Oleh:
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan yang tiada henti dan tak terhingga
kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolongan- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif ini dengan judul “ Manajemen Kasus Pada Tn.K Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan: TB Paru Di Ruang Asoka I RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan ”.
Penyusunan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Proses
penulisan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dapat
terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun
material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Asman R. Karo-karo, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara.
2. Bapak DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. H. Edwin Efendi, M.Sc, FIHA, selaku Direktur RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah memberikan izin untuk praktek belajar lapangan.
4. Ibu Hj. Masnelly Lubis, SST, MARS selaku Wadir SDM, dan pendidikan
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
5. Ibu Dr. Isma Aprita Lubis, Sp KK, Selaku Kabid Diklat RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
6. Ibu Linny Lumongga S.Kep, Ns, Selaku Kabid Keperawatan RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan.
7. Ibu Lusiana Nasution, S.Kep, Ners, Selaku Kepala Seksi Diklat Non Pegawai
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
8. Ibu Evawani Martalena Silitonga, SKM, M.Si, Sebagai Pembantu Ketua I
Bidang Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
9. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, sebagai Pembantu Ketua II Bidang
Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
10. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, sebagai Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
11. Ibu Roslenni Sitepu, S.Kep, Ners, MARS, sebagai Ketua Program Studi
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
12. Ibu Maria Saragi, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp. Mat, sebagai Pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan Laporan Praktek
Belajar Lapangan Komprehensif ini.
13. Bapak Kalvin Ginting, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I yang banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
14. Bapak Affuandi Lubis, S.Kep, sebagai Pembimbing Lahan/Clinical Instruktur
dan selaku penguji II Praktek Belajar Lapangan Komprehensif yang sudah
menyediakan waktu dan memberikan pengetahuan, serta saran kepada penulis
untuk perbaikan PBLK ini.
15. Kepada orang tua ku ayahanda tersayang (Mawardi) dan ibunda tercinta
(Dahniar) yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga
sekarang, serta untuk Abang tercinta (Agussalim rizki) yang terus selalu
memberikan motivasi.
16. Rekan-rekan mahasiswa Profesi Ners Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara tahun 2016, yang telah memberikan semangat
dalam menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan Laporan PBLK ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik dalam materi maupun dalam
penulisan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi
kesempurnaan laporan PBLK ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan
PBLK ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi bahan referensi di akhir
kuliah nanti.
Amrizal syahputra,S.Kep
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
5
melindungi sel mikobakteria dari lisosom serta menahan pewarna fuschin setelah
disiram dengan asam (basil tahan asam) (Herchline, 2013).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung (Depkes, 2007).
Menurut PDPI (2011), gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka
gejala lokal ialah gejala respiratori.
a. Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala sampai
gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala respiratorik
terdiri dari :
1. Batuk produktif ≥ 2 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul dapat berupa :
1. Demam
2. Keringat malam
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
2.1.4 Patofisiologi Keperawatan
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi
tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai
suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam
sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi
nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan
fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi
membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet
ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan
menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan
masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen
yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005).
2.1.5 Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) komplikasi dari TB Paru antara lain :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasi
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2000), pemeriksaan penunjang pada pasien
tuberculosis paru yaitu:
a. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir
penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas
simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.
f. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium
tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
h. Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2.1.7 Langkah Pengambilan Sputum
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum
semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah
penampung sputum. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3
kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S),
yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya
ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama
setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di
laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi. Pengambilan
sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan,
dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum
dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat
sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa
pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
2.2 Penatalaksanaan
2.2.1 Medis
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen anti
tuberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan
digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin ( SM ),
Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin, kanamisin,
etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat – obat
baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).
2.2.2 Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
mengumpulkan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosis
keperawatan.
Pengkajian fokus menurut Martin Juan (2006):
1. Pengkajian primer
a) Airway
Kebersihan jalan nafas, evaluasi adanya sputum, oksigen, kemampuan
batuk.
b) Breathing
Frekuensi nafas, pengembangan paru- paru, suara nafas, kedalaman
nafas, irama nafas, kembang- kempis paru- paru, penggunaan otot-
otot bantu pernafasan.
c) Circulation
Riwayat penyakit jantung, tekanan darah, nadi, irama jantung, bunyi
jantung, warna kulit, kapiler refill dan sianosis.
2. Pengkajian sekunder
a) Riwayat kesehatan
b) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
c) Pemeriksaan fisik head to toe
d) Aktivitas/ istirahat (kelemahan)
e) Integritas ego (ansietas)
f) Makanan/ cairan (penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan)
g) Nyeri atau kenyamanan (nyeri dada)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/ faringeal ditandai
dengan frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tidak normal, bunyi nafas
tambahan, dispneu.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar kapiler, atelektasis, sekret kental, edema bronkial ditandai
dengan PH darah arteri abnormal, pernafasan abnormal, warna kulit
pucat, konfusi, penurunan karbondioksida, dispneu, sakit kepala saat
bangun, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, nafas cuping
hidung, gelisah, samnolen, takikardia, gangguan penglihatan.
3. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan deformitas
dinding dada, disfungsi neuromuskular, nyeri, gangguan
muskuloskeletal, ansietas ditandai dengan penurunan kedalaman
pernafasan, dispnea, pernafasan cuping hidung, takipnea, penggunaan
otot aksesorius untuk bernafas.
4. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan agen cedera (misalnya
biologis, zat kimia, fisik, psikologis, ditandai dengan perubahan selera
makan, perubahan tanda- tanda vital, laporan isyarat, perilaku distraksi,
sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit, melaporkan nyeri secara
verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
6. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
c. Intervensi
Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan Pada Pasien Tb Paru
Diagnosa NOC NIC
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway suction
nafas tidak efektif keperawatan, menunjukkan a. Pastikan kebutuhan oral/
keefektifan jalan nafas tracheal suctioning
dibuktikan dengan kriteria b. Auskultasi suara nafas
hasil: sebelum dan sesudah
a. Menunjukkan suctioning
pembersihan jalan nafas c. Informasikan kepada
yang efektif klien dan keluarga
b. Mengeluarkan sekresi tentang suction
secara efektif d. Berikan O2 dengan
c. Mempunyai irama dan menggunakan nasal
frekuensi pernafasan untuk memfasilitasi
dalam rentang normal suction nasotrakeal
d. Mempunyai fungsi paru e. Anjurkan alat yang steril
dalam batas normal setiap melakukan
tindakan
f. Monitor status oksigen
pasien
Airway management
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
e. Berikan bronkodilator
bila perlu
f. Monitor respirasi dan
status O2
Gangguan Setelah diberikan perawatan Airway management
pertukaran gas diharapkan terjadi perbaikan a. Posisikan pasien untuk
pada status pertukaran gas memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi pasien
a. Mendemonstrasikan perlunya pemasangan
peningkatan ventilasi alat jalan nafas buatan
dan oksigen yang c. Auskultasi suara nafas,
adekuat catat adanya suara
b. Memelihara tambahan
kebersihan paru- paru d. Monitor respirasi dan
dan bebas dari tanda status O2
distress pernafasan Respiratory monitoring
c. Mendemonstrasikan a. Monitor rata- rata
batuk efektif dan kedalaman, irama dan
suara nafas yang usaha respirasi
bersih, tidak ada b. Catat pergerakan dada,
sianosis dan dyspneu amati kesimetrisan,
(mampu penggunaaan otot
mengeluarkan tambahan, retraksi otot
sputum, mampu supraclavicular dan
bernafas dengan intercosta
mudah, tidak ada c. Monitor suara nafas,
pursed lips) seperti dengkur
d. Tanda- tanda vital d. Monitor pola nafas
dalam rentang normal (bradipnea, takipnea,
kusmaul,hiperventilasi,c
heyne stokes, biot).
e. Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
f. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan/
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan.
Ketidakefektifan Setelah diberikan tindakan Airway Management
pola nafas perawatan menunjukkan a. Buka jalan nafas,
kriteria hasil: gunakan teknik chin lift
a. Mendemonstrasikan atau jaw thrust bila perlu
batuk efektif dan b. Posisikan pasien untuk
suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada c. Identifikasi pasien
sianosis dan dyspeu perlunya pemasangan
(mampu alat jalan nafas buatan
mengeluarkan d. Pasang mayo bila perlu
sputum, mampu e. Lakukan fisioterapi dada
bernafas dengan jika perlu
mudah, tidak ada f. Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
b. Menunjukkan jalan tambahan
nafas yang paten g. Berikan pelembab udara
(klien tidak merasa kassa basah NaCl lembab
tercekik, irama nafas, h. Atur intake untuk cairan
frekuensi pernafasan mengoptimalkan
dalam rentang keseimbangan
normal, tidak ada i. Monitor respirasi dan
suara nafas abnormal) status O2
c. Tanda- tanda vital j. Terapi oksigen
dalam rentang normal k. Pertahankan jalan nafas
(tekanan darah, nadi, yang paten
pernafasan). l. Atur peralatan oksigenasi
m.Monitor aliran oksigen
Gangguan rasa Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri
nyaman: nyeri perawatan menunjukkan a. Lakukan pengkajian
kriteria hasil: nyeri secara
a. Mampu mengontrol nyeri komprehensif
(tahu penyebab nyeri, b. Observasi reaksi non
mampu menggunakan verbal dari
tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, c. Bantu pasien dan
mencari bantuan). keluarga untuk mencari
b. Melaporkan bahwa nyeri dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan d. Kontrol lingkungan yang
manajemen nyeri. dapat mempengaruhi
c. Mampu mengenali nyeri nyeri seperti suhu
(skala, intensitas, ruangan, pencahayaan
frekuensi dan tanda dan kebisingan
nyeri). e. Kurangi faktor presipitasi
d. Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang f. Kaji tipe dan sumber
e. Tanda vital dalam nyeri untuk menemukan
rentang normal intervensi
f. Tidak mengalami g. Ajarkan tentang teknik
gangguan tidur nonfarmakologi: nafas
dalam, relaksasi dan
distraks, kompres hangat/
dingin.
h. Tingkatkan istirahat
i. Kolaborasi pemberian
analgetik
j. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
diberikan analgesic
Ketidakseimbanga Setelah diberikan perawatan Nutrition management
n nutrisi kurang diharapkan terjadi perbaikan a. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan status gizi dengan indikator: makanan
tubuh a. Adanya peningkatan b. Kolaborasi dengan ahli
berat badan sesuai gizi untuk menentukan
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
b. Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien
sesuai dengan tinggi c. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
c. Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi d. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi e. Yakinkan diet yang
d. Tidak ada tanda- dimakan mengandung
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
e. Tidak terjadi mencegah konstipasi
penurunan berta f. Berikan makanan yang
badan yang berarti terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
g. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
h. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
i. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor mual dan
muntah
i. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht.
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu sesering
keperawatan, klien mungkin
menunjukkan: suhu tubuh b. Monitor warna dan suhu
dalam batas normal dengan kulit
kriteria hasil: c. Monitor tekanan darah,
a. Suhu 36- 370C nadi dan RR
b. Nadi dan RR dalam d. Monitor WBC, Hb dan
batas normal Hct
c. Tidak ada perubahan e. Monitor intake dan
kulit dan tidak ada output
pusing, merasa f. Berikan cairan intravena
nyaman g. Kompres klien pada lipat
paha dan aksila
h. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
i. Monitor tanda- tanda
vital
j. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
k. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
mukosa.
BAB III
TINJAUAN KASUS
19
Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. K
Keterangan:
:Laki-laki
:Perempuan
: Klien
:Meninggal
:Tinggal Serumah
Istirahat- tidur Klien memiliki kebiasaan Klien tidur 5-6 jam, karena
tidur yang teratur batuk dan sesak
Aktivitas Klien mengatakan sebulan Selama di RS klien tidak
yang lalu jika terlalu melakukan
banyak beraktivitas aktivitas,karena klien
merasakan sesak. harus bedress.
Kebersihan diri Pasien dapat melakukan Kebersihan diri dilakukan
perawatan diri secara secara terbatas, perawat
mandiri dan keluarga klien yang
melakukan
personalhygiene.
Darah rutin
Hb 10,10 12-16 Gr%
Ht 35,1 35-47 %
Trombosit 317 150-450 mm3
Leukosit 29 4-11 mm3
WBC 10.400,00 4.000,00-10.000,00 /ul
RBC 4,16 4,00-5,00 /ul
HGB 10,10 12,00-14,00 Gr/dl
HCT 31,70 36,00-42,00 %
MCV 76,20 80,00-97,00 fl
MCH 24,00 27,00-38,70 pg
MCHC 31,90 31,50-35,00 dl
PLT 322.000,00 150.000,00-440.000,00 %
RDW-CV 15,50 10,00-15,00 %
PDW 10,10 10,00-18,00 %
MPV 9,30 6,50-11,00 %
PLCR 20,90 15,00-25,00 %
NEUT 0,00 50,00-70,00 %
LYMPH 27,10 20,00-40,00 %
Kimia klinik
Ureum 29 10-50 mg/dl
Creatinin 1,48 0,6-1,2 mg/dl
Glukosa adrandom 120 < 140 mg/dl
Troponin T (±) 0,80 < 0,03 Negatif
CKMB 29 < 24 u/l
Analisa Gas Darah
PH
PCO2 7,517 7,35-7,45 mEq/l
PO2 29,40 65,00-45,00 mEq/l
TCO2 51,00 80,00-100,00 mEq/l
Base Exces 25,00 23,00-27,00 mEq/l
O2 saturasi 1,00 -2,00-2,00 mEq/l
89,30 95,00-98,00 mEq/l
Elektrolit
Natrium 138,00 136,00-155,00 mEq/l
Kalium 3,90 3,50-5,50 mEq/l
Clorida 100,00 95,00-103,00 mEq/l
3.4 Terapi
Tabel 3.3. Terapi Medis Tn. K Tanggal 09 Agustus 2015
8. Membantu pasien
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
9. Memonitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini Penulis akan membahas tentang “manajemen kasus pada Tn.
K dengan gangguan sistem pernafasan: TB paru di ruang Asoka I Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Pirngadi Medan”. Prinsip dari pembahasan ini adalah
memfokuskan pada kasus dan jurnal keperawatan yang diaplikasikan kepada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan: TB paru.
4.1 Pembahasan Kasus
Penulis akan membahas konsep keperawatan dengan laporan kasus yang
dirawat, fokus pembahasan berdasarkan pada proses keperawatan.
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data secara
sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional
pasien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respon klien saat ini waktu sebelumnya (Potter & Perry, 2009). Dari aspek
yang dikaji muncul beberapa diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas
tidak efektif, gangguan pertukaran dan intoleransi aktivitas.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini
dapat berubah masalah- masalah aktual atau potensi atau diagnosis sejahtera
(Wilkinson, 2011). Dari hasil pengkajian penulis menegakkan diagnosa
keperawatan utama yaitu: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi pada jalan nafas, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar- kapiler
dan intoleransi aktivitas.
Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi pada jalan nafas, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer
yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
41
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
untuk mencegah paparan dari kuman patogen, Hipertemia berhubungan
dengan dehidrasi.
c. Intervensi
Intervensi Nursing Interventions Classification (NIC) yang telah
dirancang sesuai untuk masing- masing diagnosa keperawatan, permasalahan
utama pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Intervensi
dan rasional sesuai teori NANDA (2013) yang menyebutkan bahwa prioritas
intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah buka jalan nafas dengan
mengatur posisi yang nyaman semi fowler, ajarkan batuk efektif, auskultasi
suara nafas dan catat adanya suara tambahan, berikan terapi 0ksigen 2-4 liter,
monitor respirasi dan status O2, pertahankan posisi pasien, observasi adanya
tanda- tanda hipoventilasi.
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan
pertukaran gas yaitu ;reposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yaitu
semifowler, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, monitor
respirasi dan status O2, latih pasien nafas dalam untuk memaksimalkan
ventilasi, monitor pola nafas; dan kolaborasi pemberian therapy.
Rencana tindakan keperawatan untuk intoleransi aktivitas yaitu:
observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, kaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan, monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas, monitor pola
tidur dan istirahat, bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan dan yang disukai, bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Rohmah, 2012). Pada Tn.K penulis melakukan penatalaksanaan
nonfarmakologi untuk keefektifan bersihan jalan nafas dengan mengajarkan
batuk efektif, hal ini sesuai jurnal Yosef Agung Nugroho, Erva Elli
Kristiani dengan judul Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instansi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Berdasarkan penelitian
tersebut penulis mengajarkan tehnik batuk efektif untuk mengeluarkan dahak
pada Tn.K, dan hasilnya Tn.K mampu untuk mengeluarkan dahak.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh dignosa keperawatan , rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Evaluasi yang didapat pada Tn.K dirangkum berdasarkan kriteria hasil
NOC yang digambarkan oleh pasien terhadap keberhasilan tindakan
keperawatan yang dilakukan setelah 3 hari rawatan yaitu, masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dapat diatasi dengan NOC
pasien mengungkapkan mampu untuk batuk mengeluarkan dahak. Sedangkan
ketidakefektifan pola nafas dan intoleransi aktivitas masih menunjukkan
adanya permasalahan, sehingga planning selanjutnya dilaksanakan oleh
perawat ruangan.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 TB Paru adalah penyakit yang diketahui banyak menginfeksi manusia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis kompleks. Penyakit ini
biasanya menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya melalui saluran
nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi TB
paru (Mario dan Richard, 2005).
5.1.2 Hasil pengkajian pada Tn.K dengan TB paru adalah keluhan utamanya
sesak nafas, bunyi nafas tambahan, batuk dan tidak mampu mengeluarkan
dahak dan dypsneu, respirasi rate 30 kali/menit, nadi 115 kali/menit, PH
arteri meningkat (7,5170), PCO2 menurun (29,40 mEq/l), PO2 menurun
(51,00 mEq/I), pasien terlihat pucat, lemah dan HB menurun (10,1 mg/dl).
5.1.3 Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn.K dengan TB paru adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan akumulasi sekret, gangguan
pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas.
5.1.4 Intervensi Nursing Interventions Classification (NIC) yang telah dirancang
sesuai untuk masing- masing diagnosa keperawatan, permasalahan utama
pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Intervensi dan
rasional sesuai teori NANDA (2013) yang menyebutkan bahwa prioritas
intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah buka jalan nafas
dengan mengatur posisi yang nyaman semi fowler, ajarkan batuk efektif,
auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, berikan terapi
oksigen 2-4 liter, monitor respirasi dan status O2, pertahankan posisi
pasien, observasi adanya tanda- tanda hipoventilasi.
5.1.5 Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan
pertukaran gas yaitu ;reposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
yaitu semifowler, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan,
monitor respirasi dan status O2, latih pasien nafas dalam untuk
memaksimalkan ventilasi, monitor pola nafas; dan kolaborasi pemberian
therapy.
47
5.1.6 Rencana tindakan keperawatan untuk intoleransi aktivitas yaitu: observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor
yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan, monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas, monitor pola
tidur dan istirahat, bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan dan yang disukai, bantu pasien mengembangkan motivasi diri
dan penguatan, monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
5.1.7 Hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.K dengan TB
paru adalah sesuai dengan intervensi keperawatan dan jurnal keperawatan,
tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa
meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan, dan juga penulis
mengajarkan tehnik batuk efektif agar jalan nafas kembali ektif.
5.1.8 Hasil evaluasi keperawatan pada Tn.K dengan TB paru adalah
menunjukkan perbaikan respirasi yang signifikan dan peningkatan
kesehatan pasien. Hasil asesment pada evaluasi keperawatan didapat
masalah teratasi sebagian dengan adanya ventilasi yang adekuat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan ilmu keperawatan dalam upaya mewujudkan profesi
perawat yang profesional dengan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
berdasarkan teori dan disesuaikan dengan permasalahan yang nyata
sehingga masalah keperawatan pada pasien dapat teratasi.
5.2.1 Bagi Rumah sakit
Diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan termasuk
discharge planning dan pendidikan kesehatan.
5.2.2 Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan perawat diruang ASOKA I melaksanakan pendokumentasian
lebih agar informasi/ data- data yang berhubungan dengan pasien lebih
lengkap.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan STIKes Sumatera Utara, mahasiswa/i
untuk melakukan standar asuhan keperawatan secara maksimal agar
menciptakan perawat yang profesional dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien, khususnya dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien diruangan intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Azizz Alimul. (2004). Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia,
Editor Monica Ester. Jakarta:EGC.
STIKES SU, (2015). Panduan Program Profesi Ners Praktek Belajar Lapangan
Komprehensif STIKES SU.
48
Wilkinson, Judhit., Nancy R Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Ed. 9. Alih
Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC.
PROTOKOL DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN
A. Pengertian
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang menginfeksi
paru manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Tanda dan
gejala khas pada TB paru yaitu batuk berdahak, sesak nafas, badan lemas dan
nafsu makan menurun.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau
mencapai fungsi maksimal setelah pulang
2. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
ditransfer ke rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat disetujui
3. Menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan
komunitas.
C. Manfaat
1. Pasien mampu melakukan tindakan keperawatan yang aman dan realistis
setelah meninggalkan rumah sakit.
2. Pasien siap untuk menghadapi pemulangan.
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya rehospitalisasi
a. Prosedur discharge planning dilakukan secara konsisten dengan
berkualitas tinggi pada semua pasien.
b. Pasien harus dipulangkan kesesuatu lingkungan yang aman.
D. Hal- Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan pasien dan
jangan sampai melelahkan.
2. Lakukan evaluasi setiap kali selesai mengadakan sesi pertemuan dengan
pasien untuk mengetahui sejauh mana pasien mengikuti pertemuan
E. Media
Leaflet tentang pendidikan kesehatan TB paru
F. Prosedur Tindakan
1. Pengkajian
a. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien dalam tindakan keperawatan
yang dijalaninya, mencakup nama obat, dosis obat, jadwal pemakanan
obat dan aturan pemakaian obat serta efek samping dan tanda- tanda
yang tidak diinginkan
b. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien tentang bahaya yang perlu
dilaporkan kepada dokter/ tenaga medis, mencakup tanda- tanda
terjadinya hipoksia.
c. Kaji persepsi dan pengetahuan keluarga tentang mengatasi sesak dan
batuk.
d. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien tentang cara mendapatkan
pertolongan pertama jika terjadi sesak.
2. Perencanaan
a. Menetapkan bersama- sama keluarga dan pasien waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan kesehatan
b. Menyiapkan media pendidikan kesehatan
3. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang pentingnya
mengkonsumsi obat sesuai dengan dosis dan waktu minum obat
sehingga efek obat menjadi efektif untuk penyembuhan klien.
b. Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk mengenali tanda- tanda
bahaya yang perlu dilaporkan kepada dokter/ tim medis.
c. Menjelaskan tentang pemberian oksigen yang benar dan kegunaan
oksigen.
d. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang cara mengatasi sesak
dan batuk.
e. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang apa- apa saja tanda-
tanda yang harus diwaspadai dan perlu mencari pertolongan medis
segera.
4. Evaluasi
a. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan tentang tindakan
pengobatan yang dijalani.
b. Keluarga dan pasien mampu mengenali tanda- tanda bahaya yang
perlu dilaporkan kepada dokter dan tim medis.
c. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan tentang cara mengatasi
sesak dan batuk.
EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.S
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pendidikan terakhir : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.37.15
Ruangan : ASOKA
Tgl masuk : 03 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Pneumonia
Penanggung jawab
Nama : Ny.F
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
Dilakukan Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.16.09
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 09 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Asma Bronkhial
Penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
dilakukan Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.I
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.09.69
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 08 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 09 Agustus 2016
Dx medis : COPD
Penanggung jawab
Nama : Ny.N.M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
dilakukan Asuhan Keperawatan
LAMPIRAN
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN
C. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.S
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pendidikan terakhir : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.37.15
Ruangan : ASOKA I
Tgl masuk : 03 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Pneumonia
Penanggung jawab
Nama : Ny.F
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan sesak nafas disertai batuk produktif dengan sputum
berwarna kuning.
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai rasa mual
d. Severity
Aktifitas dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawatan.
e. Time
Sesak nafas dirasakan 2 minggu yang lalu, sejak 1 minggu yang lalu sesak
semakin parah dan disertai dengan batuk- batuk.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan memiliki riwayat Diabetes mellitus sejak ± 5/6 tahun
yang lalu. Pasien rutin berobat ke puskesmas sejak muncul keluhan, tidak ada
alergi terhadap obat, makanan dan minuman.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Stress yang baru dialami pasien memikirkan penyakit yang dirasakan
sekarang. Pasien menerima dengan sabar, pasrah dan mengikuti saran dokter
dan perawat agar cepat sembuh. Emosi pasien dalam kehidupan sehari- hari
stabil tidak mudah marah. Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis
b. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 10 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 140/90 mmHg, denyut nadi: 84 x/menit, respirasi: 28
x/menit.
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
2) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
3) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (-) terpasang O2.
4) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
5) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
6) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 98 x/menit.
7) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
8) Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
9) Pemeriksaan Thoraks Dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
adanya sekret, gerakan diafragma minimal, warna kulit kemerah-
merahan, perkusi pekak pada sebagian lapangan paru, bunyi nafas
ronkhi, frekuensi pernafasan 28 x/menit.
10) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±10 x/menit.
11) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
12) Pemeriksaan Neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
d. Pemeriksaan Fisik Pola Fungsional
1) Pola Tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
2) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 700 cc/ hari.
3) Pola Makan Dan Minum
pola DMII dengan pola 3x sehari, BB=65 kg.
4) Kebersihan Diri
Tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
5) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas sederhana dengan bantuan keluarga
dan perawat.
9. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Pneumonia
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Unit
Darah Rutin
4.000,00-10.000,00
- WBC 14600 /ul
4,00-5,00
- RBC 3,86 /ul
12,00-14,00
- HGB 10,9 Gr/dl
36,00-42,00
- HCT 32,8 %
80,00-97,00
- MCV 85,0 fl
27,00-38,70
- MCH 28,2 pg
31,50-35,00
- MCHC 33,2 dl
150.000-440.000,00
- PLT 2441000 %
10,00-15,00
- RDW 13,4 %
b. Rontgen
Kesimpulan rontgen: klien menderita bronchopneumonia
c. EKG :-
d. Lain- lain :-
10. Penatalaksanaan Terapi
No Nama Obat Dosis Efek Obat
1 IVFD NaCl 0,9% 10 tetes/ menit micro Pemenuhan
cairan elektrolit
2 Inj. Ceftriaxone 2 gram/12 jam Infeksi saluran
nafas bawah
3 Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam Untuk
pengobatan
hipersekresi asam
lambung
4 Inj. Novarapid 8-8-8 lu (SC) Asupan insulin
5 Valsartan 1x 80 mg
6 PCT 3x 500 mg (KP) Menghilangkan
nyeri dan
menurunkan suhu
tubuh
7 Ambroxol syr 3 x 1 Sdm Obat batuk
ekspektoran
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
mobilisasi sekret menurun ditandai dengan klien mengatakan sulit
bernafas, sulit mengeluarkan dahak, sekret kuning kental, batuk produktif,
RR 28 x/menit, suara nafas ronkhi, lemah, batuk tidak efektif.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, sulit mengeluarkan
dahak, RR 28 x/menit, pola nafas dypsneu, suara nafas ronkhi, lemah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan, klien mengatakan tidak nafsu makan,
klien mual sudah seminggu, diet dihabiskan hanya 1/3 bagian, tidak
tertarik dengan makanan, batuk produktif.
E. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Pastikan kebutuhan
pembersihan jalan tindakan keperawatan oral/ tracheal
nafas berhubungan selama 3 hari suctioning.
dengan mobilisasi menunjukkan b. Berikan O2 2-3
sekret menurun keefektifan jalan nafas liter/menit metode
ditandai dengan dibuktikan dengan nasal kanul.
klien mengatakan kriteria hasil: c. Anjurkan pasien
sulit bernafas, sulit a. Mendemonstrasika untuk istirahat dan
mengeluarkan n batuk efektif dan nafas dalam.
dahak, sekret suara nafas yang d. Posisikan pasien
kuning kental, batuk bersih tidak ada untuk
produktif, RR 28 sianosis dan memaksimalkan
x/menit, suara nafas dyspneu ventilasi.
ronkhi, lemah, b. Menunjukkan e. Lakukan fisioterapi
batuk tidak efektif. jalan nafas yang dada jika perlu.
paten f. Keluarkan sekret
c. Mampu dengan batuk dan
mengidentifikasika suction.
n dan mencegah g. Auskultasi suara
faktor penyebab. nafas, catat adanya
d. Saturasi O2 dalam suara tambahan.
batas normal h. Berikan
e. Fhoto thoraks bronkodilator:
dalam batas ventolin.
normal. i. Monitor status
hemodinamik.
j. Berikan pelembab
udara.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan ventilasi.
bronkhiolus ditandai keefektifan pola nafas b. Lakukan fisioterapi
dengan klien dengan kriteria hasil: dada bila perlu.
mengatakan sulit a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
bernafas, sulit batuk efektif dan nafas.
mengeluarkan suara nafas yang d. Berikan
dahak, RR 28 bersih tidak ada bronkodilator
x/menit, pola nafas sianosis dan nebulizer/
dypsneu, suara dypsneu. ventolin/12 jam.
nafas ronkhi, lemah. b. Menunjukkan jalan e. Monitor respirasi
nafas yang paten. dan status O2.
c. TTV dalam f. Ajarkan klien
rentang normal. latihan nafas dalam.
g. Berikan dorongan
penggunaan latihan
otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan makanan.
kebutuhan tubuh selama 3 hari pasien b. Kolaborasi dengan
berhubungan terpenuhi kebutuhan ahli gizi untuk
dengan anoreksia nutrisi dengan kriteria menentukan jumlah
ditandai dengan, hasil: kalori dan nutrisi
klien mengatakan a. Adanya yang dibutuhkan
tidak nafsu makan, peningkatan berat pasien.
klien mual sudah badan yang sesuai c. Anjurkan pasien
seminggu, diet dengan tujuan. untuk meningkatkan
dihabiskan hanya b. Berat badan sesuai protein dan vitamin
1/3 bagian, tidak dengan tinggi C.
tertarik dengan badan. d. Berikan substansi
makanan, batuk c. Mampu gula.
produktif. mengidentifikasika e. Yakinkan diet yang
n kebutuhan dimakan
nutrisi. mengandung tinggi
d. Tidak ada tanda- serat dan mencegah
tanda malnutrisi. konstipasi.
f. Berikan makanan
yang terpilih.
g. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori.
h. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
i. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
P:
a. Memantau TTV
b. Menganjurkan pasien
istirahat dan latihan
nafas dalam
c. Memberikan terapi
oksigen 2- 3 liter/
menit
d. Mengatur posisi
semifowler
e. Memonitor respirasi
dan status oksigen
f. Menjelaskan kepada
klien dan keluarga
tentang kebutuhan
terapi oksigen.
3 10 Agustus 2016 a. Mengkaji adanya S:
16.00 WIB alergi makanan a. Klien mengatakan
b. menganjurkan tidak nafsu makan
pasien untuk b. Klien mengatakan
meningkatkan mual sudah tidak lagi
protein dan vitamin dirasakan
C O:
c. memberikan a. Diet dihabiskan
makanan terpilih hanya 2/3 bagian
d. memonitor jumlah b. Tidak tertarik
nutrisi dan dengan makanan
kandungan kalori c. Nafsu makan
e. kolaborasi: inj. menurun
Novarapid 8 UI A: nutrisi kurang dari
setiap 30 menit kebutuhan tubuh
sebelum makan.
f. Kolaborasi: inj. P:
Ranitidine. a. Anjurkan pasien untuk
g. Memberikan meningkatkan protein
informasi tentang dan vitamin C
kebutuhan nutrisi b. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat
c. Berikan makanan yang
terpilih
d. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
e. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
f. Kolaborasi pemberian
therapy.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL
D. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.16.09
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 09 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Asma Bronkhial
Penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan serangan awal menjelang sore hari, sesak nafas
semakin parah menjelang pagi. Pasien memiliki riwayat asma
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada tidak ada posisi yang nyaman untuk
mengurangi sesak.
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai pusing.
d. Severity
Klien tidak mampu melakukan aktifitas, pemenuhan kebutuhan dilakukan
di tempat tidur.
e. Time
Sesak nafas dirasakan 2 hari yang lalu, sesak semakin parah dan tidak
dapat ditolerir pada hari kedua.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sesak sering terjadi, pasien sudah ± 20 tahun menderita
asma bronkhial, serangan selalu muncul saat terpapar debu dirumah, mobil
atau bepergian. Pasien rutin berobat ke puskesmas sejak muncul keluhan,
tidak ada alergi terhadap obat, makanan atau minuman.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Pasien berusaha menenangkan diri, sesak juga muncul ketika pasien cemas.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis.
e. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 10 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 90/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/menit, respirasi: 32
x/menit.
f. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
2) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
3) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (+) terpasang O2.
4) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
5) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
6) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 80 x/menit.
7) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
8) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
9) Pemeriksaan Thoraks dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
penyempitan bronkus, irama nafas dangkal pendek dan cepat.
Pernafasan cuping hidung, gerakan diafragma cepat, tidak teratur,
warna kulit pucat, perkusi resonan pada sebagian lapangan paru, bunyi
nafas mengi, frekuensi pernafasan 32 x/menit.
10) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±7 x/menit.
11) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
12) Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
9. Pemeriksaan fisik pola fungsional
a) Pola tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
b) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 600 cc/ hari.
c) Pola Makan dan Minum
Diet MII dengan pola 3x sehari, BB=60 kg
d) Kebersihan Diri
tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
e) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien tidak dapat melakukan aktivitas. Pemenuhan dilakukan oleh
bantuan keluarga dan perawat.
10. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Asma Bronkhial
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Kimia darah
Albumin :31 (3,6-5,0 gr/dl)
Imunologi kuantitatif
HbsAg : (-)(cot off 2 S/N)
Anti HCV : (-)
Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
PH 7,458 7,35-7,45 mEq/l
PCO2 49,8 65,00-45,00 mEq/l
PO2 136,6 80,00-100,00 mEq/l
TCO2 37,1 23,00-27,00 mEq/l
Base Exces 11,5 -2,00-2,00 mEq/l
O2 saturasi 98,5 95,00-98,00 mEq/l
b. Rontgen :-
c. EKG :-
d. Lain- lain :-
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi/ beraktivitas, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu,
sesak jika beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping
hidung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 menurun
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu, sesak jika
beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping hidung, dan nilai
AGD.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
mengatakan lemah, klien mengatakan sesak jika beraktifitas.
F. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan keefektifan ventilasi.
bronkhiolus pola nafas dengan kriteria b. Lakukan fisioterapi
ditandai dengan hasil: dada bila perlu.
klien mengatakan a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
sulit bernafas, batuk efektif dan nafas.
klien mengatakan suara nafas yang d. Berikan
sesak jika kekamar bersih tidak ada bronkodilator
mandi/ sianosis dan dypsneu. nebulizer/
beraktivitas, RR b. Menunjukkan jalan ventolin/12 jam.
32x/menit, pola nafas yang paten. e. Monitor respirasi
nafas dypsneu, c. TTV dalam rentang dan status O2.
sesak jika normal. f. Ajarkan klien
beraktifitas, suara latihan nafas dalam.
nafas mengi, g. Berikan dorongan
lemah, pernafasan penggunaan latihan
cuping hidung. otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
2 Gangguan Setelah diberikan Airway management
pertukaran gas perawatan selama 3 hari a. Posisikan pasien
berhubungan diharapkan terjadi untuk
dengan suplay O2 perbaikan pada status memaksimalkan
menurun ditandai pertukaran gas dengan ventilasi
dengan klien kriteria hasil: b. Auskultasi suara
mengatakan sulit a. Mendemonstrasik nafas
bernafas, klien an peningkatan c. Monitor respirasi
mengatakan sesak ventilasi dan dan status cairan
jika kekamar oksigenasi yang d. Terapi oksigen 2-4
mandi, RR adekuat. liter
32x/menit, pola b. Memelihara e. Pertahankan jalan
nafas dypsneu, kebersihan paru nafas yang paten
sesak jika dan bebas dari f. Berikan latihan
beraktifitas, suara tanda distres nafas dalam
nafas mengi, pernafasan (penkes).
lemah, pernafasan c. TTV dalam
cuping hidung, dan rentang normal. Respiratory monitor
nilai AGD. a. Monitor rata- rata
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan
c. Monitor suara nafas
d. Monitor pola nafas
e. Monitor kelelahan
otot diagfragma
f. Auskultasi suara
nafas.
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan a. Observasi adanya
berhubungan tindakan keperawatan pembatasan klien
dengan kelemahan selama 3 hari pasien dalam melakukan
ditandai dengan bertoleransi terhadap aktifitas
klien mengatakan aktifitas dengan kriteria b.Kaji respon individu
lemah, klien hasil: terhadap aktifitas, TD
mengatakan sesak a. Berpartisipasi dalam dan Nadi
jika beraktifitas. aktifitas fisik tanpa c. Kaji adanya faktor
disertai peningkatan yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR. d.Ukur tanda- tanda
b. Mampu melakukan vital setelah
aktifitas sehari- hari beraktifitas
secara mandiri e. Dukung klien dalam
c. Keseimbangan menegakkan latihan
aktifitas dan istirahat. teratur dengan
menggunakan
endurance exercise
f. Kaji tingkat fungsi
klien
g.Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas
P:
1. Observasi adanya
pembatasan klien
melakukan aktifitas
2. Kaji adanya faktor
yang menyebabkan
kelelahan
3. Ukur TTV setelah
aktivitas
4. Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan
aktifitas.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
PERNAFASAN: COPD
D. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.I
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.08.69
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 08 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 09 Agustus 2016
Dx medis : COPD
Penanggung jawab
Nama : Ny.N.M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan serangan awal batuk disertai sesak nafas, batuk
produktif dan sulit dikeluarkan karena kelemahan sehingga menghambat
jalan nafas yang mengakibatkan sesak.
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada, posisi yang nyaman untuk
mengurangi sesak semifowler.
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai pusing.
d. Severity
Klien tidak mampu melakukan aktifitas, pemenuhan kebutuhan dilakukan
di tempat tidur.
e. Time
Sesak nafas dirasakan sudah3 bulan sejak 2 minggu yang lalu, sesak
semakin parah dan tidak dapat ditolerir pada .
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sesak sering terjadi, pasien sudah ± 2 tahun.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Pasien berusaha menenangkan diri, sesak juga muncul ketika pasien cemas.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis.
b. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 09 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 130/90 mmHg, denyut nadi: 90 x/menit, respirasi: 32
x/menit.
c. Pemeriksaan head to toe
13) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
14) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
15) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (+) terpasang O2.
16) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
17) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
18) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 90 x/menit.
19) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
20) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
21) Pemeriksaan Thoraks dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
sekret, pernafasan cuping hidung
22) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±7 x/menit.
23) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
24) Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
d. Pemeriksaan fisik pola fungsional
f) Pola tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
g) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 600 cc/ hari.
h) Pola Makan dan Minum
Diet MII dengan pola 3x sehari, BB=60 kg
i) Kebersihan Diri
tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
j) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien tidak dapat melakukan aktivitas. Pemenuhan dilakukan oleh
bantuan keluarga dan perawat.
e. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Asma Bronkhial
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Kimia darah
Albumin :31 (3,6-5,0 gr/dl)
Imunologi kuantitatif
HbsAg : (-)(cot off 2 S/N)
Anti HCV : (-)
Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
PH 7,458 7,35-7,45 mEq/l
PCO2 49,8 65,00-45,00 mEq/l
PO2 136,6 80,00-100,00 mEq/l
TCO2 37,1 23,00-27,00 mEq/l
Base Exces 11,5 -2,00-2,00 mEq/l
O2 saturasi 98,5 95,00-98,00 mEq/l
e. Rontgen :-
f. EKG :-
g. Lain- lain :-
f. Penatalaksanaan Terapi
No Nama Obat Dosis Efek Obat
1 IVFD RL 20 tetes/ menit Pemenuhan
cairan elektrolit
2 Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam Infeksi saluran
nafas bawah
3 Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam Untuk
pengobatan
hipersekresi asam
lambung
4 Nebule ventolin 1 amp/ 8jam Bronkodilator
5 OBH syr 3 x ci Untuk meredakan
batuk
g. Analisa data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 Subjektif: Infeksi/ alergi/polusi Ketidakefektifan
a. Klien mengatakan pola nafas
sulit bernafas. Edema, spasme bronkus,
b. Klien mengatakan peningkatan sekresi
sesak jika ke
kamar mandi/ Obstruksi bronkiolus
beraktifitas. ekspirasi
Objektif:
a. RR 32 x/menit Sesak nafas/ nafas pendek
b. Pola nafas
dyspneu
c. Sesak jika
beraktivitas
d. Suara nafas mengi
e. Lemah
f. Pernafasan cuping
hidung
2 Subjektif: Infeksi/ alergi/ polusi Gangguan
a. Klien mengatakan pertukaran gas
sulit bernafas
b. Klien mengatakan Edema, spasme bronkus,
sesak jika kekamar peningkatan sekresi
mandi
Objektif:
a. RR 32 x/menit
b. Pola nafas Obstruksi bronkiolus
dypsneu Ekspirasi
c. Sesak jika
aktivitas Suplay O2 menurun
d. Suara nafas mengi
e. Lemah
f. Pernafasan cuping
hidung
g. Nilai AGD
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi/ beraktivitas, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu,
sesak jika beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping
hidung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 menurun
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu, sesak jika
beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping hidung, dan
nilai AGD.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
mengatakan lemah, klien mengatakan sesak jika beraktifitas.
F. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan keefektifan ventilasi.
bronkhiolus pola nafas dengan kriteria b. Lakukan fisioterapi
ditandai dengan hasil: dada bila perlu.
klien mengatakan a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
sulit bernafas, batuk efektif dan nafas.
klien mengatakan suara nafas yang d. Berikan
sesak jika kekamar bersih tidak ada bronkodilator
mandi/ sianosis dan dypsneu. nebulizer/
beraktivitas, RR b. Menunjukkan jalan ventolin/12 jam.
32x/menit, pola nafas yang paten. e. Monitor respirasi
nafas dypsneu, c. TTV dalam rentang dan status O2.
sesak jika normal. f. Ajarkan klien
beraktifitas, suara latihan nafas dalam.
nafas mengi, g. Berikan dorongan
lemah, pernafasan penggunaan latihan
cuping hidung. otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
2 Gangguan Setelah diberikan Airway management
pertukaran gas perawatan selama 3 hari a. Posisikan pasien
berhubungan diharapkan terjadi untuk
dengan suplay O2 perbaikan pada status memaksimalkan
menurun ditandai pertukaran gas dengan ventilasi
dengan klien kriteria hasil: b. Auskultasi suara
mengatakan sulit a. Mendemonstrasikan nafas
bernafas, klien peningkatan ventilasi c. Monitor respirasi
mengatakan sesak dan oksigenasi yang dan status cairan
jika kekamar adekuat. d. Terapi oksigen 2-4
mandi, RR b. Memelihara liter
32x/menit, pola kebersihan paru dan e. Pertahankan jalan
nafas dypsneu, bebas dari tanda nafas yang paten
sesak jika distres pernafasan f. Berikan latihan
beraktifitas, suara c. TTV dalam rentang nafas dalam
nafas mengi, normal. (penkes).
lemah, pernafasan
cuping hidung, dan Respiratory monitor
nilai AGD. a. Monitor rata- rata
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan
c. Monitor suara nafas
d. Monitor pola nafas
e. Monitor kelelahan
otot diagfragma
f. Auskultasi suara
nafas.
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan a. Observasi adanya
berhubungan tindakan keperawatan pembatasan klien
dengan kelemahan selama 3 hari pasien dalam melakukan
ditandai dengan bertoleransi terhadap aktifitas
klien mengatakan aktifitas dengan kriteria b. Kaji respon individu
lemah, klien hasil: terhadap aktifitas,
mengatakan sesak a. Berpartisipasi dalam TD dan Nadi
jika beraktifitas. aktifitas fisik tanpa c. Kaji adanya faktor
disertai peningkatan yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR. d.Ukur tanda- tanda
b. Mampu melakukan vital setelah
aktifitas sehari- hari beraktifitas
secara mandiri e. Dukung klien dalam
c. Keseimbangan menegakkan latihan
aktifitas dan istirahat. teratur dengan
menggunakan
endurance exercise
f. Kaji tingkat fungsi
klien
g.Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas
TOPIK : Pneumonia
SUB TOPIK : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan
perawatan pneumonia
SASARAN : Tn.S dan keluarga
HARI/TANGGAL : Kamis, 11 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan
III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
IV. Media
Leaflet penyuluhan
V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep
VI. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.S memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syah putra, S.Kep
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu Metode
Pembukaan 1. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan Memperhatikan
5 menit
maksud dan tujuan Ceramah
(TIU dan TIK)
3. Menjelaskan proses Memperhatikan
belajar mengajar
Pelaksanaan 1. Mengkaji tingkat Memperhatikan
pengetahuan sasaran
terhadap materi yang
akan disampaikan
dengan cara apersepsi
atau secara lisan
2. Menjelaskan pada Memperhatikan
sasaran tentang:
a. Pengertian asma
bronkhial
b. Penyebab asma 15 menit Ceramah
bronkhial
c. Tanda dan gejala
asma bronkhial
d. Cara mengatasi
sesak asma
bronkhial
e. Cara mencegah
serangan ulang
asma bronkhial.
VII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan
kesehatan berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.A memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
TOPIK : COPD
SUB TOPIK : meningkatkan kualitas hidup dengan latihan indurance
SASARAN : Tn.I dan keluarga
HARI/TANGGAL : Sabtu, 13 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang HDU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan
V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu Metode
Sasaran
Pembukaan 4. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
5. Menyampaikan maksud dan Memperhatikan
5 menit Ceramah
tujuan (TIU dan TIK)
6. Menjelaskan proses belajar
mengajar Memperhatikan
Pelaksanaan 3. Mengkaji tingkat Memperhatikan
pengetahuan sasaran terhadap
materi yang akan
disampaikan dengan cara
apersepsi atau secara lisan
4. Menjelaskan pada sasaran
tentang: Memperhatikan
h. Menjelaskan pengertian
COPD
20
i. Menyebutkan Ceramah
menit
pengertian latihan
indurance
j. Menyebutkan macam-
macam latihan
indurance
k. Mendemonstrasikan
latihan indurance
selama 5 menit
VII. Evaluasi
l. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
m. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
n. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.K memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
TOPIK : TB Paru
SUB TOPIK : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan
perawatan TB Paru
SASARAN : Tn. K dan keluarga
HARI/TANGGAL : Rabu, 10 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan
III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. demonstrasi
IV. Media
Leaflet penyuluhan
V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep
VII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan
kesehatan berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn. K memahami tentang penyakitnya.
ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Upaya untuk menegakkan diagnosis
secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak).
Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret
hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Untuk itu
diperlukan upaya mendapatkan sputum dengan cara melakukan batuk efektif.
Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia,
atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak
harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu
Kudus. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatifuji statistik Paired Sample
t-test dan pengambilan data dilakukan dengan pengukuran volume sputum pada
30 responden pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam
pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS
Mardi Rahayu Kudus yaitu dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen
2 (sesudah batuk efektif) 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume
sputumnya.. Berdasarkan spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen 3
(setelah batuk efektif) 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume
sputumnya. Penemuan BTA pasien TB Paru mengalami peningkatan dari
spesimen 1 (sebelum batuk efektif) sebanyak 6 responden, specimen 2 sebanyak
17 responden, dan spesimen 3 sebanyak 21 responden. Hasil analisis dengan uji
Paired Sample t-Test baik untuk spesimen 1 dan spesimen 2 maupun spesimen 1
dan specimen 3 menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus.
ABSTRACT
LEMBAR KONSULTASI
Paraf
No Tanggal Saran Pembimbing
Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II