Disusun oleh:
1. dr. Kevin Chikrista
2. dr. Siti Aulia Rahmah
3. dr. Stephen T. Ompusunggu
4. dr. Zirrialifa Arafa
Peserta Internship
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang
merupakan tugas dalam mengikuti Program Internship Dokter Indonesia.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
semua staf Puskesmas dan semua pihak yang terlibat, mini project ini tidak akan
dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkankan terima kasih kepada :
1. Yang terhormat, Pendamping Internsip dr. Eman Sulaeman yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan mini project di Puskesmas
Sungai Kakap.
2. Yang terhormat Kepala Puskesmas, Hj. Rusliah Marni, S.ST, yang telah
memberikan izin untuk melakukan mini project di Puskesmas Punggur.
3. Yang terhormat dr. Nasrullah, dr. Erian, dr. Vani, dan dr. Novita yang tidak
pernah lelah menjawab pertanyaan dari penulis selama internsip di Puskesmas
Sungai Kakap.
4. Semua pegawai dan staf di Puskesmas Sungai Kakap yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan mini project ini.
Akhirnya penulis berharap dengan segala kekurangan yang mungkin ada, mini
project ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya Puskesmas
Sungai Kakap
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Di abad ke-21 ini, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di
dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan 17,3 juta orang meninggal
karena penyakit kardiovaskuler. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Oleh karena itu, penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan serius yang harus
diatasi.1 Berdasarkan data Global Burden of Disease tahun 2000, 50 % dari penyakit
kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi.1
Hipertensi telah lama dikenal sebagai faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler. Menurut
data WHO dan International Society of Hypertension (ISH) saat ini terdapat 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahun.2 Hipertensi menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
komplikasi seperti kebutaan, gangguan ginjal, penyakit jantung koroner dan stroke. Hasil
penelitian WHO pada tahun 2000 menunjukkan bahwa 62% kasus stroke dan 49% kasus
serangan jantung disebabkan oleh hipertensi.3
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi, meliputi faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi seperti jenis kelamin, keturunan, usia. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, stress, obesitas,
aktivitas fisik. Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Sungai Kakap jumlah kunjungan
pasien hipertensi pada Januari 2021 sampai November 2021 berjumlah 741 pasien dan
menempati posisi pertama dalam jumlah penyakit terbesar di Puskesmas Sungai Kakap.
1
Pencatatan mengenai prevalensi dan faktor risiko hipertensi sangatlah dibutuhkan, namun
di Puskesmas Sungai Kakap belum terdapat gambaran faktor risiko hipertensi masyarakat
setempat. Selain itu nantinya data tersebut digunakan sebagai patokan melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi angka kejadian hipertensi. Berdasarkan data kunjungan pasien ke
Puskesmas Sungai Kakap sampai akhir November 2021 dimana terdapat kecenderungan untuk
bertambahnya angka kejadian hipertensi. Berdasarkan pertimbangan di atas tersebut, mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian gambaran faktor resiko kejadian hipertensi pada pasien yang
berkunjung ke poliklinik Puskesmas Sungai Kakap. Penelitian dilakukan pada pasien rawat jalan
di Puskesmas Sungai Kakap Kubu Raya dengan pertimbangan bahwa adanya peningkatan jumlah
kasus hipertensi.
Bagaimana gambaran faktor resiko pasien hipertensi di poliklinik Puskesmas Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya pada bulan November tahun 2021?
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
i. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan penderita hipertensi di Puskesmas Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya.
ii. Mengidentifikasi faktor resiko penderita hipertensi di Puskesmas Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
iii. Mendapatkan tingkatan faktor resiko dari yang paling besar hingga kecil pada
angka kejadian Hipertensi di Puskesmas Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
1.4. Manfaat
2
b. Manfaat bagi Puskesmas
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Usia Dewasa >18 tahun Berdasarakan AHA 2017
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial seperti kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vascular dan lain-lain. Sekitar
10 persen dari pasien hipertensi tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder atau
hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder meliputi ± 5% dari total penderita hipertensi. Timbulnya penyakit
hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan seseorang.
Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah akibat stress yang parah,
penyakit atau gangguan ginjal, kehamilan atau pemakaian hormone pencegah kehamilan,
pemakian obat-obatan seperti heroin, kokain dan sebagainya, atau cedera kepala atau
perdarahan otak yang berat.4,5
Sedangkang berdasarkan bentuk hipertensi yaitu hipertensi diastolik, sistolik, dan campuran.5
5
1. Hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
sistolik. Paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2. Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Paling umum ditemui pada usia lanjut.
3. Hipertensi campuran yaitu peningkatan darah pada sistolik dan diastolik.
6
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Gambar 1. Patofosiologi hipertensi9
diubah dan faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah
adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau dapat dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang
tidak dapat diubah adalah faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau dicegah.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dicegah
1. Riwayat keluarga/keturunan
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang memiliki orang tua yang
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya tidak menderita
hipertensi. Namun demikian, bukan berarti semua yang memiliki keturunan hipertensi
pasti akan menderita penyakit hipertensi.
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Tentunya genetik
ini juga dihubungkan dengan faktor-faktor lingkungan lain yang kemudian menyebabkan
seseorang menderita hipertensi.10
Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya
hipertensi. Jika seseorang termasuk orang yang memiliki sifat genetik hipertensi primer
dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan lingkungannya
7
akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar 30 tahun akan mulai
muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.11
Menurut Shadine, dinyatakan pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka dengan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi, dugaan
inilah yang menyokong bahwa faktor genetic memiliki peran didalam terjadinya
hipertensi.4
2. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko
terserang hipertensi. Umur >40 tahun memiliki risiko terkena hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko untuk terserang hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar
50% diatas umur 60 tahun. Pada umumnya, hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun
sedangkan pada wanita sering terjadi setelah berumur 45 tahun.11
3. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat terlihat hasil yang ditemukan pada perempuan
sebanyak 28,8 persen dan pada laki-laki sebanyak 22,8 persen. Selain itu, Bustan juga
mengungkapkan wanita lebih banyak menderita hipertensi disbanding pria. Hal ini
dikarenakan terdapatnya hormone estrogen pada wanita.12
8
(overweight) adalah kelebihan berat badan termasuk didalamnya otot, tulang, lemak dan
air.13
Suraoka menyatakan untuk menentukan derajat obesitas yang paling sering digunakan
adalah ukuran Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT).11
Indeks Massa Tubuh (IMT) Klasifikasi
<16 Kurang Energi Protein III
16-16,9 Kurang Energi Protein II
17,18,5 Kurang Energi Protein I (Underweight)
18,5-24,9 Normal
25-29,9 Kelebihan Berat Badan (Overweight)
30-34,9 Obesitas I
35-39,9 Obesitas II
>40 Obesitas III
Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT Menurut WHO 2013.16
2. Pola Makan
Pendapatan yang meningkat pada kelompok masyarakat tertentu terutama di
perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, termasuk perubahan dalam pola
makan. Perubahan pola makan bergeser menjadi tinggi karbohidrat, lemak dan rendah serat
yang menyebabkan pola makan menjadi tidak seimbang.
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam pathogenesis hipertensi.
Hipertensi hamper tidak pernah ditemukan pada suku bangsa yang mengonsumsi grama
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram setiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah. Sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%.18
9
3. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang halus dapat
tertutup. Seseorang yang aktivitas fisiknya kurang sangat memengaruhi kesehatannya,
apalagi jika aktivitas kurang namun asupan makanan lebih banyak masuk, maka akan
menyebabkan penimbunan lemak yang akan menyebabkan obesitas.19,20
4. Perilaku Merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya
yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk kedalam aliran
darah dapatr merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.28
Seseorang merokok dua batang maka tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat
10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
menghisap rokok. Sedangkan untuk perokok berat tekanan darah akan berada pada level
tinggi sepanjang hari. Sementara itu, menurut penelitan Nurwidayanti 2013, wanita non
perokok yang terpapar asap rokok di rumah selama > 10 tahun memiliki risiko 1,19 kali
5. Stress
Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah stres.. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan
atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan.30
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Pada saat seseorang
mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan
tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung.
Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan
mengalami hipertensi.31,32
11
2.1.8. Tatalaksana Hipertensi
Jenis obat antihipertensi terbagi dalam beberapa golongan, antara lain:27
1. Diuretik :
Pada awalnya obat jenis diuretik ini bekerja dengan menimbulkan pengurangan
cairan tubuh secara keseluruhan (karena itu urin akan meningkat pada saat diuretik mulai
digunakan). Selanjutnya diikuti dengan penurunan resistansi pembuluh darah diseluruh
tubuh sehingga pembuluh-pembuluh darah tersebut menjadi lebih rileks.23 Diuretik terdiri
dari 4 subkelas yang digunakan sebagai terapi hipertensi yaitu tiazid, loop, penahan
kalium dan antagonis aldosteron. Diuretik terutama golongan tiazid merupakan lini
pertama terapi hipertensi. Bila dilakukan terapi kombinasi, diuretic menjadi salah satu
terapi yang direkomendasikan.
Obat jenis ini membantu tubuh untuk meniadakan tubuh dari cairan dan sodium
yang berlebihan sehingga pembuluh darah tidak terlalu berat bekerja karena terlalu
banyaknya cairan dalam tubuh, contohnya : Hidroklorotiazid (HCT)
2. Golongan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan angiotensin receptor
blocker (ARB)
ACEI menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II (vasokontriktor) terganggu. Sedangkan ARB menghalangi ikatan zat
angiotensi II pada reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi,
sehingga meringankan beban jantung. ACEI dan ARB diindikasikan terutama pada pasien
hipertensi dengan gagal jantung, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik. Menurut
penelitian ON TARGET, efektifitas ARB sama dengan ACEI. Secara umum, ACEI dan
ARB ditoleransi dengan baik dan efek sampinya jarang. Obat-obatan yang termasuk
golongan ACEI adalah captopril, lisinopril, dan ramipril.
3. Beta Blocker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi dan
daya pompa jantung. Obat golongan beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit
jantung koroner, prevensi terhadap serangan infark miokard ulangan dan gagal jantung.
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita asma bronkial. Pemakaian pada penderita
diabetes harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula
darah turun menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya).
Obat jenis ini akan membantu menghentikan efek dari adrenalin. Bekerja dengan
menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan darah.
12
Contohnya : Propanolol 10 mg, Atenolol 50 mg, 100 mg atau Bisoprolol 2,5 mg dan 5 mg
(concor).
4. Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Golongan Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium
kedalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga
arteri perifer. Ada dua kelompok obat CCB, yaitu dihidropyridin dan nondihidropyridin,
keduanya efektif untuk pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Secara keseluruhan, CCB
diindikasikan untuk pasien yang memiliki faktor risiko tinggi penyakit koroner dan untuk
pasien-pasien diabetes. Calcium Channel Blockers dengan durasi kerja pendek tidak
direkomendasikan pada praktek. Tinjauan sistematik menyatakan bahwa CCB ekuivalen
atau lebih inferior dibandingkan dengan obat antihipertensi lain.
2.1.9 Pencegahan
Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan menghindari faktor-faktor
pemicunya. Pada intinya, cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan
menjaga pola hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet (rendah garam, rendah
kolesterol, dan lemak jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi (menghindari stress dan
mengobati penyakit). Berikut adalah pedoman tatalaksana pencegahan Hipertensi oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI, 2015) antara lain:11,24
1) Mengontrol obesitas dan mengontrol berat badan
Bagi pendertia obesitas, harus mengupayakan mengontrol obesitasnya. Karena
selain berisko akan terkena hipertensi, penderita obesitas juga berisiko terkena penyakit-
penyakit lainnya. Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk mengontrol berat
badan. Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung. Cara terbaik
mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak
dan melakukan olahraga secara teratur.
2) Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam)
Pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sangat penting dilakukan dalam
usaha mengontrol tekanan darah. Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah di Indonesia. Tidak jarang pula penderita tidak
menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan
dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi
dosis obat antihipertensi pada penderita hipertensi derajat ≥2 dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2gr/hari.
3) Meningkatkan aktivitas fisik
13
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/hari, minimal 3
hari/minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah. Penderita yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktivitas rutin mereka ditempat
kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol
Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum di Negara
Indonesia, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol
lebih dari 2 gelas/hari pada pria atau 1 gelas/hari pada wanita dapat meningkatkan
tekanan darah. Dengan demikian pembatasan atau penghentian konsumsi alkohol sangat
membantu dalam menurunkan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
Walaupun sampai saat ini belum terbukti berefek langusng dapat menurunkan
tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit
kardiovaskular dan penderita sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
6) Menghindari stress
Suasana yang nyaman dan tenang sangat diperlukan dalam hidup. Menjauhkan diri
dari hal-hal yang membuat stress akan mengurangi risiko terkena hipertensi. Oleh karena
itu, perlu mencoba berbagai metode relaksasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.
7) Mengontrol tekanan darah
Hipertensi perlu dideteksi lebih dini. Pemeriksaan secara rutin dan berkala penting
dilakukan pada setiap orang. Sehingga dapat melakukan antisipasi dalam penanganan
penyakit hipertensi.
8) Mengobati penyakit
Adanya penyakit-penyakit tertentu, dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Usaha
yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati penyakit tersebut agar tidak
menimbulkan komplikasi hipertensi sehingga tidak semakin memperburuk kesehatannya
14
a. Sistem Kardiovaskuler
1. Arteriosklerosis : Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan dibawah
lapisan arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel-sel darah yang disebut trombosit akan
menggupal pada daerah yang rusak. Timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan
dinding akan menjadi berparut dan lemak menumpuk disana sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri.
2. Aneurisma: Adanya penggelembungan pada arteri akibat dari pembuluh darah yang tidak
elastis lagi, sering terjadi pada arteri otak atau aorta bagian bawah. Jika terjadi kebocoran
atau pecah sangat fatal akibatnya. Gejala yang ditimbulkan adalah penderita akan
mengalami sakit kepala yang berat.
3. Gagal jantung : Jantung tidak kuat dalam memompa darah yang kembali ke jantung
dengan cepat, sehingga akibatnya cairan terkumpul di paru-paru, kaki dan jaringan lainnya
sehingga terjadi edema yang dapat mengakibatkan sesak nafas.
b. Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan terserang stroke. Stroke disebut
juga dengan serangan otak, merupakan sejenis cidera otak yang disebabkan tersumbatnya atau
pecahnya pembuluh darah dalam otak sehingga pasokan darah ke otak terganggu.
c. Ginjal
Fungsi ginjal adalah membantu mengontrol tekanan darah dengan mengatur jumlah
natrium dan air didalam darah. Seperlima dalam darah yang di pompa jantung akan melewati
ginjal. Ginjal mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan air dalam darah.
Ginjal juga menghasilkan zat kimia yang mengontrol ukuran pembuluh darah dan
fungsinya, dimana hipertensi dapat melalui proses ini. Jika pembuluh darah dalam ginjal
mengalami arteriosklerosis karena tekanan darah tinggi, maka aliran darah ke saraf akan
menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dalam darah. Lama
kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti
berfungsi. Sebaliknya penurunan tekanan darah dapat memperlambat laju penyakit ginjal dan
mengurangi kemungkinan dilakukannnya cuci darah dan cangkok ginjal.
d. Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata, bahkan bisa
menyebabkan kebutaan. Sehingga banyak ditemukan penderita yang menderita hipertensi
sering mengalami kerusakan pada penglihatan.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Pasien menolak berpartisipasi dalam penelitian
Jadi, perhitungan jumlah subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
21
𝑛= 1 + 21(0.1) 2
𝑛= 21
= 17.35 ~ 17
1.21
Jadi, jumlah sampel minimal yang representatif dalam penelitian ini adalah 17
orang.
17
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Jenis Jenis kelamin ditentukan Kuesioner 1. Perempuan Nominal
Kelamin dari gambaran fenotip 2. Laki-laki
responden.
18
disiapkan.
19
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.
Kuesioner bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai gambaran faktor resiko
hipertensi.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama bertujuan untuk mengetahui data demografi responden yang terdiri
atas usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Bagian kedua berisi
pernyataan yang harus diisi oleh responden mengenai faktor risiko hipertensi yang
paling sesuai dengan pilihan “Ya” dan “Tidak”. Bagian ketiga merupakan
kuesioner faktor stress menggunakan format pernyataan yang berbeda, yaitu
dengan format yang dirujuk dari alat pengkajian skala stress oleh peneliti dari
Carnegie Mellon University. Instrumen ini terdiri dari 10 pernyataan dengan skala
likert. Pernyataan- pernyataan ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian
pertama terdiri dari peryataan satu sampai enam dengan pilihan jawaban: ‘Tidak
pernah’ (0), ‘Hampir tidak pernah’ (1), ‘Kadang-kadang’ (2), ‘Cukup sering’ (3),
dan ‘Sangat sering’ (4). Bagian kedua terdiri dari pernyataan tujuh sampai sepuluh
dengan pilihan jawaban: ‘Tidak pernah’ (4), ‘Hampir tidak pernah’ (3), ‘Kadang-
kadang’ (2), ‘Cukup sering’ (1), dan ‘Sangat sering’ (0). Nilai normal hasil
pengkajian ini pada laki-laki adalah 12 dan pada perempuan adalah 14. Semakin
tinggi nilai hasil pengkajian stress, semakin tinggi tingkat stress subjek
penelitian.42
3.8 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari data primer. Data
primer diperoleh dengan cara wawancara dan observasi langsung. Wawancara
dilakukan dengan berpatokan pada kuesioner untuk memperoleh data kuantitatif
dan kualitatif. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui gambaran faktor
resiko hipertensi.
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Subyek yang memenuhi kriteria inklusi tanpa ada kriteria eksklusi diberi
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini serta dimintakan kesediannya
20
dengan menandatangani informed consent. Data penelitian dikumpulkan melalui
kuisioner dan data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk tabel.
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Analisa data
dilakukan secara deskriptif, dimana data diskriptif ditampilkan dengan melihat
distribusi jawaban responden terhadap masing-masing pertanyaan. Kemudian
disajikan dalam bentuk naratif atau tabel (persentase).
3.10 Analisis Univariat
Teknik analisis data secara univariat bertujuan untuk menampilkan gambaran
variabel-variabel yang ada, baik variabel bebas, variabel terikat, maupun
karakteristik dari subjek penelitian, yang kemudian ditampilkan distribusi
frekuensinya.
3.11 Etika Penelitian
Peneliti melakukan informed consent terhadap subjek penelitian yang
bersangkutan secara langsung sebelum melakukan penelitian. Seluruh data pribadi
subjek penelitian yang didapat dijamin kerahasiaannya. Penelitian tidak dilakukan
pada subjek penelitian yang menolak untuk ikut dalam penelitian karena alasan
apapun.
3.12 Alur Penelitian
Populasi Terjangkau
Sampel
Informed consent
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, faktor risiko pasien hipertensi di Poliklinik Puskesmas
Sungai Kakap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
4.1.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 2 9.54%
Perempuan 19 90.46%
Total 21 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden pasien
hipertensi pada Poliklinik Puskesmas Sungai Kakap pada bulan November 2021 sebanyak
21 pasien, dengan sebagian besar berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 19 orang
(90,46%). Sedangkan responden laki-laki berjumlah 2 orang (9,54%)
4.1.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan n %
Tidak Tamat SD/Sederajat 6 28.6
Tamat SD/Sederajat 5 23.8
Tamat SMP/Sederajat 7 33.3
Tamat SMA/Sederajat 3 14.3
Tamat Sarjana/Diploma 0 0
Total 21 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 21 responden, sebagian
besar responden pasien hipertensi pada Poliklinik Puskesmas Sungai Kakap pada bulan
November 2021 memiliki tingkat pendidikan Tamat SMP/Sederajat, yaitu sebanyak 7
orang (33,3%), sedangkan untuk tingkat pendidikan Tidak Tamat SD/sederajat sebanyak 6
orang (28,6%), Tamat SD/sederajat sebanyak 5 orang (23,8%), Tamat SMA/sederajat
sebanyak 3 orang (14,3%), dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan
Sarjana/Diploma.
22
4.1.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan n %
IRT 12 57.14
Wiraswasta 3 14.28
Petani 6 28.58
PNS 0 0
Pegawai Swasta 0 0
Total 21 100.0
Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden penelitian ini merupakan IRT yaitu
sebanyak 12 orang (57.14%), sedangkan jumlah responden yang bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 3 orang (14.28%), dan sisanya sebanyak 6 orang (28.58%) bekerja
sebagai petani.
4.1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi pada Keluarga
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi pada
Keluarga
Riwayat Hipertensi pada n %
Keluarga
Ya 14 66.67
Tidak 7 33.33
Total 21 100.0
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa dari 21 responden, terdapat 14 orang
(66,67%) memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga, yaitu pada ayah/ibu kandung.
Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 7
orang (33,33%).
4.1.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Asin
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Asin
Kebiasaan Makan Makanan n %
Asin
Ya 11 52.38
Tidak 9 47.62
Total 21 100.0
Tabel 4.5 di atas memperlihatkan sebanyak 11 orang responden (52.38%) memiliki
kebiasaan makan makanan asin paling sedikit tiga kali dalam seminggu dan sebanyak 9
orang responden (47,62%) tidak memiliki kebiasaan makan makanan asin.
23
4.1.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Berlemak
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan
Berlemak
Kebiasaan Makan Makanan n %
Berlemak
Ya 9 42.85
Tidak 12 51.15
Total 21 100.0
Berdasarkan table 4.6 di atas, jumlah responden penelitian ini yang memiliki
kebiasaan makan makanan berlemak sebanyak 9 orang (42,85%), di mana sebagian besar
responden tidak memiliki kebiasaan makan makanan berlemak, yaitu berjumlah 12 orang
(51,15%).
4.1.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Merokok n %
Ya 1 4.76
Tidak 20 95.24
Total 21 100.0
24
4.1.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Stress
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Stress
Stress n %
Ya 8 38.1
Tidak 13 61.9
Total 21 100.0
Distribusi responden berdasarkan faktor stress dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tidak
stress dan stress. Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 21 orang
responden, hanya 8 orang (38,1%) yang memiliki faktor stress, sedangkan sisanya
sebanyak 13 orang (61,9%) tidak mengalami stress.
4.1.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan Olahraga n %
Ya 14 66.67
Tidak 7 33.33
Total 21 100.0
Dari tabel4.10 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
kebiasaan berolahraga, yakni sebanyak 14 orang (66,67%) dan hanya 7 orang (33,33%)
yang tidak memiliki kebiasaan olahraga.
25
4.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko pada paien hipertensi di
poliklinik Puskesmas Kakap pada bulan November 2021. Analisis univariat telah dilakukan pada
tiap variabel. Variabel pada analisis univariat penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan,
tingkat pendidikan, riwayat hipertensi dalam keluarga, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan
makan makanan berlemak, merokok, paparan asap rokok, faktor stress, dan kebiasaan
berolahraga.
26
rendah. Mereka yang berpendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk
berperilaku hidup sehat dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan kesehatan.35
Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian oleh Taiso dkk yang menyatakan
bahwa pasien hipertensi dominan memiliki tingkat pendidikan rendah. Hal ini berkaitan dengan
pengetahuan individu memengaruhi kesadaran terhadap perilaku pencegahan hipertensi,
dengan kata lain makin tinggi pengetahuan individu mengenai penyebab hipertensi, faktor
pemicu, tanda gejala, dan tekanan darah normal dan tidak normal maka individu akan
cenderung menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya hipertensi, seperti perilaku
merokok, minum kopi, dan obesitas.36
27
kadar sodium intraselulaler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi.37-38
28
kebiasaan merokok, hanya 7 orang di antaranya (33,33%) merupakan perokok pasif seperti yang
dapat dilihat dari tabel 4.8. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa lebh banyak pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok
dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Namun hasil penelitian ini dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin responden, di mana dalam penelitian ini hanya tedapat 2
responden yang berjenis kelamin laki-laki dan diketahui bahwa sebagian besar perokok aktif
berjenis kelamin laki-laki.34
4.2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Stress
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden, hanya 8 orang
(38,1%) yang memiliki faktor stress, sedangkan sisanya sebanyak 13 orang (61,9%) tidak
mengalami stress. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Suparta dan Razmi di mana
terdapat hubungan yang signifikan antara stress dan hipertensi. Namun, disebutkan pula bahwa
dalam penelitian tersebut, hipertensi tidak hanya disebabkan karena faktor stress.37
4.2.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga
Hasil analisis data yang disajikan pada tabel 4.10 menunjukkan distribusi data responden
hipertensi berdasarkan kebiasaan olahraga, di mana dalam penelitian ini terdapat 14 orang
(66,67%) dan hanya 7 orang (33,33%) yang tidak memiliki kebiasaan olahraga. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa responden yang tidak
melakukan aktivitas fisik rutin memiliki peluang 4,5 kali lebih besar untuk mengalami
hipertensi dibanding responden yang melakukan aktivitas fisik rutin.41
29
BAB V
KESIMPULAN DAN INTERVENSI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran faktor risiko pasien
hipertensi di Poliklinik Puskesmas Sungai Kakap bulan November 2021, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Distribusi responden hipertensi berdasarkan jenis kelamin, dari 21 responden yang paling
banyak ditemukan adalah responden perempuan, yaitu sebanyak 19 orang (90,46%).
Sedangkan responden laki-laki berjumlah 2 orang (9,54%)
2. Berdasarkan tingkat pendidikan, responden hipertensi yang paling banyak ditemukan
adalah tamat SMP/Sederajat, yaitu sebanyak 7 orang (33,3%), sedangkan untuk tingkat
pendidikan tidak tamat SD/sederajat sebanyak 6 orang (28,6%), tamat SD/sederajat
sebanyak 5 orang (23,8%), dan tamat SMA/sederajat sebanyak 3 orang (14,3%).
3. Distribusi responden hipertensi berdasarkan pekerjaan ditemukan paling banyak IRT yaitu
sebanyak 12 orang (57.14%), sedangkan jumlah responden yang bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 3 orang (14.28%), dan sisanya sebanyak 6 orang (28.58%) bekerja
sebagai petani.
4. Distribusi responden hipertensi berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga ditemukan
bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga, yaitu
sebanyak 14 orang (66,67%), sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi dalam keluarga sebanyak 7 orang (33,33%).
5. Berdasarkan kebiasaan makan makanan asin, ditemukan sebagian besar responden
memiiki kebiasaan makan makanan asin, yaitu sebanyak 11 orang responden (52.38%)
memiliki kebiasaan makan makanan asin paling sedikit tiga kali dalam seminggu dan
sebanyak 9 orang responden (47,62%) tidak memiliki kebiasaan makan makanan asin.
6. Distribusi responden hipertensi berdasarkan kebiasaan makan makanan berlemak dapat
ditemukan yang paling banyak adalah responden yang tidak memiliki kebiasaan makanan
berlemak, yaitu sebanyak 12 orang (51,15%). Sedangkan sisanya sebanyak 9 orang
(42,85%) tidak memiliki kebiasaan makan makanan berlemak.
7. Distribusi responden hipertensi berdasarkan kebiasaan merokok dapat ditemukan paling
banyak responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok, yaitu berjumlah 20 orang
(95,24%) dan hanya 1 orang (4,76%) responden yang merupakan perokok aktif. Dari 20
30
orang responden yang tidak merokok, terdapat 7 orang di antaranya (33,33%) merupakan
perokok pasif.
8. Distribusi responden berdasarkan faktor stress paling banyak ditemukan responden yang
tidak mengalami stress, yaitu sebanyak 13 orang (61,9%), sedangkan yang memiliki
faktor stress berjumlah 8 orang (38,1%).
9. Berdasarkan kebiasaan berolahraga, ditemukan sebanyak 14 orang responden (66,67%)
memiliki kebiasaan berolahraga dan hanya 7 orang (33,33%) yang tidak terbiasa
berolahraga.
5.2. Intervensi
1. Penyelenggaraan penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi, baik faktor yang dapat
dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi agar menambah wawasan
masyarakat sehingga lebih mawas diri terhadap kesehatan masing-masing.
2. Pembagian leaflet mengenai faktor risiko, gejala, dan komplikasi yang dapat ditemukan
pada pasien hipertensi.
3. Video edukasi tentang cara mencegah hipertensi serta menjaga agar hipertensi tetap
terkontrol.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Aris S. (2007), Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Derajat II Pada Masyarakat (Studi Kasus
di Kabupaten Karangayar). Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
3. Anggraini, AD, & Situmorang, E. (2009), Faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkiang periode
Januari sampai Juni 2008. http:/www.yayanakhar.wordpress. com.filetype:pdf. [Diakses
pada tanggal 11 November 2021]
4. Shadine, M. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung.
Jakarta: Keenbooks.
5. American Heart Association. 2017. The facts about high blood pressure. Diakses pada 17
Oktober 2021. <https://www.heart.org>
6. James, PA, Oparil, S, Carter, BL, Cushman, WC, Dennison-Himmelfarb, C, Handler, J,
Ortiz, E. 2014. Evidance based guidline for the management of high blood pressure in
adults. Jama, Vol. 311, No.5. Diakses 16 Oktober 2021.
<https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427>
7. Ugik, W. 2015. Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita Pekerja dan Bukan Pekerja.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2021.
8. Hall JE, Granger JP, Hall ME, 2013. The Kidney, Physiology and pathophysiology of
Hypertension. 5thEd. USA: Elsevier Inc
9. Hong NJ & JL Garvin. 2015. Endogenous flow-induced nitric oxide reduces superoxide-
stimulated Na/H exchange activity via PKG in thick ascending limbs.Am. J. Physiol.
Renal Physiol. 308:F444-9
10. Raharjo, B & Agustina, R. 2015. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Hipertensi
Usia Produktif 25-54 tahun. Unnes Journal of Publoc Health, 4:146-158.ISSN:2252-6528.
11. Suiraoka. 2016. Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit
Degeneratif. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
12. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
13. Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gnagguan Perilaku Makan pada Remaja. Yogyakarta:
Nuha Medika
32
14. Susilo, Y % Wulandary, A. 2011. Cara Hitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
15. Lingga, L. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Argo Media Pustaka.
16. World Health Organization. 2013. A Global Brief On Hypertention. Geneva.
17. DepKes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan KIA
18. Situmorang, FN. 2018. Fator Risiko Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Reproduktif
(15-49 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Kedai Durian Kota Medan. Thesis. Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2021.
19. Dewi, S & Digi, F. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Yogyakarta: A Plus Books
20. Mamarimbing, S, Rattu, J, A, M, & Tumurang, M, N. 2016. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada Wanita Usia Produktif di Wilayah Kerja
Puskesmas Tinoor Tomohon Utara. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Sam
Rtulangi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
21. Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern. Yogyakarta: Andi
22. Sunaryati, S, S. 2014. !4 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.
Yogyakarta: Flashbooks.
23. Agoes, A, achdiat, A, & Arizal. 2016. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC
24. PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular.
http://www.inheart.org/upload/file/Pedoman_Tatalaksana_hipertensi_pada_penyakit_Kar
diovaskular_2015.pdf Diakses pada tanggal 16 Oktober 2021
25. Wade, C. 2016. Mengatasi Hipertensi. Bandung: Nuansa Cendekia.
26. Morisky, D. & Munter, P, 2009, New medication adherence scale versuspharmacy fill
rates in senior with hipertention, American Jurnal Of Managed Care, Vol.15 No. (1): Hal
59-66
27. Dinas Kesehatan Kalimantan Barat. 2018. Profil Kesehatan Kalimantan Barat 2018.
28. Sheps, Sheldon G, Mayo Clinic Hipertensi, 2005, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatama.
29. Nurwidayanti, dkk. Paparan Asap Rokok di Rumah, 2013. FKM Unair, 2013.
Dipetik dalam jurnal.unair.ac.id.
30. Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry (9th ed.).
Philadelphia: Williams & Wilkins.
31. Andria, K.M. 2013. Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukokilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol.1, No.2.
33
32. South, M., Bidjuni, H., Malara, R.T. 2014. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi di Puskesma Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Unsrat ejournal Vol.2 No.1.
33. Azhari, M. Hasan. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesms Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
2 (1): hal. 23-30.
34. Jannah, M., Nurhasanah., M., Nur Azmi., Sartika, Rizka Aulia. 2016. Analisis Faktor
Penyebab Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kecamatan
Tamalate Makassar. Jurnal Pena: 3 (1).
35. Kharisyanti, F., Farapti. 2017. Status Sosial Ekonomi Dan Kejadian Hipertensi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Vol 13(3).
36. Taiso, Siti N., Sudayasa, I P., Paddo, J. 2021. Analisis Hubungan Sosiodemografis
Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa, Kabupaten Muna.
Nursing Health and Care Technology.
37. Suparta, Rasmi. 2018. Hubungan Genetik dan Stress dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Pencerah, vol 7 (2).
38. Situmorang. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Penderita Rawat Inap Dirumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
39. Siregar, P.A., Simanjuntak, Saidah Fatimah S., Ginting, Feby Harianti B., Tarigan, S.,
Hanum, S., Utami, Fikha S. 2020. Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian
Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan. Jurnal Ilmiah Kesehatan UIN Sumatera
Utara: 2(1).
40. Rusliafa J. 2014. Komparatif kejadian hipertensi pada wilayah pesisir pantai dan
pegunungan di Kota Kendari Tahun 2014. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
41. Febrianti, T., Mustakim. 2019. Analisis Hubungan Faktor Usia, Aktivitas Fisik, Dan
Asupan Makan Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Kerja Tangerang
Selatan.
42. Rahayu, H. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Rw 01 Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. FK UI.
34
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Nama :
Alamat :
Saya telah dijelaskan bahwa kuesioner ini hanya digunakan untuk keperluan
penelitian dan saya secara sukarela bersedia menjadi responden penelitian ini.
Responden
( )
35
Lampiran 2. Kuesioner faktor risiko hipertensi
Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan tanda checklist (v) pada kotak dan
mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia.
1. Inisial nama : …. …. ….
2. Umur ..........................................................(tahun)
3. Jenis kelamin:
Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir
Tidak tamat SD/sederajad Tamat SMA/sederajad
Tamat SD/sederajad Tamat Sarjana/diploma Tamat
SMP/sederajad
5. Pekerjaan
PNS Pensiun
Pegawai swasta Tidak bekerja
Wiraswasta Lainnya (tuliskan)
36
Bagian B:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan tanda check list (v) pada pilihan jawabanYa atau
Tidak.
No Pernyataan Ya Tidak
Bagian 1 1 0
1 Keluarga saya (ayah, ibu, atau anak) mempunyai riwayat tekanan darah
tinggiyaitu tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih..
2 Saya suka makan makanan asin dan memakannya 3 kali dalam seminggu
atau
lebih.
3 Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan, jeroan, daging
kambing,
telur ayam, daging sapi dan memakannya 3 kali dalam seminggu atau
lebih.
4 Saya saat ini adalah perokok.
Bagian 2 0 1
8 Saya terbiasa berolah raga secara rutin 2-3 kali setiap minggu.
9 Saya terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit setiap kali berolah
raga.
37
Bagian B.1 Faktor Risiko Hipertensi: Stress
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check list (v).
No Di satu bulan yang lalu, seberapa Tidak Hampir Kadang Cukup Sangat
sering Andamerasakan hal ini: pernah tidak -kadang sering sering
pernah
Bagian Pertama 0 1 2 3 4
1 Saya merasa kecewa karena
mengalami hal yang
tidak diharapkan.
2 Saya merasa tidak mampu
mengatasi hal penting
dalam hidup saya.
3 Saya merasa gugup dan tertekan.
4 Saya merasa tidak mampu
mengatasi segala
sesuatu yang seharusnya saya atasi.
5 Saya marah karena sesuatu di luar
kontrol saya
telah terjadi.
6 Saya merasa kesulitan-kesulitan
menumpuk
semakin berat sehingga saya tidak
mampumengatasinya.
Bagian Kedua 4 3 2 1 0
7 Saya percaya terhadap kemampuan
sendiri untuk
mengatasi masalah pribadi.
8 Saya merasa segala sesuatu telah
berjalan sesuai
dengan rencana saya.
9 Saya mampu mengatasi semua
masalah dalam
hidup saya.
10 Saya merasa sukses.
38
Lampiran 3. Data entry demografi responden
39
Lampiran 4. Data entry responden berdasarkan faktor risiko hipertensi
40