Anda di halaman 1dari 140

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF

MANAJEMEN KASUS SISTEM PERNAFASAN


DENGAN TB. PARU PADA Tn. K DI RUANGAN ASOKA I RSUD
DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2016

Oleh:

AMRIZAL SYAH PUTRA, S.Kep


NIM: 1101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF

MANAJEMEN KASUS SISTEM PERNAFASAN


DENGAN TB. PARU PADA Tn. K DI RUANGAN ASOKA I RSUD
DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2016

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajar


Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

AMRIZAL SYAH PUTRA, S.Kep


NIM: 1101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan yang tiada henti dan tak terhingga
kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolongan- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif ini dengan judul “ Manajemen Kasus Pada Tn.K Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan: TB Paru Di Ruang Asoka I RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan ”.
Penyusunan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Proses
penulisan Laporan Hasil Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dapat
terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun
material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Asman R. Karo-karo, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara.
2. Bapak DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. H. Edwin Efendi, M.Sc, FIHA, selaku Direktur RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah memberikan izin untuk praktek belajar lapangan.
4. Ibu Hj. Masnelly Lubis, SST, MARS selaku Wadir SDM, dan pendidikan
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
5. Ibu Dr. Isma Aprita Lubis, Sp KK, Selaku Kabid Diklat RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
6. Ibu Linny Lumongga S.Kep, Ns, Selaku Kabid Keperawatan RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan.
7. Ibu Lusiana Nasution, S.Kep, Ners, Selaku Kepala Seksi Diklat Non Pegawai
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
8. Ibu Evawani Martalena Silitonga, SKM, M.Si, Sebagai Pembantu Ketua I
Bidang Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
9. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, sebagai Pembantu Ketua II Bidang
Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
10. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, sebagai Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
11. Ibu Roslenni Sitepu, S.Kep, Ners, MARS, sebagai Ketua Program Studi
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
12. Ibu Maria Saragi, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp. Mat, sebagai Pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan Laporan Praktek
Belajar Lapangan Komprehensif ini.
13. Bapak Kalvin Ginting, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I yang banyak
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
14. Bapak Affuandi Lubis, S.Kep, sebagai Pembimbing Lahan/Clinical Instruktur
dan selaku penguji II Praktek Belajar Lapangan Komprehensif yang sudah
menyediakan waktu dan memberikan pengetahuan, serta saran kepada penulis
untuk perbaikan PBLK ini.
15. Kepada orang tua ku ayahanda tersayang (Mawardi) dan ibunda tercinta
(Dahniar) yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga
sekarang, serta untuk Abang tercinta (Agussalim rizki) yang terus selalu
memberikan motivasi.
16. Rekan-rekan mahasiswa Profesi Ners Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara tahun 2016, yang telah memberikan semangat
dalam menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan Laporan PBLK ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya, baik dalam materi maupun dalam
penulisan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi
kesempurnaan laporan PBLK ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan
PBLK ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi bahan referensi di akhir
kuliah nanti.

Medan, Agustus 2016


Penulis

Amrizal syahputra,S.Kep
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1........................................................................ Latar Belakang
...............................................................................................1
1.2.................................................................... Rumusan Masalah
...............................................................................................3
1.3........................................................................ Tujuan Praktek
...............................................................................................3
1.4...................................................................... Manfaat Praktek
...............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5


2.1 Definisi .................................................................................... 5
2.2 Etiologi .................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis ................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ............................................................................ 7
2.5 Komplikasi .............................................................................. 8
2.6 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan Keperawatan ................................................ 10

BAB III MANAJEMEN KASUS............................................................... 19


3.1 Identitas Pasien...................................................................... 19
3.2 Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik........................................ 19
3.3 Pemeriksaan penunjang......................................................... 25
3.4 Terapi..................................................................................... 27
3.5 Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan................................... 28
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 44
4.1 Pembahasan Kasus................................................................. 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 48


5.1 Kesimpulan.............................................................................. 48
5.2 Saran........................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 51
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Pasien TB Paru............................. 12


Tabel 3.1 Pengkajian Pola Fungsional........................................................ 24
Tabel 3.2 Pemeriksaan Hematologi ............................................................ 25
Tabel 3.3 Terapi Medis ............................................................................... 26
Tabel 3.4 Analisa Data................................................................................ 27
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan Kasus ................................................... 29
Tabel 3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................... 33
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Keperawatan.......................................... 36
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram ................................................................................... 20


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Discharge Planning Pada Gangguan Sistem Pernafasan


Lampiran 2 Resume Asuhan Keperawatan Dalam Praktek Belajar Lapangan
Komprehensif
Lampiran 3 SAP Penyuluhan Kesehatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan
Lampiran 4 Leaflet Pada Gangguan Sistem Pernafasan
Lampiran 5 Jurnal Keperawatan
Lampiran 6 Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 7 Lembar Bimbingan Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Adanya kemajuan teknologi
disertai dengan penggunaan cara- cara baru dibidang diagnostik dan terapeutik
mengharuskan rumah sakit mempekerjakan berbagai profesi kedokteran dan
profesi lain sehingga rumah sakit menjadi organisasi padat karya spesialis dan
merupakan tempat dimana terjadi proses pengubahan dari masukan menjadi
luaran. Masukan utama adalah dokter, perawat personal lainnya, prasarana, sarana
peralatan dan sebagainya merupakan bagian dari rumah sakit. Tenaga medis
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik
kuratif maupun rehabilitatif, dimana layanannya menjangkau pelayanan pasien
dan keluarga (WHO, 2010).
Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan paling utama yang
menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus. Tim
pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan
keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Keperawatan didefinisikan
sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Berdasarkan hal tersebut maka Program Pendidikan Profesi Ners
mengembangkan suatu program sebagai salah satu mata ajar pada akhir kegiatan
mahasiswa profesi yakni praktik belajar lapangan komprehensif (PBLK). Praktik
belajar lapangan komprehensif (PBLK) yang bertujuan untuk mempersiapkan
mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengaplikasikan semua teori dan konsep1 yang telah di peroleh selama pendidikan.
Kegiatan praktik belajar lapangan komprehensif (PBLK) ini juga berharap secara
langsung dapat memberikan masukan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.
Praktek belajar lapangan ini dilakukan di ruangan ASOKA I Rumah Sakit
Umum Daerah Pirngadi Medan dengan diawali praktek peminatan kasus selama 1
minggu mulai tanggal 8 Agustus 2016 sampai tanggal 13 Agustus 2016 dengan
membuat 1 kasus kelolaan dan dilanjutkan dengan praktek belajar lapangan
komprehensif. Kegiatan yang dilakukan selama praktek belajar lapangan
komprehensif ini mencakup manajemen pelayanan keperawatan yang berupa
manajemen kasus pada lahan praktek dan pasien kelolaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis
selama praktek belajar lapangan (PBLK) di ruangan ASOKA I di dapatkan
beberapa kasus penyakit yaitu Tuberkulosis Paru, Pneumonia, asma, dan sida
sehingga penulis mengambil 1 kasus kelolaan untuk manajemen kasus asuhan
keperawatan yaitu : Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bakteri
Tahan Asam (BTA) Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis merupakan
masalah kesehatan global utama dengan tingkat kejadian 9 juta kasus per tahun di
seluruh dunia dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia (Atif et al.,
2012). Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka prevalensi
semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000
kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positip sebesar 189 per 100.000
penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27
per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari.
Menurut laporan WHO (2013), Indonesia menempati urutan ke tiga
jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan Cina dengan sebesar 700 ribu kasus.
Angka kematian masih sama dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000
penduduk, tetapi angka insidennya turun menjadi 185 per 100.000 penduduk di
tahun 2012 (WHO, 2013).
Provinsi Sumatera Utara, penemuan kasus baru terdapat 14.158 per tahun
(Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Sementara, Case Detection Rate TB paru
Sumatera Utara 41,44 per Juni 2012 dengan Success rate 89 % dengan target
keberhasilan 87% (Kemenkes RI, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Mahasiswa dapat menemukan permasalahan selama praktek belajar pada
sistem pernafasan terutama dengan masalah TB Paru dengan bentuk penerapan
yang dilakukan adalah Manajemen Kasus Pada Tn.K Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan TB Paru Di Ruang ASOKA I Dr. Pirngadi Medan.

1.3 Tujuan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif


1.3. 1 Tujuan Umum
Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa/i dan mendapatkan pendidikan yang jelas
dan mampu dalam mengelola kasus secara mandiri maupun profesional tentang
asuhan keperawatan pada Tn. K dengan TB Paru di ruangan ASOKA I Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. K dengan TB Paru
di ruangan ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. K dengan TB Paru di
ruangan ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
c. Mampu menetapkan intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan pada Tn. K dengan TB Paru di ruangan ASOKA I Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan.
1.4 Manfaat PBLK
1.4.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Manfaat Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PLBK) terhadap
mahasiswa/i adalah sebagai wawasan, wadah latihan dan gambaran menjadi
perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien dengan TB Paru, Selain itu juga melatih mahasiswa
mengelola manajemen secara efektif dan efisien.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat Praktik Belajar Komprehensif (PBLK) bagi institusi pendidikan
adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas
akhir dalam bentuk karya ilmiah.
1.4.3 Bagi Lahan Praktik
Manfaat Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) yaitu
meningkatkan mutu pelayanan di lahan praktek dengan melakukan penerapan
intervensi kasus pasien TB paru sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan
pada pasien secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Medis


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui banyak
menginfeksi manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
kompleks. Penyakit ini biasanya menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya
melalui saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru (Mario dan Richard, 2005). Tuberculosis adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman
batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
2.1.2 Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
infeksi kuman (basil) Mycobacterium tuberculosis. Organisme ini termasuk ordo
Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Genus
Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil tuberkulosis
berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung, dengan
ukuran panjang 2 μm-4 μm dan lebar 0,2 μm–0,5 μm. Organisme ini tidak
bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat
berbentuk manik-manik atau granuler. Sebagian besar basil tuberkulosis
menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain. Mycobacterium
tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan merupakan mikobakteria
aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon
sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan pertumbuhan
pada media kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010).
Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC dan PH 6,4-7,0. Jika dipanaskan
pada suhu 60º C akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan
terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai
panjang glikolipid dan phospoglican yang kaya akan mikolat (Mycosida) yang

5
melindungi sel mikobakteria dari lisosom serta menahan pewarna fuschin setelah
disiram dengan asam (basil tahan asam) (Herchline, 2013).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung (Depkes, 2007).
Menurut PDPI (2011), gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka
gejala lokal ialah gejala respiratori.
a. Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala sampai
gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala respiratorik
terdiri dari :
1. Batuk produktif ≥ 2 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul dapat berupa :
1. Demam
2. Keringat malam
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
2.1.4 Patofisiologi Keperawatan
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi
tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai
suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam
sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi
nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan
fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi
membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet
ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan
menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan
masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen
yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005).
2.1.5 Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) komplikasi dari TB Paru antara lain :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasi
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2000), pemeriksaan penunjang pada pasien
tuberculosis paru yaitu:
a. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir
penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas
simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.
f. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium
tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
h. Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2.1.7 Langkah Pengambilan Sputum
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum
semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah 
penampung sputum. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3
kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S),
yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya
ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama
setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di
laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi. Pengambilan
sputum pada pasien tidak boleh  menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan,
dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum
dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat
sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa
pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
2.2 Penatalaksanaan
2.2.1 Medis
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen anti
tuberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan
digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin ( SM ),
Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin, kanamisin,
etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat – obat
baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).
2.2.2 Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
mengumpulkan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosis
keperawatan.
Pengkajian fokus menurut Martin Juan (2006):
1. Pengkajian primer
a) Airway
Kebersihan jalan nafas, evaluasi adanya sputum, oksigen, kemampuan
batuk.
b) Breathing
Frekuensi nafas, pengembangan paru- paru, suara nafas, kedalaman
nafas, irama nafas, kembang- kempis paru- paru, penggunaan otot-
otot bantu pernafasan.
c) Circulation
Riwayat penyakit jantung, tekanan darah, nadi, irama jantung, bunyi
jantung, warna kulit, kapiler refill dan sianosis.
2. Pengkajian sekunder
a) Riwayat kesehatan
b) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
c) Pemeriksaan fisik head to toe
d) Aktivitas/ istirahat (kelemahan)
e) Integritas ego (ansietas)
f) Makanan/ cairan (penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan)
g) Nyeri atau kenyamanan (nyeri dada)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/ faringeal ditandai
dengan frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tidak normal, bunyi nafas
tambahan, dispneu.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar kapiler, atelektasis, sekret kental, edema bronkial ditandai
dengan PH darah arteri abnormal, pernafasan abnormal, warna kulit
pucat, konfusi, penurunan karbondioksida, dispneu, sakit kepala saat
bangun, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, nafas cuping
hidung, gelisah, samnolen, takikardia, gangguan penglihatan.
3. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan deformitas
dinding dada, disfungsi neuromuskular, nyeri, gangguan
muskuloskeletal, ansietas ditandai dengan penurunan kedalaman
pernafasan, dispnea, pernafasan cuping hidung, takipnea, penggunaan
otot aksesorius untuk bernafas.
4. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan agen cedera (misalnya
biologis, zat kimia, fisik, psikologis, ditandai dengan perubahan selera
makan, perubahan tanda- tanda vital, laporan isyarat, perilaku distraksi,
sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit, melaporkan nyeri secara
verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
6. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
c. Intervensi
Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan Pada Pasien Tb Paru
Diagnosa NOC NIC
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway suction
nafas tidak efektif keperawatan, menunjukkan a. Pastikan kebutuhan oral/
keefektifan jalan nafas tracheal suctioning
dibuktikan dengan kriteria b. Auskultasi suara nafas
hasil: sebelum dan sesudah
a. Menunjukkan suctioning
pembersihan jalan nafas c. Informasikan kepada
yang efektif klien dan keluarga
b. Mengeluarkan sekresi tentang suction
secara efektif d. Berikan O2 dengan
c. Mempunyai irama dan menggunakan nasal
frekuensi pernafasan untuk memfasilitasi
dalam rentang normal suction nasotrakeal
d. Mempunyai fungsi paru e. Anjurkan alat yang steril
dalam batas normal setiap melakukan
tindakan
f. Monitor status oksigen
pasien
Airway management
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
e. Berikan bronkodilator
bila perlu
f. Monitor respirasi dan
status O2
Gangguan Setelah diberikan perawatan Airway management
pertukaran gas diharapkan terjadi perbaikan a. Posisikan pasien untuk
pada status pertukaran gas memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi pasien
a. Mendemonstrasikan perlunya pemasangan
peningkatan ventilasi alat jalan nafas buatan
dan oksigen yang c. Auskultasi suara nafas,
adekuat catat adanya suara
b. Memelihara tambahan
kebersihan paru- paru d. Monitor respirasi dan
dan bebas dari tanda status O2
distress pernafasan Respiratory monitoring
c. Mendemonstrasikan a. Monitor rata- rata
batuk efektif dan kedalaman, irama dan
suara nafas yang usaha respirasi
bersih, tidak ada b. Catat pergerakan dada,
sianosis dan dyspneu amati kesimetrisan,
(mampu penggunaaan otot
mengeluarkan tambahan, retraksi otot
sputum, mampu supraclavicular dan
bernafas dengan intercosta
mudah, tidak ada c. Monitor suara nafas,
pursed lips) seperti dengkur
d. Tanda- tanda vital d. Monitor pola nafas
dalam rentang normal (bradipnea, takipnea,
kusmaul,hiperventilasi,c
heyne stokes, biot).
e. Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
f. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan/
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan.
Ketidakefektifan Setelah diberikan tindakan Airway Management
pola nafas perawatan menunjukkan a. Buka jalan nafas,
kriteria hasil: gunakan teknik chin lift
a. Mendemonstrasikan atau jaw thrust bila perlu
batuk efektif dan b. Posisikan pasien untuk
suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada c. Identifikasi pasien
sianosis dan dyspeu perlunya pemasangan
(mampu alat jalan nafas buatan
mengeluarkan d. Pasang mayo bila perlu
sputum, mampu e. Lakukan fisioterapi dada
bernafas dengan jika perlu
mudah, tidak ada f. Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
b. Menunjukkan jalan tambahan
nafas yang paten g. Berikan pelembab udara
(klien tidak merasa kassa basah NaCl lembab
tercekik, irama nafas, h. Atur intake untuk cairan
frekuensi pernafasan mengoptimalkan
dalam rentang keseimbangan
normal, tidak ada i. Monitor respirasi dan
suara nafas abnormal) status O2
c. Tanda- tanda vital j. Terapi oksigen
dalam rentang normal k. Pertahankan jalan nafas
(tekanan darah, nadi, yang paten
pernafasan). l. Atur peralatan oksigenasi
m.Monitor aliran oksigen
Gangguan rasa Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri
nyaman: nyeri perawatan menunjukkan a. Lakukan pengkajian
kriteria hasil: nyeri secara
a. Mampu mengontrol nyeri komprehensif
(tahu penyebab nyeri, b. Observasi reaksi non
mampu menggunakan verbal dari
tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, c. Bantu pasien dan
mencari bantuan). keluarga untuk mencari
b. Melaporkan bahwa nyeri dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan d. Kontrol lingkungan yang
manajemen nyeri. dapat mempengaruhi
c. Mampu mengenali nyeri nyeri seperti suhu
(skala, intensitas, ruangan, pencahayaan
frekuensi dan tanda dan kebisingan
nyeri). e. Kurangi faktor presipitasi
d. Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang f. Kaji tipe dan sumber
e. Tanda vital dalam nyeri untuk menemukan
rentang normal intervensi
f. Tidak mengalami g. Ajarkan tentang teknik
gangguan tidur nonfarmakologi: nafas
dalam, relaksasi dan
distraks, kompres hangat/
dingin.
h. Tingkatkan istirahat
i. Kolaborasi pemberian
analgetik
j. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
diberikan analgesic
Ketidakseimbanga Setelah diberikan perawatan Nutrition management
n nutrisi kurang diharapkan terjadi perbaikan a. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan status gizi dengan indikator: makanan
tubuh a. Adanya peningkatan b. Kolaborasi dengan ahli
berat badan sesuai gizi untuk menentukan
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
b. Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien
sesuai dengan tinggi c. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
c. Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi d. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi e. Yakinkan diet yang
d. Tidak ada tanda- dimakan mengandung
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
e. Tidak terjadi mencegah konstipasi
penurunan berta f. Berikan makanan yang
badan yang berarti terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
g. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
h. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
i. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor mual dan
muntah
i. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht.
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu sesering
keperawatan, klien mungkin
menunjukkan: suhu tubuh b. Monitor warna dan suhu
dalam batas normal dengan kulit
kriteria hasil: c. Monitor tekanan darah,
a. Suhu 36- 370C nadi dan RR
b. Nadi dan RR dalam d. Monitor WBC, Hb dan
batas normal Hct
c. Tidak ada perubahan e. Monitor intake dan
kulit dan tidak ada output
pusing, merasa f. Berikan cairan intravena
nyaman g. Kompres klien pada lipat
paha dan aksila
h. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
i. Monitor tanda- tanda
vital
j. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
k. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
mukosa.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama klien Tn.K, jenis kelamin laki-laki dengan usia 74 tahun O bulan 26
hari, status perkawinan menikah, agama islam, klien seorang wiraswata. Alamat
tempat tinggal Dusun v semangka gg. Makmur. Klien masuk kerumah sakit
tanggal 04 Agustus 2016 dengan nomor registrasi 01.00.53.19 dirawat diruang
ASOKA I, tanggal pengkajian 09 Agustus 2016 dengan diagnosa medis TB paru.
Penanggung jawab klien adalah istri klien yang berinisial Ny.M, jenis
kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga dengan alamat tempat tinggal
Dusun v semangka gg. Makmur

3.2 Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik


3.2.1 Pengkajian/ Anamnesa
a. Keluhan Utama
Sesak nafas dan batuk.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sudah ±7 bulan yang lalu batuk. Lima hari yang lalu pasien
mengalami batuk dan sesak yang tidak dapat ditolerir. Akhirnya pasien
dibawa oleh keluarga ke RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk dilakukan
perawatan karena sesak yang bertambah.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan sudah 7 bulan batuk- batuk
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan
keturunan seperti TBC, DM, hipertensi dan lain- lain.

19
Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. K

Keterangan:
:Laki-laki

:Perempuan

: Klien

:Meninggal

:Tinggal Serumah

e. Riwayat/ Keadaan Psikososial


Bahasa yang digunakan sehari- hari bahasa indonesia, dan emosi pasien
stabil, tidak mudah marah, hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
Koping yang dilakukan jika pasien cemas atau stress adalah berdoa.
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien adalah baik, dengan nilai Glasgow Coma Scale 15
dimana eye = 4, motoric = 6 dan verbal = 5.
b. Tanda- Tanda Vital
Tanda- tanda vital tanggal 09 Agustus 2016 jam 10.00 WIB suhu tubuh
37,50C, tekanan darah 110/82 mmHg, Nadi 115 x/i, Respirasi 30 x/i
c. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih dan tidak berketombe. Penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut lurus dan hitam. Warna kulit
sawo matang dengan struktur anatomis.
2. Mata
Bentuk mata simetris, tidak ada pembengkakan pada palpebra, pupil
isokor 2/2, konjungtiva anemis, refleks cahaya +/+, visus dan tekanan
bola mata tidak dilakukan pemeriksaan.
3. Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret dan pernafasan cuping hidung, Pasien terpasang NGT.
4. Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran yang simetris, lubang telinga
tidak ada peradangan, serumen tidak ada. Ketajaman pendengaran tidak
dapat diukur.
5. Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi baik tidak ada luka dan gigi lengkap,
keadaan lidah baik tidak kotor, tidak ada nyeri tekan pada faring.
6. Leher
Posisi trakea medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar limfe.
Vena jugularis tidak ada varises, denyut nadi karotis teraba.
7. Pemeriksaan integumen
Kebersihan integumen baik, perfusi hangat dan suhu akral dingin, warna
kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan pada kulit.
8. Pemeriksaan payudara dan ketiak
9. Pemeriksaan thoraks/Dada
a) Pemeriksaan paru
Inspeksi :Dari hasil inspeksi secara umum bentuk simetris,
Frekuensi nafas 30 x/i, ekspirasi memanjang.
Palpasi :ada perenggangan intercostal saat inspirasi.
Perkusi :Suara perkusi paru sonor
Auskultasi :Suara nafas tambahan wheezing.
b) Pemeriksaan jantung
Inspeksi :tidak terlihat pembesaran/pembengkakan jantung
Palpasi :ictus cordis teraba di IC VI linea mid clavicula
Perkusi :redup
Auskultasi :bunyi jantung I terdengar Lup dan Bunyi jantung
II terdengar suara dup, tidak ada bunyi murmur
dan gallop.
10. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi :bentuk abdomen simetris, tidak terdapat benjolan
atau massa, tidak ada bayangan pembuluh darah.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar dan lien, tidak ada benjolan dan massa
Perkusi : timpani
Auskultasi :suara peristaltik usus 7 kali permenit.
11. Pemeriksaan genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan untuk menjaga privasi pasien. Tidak ada
kelainan pada anus dan perineum pasien.

12. Pemeriksaan neurologis


a) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran compos mentis dengan nilai Glasgow Coma
Scale (GCS) 15 (Eye 4, Motoric 6 dan Verbal 5).
b) Meningeal sign
Tanda meningeal tidak ada kaku kuduk
c) Status mental
Pasien dapat mengenal orang, tempat dan waktu. Proses pikir tidak
ada gangguan, pasien mempunyai motivasi untuk sembuh, tidak ada
gangguan persepsi sensori dan bahasa dalam berkomunikasi dapat
dipahami dengan baik.
d) Nervus kranial
Nervus olfaktorius :pasien dapat membedakan aroma kopi
dan teh
Nervus optikus :pasien dapat melihat dengan jelas
Nervus okulomotorius :refleks pupil terhadap cahaya
Nervus trigeminus :pasien dapat merasakan sentuhan ringan
Nervus fasialis :pasien mampu menggerakkan lidah
sesuai perintah
Nervus vestibulokoklearis:pasien dapat mendengar dengan baik,
berespon terhadap perkataan perawat
Nervus glosopharingeus :pasien dapat menelan dengan baik
Nervus vagus :pasien dapat membedakan rasa
e) Fungsi motorik
Pasien dapat mengikuti perintah menggerakkan tangan ke hidung
saat pemeriksaan tes jari- hidung.
f) Fungsi sensorik
Pasien dapat merasakan sentuhan kapas, dapat membedakan panas
dan dingin, dapat merasakan getaran, dapat merasakan daerah yang
disentuh dengan benda (tropognosis test) dan tidak dapat
mengidentifikasi objek dengan mata tertutup (stereognosis test).
13. Pemeriksaan Fisik Pola Fungsional
Tabel 3.1. Pengkajian Pola Fungsional Tn. K
Pola Fungsional Sebelum Masuk Rumah Selama Di Rumah Sakit
Sakit
Nutrisi-cairan Pola makan 3 kali sehari, Pola makan 3 kali sehari,
dengan porsi 1 piring
makan.
Pola minum 7-8 gelas
perhari, jenis minuman air minuman air putih.
putih dan teh.
Tidak ada kesulitan makan
maupun minum.
Eliminasi Pola BAK; Volumeurine Pola BAK; Klien dan
tidak terdeteksi, warna keluarga tidak bersedia
kuning, frekuensi 5-6 kali untuk dipasang kateter
perhari.
Pola BAB; 1 kali sehari, Pola BAB; pasien belum
konsentrasi lunak dan BAB selama berada
tidak ada kesulitan BAB. dirumah sakit.

Istirahat- tidur Klien memiliki kebiasaan Klien tidur 5-6 jam, karena
tidur yang teratur batuk dan sesak
Aktivitas Klien mengatakan sebulan Selama di RS klien tidak
yang lalu jika terlalu melakukan
banyak beraktivitas aktivitas,karena klien
merasakan sesak. harus bedress.
Kebersihan diri Pasien dapat melakukan Kebersihan diri dilakukan
perawatan diri secara secara terbatas, perawat
mandiri dan keluarga klien yang
melakukan
personalhygiene.

3.3 Pemeriksaan Penunjang


3.3.1 Laboratorium
Tabel. 3.2. Pemeriksaan Hematologi Tn.K
Pada Tanggal 05 Agustus 2016
Pemeriksaan Hasil Normal Unit

Darah rutin
Hb 10,10 12-16 Gr%
Ht 35,1 35-47 %
Trombosit 317 150-450 mm3
Leukosit 29 4-11 mm3
WBC 10.400,00 4.000,00-10.000,00 /ul
RBC 4,16 4,00-5,00 /ul
HGB 10,10 12,00-14,00 Gr/dl
HCT 31,70 36,00-42,00 %
MCV 76,20 80,00-97,00 fl
MCH 24,00 27,00-38,70 pg
MCHC 31,90 31,50-35,00 dl
PLT 322.000,00 150.000,00-440.000,00 %
RDW-CV 15,50 10,00-15,00 %
PDW 10,10 10,00-18,00 %
MPV 9,30 6,50-11,00 %
PLCR 20,90 15,00-25,00 %
NEUT 0,00 50,00-70,00 %
LYMPH 27,10 20,00-40,00 %
Kimia klinik
Ureum 29 10-50 mg/dl
Creatinin 1,48 0,6-1,2 mg/dl
Glukosa adrandom 120 < 140 mg/dl
Troponin T (±) 0,80 < 0,03 Negatif
CKMB 29 < 24 u/l
Analisa Gas Darah
PH
PCO2 7,517 7,35-7,45 mEq/l
PO2 29,40 65,00-45,00 mEq/l
TCO2 51,00 80,00-100,00 mEq/l
Base Exces 25,00 23,00-27,00 mEq/l
O2 saturasi 1,00 -2,00-2,00 mEq/l
89,30 95,00-98,00 mEq/l

Elektrolit
Natrium 138,00 136,00-155,00 mEq/l
Kalium 3,90 3,50-5,50 mEq/l
Clorida 100,00 95,00-103,00 mEq/l

3.3.1 Rontgen (Fhoto thoraks)


Kesimpulan Tb paru
3.3.2 Pemeriksaan sputum
Dari hasil pemeriksaan sputum yang diambil diwaktu pagi didapat os
mengalami TB paru positif.

3.4 Terapi
Tabel 3.3. Terapi Medis Tn. K Tanggal 09 Agustus 2015

No. Terapi Dosis


1 IVFD RL 20 gtt/menit
2 Meropenem 1 gr/12 jam
3 Ranitidin 50 mg/12 jam
4 Keterolac 1 amp/12 jam
5 Methyl prednisolone 125 mg/ 8 jam
6 Nebulizer: ventolin 2 x 1 (pagi dan sore)
7 Parasetamol 3 x 1 (KP)
8 Rimstar 2x1
3.5 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
3.5.1 Pengkajian Primer
Airway :Ada sumbatan jalan nafas
Breathing :Pergerakan dada simetris dan frekuensi pernafasan 30
x/menit, bernafas spontan.
Circulation : perfusi hangat, denyut nadi 115 x/menit, tekanan darah
110/82 mmHg.
3.5.2 Pengkajian Sekunder
Dari pengkajian head to toe dari pemeriksaan paru didapat hasil bentuk
dada simetris, Frekuensi nafas 30 x/menit, ekspirasi memanjang, suara paru sonor,
ada perenggangan intercostal saat inspirasi. Dari hasil auskultasi ada bunyi nafas
tambahan wheezing.
3.5.3 Analisa Data
Tabel 3.4. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
.
1. DS: klien mengatakan sesak Ketidakmampuan Bersihan jalan nafas
nafas dan tidak sanggup mengeluarkan sekret. tidak efektif
mengeluarkan dahak.
DO: Sesak nafas, ekspansi
a. RR 30 x/menit toraks
b. Batuk tidak efektif
c. Suara nafas tambahan Gangguan pertukaran
wheezing gas
d. Menggunakan tarikan otot
bantu pernafasan
e. Dypsneu
f. Terpasang oksigen 3 liter/
menit
2. Subjektif: kerusakan membran Gangguan
Pasien mengatakan sesak nafas alveolar- kapiler pertukaran gas
Objektif:
a. Tanda- tanda vital, TD
110/82 mmHg, HR 115 Gangguan peertukaran
x/menit, RR 30 x/menit. gas
b. Dispnea
c. PH meningkat (7,5170)
d. PCO2 menurun (29,40
mEq/l).
e. PO2 menurun (51,00 mEq/l)
f. Pasien terlihat pucat
g. Pernafasan cuping hidung
3. DS: Os mengatakan tidak Kelemahan Intoleransi aktivitas
sanggup melakukan apa-
apa Intoleransi aktivitas
DO:
a. Nampak Lemah
b. Bedrest
c. Hb=10 gr/dl

3.5.4 Prioritas masalah


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan penumpukan sekret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar- kapiler.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.5.5 Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan ketidakmampuan
mengeluarkan sekret ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas dan
tidak sanggup mengeluarkan dahak, RR 30 x/menit, batuk yang tidak
efektif, sputum warna putih kental, ekspirasi memanjang suara nafas
tambahan wheezing, menggunakan tarikan otot bantu pernafasan,
terpasang oksigen 3 liter/ menit.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar- kapiler ditandai dengan Pasien mengatakan sesak nafas, tanda-
tanda vital, TD 110/82 mmHg, HR 115 x/menit, RR 30 x/menit, dispnea,
PH meningkat (7,5170), PCO2 menurun (29,40 mEq/l), PO2 menurun
(51,00 mEq/l), pasien terlihat pucat, pernafasan cuping hidung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan os
mengatakan tidak sanggup melakukan aktivitas, nampak lemah, Hb= 10
gr/dl
3.5.6 Intervensi Keperawatan
Tabel. 3.5. Intervensi Keperawatan Kasus
Diagnosa NOC NIC
Bersihan jalan nafas Setelah diberikan tindakan Airway suction
tidak efektif keperawatan selama 3 hari a. Pastikan kebutuhan
menunjukkan keefektifan oral/ tracheal
jalan nafas dibuktikan dengan suctioning
kriteia hasil: b. Auskultasi suara
a. Mendemonstrasikan batuk nafas sebelum dan
efektif dan suara nafas sesudah suctioning
yang bersih tidak ada c. Informasikan
sianosis dan dypsneu kepada klien dan
b. Menunjukkan jalan nafas keluarga tentang
yang paten suction
c. Mampu mengidentifikasi d. Berikan O2 dengan
dan mencegah faktor menggunakan nasal
penyebab. untuk memfasilitasi
d. Saturasi O2 dalam batas suction nasotrakeal
normal e. Anjurkan alat yang
steril setiap
melakukan tindakan
f. Monitor status
oksigen pasien
Airway management
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
c. Ajarkan batuk
efektif
d. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
e. Berikan
bronkodilator bila
perlu
f. Monitor respirasi
dan status O2
Gangguan pertukaran Setelah diberikan tindakan Airway management
gas. keperawatan selama 3 hari a. Posisikan pasien
diharapkan terjadi perbaikan untuk
pada status pertukaran gas memaksimalkan
dengan kriteria hasil: ventilasi
a. Mendemonstrasikan b. Auskultasi suara
peningkatan ventilasi nafas, catat adanya
dan oksigenasi yang suara tambahan
adekuat a. Monitor respirasi dan
b. Memelihara status 02
kebersihan paru- paru b. Terapi oksigen 2-4
dan bebas dari tanda- liter
tanda distres c. Berikan latihan nafas
pernafasan dalam
c. Tanda- tanda vital d. Kolaborasi
dalam rentang normal pemberian therapy
d. Nilai AGDA normal Respiratory monitoring
a. Monitor rata- rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
c. Monitor suara nafas
seperti dengkur
d. Monitor pola nafas
(tacipneu)
e. Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
f. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/ tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Intoleransi aktifitas Setelah diberikan tindakan Terapi aktivitas
keperawatan menunjukkan a. Observasi adanya
kriteria hasil: pembatasan klien
a. Berpartisipasi dalam dalam melakukan
aktivitas fisik tanpa aktivitas.
disertai peningkatan b. Kaji adanya faktor
tekanan darah, nadi dan yang menyebabkan
RR kelelahan
b. Mampu melakukan c. Monitor nutrisi dan
aktivitas sehari- hari sumber energi yang
secara mandiri adekuat
c. Keseimbangan aktivitas d. Monitor pasien akan
dan istirahat adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
e. Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
f. Monitor pola tidur
dan istirahat
g. Bantu klien
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
dan yang disukai
h. Bantu pasien
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
i. Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual.

3.5.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 3.6. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Pada Tb Paru
No. Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi
Pukul Dignosa
1 Selasa/09- 1 1. Membuka jalan S: pasien mengatakan
08-2016 nafas dengan sesak, sesak berkurang
mengatur posisi jika posisi semifowler
16.00 yang nyaman semi O: tanda- tanda vital
WIB fowler. TD 110/82 mmHg,
2. Mengajarkan batuk HR 115 x/m, RR 30
efektif x/m, pernafasan
3. mengauskultasi cuping hidung,
suara nafas dan dispneu, batuk tidak
catat adanya suara efektif, suara nafas
tambahan tambahan wheezing.
4. memberikan terapi A:Masalah belum teratasi
0ksigen 2-4 liter P: Intervensi dilanjutkan
5. memonitor respirasi 1. Mengajarkan batuk
dan status O2 efektif
6. mempertahankan 2. monitor TTV
posisi pasien 3. mempertahankan
7. mengobservasi posisi yang nyaman
adanya tanda- tanda bagi pasien
hipoventilasi 4. auskultasi suara
nafas
5. berikan terapi
oksigen 2-4 liter
6. monitor respirasi
dan status oksigen
7. observasi tanda-
tanda hipoventilasi.
2 Rabu/10- 2 1. Memposisikan S: Pasien mengatakan
08-2016 pasien untuk sesak nafas
memaksimalkan O: Tanda- tanda vital TD
09.00 WIB ventilasi 110/82 mmHg, HR
2. Mengauskultasi 115 x/m, RR 30 x/m,
suara nafas dan dispneu, psien terlihat
mencatat adanya pucat, pasien tampak
suara tambahan lemah
3. Memonitor respirasi A:Masalah belum teratasi
dan status oksigen P: Intervensi dilanjutkan
4. Memberikan 1. Monitor respirasi
oksigen 2- 4 liter/ dan status oksigen
menit. 2. Auskultasi suara
5. Melatih pasien nafas nafas
dalam untuk 3. Berikan oksigen 2- 4
memaksimalkan liter/ menit.
ventilasi 4. Latih pasien nafas
6. Memonitor rata- dalam
rata, kedalaman, 5. Monitor adanya
irama dan usaha retraksi, suara nafas
respirasi tambahan dan pola
7. Mencatat pergerakan nafas
dada, amati 6. Monitor adanya
kesimetrisan, tanda- tanda
penggunaan otot hipoksia
tambahan, retraksi
otot supraclavikular
dan intercostal
8. Memonitor suara
nafas seperti
dengkur
9. Memonitor pola
nafas
10. Kolaborasi
pemberian therapy
3 Kamis/11- 3 1. Mengobservasi S: Os mengatakan masih
08-2016 adanya pembatasan sesak dan tidak
13.00WIB klien dalam sanggup melakukan
melakukan aktivitas. aktifitas.
2. Mengkaji adanya O: tanda- tanda vital TD
faktor yang 110/82 mmHg, HR
menyebabkan 115 x/m, RR 30
kelelahan x/m,dispnea, lemah,
3. Memonitor nutrisi Hb 10 gr/dl.
dan sumber energi A:masalah belum teratasi
yang adekuat P: intervensi dilanjutkan
4. Memonitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara
berlebihan
5. Memonitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
6. Memonitor pola
tidur dan istirahat
7. Membantu klien
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
dan yang disukai

8. Membantu pasien
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
9. Memonitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual.

3.5.8 Catatan Perkembangan Keperawatan


Tabel 3.7. Catatan Perkembangan Keperawatan Pada Tn. K Dengan TB
Paru
Diagnos Hari/Tgl/Jam SOAP
a
1 Selasa/09 Agustus S: pasien mengatakan sesak, sesak
2016 berkurang jika posisi semifowler.
14.00 Wib O: tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg, HR
115 x/m, RR 28 x/m, pernafasan cuping
hidung, dispneu, batuk tidak efektif,
suara nafas tambahan wheezing.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengajarkan batuk efektif
2. monitor TTV
3. mempertahankan posisi yang
nyaman bagi pasien
4. auskultasi suara nafas
5. berikan terapi oksigen 2-4 liter
6. monitor respirasi dan status oksigen
7. observasi tanda- tanda hipoventilasi.
2 Selasa/ 09 Agustus S: pasien mengatakan sesak nafas
2016 O: tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg, HR
16.00 Wib 115 x/m, RR 28 x/m,dispnea, pasien
terlihat pucat, pasien tampak lemah,
nafas cuping hidung.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor respirasi dan status oksigen
2. Auskultasi suara nafas
3. Berikan oksigen 2- 4 liter/ menit.
4. Latihan pasien nafas dalam
5. Monitor adanya retraksi, suara nafas
tambahan dan pola nafas
6. Monitor adanya tanda- tanda
hipoksia
3 Selasa/09 Agustus S: Os mengatakan masih sesak dan tidak
2016 sanggup melakukan aktifitas.
17.30 Wib O: tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg, HR
115 x/m, RR 28 x/m,dispneu, lemah, Hb
10 gr/dl.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1 Rabu/10 Agustus S: pasien mengatakan sesak, sesak
2016 berkurang jika posisi semi fowler, pasien
09.00 Wib mulai bisa mengeluarkan sekret
O: tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg, HR
110 x/m, RR 28 x/m, pernafasan cuping
hidung, dispneu, batuk mulai efektif,
suara nafas tambahan wheezing
berkurang.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengajarkan batuk efektif
2. monitor TTV
3. mempertahankan posisi yang
nyaman bagi pasien
4. auskultasi suara nafas
5. berikan terapi oksigen 2-4 liter
6. monitor respirasi dan status oksigen
7. observasi tanda- tanda hipoventilasi.
2 Rabu/10 Agustus S: pasien mengatakan sesak nafas berkurang
2016 O: Tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg,
11.00 Wib HR 110 x/m, RR 28 x/m,dispnea, pasien
terlihat pucat, pasien tampak lemah.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor respirasi dan status oksigen
2. Auskultasi suara nafas
3. Berikan oksigen 2- 4 liter/ menit.
4. Latih pasien nafas dalam
5. Monitor adanya retraksi, suara nafas
tambahan dan pola nafas
6. Monitor adanya tanda- tanda
hipoksia
3 Rabu/10 Agustus S: Os mengatakan masih sesak dan tidak
2016 sanggup melakukan aktifitas.
11.30 Wib O: tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg, HR
110 x/m, RR 28 x/m,dispnea, masih
lemah, Hb 11,2 gr/dl.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

1 Kamis/11 Agustus S: pasien mengatakan sesak, sesak


2016 berkurang, pasien mengatakan batuk
09.30 Wib mengeluarkan dahak.
O: tanda- tanda vital TD 110/80 mmHg, HR
105 x/m, RR 27 x/m, pernafasan cuping
hidung, dispneu, batuk mulai efektif,
suara nafas tambahan wheezing tidak ada
lagi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. monitor TTV
2. mempertahankan posisi yang
nyaman bagi pasien
3. auskultasi suara nafas
4. berikan terapi oksigen 2-4 liter
5. monitor respirasi dan status oksigen
6. observasi tanda- tanda hipoventilasi.

2 Kamis/11 Agustus S: pasien mengatakan sesak nafas


2016 O: Tanda- tanda vital TD 110/8 mmHg, HR
10.20 Wib 105 x/m, RR 27 x/m,dispnea, psien
terlihat pucat, pasien tampak lemah,
suara nafas berkurang.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor respirasi dan status oksigen
2. Auskultasi suara nafas
3. Berikan oksigen 2- 4 liter/ menit.
4. Latih pasien nafas dalam
5. Monitor adanya retraksi, suara nafas
tambahan dan pola nafas
6. Monitor adanya tanda- tanda
hipoksia
3 Kamis/11 Agustus S: Os mengatakan sesak berkurang dan
2016 tidak sanggup melakukan aktifitas.
16.00 Wib O: Tanda- tanda vital TD 110/82 mmHg,
HR 105 x/m, RR 27 x/m,dispnea, lemah.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini Penulis akan membahas tentang “manajemen kasus pada Tn.
K dengan gangguan sistem pernafasan: TB paru di ruang Asoka I Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Pirngadi Medan”. Prinsip dari pembahasan ini adalah
memfokuskan pada kasus dan jurnal keperawatan yang diaplikasikan kepada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan: TB paru.
4.1 Pembahasan Kasus
Penulis akan membahas konsep keperawatan dengan laporan kasus yang
dirawat, fokus pembahasan berdasarkan pada proses keperawatan.
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data secara
sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional
pasien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respon klien saat ini waktu sebelumnya (Potter & Perry, 2009). Dari aspek
yang dikaji muncul beberapa diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas
tidak efektif, gangguan pertukaran dan intoleransi aktivitas.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini
dapat berubah masalah- masalah aktual atau potensi atau diagnosis sejahtera
(Wilkinson, 2011). Dari hasil pengkajian penulis menegakkan diagnosa
keperawatan utama yaitu: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi pada jalan nafas, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar- kapiler
dan intoleransi aktivitas.
Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi pada jalan nafas, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer
yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
41
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
untuk mencegah paparan dari kuman patogen, Hipertemia berhubungan
dengan dehidrasi.
c. Intervensi
Intervensi Nursing Interventions Classification (NIC) yang telah
dirancang sesuai untuk masing- masing diagnosa keperawatan, permasalahan
utama pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Intervensi
dan rasional sesuai teori NANDA (2013) yang menyebutkan bahwa prioritas
intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah buka jalan nafas dengan
mengatur posisi yang nyaman semi fowler, ajarkan batuk efektif, auskultasi
suara nafas dan catat adanya suara tambahan, berikan terapi 0ksigen 2-4 liter,
monitor respirasi dan status O2, pertahankan posisi pasien, observasi adanya
tanda- tanda hipoventilasi.
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan
pertukaran gas yaitu ;reposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yaitu
semifowler, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, monitor
respirasi dan status O2, latih pasien nafas dalam untuk memaksimalkan
ventilasi, monitor pola nafas; dan kolaborasi pemberian therapy.
Rencana tindakan keperawatan untuk intoleransi aktivitas yaitu:
observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, kaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan, monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas, monitor pola
tidur dan istirahat, bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan dan yang disukai, bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Rohmah, 2012). Pada Tn.K penulis melakukan penatalaksanaan
nonfarmakologi untuk keefektifan bersihan jalan nafas dengan mengajarkan
batuk efektif, hal ini sesuai jurnal Yosef Agung Nugroho, Erva Elli
Kristiani dengan judul Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instansi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Berdasarkan penelitian
tersebut penulis mengajarkan tehnik batuk efektif untuk mengeluarkan dahak
pada Tn.K, dan hasilnya Tn.K mampu untuk mengeluarkan dahak.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh dignosa keperawatan , rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Evaluasi yang didapat pada Tn.K dirangkum berdasarkan kriteria hasil
NOC yang digambarkan oleh pasien terhadap keberhasilan tindakan
keperawatan yang dilakukan setelah 3 hari rawatan yaitu, masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dapat diatasi dengan NOC
pasien mengungkapkan mampu untuk batuk mengeluarkan dahak. Sedangkan
ketidakefektifan pola nafas dan intoleransi aktivitas masih menunjukkan
adanya permasalahan, sehingga planning selanjutnya dilaksanakan oleh
perawat ruangan.

4.2 Pembahasan Implementasi dan Artikel Keperawatan


Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui banyak
menginfeksi manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
kompleks. Penyakit ini biasanya menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya
melalui saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru (Mario dan Richard, 2005).
Dalam teori dan kasus permasalahan utama pada pasien TB paru adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif, dengan data yang ditemukan pasien mengeluh
sesak, tidak mampu mengeluarkan dahak, dyspnea, RR 30 x/menit, HR: 115
x/menit, hal ini disebakan karena produksi sekret yang berlebihan sehingga tidak
mampu disekresikan. Dengan ditemukannya masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif pada Tn.K , penulis melakukan mandiri keperawatan mengajarkan tehnik
batuk efektif yang dianggap serius jika tidak ditangani.
Ketika penulis mengajarkan kepada Tn.K tehnik batuk efektif, pada hari
ketiga implementasi keperawatan Tn.K mampu batuk dan mengeluarkan dahak.
Saat evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.K tidak ada bunyi nafas tambahan
lagi, HR dan RR hampir mendekati normal.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 TB Paru adalah penyakit yang diketahui banyak menginfeksi manusia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis kompleks. Penyakit ini
biasanya menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya melalui saluran
nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi TB
paru (Mario dan Richard, 2005).
5.1.2 Hasil pengkajian pada Tn.K dengan TB paru adalah keluhan utamanya
sesak nafas, bunyi nafas tambahan, batuk dan tidak mampu mengeluarkan
dahak dan dypsneu, respirasi rate 30 kali/menit, nadi 115 kali/menit, PH
arteri meningkat (7,5170), PCO2 menurun (29,40 mEq/l), PO2 menurun
(51,00 mEq/I), pasien terlihat pucat, lemah dan HB menurun (10,1 mg/dl).
5.1.3 Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn.K dengan TB paru adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan akumulasi sekret, gangguan
pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas.
5.1.4 Intervensi Nursing Interventions Classification (NIC) yang telah dirancang
sesuai untuk masing- masing diagnosa keperawatan, permasalahan utama
pasien TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Intervensi dan
rasional sesuai teori NANDA (2013) yang menyebutkan bahwa prioritas
intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah buka jalan nafas
dengan mengatur posisi yang nyaman semi fowler, ajarkan batuk efektif,
auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, berikan terapi
oksigen 2-4 liter, monitor respirasi dan status O2, pertahankan posisi
pasien, observasi adanya tanda- tanda hipoventilasi.
5.1.5 Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan
pertukaran gas yaitu ;reposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
yaitu semifowler, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan,
monitor respirasi dan status O2, latih pasien nafas dalam untuk
memaksimalkan ventilasi, monitor pola nafas; dan kolaborasi pemberian
therapy.

47
5.1.6 Rencana tindakan keperawatan untuk intoleransi aktivitas yaitu: observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor
yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan, monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas, monitor pola
tidur dan istirahat, bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan dan yang disukai, bantu pasien mengembangkan motivasi diri
dan penguatan, monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
5.1.7 Hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.K dengan TB
paru adalah sesuai dengan intervensi keperawatan dan jurnal keperawatan,
tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa
meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan, dan juga penulis
mengajarkan tehnik batuk efektif agar jalan nafas kembali ektif.
5.1.8 Hasil evaluasi keperawatan pada Tn.K dengan TB paru adalah
menunjukkan perbaikan respirasi yang signifikan dan peningkatan
kesehatan pasien. Hasil asesment pada evaluasi keperawatan didapat
masalah teratasi sebagian dengan adanya ventilasi yang adekuat.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan ilmu keperawatan dalam upaya mewujudkan profesi
perawat yang profesional dengan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
berdasarkan teori dan disesuaikan dengan permasalahan yang nyata
sehingga masalah keperawatan pada pasien dapat teratasi.
5.2.1 Bagi Rumah sakit
Diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan termasuk
discharge planning dan pendidikan kesehatan.
5.2.2 Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan perawat diruang ASOKA I melaksanakan pendokumentasian
lebih agar informasi/ data- data yang berhubungan dengan pasien lebih
lengkap.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan STIKes Sumatera Utara, mahasiswa/i
untuk melakukan standar asuhan keperawatan secara maksimal agar
menciptakan perawat yang profesional dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien, khususnya dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien diruangan intensif.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.


Tanggal diaskses: 20 Juni 2015.

Departemen Kesehatan RI, (2004). Buku Pedoman Nasional: Penanggulangan


Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Doenges, Marilyn, E. (2008). Nursing Diaognosis Manual Lanning,


Individualizing, and Documenting Client Care. 2nd ed. America: F. A.
Davis Company.

Hidayat, Azizz Alimul. (2004). Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia,
Editor Monica Ester. Jakarta:EGC.

NANDA NIC-NOC. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N, Hardhi
Kusuma.Yogyakarta.

PDPI. (2008). Diagnosis Dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru Dalam


Praktek Sehari- Hari. Editor: Kosasih, Avin, Susanto, Agus Dwi, Pakki,
Temmasonge R, Martina, Tintin. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Potter, Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol. 2.


Salemba Medika. Jakarata: EGC

Suddarth, Brunner. (2005). Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa: Devi


Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.

Somantri Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan


pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika

STIKES SU, (2015). Panduan Program Profesi Ners Praktek Belajar Lapangan
Komprehensif STIKES SU.

Sylvia A. Price. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, edisi 4.


Jakarta:EGC.

48
Wilkinson, Judhit., Nancy R Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Ed. 9. Alih
Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC.
PROTOKOL DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN

A. Pengertian
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang menginfeksi
paru manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Tanda dan
gejala khas pada TB paru yaitu batuk berdahak, sesak nafas, badan lemas dan
nafsu makan menurun.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau
mencapai fungsi maksimal setelah pulang
2. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
ditransfer ke rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat disetujui
3. Menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan
komunitas.

C. Manfaat
1. Pasien mampu melakukan tindakan keperawatan yang aman dan realistis
setelah meninggalkan rumah sakit.
2. Pasien siap untuk menghadapi pemulangan.
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya rehospitalisasi
a. Prosedur discharge planning dilakukan secara konsisten dengan
berkualitas tinggi pada semua pasien.
b. Pasien harus dipulangkan kesesuatu lingkungan yang aman.
D. Hal- Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan pasien dan
jangan sampai melelahkan.
2. Lakukan evaluasi setiap kali selesai mengadakan sesi pertemuan dengan
pasien untuk mengetahui sejauh mana pasien mengikuti pertemuan
E. Media
Leaflet tentang pendidikan kesehatan TB paru
F. Prosedur Tindakan
1. Pengkajian
a. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien dalam tindakan keperawatan
yang dijalaninya, mencakup nama obat, dosis obat, jadwal pemakanan
obat dan aturan pemakaian obat serta efek samping dan tanda- tanda
yang tidak diinginkan
b. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien tentang bahaya yang perlu
dilaporkan kepada dokter/ tenaga medis, mencakup tanda- tanda
terjadinya hipoksia.
c. Kaji persepsi dan pengetahuan keluarga tentang mengatasi sesak dan
batuk.
d. Kaji pengetahuan keluarga dan pasien tentang cara mendapatkan
pertolongan pertama jika terjadi sesak.
2. Perencanaan
a. Menetapkan bersama- sama keluarga dan pasien waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan kesehatan
b. Menyiapkan media pendidikan kesehatan
3. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang pentingnya
mengkonsumsi obat sesuai dengan dosis dan waktu minum obat
sehingga efek obat menjadi efektif untuk penyembuhan klien.
b. Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk mengenali tanda- tanda
bahaya yang perlu dilaporkan kepada dokter/ tim medis.
c. Menjelaskan tentang pemberian oksigen yang benar dan kegunaan
oksigen.
d. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang cara mengatasi sesak
dan batuk.
e. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang apa- apa saja tanda-
tanda yang harus diwaspadai dan perlu mencari pertolongan medis
segera.
4. Evaluasi
a. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan tentang tindakan
pengobatan yang dijalani.
b. Keluarga dan pasien mampu mengenali tanda- tanda bahaya yang
perlu dilaporkan kepada dokter dan tim medis.
c. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan tentang cara mengatasi
sesak dan batuk.
EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

1. Evaluasi penatalaksanaan Discharge Planning Pneumonia


2. Evaluasi penatalaksanaan Discharge Planning Asma Bronkial
3. Evaluasi penatalaksanaan Discharge Planning COPD
4. Evaluasi penatalaksanaan Discharge Planning TB Paru
EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
PADA GANGGUAN PERNAFASAN PNEUMONIA

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.S
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pendidikan terakhir : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.37.15
Ruangan : ASOKA
Tgl masuk : 03 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Pneumonia

Penanggung jawab
Nama : Ny.F
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
Dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mnegikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan
C. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah
dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mengikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan
EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
ASMA BRONKHIAL

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.16.09
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 09 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Asma Bronkhial

Penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mnegikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan
C. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah
dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mengikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan
EVALUASI PENATALAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
COPD

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.I
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 00.95.09.69
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 08 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 09 Agustus 2016
Dx medis : COPD

Penanggung jawab
Nama : Ny.N.M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
B. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum
dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mnegikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan
C. Kesiapan Awal Keluarga Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah
dilakukan Asuhan Keperawatan

Pengetahuan tentang anjuran untuk setiap jenis obat


Keinginan keluarga untuk mengikuti aturan pengobatan sesuai
anjuran
Pengetahuan keluarga tentang tanda- tanda bahaya yang perlu
dikenali keluarga pasien
Pengetahuan keluarga tentang diet/pola makan yang harus
dilaksanakan setelah berada dirumah
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mngikuti anjuran
tentang pembatasan
Pengetahuan klien/keluarga tentang pentingnya tidak makan
sembarangan
Keinginan dan motivasi keluarga/klien untuk mengatur pola makan

LAMPIRAN
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN

5. Resume Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pernafasan: Pneumonia


6. Resume Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pernafasan: Asma Bronkial
7. Resume Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pernafasan: COPD
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
PERNAFASAN PNEUMONIA

C. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.S
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pendidikan terakhir : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.37.15
Ruangan : ASOKA I
Tgl masuk : 03 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Pneumonia

Penanggung jawab
Nama : Ny.F
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mawar II Medan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri

3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan sesak nafas disertai batuk produktif dengan sputum
berwarna kuning.
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai rasa mual
d. Severity
Aktifitas dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawatan.
e. Time
Sesak nafas dirasakan 2 minggu yang lalu, sejak 1 minggu yang lalu sesak
semakin parah dan disertai dengan batuk- batuk.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan memiliki riwayat Diabetes mellitus sejak ± 5/6 tahun
yang lalu. Pasien rutin berobat ke puskesmas sejak muncul keluhan, tidak ada
alergi terhadap obat, makanan dan minuman.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Stress yang baru dialami pasien memikirkan penyakit yang dirasakan
sekarang. Pasien menerima dengan sabar, pasrah dan mengikuti saran dokter
dan perawat agar cepat sembuh. Emosi pasien dalam kehidupan sehari- hari
stabil tidak mudah marah. Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis
b. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 10 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 140/90 mmHg, denyut nadi: 84 x/menit, respirasi: 28
x/menit.
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
2) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
3) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (-) terpasang O2.
4) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
5) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
6) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 98 x/menit.
7) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
8) Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
9) Pemeriksaan Thoraks Dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
adanya sekret, gerakan diafragma minimal, warna kulit kemerah-
merahan, perkusi pekak pada sebagian lapangan paru, bunyi nafas
ronkhi, frekuensi pernafasan 28 x/menit.
10) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±10 x/menit.
11) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
12) Pemeriksaan Neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
d. Pemeriksaan Fisik Pola Fungsional
1) Pola Tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
2) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 700 cc/ hari.
3) Pola Makan Dan Minum
pola DMII dengan pola 3x sehari, BB=65 kg.
4) Kebersihan Diri
Tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
5) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas sederhana dengan bantuan keluarga
dan perawat.
9. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Pneumonia
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Unit
Darah Rutin
4.000,00-10.000,00
- WBC 14600 /ul
4,00-5,00
- RBC 3,86 /ul
12,00-14,00
- HGB 10,9 Gr/dl
36,00-42,00
- HCT 32,8 %
80,00-97,00
- MCV 85,0 fl
27,00-38,70
- MCH 28,2 pg
31,50-35,00
- MCHC 33,2 dl
150.000-440.000,00
- PLT 2441000 %
10,00-15,00
- RDW 13,4 %

b. Rontgen
Kesimpulan rontgen: klien menderita bronchopneumonia
c. EKG :-
d. Lain- lain :-
10. Penatalaksanaan Terapi
No Nama Obat Dosis Efek Obat
1 IVFD NaCl 0,9% 10 tetes/ menit micro Pemenuhan
cairan elektrolit
2 Inj. Ceftriaxone 2 gram/12 jam Infeksi saluran
nafas bawah
3 Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam Untuk
pengobatan
hipersekresi asam
lambung
4 Inj. Novarapid 8-8-8 lu (SC) Asupan insulin
5 Valsartan 1x 80 mg
6 PCT 3x 500 mg (KP) Menghilangkan
nyeri dan
menurunkan suhu
tubuh
7 Ambroxol syr 3 x 1 Sdm Obat batuk
ekspektoran

11. Analisa Data


Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1 Subjektif: Penumpukan Ketidakefektifan
a. Klien mengatakan fibrin, eksudat, bersihan jalan nafas
sulit bernafas. eritrosit,
b. Klien mengatakan leukosit
sulit mengeluarkan
sputum/ dahak. Fagositosis sel
Objektif: debris
a. Sekret kuning
kental Penumpukan
b. Batuk produktif sekresi bronchus
c. Sesak nafas
d. RR 28 x/menit
e. Suara nafas ronkhi
f. Lemah
g. Batuk tidak efektif
2 Subjektif: Penumpukan Ketidakefektifan pola
a. Klien mengatakan sekret pada nafas
sulit bernafas bronkus
b. Klien mengatakan
sulit mengeluarkan
dahak Obstruksibronkus
Objektif:
a. RR 28 x/menit
b. Pola nafas dipsneu
c. Batuk produktif
d. Suara nafas ronkhi
e. Lemah
3 Subjektif: Peningkatan Ketidakseimbangan
a. klien mengatakan sekresi sputum nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
b. klien mengatakan Batuk
mual sudah
dirasakan satu Kesukaran
minggu menelan
Objektif:
a. Diet dihabiskan anoreksia
hanya 1/3 bagian
b. Tidak tertarik pada
makanan
c. Batuk produktif

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
mobilisasi sekret menurun ditandai dengan klien mengatakan sulit
bernafas, sulit mengeluarkan dahak, sekret kuning kental, batuk produktif,
RR 28 x/menit, suara nafas ronkhi, lemah, batuk tidak efektif.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, sulit mengeluarkan
dahak, RR 28 x/menit, pola nafas dypsneu, suara nafas ronkhi, lemah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan, klien mengatakan tidak nafsu makan,
klien mual sudah seminggu, diet dihabiskan hanya 1/3 bagian, tidak
tertarik dengan makanan, batuk produktif.
E. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Pastikan kebutuhan
pembersihan jalan tindakan keperawatan oral/ tracheal
nafas berhubungan selama 3 hari suctioning.
dengan mobilisasi menunjukkan b. Berikan O2 2-3
sekret menurun keefektifan jalan nafas liter/menit metode
ditandai dengan dibuktikan dengan nasal kanul.
klien mengatakan kriteria hasil: c. Anjurkan pasien
sulit bernafas, sulit a. Mendemonstrasika untuk istirahat dan
mengeluarkan n batuk efektif dan nafas dalam.
dahak, sekret suara nafas yang d. Posisikan pasien
kuning kental, batuk bersih tidak ada untuk
produktif, RR 28 sianosis dan memaksimalkan
x/menit, suara nafas dyspneu ventilasi.
ronkhi, lemah, b. Menunjukkan e. Lakukan fisioterapi
batuk tidak efektif. jalan nafas yang dada jika perlu.
paten f. Keluarkan sekret
c. Mampu dengan batuk dan
mengidentifikasika suction.
n dan mencegah g. Auskultasi suara
faktor penyebab. nafas, catat adanya
d. Saturasi O2 dalam suara tambahan.
batas normal h. Berikan
e. Fhoto thoraks bronkodilator:
dalam batas ventolin.
normal. i. Monitor status
hemodinamik.
j. Berikan pelembab
udara.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan ventilasi.
bronkhiolus ditandai keefektifan pola nafas b. Lakukan fisioterapi
dengan klien dengan kriteria hasil: dada bila perlu.
mengatakan sulit a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
bernafas, sulit batuk efektif dan nafas.
mengeluarkan suara nafas yang d. Berikan
dahak, RR 28 bersih tidak ada bronkodilator
x/menit, pola nafas sianosis dan nebulizer/
dypsneu, suara dypsneu. ventolin/12 jam.
nafas ronkhi, lemah. b. Menunjukkan jalan e. Monitor respirasi
nafas yang paten. dan status O2.
c. TTV dalam f. Ajarkan klien
rentang normal. latihan nafas dalam.
g. Berikan dorongan
penggunaan latihan
otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan makanan.
kebutuhan tubuh selama 3 hari pasien b. Kolaborasi dengan
berhubungan terpenuhi kebutuhan ahli gizi untuk
dengan anoreksia nutrisi dengan kriteria menentukan jumlah
ditandai dengan, hasil: kalori dan nutrisi
klien mengatakan a. Adanya yang dibutuhkan
tidak nafsu makan, peningkatan berat pasien.
klien mual sudah badan yang sesuai c. Anjurkan pasien
seminggu, diet dengan tujuan. untuk meningkatkan
dihabiskan hanya b. Berat badan sesuai protein dan vitamin
1/3 bagian, tidak dengan tinggi C.
tertarik dengan badan. d. Berikan substansi
makanan, batuk c. Mampu gula.
produktif. mengidentifikasika e. Yakinkan diet yang
n kebutuhan dimakan
nutrisi. mengandung tinggi
d. Tidak ada tanda- serat dan mencegah
tanda malnutrisi. konstipasi.
f. Berikan makanan
yang terpilih.
g. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori.
h. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
i. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.

F. Implementasi dan evaluasi


No. Tanggal/ waktu Implementasi Evaluasi
Dx
1 10 Agustus 2016 a. Monitor TTV S:
10.00 WIB pasien. a. Klien mengatakan
TD 150/90mmHg sulit bernafas
N 80 x/menit b. Klien mengatakan
RR 28 x/menit sulit mengeluarkan
Temp 370C dahak.
b. Menganjurkan O:
pasien untuk a. Sputum kuning
istirahat dan latihan b. Batuk efektif
nafas dalam. c. Sesak nafas
c. Memberikan terapi d. RR 28 x/menit
oksigen 2-3 e. TD 150/90 mmHg
liter/menit f. N 80 x/menit
d. Mengatur posisi g. Temp 370C
semifowler h. Lemah
e. Mengajarkan pasien A: Jalan nafas belum
batuk efektif efektif
f. Memonitor respirasi P:
dan status oksigen a. Memantau TTV
g. Menjelaskan kepada b. Menganjurkan pasien
keluarga tentang untuk istirahat dan
terapi oksigen. latihan nafas dalam
c. Memberikan oksigen
2-3 L/menit
d. Mengatur posisi
semifowler.
e. Mengajarkan pasien
batuk efektif
f. Memonitor respirasi
dan status oksigen.
2 10 Agustus 2016 a. Memberikan posisi S:
12.00 WIB klien semifowler a. Klien mengatakan
untuk masih sesak.
memaksimalkan b. Klien mengatakan
ventilasi lebih nyaman dengan
b. Memonitor respirasi posisi semifowler.
dan status oksigen O:
c. mengajarkan latihan a. Sekret (+)
diafragmatik dan b. RR 28 x/menit
pursed- lip breathing. c. TD 150/90 mmHg
d. Menjelaskan kepada d. N 80 x/menit
keluarga dan klien e. Klien tampak lemah
tentang tehnik f. Batuk efektif
relaksasi nafas dalam g. O2 2-3 liter/menit
untuk memperbaiki
pola nafas. A: Pola nafas belum
efektif.

P:
a. Memantau TTV
b. Menganjurkan pasien
istirahat dan latihan
nafas dalam
c. Memberikan terapi
oksigen 2- 3 liter/
menit
d. Mengatur posisi
semifowler
e. Memonitor respirasi
dan status oksigen
f. Menjelaskan kepada
klien dan keluarga
tentang kebutuhan
terapi oksigen.
3 10 Agustus 2016 a. Mengkaji adanya S:
16.00 WIB alergi makanan a. Klien mengatakan
b. menganjurkan tidak nafsu makan
pasien untuk b. Klien mengatakan
meningkatkan mual sudah tidak lagi
protein dan vitamin dirasakan
C O:
c. memberikan a. Diet dihabiskan
makanan terpilih hanya 2/3 bagian
d. memonitor jumlah b. Tidak tertarik
nutrisi dan dengan makanan
kandungan kalori c. Nafsu makan
e. kolaborasi: inj. menurun
Novarapid 8 UI A: nutrisi kurang dari
setiap 30 menit kebutuhan tubuh
sebelum makan.
f. Kolaborasi: inj. P:
Ranitidine. a. Anjurkan pasien untuk
g. Memberikan meningkatkan protein
informasi tentang dan vitamin C
kebutuhan nutrisi b. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat
c. Berikan makanan yang
terpilih
d. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
e. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
f. Kolaborasi pemberian
therapy.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL

D. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.16.09
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 09 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 10 Agustus 2016
Dx medis : Asma Bronkhial

Penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Makmur Dsn VI Gg Kenanga Deli
Serdang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan serangan awal menjelang sore hari, sesak nafas
semakin parah menjelang pagi. Pasien memiliki riwayat asma
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada tidak ada posisi yang nyaman untuk
mengurangi sesak.
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai pusing.
d. Severity
Klien tidak mampu melakukan aktifitas, pemenuhan kebutuhan dilakukan
di tempat tidur.
e. Time
Sesak nafas dirasakan 2 hari yang lalu, sesak semakin parah dan tidak
dapat ditolerir pada hari kedua.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sesak sering terjadi, pasien sudah ± 20 tahun menderita
asma bronkhial, serangan selalu muncul saat terpapar debu dirumah, mobil
atau bepergian. Pasien rutin berobat ke puskesmas sejak muncul keluhan,
tidak ada alergi terhadap obat, makanan atau minuman.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Pasien berusaha menenangkan diri, sesak juga muncul ketika pasien cemas.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis.
e. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 10 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 90/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/menit, respirasi: 32
x/menit.
f. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
2) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
3) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (+) terpasang O2.
4) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
5) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
6) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 80 x/menit.
7) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
8) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
9) Pemeriksaan Thoraks dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
penyempitan bronkus, irama nafas dangkal pendek dan cepat.
Pernafasan cuping hidung, gerakan diafragma cepat, tidak teratur,
warna kulit pucat, perkusi resonan pada sebagian lapangan paru, bunyi
nafas mengi, frekuensi pernafasan 32 x/menit.
10) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±7 x/menit.
11) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
12) Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
9. Pemeriksaan fisik pola fungsional
a) Pola tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
b) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 600 cc/ hari.
c) Pola Makan dan Minum
Diet MII dengan pola 3x sehari, BB=60 kg
d) Kebersihan Diri
tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
e) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien tidak dapat melakukan aktivitas. Pemenuhan dilakukan oleh
bantuan keluarga dan perawat.
10. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Asma Bronkhial
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Kimia darah
Albumin :31 (3,6-5,0 gr/dl)

Imunologi kuantitatif
HbsAg : (-)(cot off 2 S/N)
Anti HCV : (-)

Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
PH 7,458 7,35-7,45 mEq/l
PCO2 49,8 65,00-45,00 mEq/l
PO2 136,6 80,00-100,00 mEq/l
TCO2 37,1 23,00-27,00 mEq/l
Base Exces 11,5 -2,00-2,00 mEq/l
O2 saturasi 98,5 95,00-98,00 mEq/l

b. Rontgen :-
c. EKG :-
d. Lain- lain :-

11. Penatalaksanaan Terapi


No Nama Obat Dosis Efek Obat
1 IVFD RL 20 tetes/ menit Pemenuhan
cairan elektrolit
2 Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam Infeksi saluran
nafas bawah
3 Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam Untuk
pengobatan
hipersekresi asam
lambung
4 Nebule ventolin 1 amp/ 8jam Bronkodilator
5 OBH syr 3 x ci Untuk meredakan
batuk

12. Analisa data


Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1 Subjektif: Infeksi/ alergi/polusi Ketidakefektifan
a. Klien mengatakan pola nafas
sulit bernafas. Edema, spasme bronkus,
b. Klien mengatakan peningkatan sekresi
sesak jika ke kamar
mandi/ beraktifitas. Obstruksi bronkiolus
Objektif: ekspirasi
a. RR 32 x/menit
b. Pola nafas dyspneu Sesak nafas/ nafas pendek
c. Sesak jika
beraktivitas
d. Suara nafas mengi
e. Lemah
f. Pernafasan cuping
hidung
2 Subjektif: Infeksi/ alergi/ polusi Gangguan
a. Klien pertukaran gas
mengatakan sulit
bernafas Edema, spasme bronkus,
b. Klien peningkatan sekresi
mengatakan
sesak jika
kekamar mandi Obstruksi bronkiolus
Ekspirasi
Objektif:
a. RR 32 x/menit Suplay O2 menurun
b. Pola nafas
dypsneu
c. Sesak jika
aktivitas
d. Suara nafas
mengi
e. Lemah
f. Pernafasan
cuping hidung
g. Nilai AGD

3 Subjektif: Obstruksi bronkiolus Intoleransi


a. Klien mengatakan aktivitas
lemah Udara teperangkap dalam
b.Klien mengatakan alveolus
sesak jika
beraktivitas PaO2 rendah dan PaCO2
Objektif:
a. Lemah Gg. Metabolisme jaringan
b. Aktivitas dilakukan
ditempat tidur Defisit energi
c. Sesak ketika
beraktivitas Kelemahan

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi/ beraktivitas, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu,
sesak jika beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping
hidung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 menurun
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu, sesak jika
beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping hidung, dan nilai
AGD.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
mengatakan lemah, klien mengatakan sesak jika beraktifitas.
F. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan keefektifan ventilasi.
bronkhiolus pola nafas dengan kriteria b. Lakukan fisioterapi
ditandai dengan hasil: dada bila perlu.
klien mengatakan a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
sulit bernafas, batuk efektif dan nafas.
klien mengatakan suara nafas yang d. Berikan
sesak jika kekamar bersih tidak ada bronkodilator
mandi/ sianosis dan dypsneu. nebulizer/
beraktivitas, RR b. Menunjukkan jalan ventolin/12 jam.
32x/menit, pola nafas yang paten. e. Monitor respirasi
nafas dypsneu, c. TTV dalam rentang dan status O2.
sesak jika normal. f. Ajarkan klien
beraktifitas, suara latihan nafas dalam.
nafas mengi, g. Berikan dorongan
lemah, pernafasan penggunaan latihan
cuping hidung. otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
2 Gangguan Setelah diberikan Airway management
pertukaran gas perawatan selama 3 hari a. Posisikan pasien
berhubungan diharapkan terjadi untuk
dengan suplay O2 perbaikan pada status memaksimalkan
menurun ditandai pertukaran gas dengan ventilasi
dengan klien kriteria hasil: b. Auskultasi suara
mengatakan sulit a. Mendemonstrasik nafas
bernafas, klien an peningkatan c. Monitor respirasi
mengatakan sesak ventilasi dan dan status cairan
jika kekamar oksigenasi yang d. Terapi oksigen 2-4
mandi, RR adekuat. liter
32x/menit, pola b. Memelihara e. Pertahankan jalan
nafas dypsneu, kebersihan paru nafas yang paten
sesak jika dan bebas dari f. Berikan latihan
beraktifitas, suara tanda distres nafas dalam
nafas mengi, pernafasan (penkes).
lemah, pernafasan c. TTV dalam
cuping hidung, dan rentang normal. Respiratory monitor
nilai AGD. a. Monitor rata- rata
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan
c. Monitor suara nafas
d. Monitor pola nafas
e. Monitor kelelahan
otot diagfragma
f. Auskultasi suara
nafas.
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan a. Observasi adanya
berhubungan tindakan keperawatan pembatasan klien
dengan kelemahan selama 3 hari pasien dalam melakukan
ditandai dengan bertoleransi terhadap aktifitas
klien mengatakan aktifitas dengan kriteria b.Kaji respon individu
lemah, klien hasil: terhadap aktifitas, TD
mengatakan sesak a. Berpartisipasi dalam dan Nadi
jika beraktifitas. aktifitas fisik tanpa c. Kaji adanya faktor
disertai peningkatan yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR. d.Ukur tanda- tanda
b. Mampu melakukan vital setelah
aktifitas sehari- hari beraktifitas
secara mandiri e. Dukung klien dalam
c. Keseimbangan menegakkan latihan
aktifitas dan istirahat. teratur dengan
menggunakan
endurance exercise
f. Kaji tingkat fungsi
klien
g.Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas

G. Implementasi dan evaluasi


No Tanggal/ Implementasi Evaluasi
. waktu
Dx
1 10 Agustus 1. Membuka jalan nafas S: pasien mengatakan
2016 pasien dengan metode sesak, sesak berkurang
10.00 WIB pengaturan posisi yang jika tidur miring
nyaman pada pasien kekanan.
2. Mengajarkan batuk
efektif O: TD 100/80 mmHg,
3. Mengauskultasi suara N 80 x/menit, RR 28
nafas pasien x/menit, pernafasan
4. Memberikan terapi cuping hidung,
oksigen O2 2-3 L/menit dypsneu, mengi.
5. Memonitor respirasi dan
status O2 A: pola nafas tidak
6. Mempertahankan posisi efektif
klien P:
7. Mengobservasi tanda- 1. Monitor TTV
tanda hipoventilasi 2. Buka jalan nafas
pasien dengan
pengaturan posisi
3. Auskultasi bunyi
nafas
4. Berikan terapi
oksigen
5. Monitor resirasi
dan status oksigen
6. Observasi tanda-
tanda
hipoventilasi.
2 10 Agustus 1. memposisikan pasien S: pasien mengatakan
2016 memaksimalkan sesak nafas.
11.00 WIB ventilasi
2. mengauskultasi bunyi O: TD 100/80 mmHg,
nafas N 80 x/menit, RR 28
3. memonitor respirasi dan x/menit, pernafasan
status oksigen cuping hidung,
4. memberikan terapi dypsneu, pasien
oksigen terlihat pucat.
5. melatih pasien latihan
nafas dalam A: gangguan pertukaran
6. memonitor rata- rata, gas.
kedalaman, irama dan
usaha respirasi P:
7. mencatat pergerakan 1. Monitor respirasi
dada. dan status oksigen
8. Memonitor suara nafas 2. Auskultasi suara
9. Memonitor pola nafas nafas
3. Berikan terapi
oksigen
4. Anjurkan melakukan
nafas dalam
5. Monitor adanya
retraksi dinding
dada
6. Monitor adanya
tanda- tanda
hipoksia
7. Memberikan
penyuluhan tentang
asma dengan sub
topik teknik nafas
dalam.
3 10 Agustus 1. Mengobservasi adanya S:
2016 pembatasan klien 1. Klien mengatakan
13.00 WIB dalam melakukan masih lemah
aktifitas 2. Klien mengatakan
2. Mengkaji adanya faktor masih sesak
yang menyebabkan O:
kelelahan 1. Lemah
3. Mengkaji respon 2. Aktifitas dilakukan
individu terhadap di tempat tidur
aktivitas 3. Sesak ketika
4. Mengukur TTV setelah beraktifitas
aktivitas 4. RR 32 x/menit
5. Menyediakan 5. TD 130/90 mmHg
oksigenasi sebelum dan 6. N 90 x/menit
selama menjalankan
aktifitas. A :Belum mampu
melakukan
aktifitas secara
mandiri.

P:
1. Observasi adanya
pembatasan klien
melakukan aktifitas
2. Kaji adanya faktor
yang menyebabkan
kelelahan
3. Ukur TTV setelah
aktivitas
4. Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan
aktifitas.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
PERNAFASAN: COPD

D. Pengkajian
2. Biodata pasien
Nama : Tn.I
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 01.00.08.69
Ruangan : HDU
Tgl masuk : 08 Agustus 2016
Tgl pengkajian : 09 Agustus 2016
Dx medis : COPD

Penanggung jawab
Nama : Ny.N.M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Mistar gg. Garuda No.115 Kec.Medan
Petisah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Provocative/ paliative
Klien mengatakan serangan awal batuk disertai sesak nafas, batuk
produktif dan sulit dikeluarkan karena kelemahan sehingga menghambat
jalan nafas yang mengakibatkan sesak.
b. Quality/ quantity
Sesak dirasakan seperti tertimpa dada, posisi yang nyaman untuk
mengurangi sesak semifowler.
c. Region
Keluhan dirasakan didada dan disertai pusing.
d. Severity
Klien tidak mampu melakukan aktifitas, pemenuhan kebutuhan dilakukan
di tempat tidur.
e. Time
Sesak nafas dirasakan sudah3 bulan sejak 2 minggu yang lalu, sesak
semakin parah dan tidak dapat ditolerir pada .
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sesak sering terjadi, pasien sudah ± 2 tahun.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti pasien.
7. Riwayat atau keadaan psikososial
Pasien berusaha menenangkan diri, sesak juga muncul ketika pasien cemas.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, dengan tingkat kesadaran compos mentis.
b. Tanda- tanda vital
Tanda- tanda vital pada tanggal 09 Agustus 2016 adalah suhu tubuh 370C,
tekanan darah: 130/90 mmHg, denyut nadi: 90 x/menit, respirasi: 32
x/menit.
c. Pemeriksaan head to toe
13) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, bersih, dan tidak berketombe, penyebaran
rambut rata, jenis dan struktur rambut ikal dan kasar.
14) Mata
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, pupil isokor 2/2
mm, konjungtiva anemis, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik.
15) Hidung
Tulang hidung anatomis dengan posisi septum medial, tidak ada polip
dan sekret, pernafasan cuping hidung positif (+) terpasang O2.
16) Telinga
Bentuk telinga anatomis dengan ukuran anatomis tidak ada
peradangan pada lubang telinga, serumen (+) kiri dan kanan, mampu
menerima suara bisikan.
17) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, keadaan gusi dan gigi tidak ada kelainan, faring
hiperemis.
18) Leher
Posisi trakeal medial, tidak ada pembesaran thyroid dan kelenjar
limfe. Vena jugularis denyut nadi karotis teraba 90 x/menit.
19) Pemeriksaan Integumen
Kebersihan kulit; bersih, dengan perfusi: hangat dan suhu akral
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
kulit.
20) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak kelainan pada mamae,
aksila dan clavikula tidak ada kelainan.
21) Pemeriksaan Thoraks dan Dada
Bentuk thoraks; anatomis dan simetris, jalan nafas terhambat karena
sekret, pernafasan cuping hidung
22) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada
bayangan pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi
tympani, auskultasi peristaltik usus ±7 x/menit.
23) Pemeriksaan Genetalia
Terpasang kateter
24) Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis, dengan GCS 15.
d. Pemeriksaan fisik pola fungsional
f) Pola tidur
Klien lemah, tidur dapat dengan mudah dan lama bangun, tidak ada
gangguan pola tidur.
g) Pola Eliminasi
klien BAB 1 kali dalam sehari, BAK terpasangn kateter, jumlah urine
± 600 cc/ hari.
h) Pola Makan dan Minum
Diet MII dengan pola 3x sehari, BB=60 kg
i) Kebersihan Diri
tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien diseka
oleh keluarga 1x hari.
j) Pola Kegiatan Aktivitas
Klien tidak dapat melakukan aktivitas. Pemenuhan dilakukan oleh
bantuan keluarga dan perawat.
e. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis: Asma Bronkhial
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Kimia darah
Albumin :31 (3,6-5,0 gr/dl)

Imunologi kuantitatif
HbsAg : (-)(cot off 2 S/N)
Anti HCV : (-)

Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
PH 7,458 7,35-7,45 mEq/l
PCO2 49,8 65,00-45,00 mEq/l
PO2 136,6 80,00-100,00 mEq/l
TCO2 37,1 23,00-27,00 mEq/l
Base Exces 11,5 -2,00-2,00 mEq/l
O2 saturasi 98,5 95,00-98,00 mEq/l

e. Rontgen :-
f. EKG :-
g. Lain- lain :-

f. Penatalaksanaan Terapi
No Nama Obat Dosis Efek Obat
1 IVFD RL 20 tetes/ menit Pemenuhan
cairan elektrolit
2 Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam Infeksi saluran
nafas bawah
3 Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam Untuk
pengobatan
hipersekresi asam
lambung
4 Nebule ventolin 1 amp/ 8jam Bronkodilator
5 OBH syr 3 x ci Untuk meredakan
batuk

g. Analisa data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 Subjektif: Infeksi/ alergi/polusi Ketidakefektifan
a. Klien mengatakan pola nafas
sulit bernafas. Edema, spasme bronkus,
b. Klien mengatakan peningkatan sekresi
sesak jika ke
kamar mandi/ Obstruksi bronkiolus
beraktifitas. ekspirasi
Objektif:
a. RR 32 x/menit Sesak nafas/ nafas pendek
b. Pola nafas
dyspneu
c. Sesak jika
beraktivitas
d. Suara nafas mengi
e. Lemah
f. Pernafasan cuping
hidung
2 Subjektif: Infeksi/ alergi/ polusi Gangguan
a. Klien mengatakan pertukaran gas
sulit bernafas
b. Klien mengatakan Edema, spasme bronkus,
sesak jika kekamar peningkatan sekresi
mandi
Objektif:
a. RR 32 x/menit
b. Pola nafas Obstruksi bronkiolus
dypsneu Ekspirasi
c. Sesak jika
aktivitas Suplay O2 menurun
d. Suara nafas mengi
e. Lemah
f. Pernafasan cuping
hidung
g. Nilai AGD

3 Subjektif: Obstruksi bronkiolus Intoleransi aktivitas


a. Klien mengatakan
lemah Udara teperangkap dalam
b. Klien mengatakan alveolus
sesak jika
beraktivitas PaO2 rendah dan PaCO2
Objektif:
a. Lemah Gg. Metabolisme jaringan
b. Aktivitas
dilakukan Defisit energi
ditempat tidur
c. Sesak ketika Kelemahan
beraktivitas

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkhiolus
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi/ beraktivitas, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu,
sesak jika beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping
hidung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 menurun
ditandai dengan klien mengatakan sulit bernafas, klien mengatakan sesak
jika kekamar mandi, RR 32x/menit, pola nafas dypsneu, sesak jika
beraktifitas, suara nafas mengi, lemah, pernafasan cuping hidung, dan
nilai AGD.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
mengatakan lemah, klien mengatakan sesak jika beraktifitas.

F. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Posisikan klien
pola nafas tindakan keperawatan untuk
berhubungan selama 3 hari klien memaksimalkan
dengan obstruksi menunjukkan keefektifan ventilasi.
bronkhiolus pola nafas dengan kriteria b. Lakukan fisioterapi
ditandai dengan hasil: dada bila perlu.
klien mengatakan a. Mendemonstrasi c. Auskultasi suara
sulit bernafas, batuk efektif dan nafas.
klien mengatakan suara nafas yang d. Berikan
sesak jika kekamar bersih tidak ada bronkodilator
mandi/ sianosis dan dypsneu. nebulizer/
beraktivitas, RR b. Menunjukkan jalan ventolin/12 jam.
32x/menit, pola nafas yang paten. e. Monitor respirasi
nafas dypsneu, c. TTV dalam rentang dan status O2.
sesak jika normal. f. Ajarkan klien
beraktifitas, suara latihan nafas dalam.
nafas mengi, g. Berikan dorongan
lemah, pernafasan penggunaan latihan
cuping hidung. otot- otot pernafasan
jika diharuskan.
h. Informasikan kepada
klien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
latihan nafas dalam.
2 Gangguan Setelah diberikan Airway management
pertukaran gas perawatan selama 3 hari a. Posisikan pasien
berhubungan diharapkan terjadi untuk
dengan suplay O2 perbaikan pada status memaksimalkan
menurun ditandai pertukaran gas dengan ventilasi
dengan klien kriteria hasil: b. Auskultasi suara
mengatakan sulit a. Mendemonstrasikan nafas
bernafas, klien peningkatan ventilasi c. Monitor respirasi
mengatakan sesak dan oksigenasi yang dan status cairan
jika kekamar adekuat. d. Terapi oksigen 2-4
mandi, RR b. Memelihara liter
32x/menit, pola kebersihan paru dan e. Pertahankan jalan
nafas dypsneu, bebas dari tanda nafas yang paten
sesak jika distres pernafasan f. Berikan latihan
beraktifitas, suara c. TTV dalam rentang nafas dalam
nafas mengi, normal. (penkes).
lemah, pernafasan
cuping hidung, dan Respiratory monitor
nilai AGD. a. Monitor rata- rata
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan
c. Monitor suara nafas
d. Monitor pola nafas
e. Monitor kelelahan
otot diagfragma
f. Auskultasi suara
nafas.
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan a. Observasi adanya
berhubungan tindakan keperawatan pembatasan klien
dengan kelemahan selama 3 hari pasien dalam melakukan
ditandai dengan bertoleransi terhadap aktifitas
klien mengatakan aktifitas dengan kriteria b. Kaji respon individu
lemah, klien hasil: terhadap aktifitas,
mengatakan sesak a. Berpartisipasi dalam TD dan Nadi
jika beraktifitas. aktifitas fisik tanpa c. Kaji adanya faktor
disertai peningkatan yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR. d.Ukur tanda- tanda
b. Mampu melakukan vital setelah
aktifitas sehari- hari beraktifitas
secara mandiri e. Dukung klien dalam
c. Keseimbangan menegakkan latihan
aktifitas dan istirahat. teratur dengan
menggunakan
endurance exercise
f. Kaji tingkat fungsi
klien
g.Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas

G. Implementasi dan Evaluasi


No. Tanggal/
Implementasi Evaluasi
Dx waktu
1 09 Agustus 1. Membuka jalan nafas S : pasien mengatakan
2016 pasien dengan metode sesak, sesak
10:00 Wib pengaturan posisi yang berkurang jika
nyaman pada pasien tidur miring
2. Mengajarkan batuk kekanan.
efektif
3. Mengauskultasi suara O : TD 100/80 mmHg,
nafas pasien N 80 x/menit, RR
4. Memberikan terapi 28 x/menit,
oksigen O2 2-3 L/menit pernafasan cuping
5. Memonitor respirasi dan hidung, dypsneu,
status O2 mengi.
6. Mempertahankan posisi
klien A : pola nafas tidak
7. Mengobservasi tanda- efektif
tanda hipoventilasi P:
1. Monitor TTV
2. Buka jalan nafas
pasien dengan
pengaturan posisi
3. Auskultasi bunyi
nafas
4. Berikan terapi
oksigen
5. Monitor resirasi dan
status oksigen
6. Observasi tanda-
tanda hipoventilasi.
2 09 Agustus 1. memposisikan pasien S : pasien mengatakan
2016 memaksimalkan ventilasi sesak nafas.
2. mengauskultasi bunyi O : TD 100/80 mmHg,
11:00 Wib nafas N 80 x/menit, RR
3. memonitor respirasi dan 28 x/menit,
status oksigen pernafasan cuping
4. memberikan terapi hidung, dypsneu,
oksigen pasien terlihat
5. melatih pasien latihan pucat.
nafas dalam A : gangguan
6. memonitor rata- rata, pertukaran gas.
kedalaman, irama dan
usaha respirasi P:
7. mencatat pergerakan 1. Monitor respirasi
dada. dan status oksigen
8. Memonitor suara nafas 2. Auskultasi suara
9. Memonitor pola nafas nafas
3. Berikan terapi
oksigen
4. Anjurkan melakukan
nafas dalam
5. Monitor adanya
retraksi dinding
dada
6. Monitor adanya
tanda- tanda
hipoksia
7. Memberikan
penyuluhan tentang
asma dengan sub
topik teknik nafas
dalam.
3 09 Agustus 1. Mengobservasi adanya S:
2016 pembatasan klien dalam a. Klien mengatakan
13:00 Wib melakukan aktifitas masih lemah
2. Mengkaji adanya faktor b. Klien mengatakan
yang menyebabkan masih sesak
kelelahan O:
3. Mengkaji respon 1. Lemah
individu terhadap 2. Aktifitas dilakukan
aktivitas di tempat tidur
4. Mengukur TTV setelah 3. Sesak ketika
aktivitas beraktifitas
5. Menyediakan 4. RR 32 x/menit
oksigenasi sebelum dan 5. TD 130/90 mmHg
selama menjalankan 6. N 90 x/menit
aktifitas.
A : Belum mampu
melakukan
aktifitas secara
mandiri.
P:
a. Observasi adanya
pembatasan klien
melakukan aktifitas
b. Kaji adanya faktor
yang menyebabkan
kelelahan
c. Ukur TTV setelah
aktivitas
d. Sediakan oksigenasi
sebelum dan selama
menjalankan
aktifitas.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN

1. Satuan Acara Penyuluhan Pneumonia


2. Satuan Acara Penyuluhan Asma Bronkhial
3. Satuan Acara Penyuluhan COPD
4. Satuan Acara Penyuluhan TB Paru.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

TOPIK : Pneumonia
SUB TOPIK : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan
perawatan pneumonia
SASARAN : Tn.S dan keluarga
HARI/TANGGAL : Kamis, 11 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan kepada Tn. S dan keluarga
diharapkan mampu mengetahui cara mengatasi sesak.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit Tn.S dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian pneumonia
b. Menjelaskan penyebab pneumonia
c. Menjelaskan tanda dan gejala pneumonia
d. Menjelaskan pengobatan pneumonia
e. Menjelaskan perawatan pneumonia

III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
IV. Media
Leaflet penyuluhan

V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep

VI. Kegiatan Penyuluhan


Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu Metode
Pembukaan 1. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan Memperhatikan
5 menit
maksud dan tujuan Ceramah
(TIU dan TIK)
3. Menjelaskan proses Memperhatikan
belajar mengajar
Pelaksanaan 1. Mengkaji tingkat Memperhatikan 15 Ceramah
pengetahuan sasaran menit
terhadap materi yang
akan disampaikan
dengan cara apersepsi
atau secara lisan
2. Menjelaskan pada Memperhatikan
sasaran tentang:
a. Pengertian
pneumonia
b. Penyebab
pneumonia
c. Tanda dan gejala
pneumonia
d. Pengobatan
pneumonia
e. Perawatan
pneumonia
Evaluasi 1. Mengevaluasi materi Memberikan 10 Ceramah
yang telah pertanyaan menit dan
disampaikan kepada Diskusi
peserta
2. Menyimpulkan hasil Memperhatikan
penkes
3. Salam penutup Menjawab salam

VI. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.S memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

TOPIK : Asma Bronkhial


SUB TOPIK : Mencegah Terjadinya Serangan Asma
SASARAN : Tn.A dan keluarga
HARI/TANGGAL : Jum’at, 11 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang HDU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan

I. Tujuan instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan kepada Tn. A dan keluarga
diharapkan mampu mengetahui cara mengatasi sesak.
II. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit Tn.A dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian asma bronkhial
b. Menjelaskan penyebab asma bronkhial
c. Menjelaskan tanda dan gejala asma bronkhial
d. Menjelaskan cara mengatasi sesak pada asma bronkhial
e. Menjelaskan cara mencegah serangan ulang asma bronkhial
III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
IV. Media
Leaflet penyuluhan

V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syah putra, S.Kep
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu Metode
Pembukaan 1. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan Memperhatikan
5 menit
maksud dan tujuan Ceramah
(TIU dan TIK)
3. Menjelaskan proses Memperhatikan
belajar mengajar
Pelaksanaan 1. Mengkaji tingkat Memperhatikan
pengetahuan sasaran
terhadap materi yang
akan disampaikan
dengan cara apersepsi
atau secara lisan
2. Menjelaskan pada Memperhatikan
sasaran tentang:
a. Pengertian asma
bronkhial
b. Penyebab asma 15 menit Ceramah
bronkhial
c. Tanda dan gejala
asma bronkhial
d. Cara mengatasi
sesak asma
bronkhial
e. Cara mencegah
serangan ulang
asma bronkhial.

Evaluasi a. Mengevaluasi Memberikan 10 menit Ceramah


materi yang telah pertanyaan dan
disampaikan
kepada peserta
b. Menyimpulkan
Diskusi
hasil penkes Memperhatikan
c. Salam penutup
Menjawab salam

VII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan
kesehatan berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.A memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

TOPIK : COPD
SUB TOPIK : meningkatkan kualitas hidup dengan latihan indurance
SASARAN : Tn.I dan keluarga
HARI/TANGGAL : Sabtu, 13 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang HDU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan

I. Tujuan instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan kepada Tn. I dan keluarga
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup dengan latihan indurance.

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 45 menit Tn.I dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian COPD
b. Menyebutkan pengertian latihan indurance
c. Menyebutkan macam- macam latihan indurance
d. Mendemonstrasikan latihan indurance selama 5 menit
III. Metode
e. Ceramah
f. Diskusi
g. Demonstrasi
IV. Media
Leaflet penyuluhan

V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu Metode
Sasaran
Pembukaan 4. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
5. Menyampaikan maksud dan Memperhatikan
5 menit Ceramah
tujuan (TIU dan TIK)
6. Menjelaskan proses belajar
mengajar Memperhatikan
Pelaksanaan 3. Mengkaji tingkat Memperhatikan
pengetahuan sasaran terhadap
materi yang akan
disampaikan dengan cara
apersepsi atau secara lisan
4. Menjelaskan pada sasaran
tentang: Memperhatikan
h. Menjelaskan pengertian
COPD
20
i. Menyebutkan Ceramah
menit
pengertian latihan
indurance
j. Menyebutkan macam-
macam latihan
indurance
k. Mendemonstrasikan
latihan indurance
selama 5 menit

Evaluasi d. Mengevaluasi materi Memberikan 15 Ceramah


yang telah disampaikan pertanyaan menit dan
kepada peserta Diskusi
e. Mendemonstrasikan
latihan
f. Menyimpulkan hasil Memperhatikan
penkes
g. Salam penutup Menjawab salam

VII. Evaluasi
l. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
m. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
n. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn.K memahami tentang penyakitnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

TOPIK : TB Paru
SUB TOPIK : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan
perawatan TB Paru
SASARAN : Tn. K dan keluarga
HARI/TANGGAL : Rabu, 10 Agustus 2016
WAKTU : 09.30- 10.00 (30 menit)
TEMPAT : Ruang ASOKA I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan

I. Tujuan instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan kepada Tn. K dan keluarga
diharapkan mampu mengetahui cara mengatasi sesak dan batuk efektif.

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit Tn. K dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian TB paru
b. Menjelaskan penyebab TB paru
c. Menjelaskan tanda dan gejala TB paru
d. Menjelaskan pengobatan TB paru
e. Mendemonstrasikan cara batuk efektif

III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. demonstrasi

IV. Media
Leaflet penyuluhan

V. Pengorganisasian
Penyuluh: Amrizal syahputra, S.Kep

VI. Kegiatan Penyuluhan


Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu Metode
Pembukaan 4. Memberikan salam, Menjawab salam
memperkenalkan diri
5. Menyampaikan
maksud dan tujuan
5 menit Ceramah
(TIU dan TIK) Memperhatikan
6. Menjelaskan proses
belajar mengajar
Memperhatikan
Pelaksanaan 3. Mengkaji tingkat Memperhatikan
pengetahuan sasaran
terhadap materi yang
akan disampaikan
dengan cara apersepsi
atau secara lisan
4. Menjelaskan pada Memperhatikan
sasaran tentang:
15 menit Ceramah
f. Pengertian TB paru
g. Penyebab TB paru
h. Tanda dan gejala
TB paru
i. Pengobatan TB
paru
j. Demonstrasi batuk
efektif
Evaluasi 4. Mengevaluasi materi Memberikan 10 menit Ceramah
yang telah disampaikan pertanyaan
kepada peserta
5. Mendemonstrasika Demonstrasi
dan
kembali
Diskusi
6. Menyimpulkan hasil Memperhatikan
penkes
7. Salam penutup Menjawab salam

VII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan
kesehatan berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1. 90% pertanyaan dapat dijawab oleh penyuluh
2. Tn. K memahami tentang penyakitnya.

ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Upaya untuk menegakkan diagnosis
secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak).
Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret
hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Untuk itu
diperlukan upaya mendapatkan sputum dengan cara melakukan batuk efektif.
Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia,
atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak
harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu
Kudus. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatifuji statistik Paired Sample
t-test dan pengambilan data dilakukan dengan pengukuran volume sputum pada
30 responden pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam
pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS
Mardi Rahayu Kudus yaitu dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen
2 (sesudah batuk efektif) 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume
sputumnya.. Berdasarkan spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen 3
(setelah batuk efektif) 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume
sputumnya. Penemuan BTA pasien TB Paru mengalami peningkatan dari
spesimen 1 (sebelum batuk efektif) sebanyak 6 responden, specimen 2 sebanyak
17 responden, dan spesimen 3 sebanyak 21 responden. Hasil analisis dengan uji
Paired Sample t-Test baik untuk spesimen 1 dan spesimen 2 maupun spesimen 1
dan specimen 3 menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus.

Kata kunci: Batuk Efektif, Sputum, BTA

EFEKTIFITAS BATUK EFEKTIF DALAM PENGELUARAN SPUTUM


UNTUK PENEMUAN BTA PADA PASIEN TB PARU DI RUANG RAWAT
INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHA YU KUDUS

ABSTRACT

Lung tuberculosis disease nowadays constitute health problem of world


society include in Indonesia. The effort to build diagnosis as correctly one of them
by sputum examination. It is important to get correct sputum, not saliva or nose
secret so could find positive acid proof bacillus. For that reason needed effort to
get sputum by doing effective cough. Objective of effective cough is to increasing
lung expansion, secretion mobilization and prevent side effect from secretion
retention like pneumonia, atelectaxis and fever. By effective cough lung
tuberculosis patient haven't to explore many energy to excretion of secret.
The research objection to know effectiveness of effective cough to sputum
secretion to find acid proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of
Mardi Rahayu Hospital of Kudus. This research used quantitative method by
statistic of Paired Sample t-test and data collecting done by observation of sputum
volume at 30 respondent of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu
Hospital of Kudus.
Result of the research show there is effectiveness of cough effective in
sputum excretion at care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus that is from
specimen 1 (pre effective cough) and specimen 2 (post effective cough) 21
respondents (70%) experience increasing of sputum volume. Based on specimen 1
(pre effective cough) and specimen 3 (post effective cough) 24 respondents (80%)
experience increasing of sputum volume. Finding of acid proof bacillus of lung
tuberculosis patient experience increasing from specimen 1 (pre effective cough)
are 6 respondents, specimen 2 are 17 respondents, and specimen 3 are 21
respondents. Analyzed result of Paired Sample t-Test both specimen 1 and
specimen 2 or specimen 1 and specimen 3 show significant level 0,000 < (0,05) so
can concluded that there is effectiveness of effective cough in sputum excretion to
find acid proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu
II Hospital of Kudus

Keywords : Effective cough, Sputum, Acid Proof Bacillus.

PENDAHULUAN India dan China dalam menyumbang


Penyakit tuberkulosis (TBC) TB di dunia. Menurut WHO estimasi
sampai saat ini merupakan masalah incidence rate untuk pemeriksaan
kesehatan masyarakat didunia dahak didapatkan Basil Tahan Asam
termasuk Indonesia. Word Health (BTA) positif adalah 115 per
Organization (WHO) dalam Annual 100.000.
Report on Global TB Control 2003 Berdasarkan Survey
menyatakan terdapat 22 negara Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
dikategorikan sebagai high-burden 2001 estimasi prevalensi angka
countries terhadap TB. Indonesia kesakitan di Indonesia sebesar 8 per
termasuk peringkat ketiga setelah 1000 penduduk berdasarkan gejala
tanpa pemeriksaan laboratorium. dan kerusakan status nutrisi.
Berdasarkan survey ini juga Anoreksia, penurunan berat badan
didapatkan bahwa TB menduduki dan malnutrisi umum terjadi pada
rangking ketiga sebagai penyebab pasien TB.
kematian (9,4% dari total kematian) Keinginan pasien untuk
setelah penyakit sistem sirkulasi dan makan mungkin terganggu oleh
sistem pernafasan. Hasil survey keletihan akibat batuk berat,
prevalensi tuberkulosis di Indonesia pembentukan sputum, nyeri dada
tahun 2004 menunjukkan bahwa atau status kelemahan secara umum.
angka prevalensi tuberculosis BTA Sejak tahun 1990-an WHO dan
positif secara nasional 110 per International Union Agains
100.000 penduduk. Tuberculosis and Lung Disease
Di Negara Indonesia yang
(IUATLD) telah mengembangkan
merupakan salah satu Negara
berkembang, penyakit TB mencapai strategi penanggulangan TB yang
25% diseluruh kematian yang dikenal sebagai strategi Directly
sebenarnya dapat dicegah dan 75% Observed Treatment Shortcourse
penderita TB adalah kelompok usia chemotherapy (DOTS) dan terbukti
produktif yaitu umur 15-50 th. Sejak sebagai strategi penanggulangan
tahun 200, Indonesia telah berhasil yang secara ekonomis paling efektif
mencapai dan mempertahankan
(cost- efective). Penerapan strategi
angka kesembuhan sesuai dengan
target global yaitu minimal 85% DOTS secara baik, disamping secara
penemuan kasus TB di Indonesia tepat menekan penularan, juga
pada tahun 2006 adalah 76%. mencegah berkembangnya Multi
Resiko penularan setiap tahun Drugs Resistance Tuberculosis
atau Annual Risk of Tuberculosis (MDR-TB). Fokus utama DOTS
Infection I ARTI di Indonesia cukup adalah penemuan dan penyembuhan
tinggi dan bervariasi antara 1-2%.
pasien, prioritas diberikan kepada
Pada daerah dengan ARTT sebesar
1% berarti setiap tahun diantara 1000 pasien menular. Menemukan dan
penduduk, 10 orang akan terinfeksi. menyembuhkan pasien merupakan
Sebagian besar dari orang yang cara terbaik dalam upaya pencegahan
terinfeksi tidak akan penderita TB. WHO telah m,erekomendasikan
tuberculosis, hanya 10% dari yang strategi DOTS sebagai strategi dalam
terinfeksi yang akan menjadi penanggulangan TB sejak tahun
penderita tuberkulosisi. Faktor yang
1995.
mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi penderita Upaya untuk menegakkan
tuberkulosisi adalah daya tahan diagnosis secara tepat salah satu
tubuh yang rendah, diantaranya diantaranya adalah dengan
karena gizi buruk atau HIV/ AIDS pemeriksaan sputum (dahak).
disamping faktor pelayanan yang Penting untuk mendapatkan sputum
belum memadai. Pasien dengan TB yang benar, bukan ludah ataupun
sering menjadi sangat lemah karena sekret hidung sehingga dapat
penyakit kronis yang berkepanjangan diketemukan Basil Tahan Asam yang
positif. Berdasarkan dari data rekam digunakan adalah seluruh pasien
medik RS Mardi Rahayu Kudus penderita TB Paru yang ada di ruang
tahun 2007 - 2008, telah ditemukan rawat inap RS dengan jumplah
kasus TB sebanyak 757 dengan 94 sampel 30 responden. Analisa data
penderita BTA positif, dimana yang digunakan dalam penelitian
sputum yang didapatkan merupakan Analisis Univariat data pribadi
dari hasil konvensional yang pasien yang akan digunakan secara
diperoleh dari pasien dengan cara distribusi frekuensi, dan Analisis
mengeluarkan dahak semampu Bivariat yang dilakukan terhadap
pasiren, sehingga sputum yang dua variabel yang diduga
didapatkan kadang-kadang berupa air berhubungan atau berkorelasi dengan
ludah. Petugas pun kadang-kadang- menggunakan uji statistik paired
kadang langsung saja memeriksa sample t-test.
tanpa melihat apakah bahan yang
dikirim itu ludah atau sputum, HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga banyak kasus TB Paru a. Pengeluaran sputum pasien
diketemukan BTA negatif. Padahal sebelum mendapatkan
kemungkinan besar jika spesimen pelatihan batuk efektif.
yang dikirim benar akan
diketemukan BTA positif. Disisi lain Dari hasil pemeriksaan pada
jika petugas laborat meminta ulang specimen 1 (sebelum batuk efektif)
spesimen (karena yang dikirim didapatkan rata-rata volume sputum
ludah) , perawat ruangan selalu dari 30 respondent 0,23 cc, sebanyak
memberikan alasan yang bermacam- 20 responden (66,6%) tidak dapat
macam sehingga petugas laborat pun mengeluarkan sputum dan hanya
langsung memeriksa walaupun mengeluarkan ludah. Hal ini
bukan sputum. Dan tentunya hasil dikarenakan pasien belum tahu
yang didapat tidak sesuai dengan bagaimana cara batuk efektif.
yang diharapkan. Efeknya Mereka hanya melakukan batuk
pengobatan tidak tepat sasaran. dengan cara biasa sehingga tidak bisa
maksimal. Batuk berfungsi untuk
METODE PENELITIAN mengeluarkan sekret dan partikel-
Penelitian menggunakan partikel pada faring dan saluran
metode kuantitatif uji statistik nafas. Batuk biasanya merupakan
Paired Sample t-test, dimana suatu reflek sehingga bersifat
penelitian ini untuk mengetahui involunter, namun juga dapat bersifat
pengaruh efektifitas batuk efektif volunter. Batuk yang involunter
dalam pengeluaran sputum untuk merupakan gerakan reflek yang
penemuan BTA pasien TB Paru di dicetuskan karena adanya
ruang rawat inap RS Mardi Rahayu rangsangan pada reseptor sensorik
Kudus. mulai dari faring hingga alveoli.
Populasi dalam penelitian ini Batuk diakibatkan oleh iritasi
adalah pasien penderita TB Paru membran mukosa dimana saja dalam
yang ada di ruang rawat inap RS saluran pernafasan. Stimulus yang
Mardi Rahayu Kudus selama bulan menghasilkan batuk dapat timbul
November.Sampel penelitian yang dari suatu proses infeksi atau dari
suatu iritan yang dibawa oleh udara b. Pengeluaran sputum pasien
seperti asap, kabut, debu atau gas. setelah mendapatkan
Batuk adalah proteksi utama pasien pelatihan batuk efektif.
terhadap akumulasi sekresi dalam Untuk mendapatkan sputum
bronki dan bronkiolus. yang baik dalam pemeriksaan
Batuk dapat dipicu secara terdapat metode khusus untuk
reflek ataupun disengaja. Sebagai mengeluarkan sekret yaitu salah
reflek pertahanan diri, batuk satunya dengan cara batuk efektif.
dipengaruhi oleh jalur saraf aferen Tehnik batuk efektif merupakan
dan eferen. Batuk diawali dengan tindakan yang dilakukan untuk
inspirasi dalam diikuti dengan membersihkan sekresi dari saluran
penutupan glotis, relaksasi diafragma nafas. Tujuan dari batuk efektif
dan kontraksi oto melawan glotis adalah untuk meningkatkan ekspansi
yang menutup. Hasilnya akan terjadi paru, mobilisasi sekresi dan
tekanan yang positif pada intra rorak mencegah efek samping dari retensi
yang menyebabkan penyempitan skresi seperti pneumonia, atelektasis
trakea. Sekali glotis terbuka, bersama dan demam. Dengan batuk efektif
dengan penyempitan trakea akan penderita tuberkulosis paru tidak
menghasilkan aliran udara yang harus mengeluarkan banyak tenaga
cepat melalui trakea. Kekuatan untuk mengeluarkan secret
eksposif ini akan menyapu sekret dan Caranya adalah sebelum
benda asing yang ada di saluran dilakukan batuk, klien dianjurkan
nafas. untuk minum air hangat dengan
Pasien sebelum mendapatkan rasionalisasi untuk mengencerkan
pelatihan batuk efektif seluruhnya dahak, Setelah itu dianjurkan untuk
tidak bisa mengeluarkan sputum inspirasi dalam. Hal ini dilakukan
yang maksimal, sebagian besar yang selama dua kali. Kemudian setelah
dikeluarkan adalah ludah sehingga insipirasi yang ketiga, anjurkan klien
tidak dapat diperiksa secara seksama untuk membatukkan dengan kuat.
oleh petugas laborat. Pemeriksaan Pemeriksaan specimen
yang tidak seksama tersebut menunjukkan adanya peningkatan
menyebabkan tidak tuntasnya rata-rata volume sputum yaitu pada
pengobatan terhadap pasien. Hal ini specimen 1 (sebelum batuk efektif)
juga memberikan resiko penularan sebesar 0,23 cc menjadi 0,93 cc pada
yang lebih besar karena pasien specimen 2 (setelah batuk efektif),
dengan BTA positif memiliki resiko sedangkan pada specimen 3 (setelah
menularkannya pada orang lain. batuk efektif) rata-rata volume
Pasien yang menjadi subyek sputum menjadi 2,43 cc.
penelitian tidak dapat mengeluarkan Pemeriksaan specimen
sputum karena mereka sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan
tidak pernah mendapat pelatihan volume sputum yang dihasilkan dari
bagaimana mengeluarkan sputum pasien TB paru yang telah diajarkan
dengan benar dari petugas kesehatan. bagaimana batuk efektif.
Berdasarkan hasil penelitian
perbandingan specimen 1 (sebelum
batuk efektif) dengan specimen 2
(setelah batuk efektif) sebanyak 21 sebanyak 6 responden, BTA positif
responden (70%) mengalami pada specimen 2 adalah sebesar 17
peningkatan volume sputum (cc) responden, sedangkan BTA positif
yang dihasilkan setelah batuk efektif, pada specimen 3 adalah sebesar 21
sedangkan 9 responden (30%) tidak responden.
mengalami peningkatan volume Jumlah volume sputum yang
sputum (cc) yang dihasilkan setelah dihasilkan menyebabkan lebih
batuk efektif. mudahnya petugas laborat
Berdasarkan hasil penelitian memeriksa BTA pasien. Karena
perbandingan specimen 1 (sebelum untuk menegakkan diagnosis secara
batuk efektif) dengan specimen 3 tepat salah satu diantaranya adalah
(setelah batuk efektif) sebanyak 24 dengan pemeriksaan sputum (dahak).
responden (80%) mengalami Penting untuk mendapatkan sputum
peningkatan volume sputum (cc) yang benar, bukan ludah ataupun
yang dihasilkan setelah batuk efektif, sekret hidung sehingga dapat
sedangkan 6 responden (20%) tidak diketenaukan Basil Tahan Asam
mengalami peningkatan volume yang positif.
sputum (cc) yang dihasilkan setelah Indikasi pemeriksaan sputum
batuk efektif. yang lazim adalah untuk menemukan
Batuk efektif memberikan adanya infeksi, biasanya pneumonia
kontribusi yang positif terhadap dan memperoleh bahan untuk
pengeluaran volume sputum. Dengan diagnosa sitologik. Biakan sputum
batuk efektif pasien menjadi tahu merupaka pemeriksaan
tentang bagaimana cara mikrobiologik yang biasanya
mengeluarkan sputum. Orang sehat diminta, tetapi hasil yang didapat
tidak mengeluarkan sputum; kalau sering tidak informatif atau bahkan
kadang-kadang ada, jumlahnya menyesatkan. Yang pertama-tama
sangat kecil sehingga tidak dapat memerlukan perhatian adalah
diukur. Banyaknya yang dikeluarkan pengumpulan bahan yang betul-betul
bukan saja ditentukan oleh penyakit sputum dan bukan sekret dari saluran
yang tengah diderita, tetapi juga oleh nafas bagian atas. Hal ini dapat
stadium penyakit itu. Jumlah yang diketahui dengan pemeriksaan
besar, yaitu lebih dari 100 cc per 24 sediaan apus yang diwarnakan
jam, mungkin melebihi 500 cc dengan cara Gram. Sputum yang
ditemukan pada edema pulmonum, benar mengandung leukosit
abces paru-paru, brochiectasi, polimorfonuklear (PMN) dan atau
tuberculosis pulmonum yang lanjut makrofag " alveolar serta
dan pada abces yang pecah mengandung beberapa sel epitel
menembus ke paru-paru. bersisik. Sel epitel dalam jumlah
Pada penemuan BTA terjadi besar atau tidak terlihatnya PMN di
peningkatan jumlah penemuan BTA beberapa laboratorium merupakan
yang sebelumnya merupakan BTA alasan untuk membuang bahan yang
negatif pada specimen 1 pada didapat tanpa memeriksanya lebih
specimen 2 dan 3 menjadi BTA lanjut.
positif. Jumlah penemuan BTA Berdasarkan analisis data
positif pada specimen 1 adalah dengan menggunakan Pair Sample t-
Test terdapat peningkatan volume nilai t hitung -9,805, maka nilai di
sputum specimen 1 (sebelum batuk luar daerah penerimaan Ho, artinya
efektif) terhadap specimen 2 (setelah Ho ditolak dan Ha diterima.
batuk efektif) menunjukkan adanya Sehingga dapat disimpulkan bahwa
efektifitas batuk efektif dalam ada efektifitas batuk efektif dalam
pengeluaran sputum untuk pengeluaran sputum untuk penemuan
menemukan BTA pasien TB Para. BTA pasien TB paru di ruang rawat
Hal ini dapat dilihat dari uji Paired inap rumah sakit Mardi Rahayu
Sample t-Test didapat t tabel adalah Kudus.
2,021. Maka daerah ; penerimaan Ho Berdasarkan signifikansi
antara -2,021 sampai 2,021. Bila t menunjukkan nilai 0,000 < (0,05)
hitung berada dalam daerah berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
penerimaan Ho, berarti Ho diterima Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dan Ha ditolak. Pada penelitian ini, ada efektifitas batuk efektif dalam
nilai t hitung -4,700, maka nilai pengeluaran sputum untuk penemuan
diluar daerah penerimaan Ho, artinya BTA pasien TB paru di ruang rawat
Ho ditolak dan Ha. diterima. inap rumah sakit Mardi Rahayu
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kudus.
ada efektifitas batuk efektif dalam
pengeluaran sputum untuk penemuan KESIMPULAN
BTA pasien TB para di ruang rawat Dari hasil penelitian tentang
inap rumah sakit Mardi Rahayu efektifitas batuk efektif dalam
Kudus. pengeluaran sputum untuk penemuan
Berdasarkan signifikansi BTA pada pasien TB Paru di ruang
menunjukkan nilai 0,000 < (0,05) rawat inap rumah sakit Mardi
berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Rahayu Kudus,ada efektifitas batuk
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektif dalam pengeluaran sputum
ada efektifitas batuk efektif dalam untuk penemuan BTA pasien TB
pengeluaran sputum untuk penemuan paru di ruang rawat inap rumah sakit
BTA pasien TB paru di ruang rawat Mardi Rahayu Kudus hal ini dapat
inap rumah sakit Mardi Rahayu dilihat dari 21 responden (70%)
Kudus. mengalami "peningkatan volume
Analisis data peningkatan sputum (cc) dari specimen 1
volume sputum specimen 1 (sebelum (sebelum batuk efektif) dan
batuk 1> efektif) terhadap specimen specimen 2 (setelah batuk efektif),
3 (setelah batuk efektif) sedangkan sebanyak 24 responden
menunjukkan adanya efektifitas (80%) mengalami peningkatan
batuk efektif dalam pengeluaran volume sputum (cc) dari specimen 1
sputum untuk menemukan BTA (sebelum batuk efektif) dan
pasien TB Paru. Dari uji Paired specimen 3 (setelah batuk
Sample t-Test didapat t tabel adalah efektif). Hasil analisis statistik
2,021. Maka daerah penerimaan Ho menunjukkan adanya efektifitas
antara -2,021 sampai 2,021. Bila t batuk efektif dalam pengeluaran
hitung berada dalam daerah sputum untuk menemukan BTA
penerimaan Ho, berarti Ho diterima pasien TB Paru yaitu berdasarkan
dan Ha ditolak. Pada penelitian ini, signifikansi D (0,000) < 0,05.
Dan dari 30 pasien rawat inap Penanggulangan
yang dijadikan subyek penelitian Tuberkulosis. Jakarta: 2007.
setelah diajarkan batuk efektif Departemen Kesehatan RI.
mengalami peningkatan jumlah Pedoman Nasional
pasien yang ditemukan dengan BTA Penanggulangan
1 positif yaitu pada specimen 1 Tuberkulosis. Jakarta. 2002.
(sebelum batuk efektif) ditemukan 6 Ganda Subrata. Penuntun
responden, pada specimen 2 (setelah Laboratorium Klinik.
batuk efektif) ditemukan 17 Jakarta : Diam Rakyat. 2006.
responden, sedangkan pada specimen Husain U. Purnomo. R.
3 (setelah batuk efektif) ditemukan Pengantar Statistik. Jakarta :
21 responden. Bumi Aksara. 2001.
Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit
DAFTAR PUSTAKA Sistem Pernafasan : Jakarta;
Alsagaf, H. Mukty H.A. Dasar- Pustaka Adipura.2007.
dasar Ilmu Penyakit Paru. Notoatmojo S. Metode Penelitian
Surabaya : Airlangga Kesehatan, Jakarta : Rineka
University Press. 2005. Cipta. 2002.
Asih, N.G. dan Efendi, C. Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. Buku
Keperawatan Medikal Bedah. Ajar Keperawatan Medikal
Jakarta : EGC. 2003. Bedah, Burnner & Suddarth,
Brunner, Suddart. Pemeriksaan Jakarta : EGG. 2001.
F'isis Dada dan Paru. EGC. Somantri. Irman. Keperawatan
2004. Medikal Bedah : Asuhan
Budiarto E. Biostatistika Untuk Keperawatan Pada Pasien
Kedokteran dan Kesehatan Dengan Gangguan Sistem
Masyarakat. Jakarta : Pernapasan. Jakarta :
Salemba Medika. 2008.
EGC. 2001 Departemen Kesehatan Sugiono. Statistik Untuk Penelitian.
RI. Pedoman Nasional Bandung : Alfa Beta. 2003.
Penanggulangan Taufan, Mei 2008. (5 September
Tuberkulosis. Jakarta: 2007. 2009). Diakses dari http
Departemen Kesehatan RI. ://www.gizi.net.
Pedoman Nasional

LEMBAR KONSULTASI

Nama : AMRIZAL SYAH PUTRA, S.Kep


NIM : 1001070
Judul : Menajemen kasus sistem pernafasan dengan tb. Paru
pada Tn. K di ruangan asoka I Rsud Dr. pirngadi Kota
Medan

Paraf
No Tanggal Saran Pembimbing
Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

(Dian Fajariadi, S.Kep.Ners) (Affuandi Lubis, S.Kep.Ners)

Anda mungkin juga menyukai