila dipandang dari sudut manfaatnya, buah dan sayur mengandung


vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta
mengandung serat yang tinggi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa 105 orang
responden (95 %) mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari ataupun beberapa
kali dalam seminggu. Lima orang responden (5 %) mengaku sama sekali tidak
mengkonsumsi buah dan sayur.

5%

Mengkonsumsi buah dan


sayur
Tidak

95%

Gambar 19. Diagram lingkaran mengkonsumsi buah dan sayur

33
10
9
8
7
6
5
4
3 Mengkonsumsi buah dan
2 sayur
1
0

Gambar 20. Diagram batang mengkonsumsi buah dan sayur

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani. DI


Kabupaten Kuantan Sengingi, mayoritas responden tidak mengkonsumsi buah dan
sayur setiap hari yaitu sebanyak 88,57 % responden (Fitriani, 2014). Sedangkan di
Desa Samir Tulungagung hanya 52 % responden yang mengkonsumsi buah dan
sayur setiap hari (Nunun, 2015).

4.2.11 Tersedia sarana air bersih di rumah

Syarat air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa 98 orang responden (89 %) memiliki air
bersih di rumah. Dua belas orang responden (11 %) mengaku terdapat endapan
pada air di rumahnya.

Ketersediaan air bersih sangat erat kaitannya dengan penyakit diare.


Dilihat dari LB 1, jumlah pasien diare di kelurahan gadingrejo dari bulan Januari
2016 hingga Oktober 2016 sejumlah 1.259 pasien. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk Kelurahan Gadingrejo 10.774 penduduk, maka persentase
kejadian diare sebesar 11,7 % untuk periode 10 bulan. Hal ini sesuai karena
terdapat rumah yang masih belum memiliki sarana air bersih.

34
Solusinya:
Perlu adanya sosialisasi mengenai ciri-ciri air bersih.
Tim puskesmas perlu melihat langsung ke rumah-rumah warga.

11%

Tersedia air bersih di rumah


Tidak

89%

Gambar 21. Diagram lingkaran tersedia sarana air bersih di rumah

10
9
8
7
6
5
4
3 Tersedia air bersih di rumah
2
1
0

Gambar 22. Diagram batang tersedia sarana air bersih di rumah

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunun. Di Desa
Samir Tulungagung, sebanyak 84,1 % responden mempunyai sarana air bersih di
rumah yang memenuhi syarat (Nunun, 2015). Sedangkan di Kabupaten Kuantan

35
Sengingi, sebanyak 59,98 % responden tidak memiliki sarana air bersih di rumah
(Fitriani, 2014).

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) di Kelurahan Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan
berkaitan dengan indikator PHBS di rumah tangga. Adapun kesimpulannya
sebagai berikut:

1. Hampir seluruh responden melakukan persalinan di tenaga kesehatan.


2. Hanya sebagian kecil responden yang memberikan ASI eksklusif.
3. Seluruh responden mencuci tangan sebelum makan menggunakan air
bersih.
4. Sebagian besar responden mempunyai anak yang memiliki gejala-gejala
cacingan.
5. Sebagian besar responden mengakui bahwa rumahnya menjadi sarang
nyamuk.
6. Hanya sebagian kecil responden yang berolahraga minimal tiga kali dalam
seminggu.
7. Sebagian besar responden mengukur berat badan balita setiap bulan.
8. Sebagian besar responden memiliki jamban sehat di rumah sesuai dengan
kriteria.
9. Sebagian besar responden memiliki anggota keluarga yang merokok di
rumah.
10. Hampir seluruh responden mengkonsumsi buah dan sayur sehari-hari.
11. Sebagian besar responden memiliki sarana air bersih di rumah yang sesuai
dengan kriteria.

37
5.2 Saran

1. Kader Posyandu diharapkan terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan


sehat yang baik untuk diri dan lingkungan masyarakatnya sehingga
masyarakat dapat mencontohnya.
2. Puskesmas sebaiknya terus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
mendukung terwujudnya rumah tangga sehat seperti melaksanakan
pemeriksaan jentik berkala bersama masyarakat, senam bersama, serta
kegiatan lainnya.
3. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi cacing masih harus
ditingkatkan. Upaya tersebut dapat berupa pemberian obat cacing dengan
dosis yang tepat dan mengurangi resiko infeksi cacing parasit.
4. Perlu adanya pendekatan kemitraan bidan dan dukun.
5. Perlu adanya kegiatan kelas ibu hamil. Kegiatan ini sudah dilaksanakan
namun kurang mengenai sasaran. Nantinya perlu lebih ditekankan
mengenai tanda-tanda persalinan.
6. Perlu adanya konsultasi gizi pada ibu menyusui sehingga kebutuhan gizi
untuk ibu menyusui tercukupi.
7. Mengajarkan mengenai cara pompa ASI dan menyimpan ASI.
8. Meningkatkan kegiatan penyuluhan ASI eksklusif.
9. Perlu adanya sosialisasi cuci tangan tujuh langkah.
10. Perlu ditingkatkan kerja bakti agar lingkungan menjadi bersih dan sehat.
11. Perlu diusulkan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap RT.
12. Penempelan stiker bebas jentik.
13. Kader harus lebih aktif untuk mengajak warganya dating ke posyandu.
14. Penyuluhan mengenai manfaat menimbang berat badan setiap bulan.
15. Perlu adanya penyuluhan mengenai bahaya asap rokok.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2006. Seri Lingkungan dan Penyakit Managemen Berbasis


Lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Pembinaan Program Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI, 2004. Pengkajian Kuantitatf Rumah Tangga


Sehat dengan Metode Survey Cepat Seri 1, Jakarta: Departemen Kesehatan
RI

Departemen Kesehatan RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di


Daerah Melalui Dana Dekon 2006. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pusat Promosi Kesehatan dalam


Pencapaian PHBS: www.promosikesehatan.com

Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International dan Coorperation
Agency).

Departemen Kesehatan RI, 2010. Panduan Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat di Rumah Tangga. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.

Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat:
www.dinkes.jabarprov.go.id

Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pasuruan. 2015. Profil Kesehatan


Kabupaten Pasuruan Tahun 2015: www.depkes.go.id

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006. Pedoman Program


Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga,
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Erma Nihlatul, 2008. Hubungan Pola Asuhan Ibu dengan Kejadian Infeksi
Cacing Oxyuris vermicularis pada Anak-anak SD Negeri Panggung
Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang, Semarang: FK
UNDIP

Fitriani Gusia N, Jonyanis, 2014. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam
Rumah Tangga Pada Masyarakat Desa Gunung Kesiangan, Kecamatan
Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jom FISIP Volume 1 no 2

39
Millenium Development Goals Indonesia. 2011. Laporan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011: www.bappenas.go.id

Notoatmodjo, S, 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta

Nunun Nurhajati, 2015. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat


Desa Samir dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat: www.jurnal-
unita.org

Pusat Promosi Kesehatan (20113, January 08), from PROMKES Pusat


Promosi Kesehatan: www.promkes.dpkes.go.id.

Singgih. (2014, February 12), from Suara Karya Online: www.suarakarya-


online.com

Zulkani A, 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan


Masyarakat, Teknik Lingkungan, Jogjakarta: Nuha Medika.

40
Lampiran

KUESIONER PHBS

Nama Responden :
Usia :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
o Tidak sekolah
o Tamat SD
o Tamat SMP
o Tamat SMA
Nama kepala keluarga :

Jawablah pertanyaan berikut. (Jawaban boleh lebih dari satu)

1. Apakah anda mengetahui apa saja perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga?
o Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
o Bayi diberi ASI eksklusif
o Menimbang bayi dan balita
o Ketersediaan air bersih
o Cuci tangan pakai sabun
o Ketersediaan jamban sehat
o Memberantasjentik nyamuk
o Mengkonsumsi buah dan sayur
o Melakukan aktivitas fisik setiap hari
o Tidak merokok di dalam rumah

2. Apakah anda pernah melahirkan? Jika sudah, siapa yang menolong persalinan
anda?
o Dokter
o Bidan

41
o Tenaga kesehatan
o Dukun beranak

3. Sampai umur berapa anda memberikan ASI eksklusif?


o <3 bulan
o 6 bulan
o 1 tahun
o 2 tahun

4. Apa yang anda lakukan sebelum makan?


o Mencuci tangan
o Mencuci tangan menggunakan air bersih
o Mencuci tangan menggunakan sabun
o Mencuci tangan menggunakan air yang mengalir
o Tidak perlu mencuci tangan

5. Apakah anak anda pernah mengalami gejala sebagai berikut?


o Gatal di daerah dubur
o Keluar cacing dari dubur
o Penurunan berat badan
o Keluar cacing dari hidung dan mulut

6. Apakah dirumah anda banyak nyamuk? Jika ya, apa yang menyebabkan rumah anda
menjadi sarang nyamuk?
o Sampah yang dibuang sembarangan
o Banyaknya genangan air
o Tidak menguras bak mandi

7. Seberapa sering anda berolah raga?


o Setiap hari
o 3 kali dalam seminggu
o 1 kali dalam seminggu
o Tidak pernah

8. Apakah anda memiliki bayi / balita? Jika ya, seberapa sering anda mengukur berat
badan bayi / balita anda?
o Setiap bulan
o Setiap dua bulan
o Setiap 6 bulan
o Tidak pernah

9. Apakah di rumah anda terdapat jamban? Jika ya, bagaimana kondisi jamban di
rumah anda?
o Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan berjarak
10-15 meter dari sumber air bersih
o Tidak berbau
o Tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
o Cukup luas dan miring kearah lubang

42
o Mudah dibersihkan
o Dilengkapi dinding dan atap pelindung
o Cukup penerangan
o Ventilasi cukup baik
o Tersedia air dan alat pembersih

10. Apakah didalam rumah anda terdapat anggota keluarga yang merokok?
o Ya
o Tidak

11. Seberapa sering anda mengkonsumsi buah dan sayur?


o Setiap hari
o Beberapa kali dalam seminggu
o Tidak pernah
12. Bagaimana kondisi air dirumah anda?
o Tidak berwarna
o Tidak berbau
o Tidak berasa
o Terdapat endapan

43

Anda mungkin juga menyukai