Anda di halaman 1dari 103

POLTEKKES KEMENKES PADANG

PENERAPAN TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING PADA KELUARGA


LANSIA DENGAN HIPERTENSI YANG MENGALAMI NYERI AKUT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH GARAM
TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan ke Program studi DIII Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan Padang


Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Padang

Oleh

HAFSATUL HUSNA
NIM.173210286

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOLOK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini yang berjudul

“Penerapan Teknik Imajinasi Terbimbing Pada Keluarga Lansia Dengan

Hipertensi Yang Mengalami Nyeri Akut Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Garam Tahun 2020”

Proposal Penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan D-III Keperawatan, pada Program Studi Keperawatan

Solok Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih pada kedua

orang tua tercinta, yang telah banyak memberikan dukungan secara moril dan materil.

Selanjutnya kepada Ibu Ns. Desi Deswita Sp. Kep. Kom selaku dosen pembimbing

satu dan Bapak SYAHRUM, S.Pd. M. Kes pembimbing dua yang memberikan

pengarahan, masukan dan bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM.M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Padang .

2. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep. Sp. KMB selaku Kepala Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang.


3. Ibu Ns. Deharnita, S.ST, S.Kep. M,Kes selaku Kaprodi Keperawatan Solok.

4. Bapak dan Ibu dosen Prodi Keperawatan Solok yang telah memberikan ilmu

selama mengikuti pendidikan di Keperawatan Solok.

5. Teristimewa ayah dan ibuku tercinta, kakak-kakakku tersayang, sahabat

seperjuangan yang telah sama-sama berjuang dan memberikan dukungan serta

motivasi yang bermanfaat.

6. Rekan-rekan Angkatan yang telah memberikan dukungan serta saran-saran

yang bermanfaat dan membangun.

Dalam penyusunan Proposal Penelitian penulis telah berusaha sebaik-baiknya,

namun penulis menyadari atas segala kekurangan kritik dan saran yang bersifat

membangun dibutuhkan demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak

yang ikut terlibat dalam penulisan Proposal Penelitian. Mudah-mudahan Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Solok, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Defenisi Keluarga................................................................................10
2. Tipe Keluarga.....................................................................................10
3. Fungsi Keluarga...................................................................................11
4. Struktur keluarga.................................................................................12
B. KONSEP LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia.........................................................................13
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia...............................................................14
3. Teori Proses Menua.............................................................................15
4. Perubahan Fungsi Dan Fisik Akibat Proses Menua.............................18
C. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi.........................................................................21
2. Klasifikasi hipertensi.........................................................................22
3. Penyebab hipertensi...........................................................................23
4. Manifestasi klinis hipertensi..............................................................25
5. Faktor resiko hipertensi......................................................................26
6. Cara mencegah hipertensi..................................................................27
7. Komplikasi hipertensi........................................................................28
8. Patofisiologi ......................................................................................29
9. Bagan WOC.......................................................................................31
D. KONSEP NYERI
1. Pengertian Nyeri................................................................................33
2. Klasifikasi nyeri ................................................................................33
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri..........................................33
4. Penilaian respon nyeri........................................................................34
E. KONSEP TERAPI IMAJINASI TERBIMBING
1. Pengertian terapi imajinasi terbimbing..............................................35
2. Manfaat terapi imajinasi terbimbing..................................................36
3. Kelebihan terapi imajinasi terbimbing...............................................36
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
1. Pengkajian..........................................................................................37
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................39
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................39
4. Implementasi keperawatan.................................................................41
5. Evaluasi..............................................................................................42

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian..........................................................................................42
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................54
3. Intervensi Keperawatan......................................................................55
4. Implementasi keperawatan.................................................................73
5. Evaluasi..............................................................................................73
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian...........................................................................................87
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................87
C. Subjek Studi Kasus........................................................................................87
D. Fokus Studi Kasus..........................................................................................88
E. Defenisi Operasional Fokus Studi.................................................................88
F. Metode Pengumpulan Data............................................................................89
G. Analisis Penyajian Data.................................................................................90
H. Etika Penelitian..............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004) mendefinisikan bahwa

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosionaldan individu mempunyai peran masing-masing

yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga Sejahtera, keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terditi dari suami-isteri, atau suami-istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peran keluarga dalam perawatan lansia merupakan support system

utama bagi lansia dalam memperhatikan kesehatannya, peran keluarga anatara

lain menjaga atau merawat lansia, memperhatikan dan meningkatkan status

mental serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spritual bagi

lansia (Padila, 2013).

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua dimulai dari

1
2

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti

seseorang sudah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua

(Nugroho, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO) dan Undang-Undang no

13 tahun 1998, batasan lansia meliputi usia pertengahan (middle age) adalah usia

antara 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun, usia

lanjut tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) adalah

usia 90 tahun ke atas. Sedangkan menurut UU RI nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab (1) pasal (1) ayat (2) menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, dan merupakan proses menurunya daya tahan tubuh yang berisiko

timbulnya berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit tidak menular

(Nugroho, 2008).

Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang dianggap tidak dapat

ditularkan atau disebarkan dari seseorang pada orang lain, sehingga bukan

merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Penyakit tidak menular merupakan

beban kesehatan utama di Negara-negara berkembang dan Negara industri,

bedasarkan laporan WHO mengenai PTM di Asia Tenggara tingkat kesakitan

dan kematian yang sangat tinggi yaitu penyakit kardiovaskuler (Irwan, 2016).
3
2

Menurut WHO memperkirakan kejadian hipertensi didunia sekitar 972 juta

orang atau sekitar 26,4%. Prevalensi hipertensi di Indonesia bedasarkan

pengukuran sebanyak 34,11%. Prevalensi hipertensi di Sumatra Barat memiliki

kedudukan ke 3 dari 34 provinsi di Indonesia sebanyak 25,16% (Riskesdas,

2013).

Prevalensi dari Data Dinas Kesehatan Kota Solok tentang jumlah

penyakit pasien gastritis (868 orang), ISPA (955 orang), hipertensi (1199 orang),

diabetes (523 orang), jantung (212 orang), TB paru (47 orang). Dibandingkan

dengan kasus yang lain angka hipertensi merupakan angka yang tertinggi yaitu

mencapai 1199 orang, dan merupakan angka terbanyak dari penyakit pada lansia.

Kota Solok memliki 4 Puskemas dengan angka tertinggi penderita

hipertensi di tahun 2019 adalah puskesmas Tanah Garam sebanyak 576 orang, di

Puskesmas Tanjung Paku sebanyak 543 orang, di Puskesmas KTK sebanyak 45

orang, dan di Puskesmas Nan Balimo sebanyak 35 orang. Puskesmas Tanah

Garam menduduki peringkat ke- 1 dari 4 Puskesmas di Kota Solok pada tahun

2019 dengan angka hipertensi sebanyak 576 orang.

Sudoyo (2006, dalam Aspiani, 2014) mendifinisikan hipertensi yaitu

peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal yaitu, >140/90

mmHg. Hipertensi adalah suatu penyakit yang paling sering muncul di Negara

berkembang seperti di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi dan beresiko

mengalami masalah kesehatan apabila setelah dilakukan beberapa kali

pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi, dimana nilai tekanan darah Sistolik

>140 mmHg atau Diastolik >90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi


3

memiliki tanda dan gejala yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada

tengkuk,sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi berupa

penglihataan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi , terkadang disertai

mual muntah akibat peningkaatan tekanan darah intrakrania dan nyeri kepala

(Aspiani, 2014).

Long (1996, dalam Sulistyowati, 2015) mendefinisikan nyeri adalah

perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

memahaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.

Guyton (1997, dalam Sulistyowati, 2015) mendefinisikan nyeri adalah suatu

mekanisme protektif bagi tubuh. Nyeri timbul bila jaringan sedang dirusak dan

menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri

tersebut (Sulistyowati, 2015).

Penatalaksanaan hipertensi pada lansia dapat dilakukan secara

farmakologis dan non farmakologis.Penatalaksanaan hipertensi secara

farmakologis dapat dilakukan dengan memantau tekanan darah, melakukan

perubahan pola hidup (seperti olahraga), mengatur pola makan seperti makan

makanan rendah garam dan menggunakan obat, seperti dengan meminum obat

sesuai anjuran (Aspiani, 2014). Disisi lain perawat berperan besar dalam

penatalaksanaan hipertensi melalui pendekatan non farmakologi salah satunya

dengan teknik relaksasi imajinasi terbimbinng (Perry, 2005).

Imajinasi terbimbing (Guide imagery) adalah teknik yang

menggunakan kesadaran pikiran untuk menciptakan gambaran mental agar


4

menstimulasi perubahan fisisk dalam tubuh, memeperbaiki kesejahteraan, dan

meningkatkan kesadaran diri (Perry, 2005). Terapi imajinasi terbimbing juga

membantu dalam pengobatan kondisi kronis seperti hipertensi (Perry, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mia Oktaviani dan Hirza Ainin

Nur (2019) tentang terapi relaksasi imajinasi terbimbing dapat menurunkan

tekanan darah. Didapatkan hasil bahwa nilai rata-rata penurunan tekanan darah

pada pasien 1 sebelum teknik relaksasi imajinasi terbimbing adalah 160/100

mmHg, setelah dilakukan relaksasi imajinasi terbimbing selama 14 hari tekanan

darah turun menjadi 140/90 mmHg. Pada pasien 2 tekanan darah sebelum

dilakukan relaksasi imajinasi terbimbing 170/110 mmHg, setelah dilakukan

relaksasi imajinasi terbimbing selama 14 hari tekanan darah menurun menjadi

150/90 mmHg. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian relaksasi imajinasi

terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi

(Oktaviani, 2019).

Bedasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti

tertarik mengangkat kasus penerapan “Penerapan Teknik Imajinasi

Terbimbing Pada Keluarga Lansia Dengan Hipertensi Yang Mengalami

Nyeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Tahun 2020”.

B. Rumusan masalah

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang melebihi

tekanan darah normal yaitu, >140/90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014). Angka

kejadian di Kota solok penderita hipertensi terbanyak tahun 2019 adalah di


5

Puskesmas Tanah Garam 576 orang. Long (1996, dalam Sulistyowati, 2015)

mendefinisikan Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan

hanya orang yang memahaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi

perasaan tersebut. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi dilakukan dengan

memberikan teknik Imajinasi Terbimbing untuk mengurangi nyeri. Imajinasi

terbimbing (Guide imagery) adalah teknik yang menggunakan kesadaran pikiran

untuk menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisisk dalam

tubuh, memeperbaiki kesejahteraan, dan meningkatkan kesadaran diri (Perry,

2005). Terapi imajinasi terbimbing juga membantu dalam pengobatan kondisi

kronis seperti hipertensi (Perry, 2005). Dari uraian diatas peneliti ingin

melakukan penerapan Teknik Imajinasi Terbimbing pada keluarga Lansia dengan

hipertensi yang mengalami Nyeri.

C. Tujuan Studi kasus

1. Tujuan umum

Menggambarkan Penerapan Teknik Imajinasi Terbimbing Pada

Keluarga Lansia Dengan Hipertensi Yang Mengalami Nyeri Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanah Garam Tahun 2020”.

2. Tujuan khusus

Bedasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:

a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan keluarga Lansia pada

pasien Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan teknik

imajinasi terbimbing.
6

b. Menggambarkan rumusan diagnosa keperawatan keluarga Lansia pada

pasien Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan teknik

imajinasi terbimbing.

c. Menggambarkan rencana keperawatan keluarga Lansia pada pasien

Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan teknik imajinasi

terbimbing.

d. Menggambarkan tindakan keperawatan keluarga Lansia pada pasien

Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan teknik imajinasi

terbimbing.

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan keluarga Lansia pada pasien

Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan teknik imajinasi

terbimbing.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Ditunjukan untuk memberikan masukan bagi perkembangan ilmu

keperawatan mengenai perawatan pada lansia Hipertensi yang mengalami

Nyeri melalui teknik relaksasi imajinasi terbimbing.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

penerapan asuhan keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi yang

mengalami Nyeri menggunakan Teknik Imajinasi Terbimbing

b. Bagi Perawat Di Puskesmas Tanah Garam Kota Solok


7

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dasar dan informasi

untuk perawat meningkatkan mutu pelayanan pada asuhan keperawatan

pada Lansia dengan Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan

Teknik Imajinasi Terbimbing.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan

memberikan sumbangan pikiran dalam penerapan asuhan keperawatan

pada Lansia dengan Hipertensi yang mengalami Nyeri menggunakan

Teknik Imajinasi Terbimbing.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. Definisi Keluarga

Friedman (1998, dalam Supratitno, 2004) mendefinisikan bahwa

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 tahun

1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terditi dari

suami-isteri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu

dan anaknya (Suprajitno, 2004).

2. Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang

yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

a. Keluarga inti(nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,

ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek,

nenek, paman, bibi).


9

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya

rasa individualism, pengelompokan tipe keluarga selainkedua diatas

berkembang menjadi.

1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan

pasangannya.

2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang

terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian

atau ditinggal pasangannya.

3) Ibu dengan anak tampa perkawinan (the unmarried teenage

mother).

4) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tampa

menikah (the single adult alone).

5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non

marital heterosexualcohabiting family).

6) Keluarga yang terbentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

gay and lesbian family (Suprajitno, 2004).

3. Fungsi keluarga

Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004) mengatakan fungsi keluarga

sebagai berikut:

a. Fungsi afektif adalah fungsi keluaga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.


10

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi dan tempat

bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kempampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan terganggu.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

4. Struktur keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat.

a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing

anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di

lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan n orma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan

pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
11

dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)

dengan keluarga inti.

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan

(Suprajitno, 2004).

B. KONSEP LANJUT USIA

1. Pengertian Lanjut Usia

Hardywinoto & Setiabudhi (1999, Sunaryo, 2016) mendefinisikan

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas.

Constantinides (1994, dalam Sunaryo, 2016) mengatakan lanjut usia akan

terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-

lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan


12

semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak

proporsional (Nugroho, 2008).

Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60

tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan

kematian(Nugroho, 2008).

2. Batasan-batasan Lanjut Usia

Menurut WHO, lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia (45-59 tahun).

2) Lanjut usia (eldery) antara 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old) antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Prof. Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru besar

Universitas Gajah Mada fakultas kedokteran, periodesasi biologis

perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :

1) Usia 0-1 tahun (masa bayi).

2) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah).

3) Usia 6-10 tahun (masa sekolah).


13

4) Usia 10-20 tahun (masa pubertas).

5) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium).

6) Usia 65 tahun ke atas (masa lnjut usia, senium).

Menurut Dra. Ny Jos Madani (psikolog dari Universitas Indonesia),

lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat

dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun.

2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun.

3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun.

4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia (Nugroho,

2008).

3. Teori-teori Menua

a. Teori Biologis

1) Teori genetik

Teori genetik clock. Teori ini merupakan teori intrinsik yang

menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang

mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan

bahwa menua itu telah berprogram secara genetik untuk spesies

tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam

genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas

usiayang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu

sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.


14

Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua setelah

bulus.Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,

meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian

obat-obatan atau tindakan tertentu.

Teori mutasi somatik.Menurut teori ini, penuaan terjadi

karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang

buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA

dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi

terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi pada

saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah

mutasi sel kelamin sehingga terjadi kemampuan fungsional sel.

2) Teori Nongenetik

Teori penurunan sistem imun.Mutasi yang sering berulang

dapat menyebabkan berkurangnya sistem imun tubuh mengenali

dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan

menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.

Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada

lanjut usia.

Teori kerusakan akibat radikal bebas. Teori ini dapat

terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses

metabolisme atau proses pernafasan didalam mitokondria. Radikal

bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
15

mempunyai elektron yang tidak lain yang menimbulkan berbagai

kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,

misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas mengakibatkan sel

tidak dapat beregenerasi, radikal bebas yang terdapat di lingkungan

seperti :

1. Asap kendaraan bermotor.

2. Asap rokok.

3. Zat pengawet makanan.

4. Radiasi.

5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan

pigmen dan kolagen pada proses menua.

Teori menua akibat metabolisme.Telah dibutuhkan dalam

berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori

ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur,

sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan

dapat memperpendek umur.

Teori rantai silang.Teori ini menjelaskan bahwa menua

disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat

(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah

fungsi jaringan yang menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku,

kurang elastik, dan hilangnya fungsi pada proses menua.


16

Teori fisiologi. Teori ini merupakan teori intrinsik dan

ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stres dan teori dipakai-aus (wear

and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stres

menyebabkan sel tubuh lelah terpakai, regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal (Nugroho, 2008).

4. Perubahan fisik dan fungsi akibat proses menua

1. Sel

a. Ukuran sel lebih besar

b. Jum Jumlah sel menurun

c. lah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang

d. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

e. Jumlah sel otak menurun

f. Mekanisme perbaikan otak terganggu

g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

2. Sistem Peryarafan

a. Menurunya hubungan peryarafan

b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang

setiap

harinya)

c. Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres

d. Saraf panca indra mengecil


17

e. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman

dan perasa mengeci;, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan

rendahnya ketahanan terhadap dingin.

f. Kurang sensitif terhadap sentuhan

g. Defisit memori.

3. Sistem Pendengaran

a. Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di

atas 65 tahun.

b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan atosklerosis

c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkat

keratin.

d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan/stress.

e. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau

rendah, bisa terus-menerus atau inter miten).

f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau

berputar.

4. Sistem Penglihatan

a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar

menghilang.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).


18

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

d. Meningkatnya ambang, pengamtan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.

e. Penurunan/hilangnya daya akomodasi dengan manifestasi

presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi

berkurangnya elastilitas lensa.

f. Lapang pandang menurun, luas pandangan berkurang.

g. Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru dan

hijau pada skala.

5. Sistem Kardiovaskuler

a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b. Elastistitas dinding aorta menurun

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah umur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume

menurun (frekuensi denyut jantung = 200-umur).

d. Curah jantung menurun.

e. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke

duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan

perdarahan.
19

g. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat. Sistole menurun ±170 mmHg, ± 95 mmHg.

6. Perubahan Psikososial

Bila mengalami pensiun (purna tugas), seseorang akan mengalami

kehilangan antara lain :

1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).

3. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan merasakan sadar terhadap

kematian, perubahan cara hidup, kemampuan ekonomi akibat

pemberhentian dari jabatan, adanya penyakit kronis dan

ketidakmampuan, timbulnya kesepian akibat pengasingan dari

lingkungan sosial, adanya gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan

dan ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan, dan hilangnya

kekuatan maupun ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri(Nugroho, 2008).

C. KONSEP HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Sudoyo (2006, dalam Aspiani, 2014) mendifinisikan hipertensi yaitu

peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal yaitu,

>140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu penyakit yang paling sering muncul
20

di Negara berkembang seperti di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi

dan beresiko mengalami masalah kesehatan apabila setelah dilakukan

beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi, dimana nilai

tekanan darah Sistolik >140 mmHg atau Diastolik >90 mmHg

(Prasetyaningrum, 2014).

2. Klasifikasi Hipertensi

Palmer (2005, dalam Manuntung 2018) mengatakan klasifikasi

hipertensi atau tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Hipertensi esensial (primer): Tipe ini terjadi pada sebagian besar

kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Penyebabnya tidak

diketahui dengan jelas, walapun dikaitkan dengan kombinasi factor

pola hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder: Tipe ini jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari

seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini

disebabkan oleh kondisi lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi

terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

Smaltzer (2001, dalam Manuntung, 2018) mengatakan klasifikasi

hipertensi pada usia lanjut sebagai berikut:

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.


21

3. Penyebab Hipertensi

Bedasarkan penyebabnya hipertensi dapat digolongkan menjadi 2

yaitu:

a. Hipertensi esensial (primer)

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saai ini masih

belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut

berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya

umur, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih

90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer, sedangkan

10%-nya tergolong hipertensi sedkunder.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain.

Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi

esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak

ditunjukan ke penderita hipertensi esensial.

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi:

1) Umur

Orang yang berumur 40 tahun biasanya renytan

terhadap meningkatnya tekanan darah yang lambat laun akan

menjadi hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka.


22

2) Ras/suku

Di luar negeri orang kulit hitam >kulit putih.Karena

adanya perbedaan status/derajad ekonomi, orang kulit hitam

dianggap rendah dan pada zaman dahulu dijadikan budak.

Sehingga banyak menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga

menyebabkan stress dan timbullah hipertensi.

3) Urbanisasi

Hal ini menyebabkan perkotaan menjadi padat

penduduk yang merupakan salah satu pemicu timbulnya

hipertensi. Secara otomatis akan banyak kesibukan di wilayah

tersebut, dan banyak tersedia manakan-makanan siap saji yang

menimbulakan hidup kurang sehat sehingga memicu timbulnya

hipertensi.

4) Jenis kelamin

Wanita > pria: di usia>50 tahun. Karena di usia tersebut

seorang wanita sudah mengalami monopouse dan tingkat stres

lebih tinggi.

Pria > wanita: di suia <50 tahun. Karena di usia

tersebut seorang pria mempunyai lebih banyak aktivitas

dibandingkan wanita.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan

terjadinya perubahan-perubahan pada; elastisitas dinding aorta

menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,


23

kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya

ikut menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena

kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen,

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Manuntung,

2018).

4. Manifestasi klinis Hipertensi

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja bebrapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang

normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual dan muntah

d. Sesak nafas

e. Gelisah

f. Pandangan menjadi kabur, terjadi karena kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal (Manuntung, 2018).


24

5. Faktor resiko hipertensi

a. Usia

Julianti (2005, dalam Manuntung, 2018) mengatakan faktor

usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur, maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

Insiden hipertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia. Ini

sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya

hipertensi, dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi

penyakit hipertensi pada laki-laki, dan pada wanita lebih tinggi setelah

umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Astawan (2002, dalam Manuntung 2018) mengatakan riwayat

keluarga juga merupakan masalah yang memicu hipertensi. Hipertensi

cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seseorang dari orang tua

ada yg menderita hipertensi maka keturunannya 25% terkena hipertensi.

d. Pola hidup

Astawan (2002, dalam Manuntung 2018) mengatakan merokok

merupakan salah satu faktor yang dapat memicu hipertensi, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan


25

peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah

kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke

otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada

kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat

ini akan akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih

tinggi. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung di

paksa memompa untuk memasukan oksigen yang cukup ke dalam organ

dan jaringan tubuh.

6. Cara mencegah hipertensi

a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol.

b. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolahraga secara teratur

dapat mengurangi ketegangan pikiran (stress) membantu menurunkan

berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.

c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan

harus secara dikurangi).

d. Latihan olahraga seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda

paling sedikit 7 kali dalam seminggu.

e. Memperbanyak minum air putih, minum 8-10 gelas/hari

f. Memeriksakan tekanan darah secara berkala terutama bagi seseorang

yang memiliki riwayat penderita hipertensi.

g. Menjalani gaya hidup yang wajar dan mempelajari cara cepat

mengendalikan stress.
26

7. Komplikasi hipertensi

a. Penyakit stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang, gejala terkena

stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung,

linglung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian

tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara dengan jelas) serta tidak

sadarkan diri secara mendadak (Manuntung, 2018).

b. Infark miokard (serangan jantung)

Infark miokard dapat terjadi dapat apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipetensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark

(Manuntung, 2018).

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya


27

glomerolus, mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

kematian. Dengan rusaknya glomerulus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan

edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Manuntung, 2018).

8. Patofisiologi

Mekaniseme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomomotor pada medula di otak.Dari pusat

vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di

toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti, kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor.

Klien klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem ketika sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar

adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.Korteks


28

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemuadian diubah menjadi angiotensin II, vasokonkonriktor kuat, yang pada

akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormone ini

menyebabkan rentensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2014).


29

Bagan WOC
Faktor predisposisi

Merangsang pusat vasomotor

Merangsang neuron pre ganglion melepaskan asetikolin

Merangsang serabut pasca-ganglion ke pembuluh darah untuk melepaskan


norepinefri

Kortisol dan steroid lainnya Kelenjar medula adrenal juga terangsang untuk
disekresi oleh kelenjar korteks menyekresikan epinefrin
adrenal

Vasokonstriksi pembuluh darah


memperkuat

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsanng sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air di tubulus

Peningkatan volume intravaskular

hipertenssi

Peningkatan resistensi terhadap pemompa darah ventrikel


30

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular

sistemik
Koroner

Ginjal
Otak Penurunan suplai O2
ke koroner

Obsstruksi pembuluh darah otak Disfungsi


ginjal
Iskemik
miokard
Stroke hemoragik
Gagal ginjal
Nyeri dada
Nyeri kepala

Diagnosa keperawatan: Diagnosa keperawatan:


nyeri akut nyeri akut dan intoleransi
aktivitas

Diagnosa Keperawatan:
penurunan curah jantung

(Aspiani, 2014)
31

D. KONSEP NYERI

1. Definisi Nyeri

Long (1996, dalam Sulistyowati, 2015) mendefinisikan nyeri adalah

perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi persaan tersebut.

Guyton (1997, dalam Sulistyowati, 2015) mendefinisikan nyeri adalah suatu

mekanisme protektif bagi tubuh.Nyeri timbul bila jaringan sedang brusak

dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangang

nyeri.

2. Klasifiksi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Nyeri akut

Nyeri yang terjadi setelah terjadi cedera akut,penyakit,atau

intervensi bedah,nyeri akut berdurasi singkat kurang dari enam bulan

memiliki onset yang tiba-tiba dan terlokalisasi.

b) Nyeri kronik

Nyeri yang berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri

akut,intensitasnya bervariasi dari ringan sampai berat dan biasanya

berlangsung lebih dari enam bulan(Hariyanto, 2015).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri

a. Usia
32

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang

ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana

anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (mis,

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam

situasi yang sama.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang di harapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka (Perry, 2005).

4. Penilaian Respon Nyeri

Skala penilaian numerik ( numerical ruting scale) digunakan untuk

mendeskripskan nyeri. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-

10.Skala paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai

nyeri maka direkomenadsikan patokan 10 cm, yang digambarkan sebagi

berikut (Perry, 2005).


33

Skala Penilaian Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Sangat nyeri

Keterangan :

Skala 0 = tidak nyeri

Skala 1-3= nyeri ringan

Skala 4-6 = nyeri sedang

skala 7-9= nyeri berat

Skala 10= nyeri tidak tertahankan

E. KONSEP TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING

1. Pengertian imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing (Guide imagery) adalah menggunakan imajinasi

seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai

efek positif. Sebagai contoh imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan

meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan nafas berirama lambat

dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Muttaqin, 2008).


34

2. Manfaat terapi imajinasi terbimbing

Terapi imajinasi terbimbing bermanfaat untuk meredakan nyeri,

dilakukan dengan cara menggabungkan nafas berirama lambat dengan suatu

bayangan mental relaksasi dan kenyamanan, dengan mata terpejam, individu

diinstruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap nafas yang

diekshalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan

dan menyebabkan tubuh menjadi rileks dan nyaman (Muttaqin, 2008).

3. Kelebihan teknik imajinasi terbimbing

Teknik imajinasi terbimbing merupakan intervensi perilaku untuk

mengatasi:

a. Dapat mengatasi kecemasan.

b. Dapat mengurangi stress/depresi.

c. Dan dapat mengurangi nyeri.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) imajinasi terbimbing dapat

mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti

menurunkan tekanan darah, nadi, dan respirasi. Hal itu karena teknik

imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis.


35

F. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Identitas klien yang dikaji pada klien yang mengalami nyeri adalah

nama,jenis kelamin,usia, alamat, pendidikan,suku, agama, status

perkawinan.

c. keluhan utama

Keluhan utama yang biasa di temukan pada pasien hipertensi adalah

mengeluh sakit kepala,disertai berat di tengkuk,sakit kepala berdenyut-

denyut.

d. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai klien saat ini

,mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan

pengkajian Pada sebagian besar hipertensi menimbulkan gejala sakit

dikepala,pusing,kelelahan,pandangan menjadi kabur

e. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya,diabetes melitus,penyakit

ginjal,obesitas

f. Riwayat kesehatan keluarga


36

Yang perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita hipertensi

seperti yang dialami oleh klien atau ada penyakit genetik lainnya.

g. Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

h. Sirkulasi

Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosi, penyakit jantung koroner/katub

dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda: peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis,

jugularis, radialis, takikardia, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.

i. Integritas ego

Gelaja: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress

Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan

meledak, otot mungka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.

j. Eliminasi

Gejala: gangguan ginjal saat ini, atau riwyat penyakit ginjal pada masa

lalu.

k. Makanan dan cairan

Gejala: makanan yang disukai yang mencangkup makanan tinggi garam,

serta lemak kolestrol, mual dan muntah

Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.


37

l. Neurosensori

Gejala: keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala, gangguan penglihatan

Tanda: status mental, penurunan kekuatan genggam,an tangan.

m. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.

b. Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas ventrikuler,iskemia

miokard.

c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan dan kebutuhan

oksigen.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia yang

mengalami demensia sebagai berikut :

DIAGNOSA SLKI SIKI


Nyeri akut b/d Tingkat nyeri (L.08066) Teknik imajinasi
peningkatan tekanan Definisi: terbimbinbg (I.08247)
vaskuler serebral Pengalaman sensorik atat Definisi:
emosional yang berkaitan Membentuk imajinasi
dengan kerusakan jaringan dengan menggunakan
aktial atau fungsional, semua indera melalui
38

dengan omset mendadak proses kognitif dengan


atau lambat dan mengubah obye,
berintensitas ringan hingga tempat, peristiwa, atau
berat dan konstan. situasi untuk
Kriteria hasil: meningkatkan
1. Keluhan nyeri relaksasi,
2. Meringis meningkatkan
3. Perasaan depresi kenyamanan dan
(tertekan) meredakan nyeri.
4. Sikap protektif Tindakan:
5. Gelisah Observasi
6. Kesulitan tidur 1. Identifikasi
masalah yang
terjadi
2. Monitor respons
perubahan
emosional
Terapeutik
1. Sediakan
ruangan yang
tenang dan
nyaman.
Edukasi
1. Anjurkan
membayangkan
sesuatu tempat
yang sangat
menyenangkan
yang pernah
atau yang ingin
39

dikunjungi
(gunung,
pantai).
2. Anjurkan
membayangkan
mengunjungi
tempat yang
dikunjungi
berada dalam
kondisi yang
sehat, bersama
dengan orang
yang dikasihi
atau dicintai
dalam suasana
yang nyaman.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahapan keempat dari proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan

yang dibuat bedasarkan diagnosis yang tepat.Implementasi yang dapat

dilakukan di penilitian ini adalah melakukan teknik imajinasi terbimbing pada

lansia dengan Hipertensi yang mengalami Depresi. Yaitu teknik imajinasi

terbimbing dapat membayangkan hal-hal yang disukai seperti berkunjung ke

tempat yang disenangi untuk dapat mengurangi stress, tekanan darah tinggi.
40

5. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan nyeri akut dapat dilakukan evaluasi yaitu

klien dapat mengidentifikasi metode penghilangan nyeri, klien dapat

melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, klien dapat mendemostrasikan

keterampilan teknik relaksasi dan distraksi sesuai indikasi.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) NamaKepalaKeluarga (KK)

2) Usia

3) Pendidikan

4) Agama

5) SukuBangsa

6) Pekerjaan

7) Alamat

8) KomposisiKeluarga

9) Genogram (3 Keturunan)

10) TipeKeluarga
41

Apakah tipe keluarga termasuk keluarga inti, keluarga besar

(extended family), single parent, dsb.

11) Suku dan Latar Belakang Budaya

Menjelaskan mengenai latar belakang budaya keluarga atau

anggota keluarga , bahasa sehari-hari yang digunakan di rumah, asal

daerah/suku dari masing-masing anggota keluarga, hubungan sosial

keluarga dari etnis yang sama atau tidak, kebiasan diet dan

berpakaian tradisional atau modern, ekorasi rumah apakah

dipengaruhi budaya tertentu, pelayanan dan praktek kesehatan yang

biasa digunakan oleh keluarga, apakah menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional atau meyakini budaya kesehatan tradisional

12) Agama

Menjelaskan tentang agama atau kepercayaan yang dianut oleh

keluarga, adakah perbedaan dalam keyakinan agama dan

prakteknya , sejauhmana keaktifan keluarga dalam kegiatan

keagamaan, apakah kegiatan keagamaan yang diikuti keluarga,

apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan atau nilai yang

mempengaruhi kehidupan keluarga, apakah sakit yang dialami

mempengaruhi ibadah atau aktifitas keagamaan

13) Status Sosial Ekonomi


42

Menjelaskan bagaimana status ekonomi keluarga , siapa

pencari nafkah di keluarga, siapa yang memberi bantuan untuk

memenuhi kebutuhan, apakah pendapatan mencukupi untuk

kebutuhan keluarga, bagaimana keluarga mengatur keuangan

(pengeluaran, tabungan).

14) Aktivitas dan Rekreasi Keluarga

Menjelaskan aktifitas keluarga dan berapa sering hal tersebut

dilakukan, buat urutan aktivitas waktu luang masing-masing

anggota keluarga.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :

Menjelaskan tahapan tumbuh kembang keluarga apakah

keluarga. Dengan balita anak sekolah, dsb Tahap perkembangan

keluarga saat ini diisi berdasarkan anak pertama, misalnya pada kasus

anak pertama berumur 8 tahun berarti keluarga dengan anak usia

sekolah.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi :

Membandingkan kesenjangan tahap perkembangan yang

seharusnya telah dilalui baik pada keluarga maupun masing-masing

anggota keluarga.Tugas perkembangan yang belum terpenuhi

ditanyakan dengan data kesenjangan tahap perkembangan yang

seharusnya telah dilalui, baik pada keluarga maupun masing- masing

anggota keluarga.Misalnya, pada contoh kasus keluarga dengan anak


43

usia sekolah.Tugas perkembangan yang seharusnya dilakukan adalah

mensosialisasikan anak- anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Tugas ini

disesuaikan dengan kondisi keluarga, apabila keluarga sudah

melakukan sesuai tugas perkembangannya, maka tugas perkembangan

dapat dijalankan, dan apabila keluarga belum melaksanakan salah satu

atau lebih dari satu tugas perkembangan, maka tugas tidak dapat

dijalankan.

3) Riwayat Keluarga Inti :

Menjelaskan riwayat terbentuknya keluarga mulai dari

menikah sampai dengan sekarang, riwayat perkembangan keluarga,

keluhan kesehatan atau penyakit yang dialami anggota keluarga,

riwayat alergi anggota keluarga, pengalaman yang terjadi dalam

keluarga seperti kematian, kehilangan, perceraian, dll.

PENGKAJIAN 5 TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA :

1. Kemampuan mengenal masalah

Menjelaskan pengetahuankeluarga terkait proses penyakit :

jenis, penyebab, tanda gejala, penyangkalan keparahan penyakit,

konsekuensi : stigma sosial, dampakekonomi, fisik, psikologis,

emosionaldanperilaku

2. Memutuskan tindakan Yang Tepat


44

Menjelaskan apakah masalah kesehatan dirasakan oleh

keluarga, apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

yang dialami., apakah keluarga merasa takut akan akibat dari

tindakan penatalaksanaan penyakit., apakah keluarga mempunyai

kebiasaan negatif dalam mengatasi masalah kesehatan., apakah

keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah

keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah, ketakutan akan konsekuensi : sosial, ekonomi,

fisik, emosi, psikologis

3. Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit

Menjelaskan pengetahuan tentang kondisi penyakit, perawatan

kesehatan perkembangan lansia, tindakan yang dibutuhkan,

sumber keluarga : finansial, kebutuhan fisik, ketidakhadiran

anggota keluarga, kesibukan pada aktivitas pribadi yang

mempengaruhi perawatan anggota keluarga yang sakit, penyakit

berkepanjangan yang mempengaruhi kemampuan keluarga

merawat.

4. Modifikasi lingkungan

Menjelaskan Sumber keluarga : finansial, ruangan minim,

kemampuan mengenali manfaat peningkatan kondisi lingkungan

rumah, pengetahuan sanitasi, pencegahan, kemampuan

memodifikasi lingkungan meningkatkan asupan gizi jika terjadi

masalah berkaitan gizi anggota keluarga.


45

5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

Menjelaskan pengetahuan terhadap sumber layanan kesehatan

dan manfaatnya, kepercayaan terhadap penyedia layanan

kesehatan karena ada pengalaman tidak menyenangkan, ketakutan

akan konsekuensi : fisik, psikologis, finansial, sosial,fasilitas

pelayanan kesehatan yang tersedia, kemampuan mengakses

layanan kesehatan, dukungan dari masyarakat sekitar, jika telah

memanfaatkan fasilitas kesehatan jelaskan pelayanan yang

diperoleh, hasil pemeriksaan, pelayanan rujukan yang diperoleh,

dll

4) RiwayatKeluargaSebelumnya (pihaksuami&istri)

Menjelaskan riwayat kesehatan dari kedua orangtua terkait

penyakit keturunan.

c. Lingkungan

1) Karakteristikrumah

a) Tipe, ukuranrumah, jumlahruangan dan status kepemilikan

Menjelaskan gambarkan kondisi rumah: dalam dan luar rumah

seperti peletakan barang-barang, furniture, bahan dasar lantai dsb.

b) Ventilasidanpenerangan

c) Persediaan air bersih

d) Pembuangansampah

e) Pembuangan air limbah

f) Jamban/ WC (tipe, jarakdengansumber air)


46

g) Kamar mandi: observasi sanitasi, keadaan air, fasilitas toilet,

sabun, handuk dan penggunaan handuk sendiri atau bersama-

sama.

h) Denah (rumahdanlingkungan)

2) Bahaya kecelakaan

Bahaya kecelakaan lalu lintas dari lingkungan rumah, keberadaan

selokan dll

3) Sarana komunikasi

Sarana komunikasi yang digunakan anggota keluarga selama ini

4) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe

penduduk seperti rural, urban, sub urban, perkotaan,

karakteristik demografi tetangga dan komunitas, kelas sosial, etnis,

pekerjaan, kekuatan populasi, fasilitas yang ada di komunitas seperti

kesehatan, pasar, pelayanan agensi sosial, rumah ibadah, sekolah,

rekreasi, transportasi dan kasus kejahatan yang terjadi di komunitas.

5) Mobilitas geografi keluarga

Menjelaskan berapa lama keluarga tinggal di tempat tersebut,

adakah sejarah pindah rumah, darimana pindahnya.

6) Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat

Menjelaskan apakah anggota keluarga mengetahui penggunaan

pelayanan di komunitas, bagaimana frekuensi dan fasilitas apa


47

yang didapat dan keterlibatan serta keaktifan anggota keluarga

dalam kegiatan komunitas/masyarakat.

7) Sistem pendukung keluarga

Menjelaskan dukungan anggota keluarga dalam mengatasi

permasalahan keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Mengbservasi dari seluruh anggota keluarga dalam

berkomunikasi dan apakah komunikasi berfungsi dengan baik,

bagaimana cara anggota keluarga menyampaikan keinginan dan

perasaannya dan apakah anggota keluarga lain menggali, memberikan

respon dan feedback terhadap permasalahan keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Menjelaskan siapa pembuat keputusan, seberapa penting

keputusan atau issue di keluarga seperti anggaran keluarga, yang

memutuskan pindah kerja dan tempat tinggal, yang mengatur disiplin

dan aktivitas anak.

3) Struktur Peran (formal dan informal)

Menjelaskan tentang peran Formal: peran dan posisi formal

setiap anggota keluarga, gambarkan bagaimana anggota keluarga

melaksanakan perannya masing-masing, informal: peran dan posisi

informal setiap anggota keluarga, gambarkan bagaimana anggota


48

keluarga melaksanakan perannya masing-masing, apakah anggota

keluarga konsisten dengan peran yang dilakukannya

4) Nilai dan Norma budaya

Menjelaskan nilai-nilai kebudayaan yang dominan dianut oleh

keluarga, nilai inti seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah,

kegemaran-kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung kesehatan

bagi keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi Afektif

Menjelaskan Pola kebutuhan respon keluarga; apakah

kebutuhan, keinginan, perbedaan dihormati, oleh anggota keluarga

yang lain, bagaimana sensitifnya anggota keluarga terhadap tindakan

dan persoalan yang dihadapi oleh anggota keluarga lainnya, saling

memperhatikan; sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian

satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain,

apakah terdapat perasaan akrab dan intim di antara hubungan keluarga,

sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan anggota keluarga yang

lain, apakah ada menunjukkan kasih sayang anggota keluarga yang

satu dengan yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga

dengan anggota keluarga yang lain, Keterpisahan dan keterikatan:

bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan

anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di

keluarga dengan tahap perkembangan keluarga.


49

2) Fungsi Sosialisasi

Mengkaji bagaimanae keluarga membesarkan anak dalam

keluargaterkait: control perilaku, meliputi disiplin, penghargaan dan

hukuman, otonomi dan ketergantungan, member dan menerima cinta,

latihan perilaku yang sesuai denganusia. Siapa yang menerima

tanggung jawab dan peran membesarkan anak serta mensosialisasikan

anak, bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga, keyakinan

kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak, bagaimana faktor

sosial mempengaruhi pola pengasuhan anak, apakah lingkungan

memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat

bermain dan istirahat.

3) Fungsi reproduksi

Menjelaskan bagaimana keluarga merencanakan jumlah

anggota keluarga dan metode apa yang digunakan keluarga dalam

upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga

4) Fungsi Perawatan Keluarga

a) Pola makan dan minum

Menjelaskan apakah keluarga mengetahui sumber-sumber

makanan bergizi, apakah diet keluarga memadai, siapa yang

bertanggung jawab terhadap perencanaan belanja dan pengolahan

makanan, bagaimana makanan disiapkan seperti apakah seringnya

digoreng, rebus, santan, dipanggang, berapa jumlah makanan yang

dikonsumsi sehari, apakah ada batas anggaran belanja rumah


50

tangga, bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jam

makan.

b) Pola istirahat tidur

Menjelaskan apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai

dengan perkembangan, apakah ada jam-jam tidur tertentu yang

harus diikuti oleh setiap anggota keluarga, siapa yang memutuskan

anak untuk tidur siang, dimana anggota keluarga tidur.

c) Latihan dan rekreasi

Menjelaskan apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi

penting untuk kesehatan, jenis rekreasi yang dilakukan keluarga

secara teratur, apakah pekerjaan harian yang bisa memberikan

kesempatan untuk latihan atau berolahraga

d) Aktifitas keseharian anggota keluarga, hambatan aktifitas keluarga,

kemampuan keluarga melaksanakan aktifitas keseharian

e) Pola Eliminasi

Menjelaskan pola eliminasi keluarga, hambatan dan

permasalahan yang dialami.

f) Pola Personal Hygiene

Menjelaskan kebiasaaan menjaga kebersihan tubuh anggota

keluarga, mandi, keramas dan masalah terkait hygiene keluarga,

apakah keluarga menggunakan air yang mengandung florida,

apakah anak-anak dianjurkan untuk menggosok gigi secara teratur,

menurut keluarga waktu yang paling tepat untuk menggosok gigi


51

kapan, apakah ada pola keluarga dalam mengkonsumsi gula dan

kanji, apakah keluarga menerima perawatan gigi yang profesional

untuk mencegah gigi yang rusak.

f. Stress dam koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang serta kekuatan keluarga

Menjelaskan stressor Jangka pendek dan Jangka panjang yang

daialami Keluarga terkait penyakit, ekonomi atau permasalahan

keluarga lainnya.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Menjelaskan apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan

penilaian yang obyektif dan realistis terhadap situasi yang

mengandung stress.Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah.

3) Strategi koping yang digunakan

Menjelaskan bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi

yang penuh dengan stress.Strategi koping bagaimana yang diambil

oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang

berbeda-beda.

g. Harapan Keluargaterhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Harapan keluarga terhadap permasalahan kesehatan yang dialami dan

harapan terhadap kunjungan perawat.

h. Riwayat Kesehatan Setiap Anggota Keluarga


52

PEMERIKSAAN FISIK (Semua anggota keluarga head to toe/ saat

pengkajian).

Pemeriksaan secara umum yang dilakukan pada pasien adalah tekanan

darah, tinggi badan ,berat badan dimulai ketika pertama kali berhadapan

dengan pasien.Berikut adalah pengkajian secara umum : pemeriksaan

kepala, mata, mulut, hidung, telinga, dada, leher, eliminasi, integumen.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.

b. Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas ventrikuler,iskemia

miokard.

c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan dan kebutuhan

oksigen.
53
54

3. Rencana Keperawatan

NURSING CARE PLAN (NCP)


No Diagnosis Keperawatan SLKI SIKI
Batasan karateristik
. Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode Intervensi
. a. Mengungkapkan Kategori: TUK 1: TUK 1 :
Fisiologis Setelah dilakukan Keluarga mampu
keinginan
Subkategori: intervensi keluarga mengenal masalah
meningkatkan Aktivitas/istirah mampu mengenal
at masalah.
kemandirian dalam
D.005 Diagnosis: Kategori: Perilaku
mempertahankan 4 Gangguan Kategori: Perilaku Subkategori:
Mobilitas Fisik Subkategori: Penyuluhan dan
perkembangan
L.1211 Penyuluhan dan I.1238 Pembelajaran
personal. 1 Pembelajaran 3 Proses penyakit
Tingkat Pengetahuan Definisi:
b. Mengungkapkan
Definisi: Memberikan informasi
keinginan Kecukupan informasi tentang mekanisme
kognitif yang berkaitan munculnya penyakit dan
meningkatkan
dengan topik tertentu. menimbulkan tanda dan
kemandirian dalam gejala yang
Kriteria hasil: mengganggu kesehatan
mempertahankan
1. Kemampuan tubuh pasien.
kesejahteraan. menjelaskan Tindakan:
pengetahuan Observasi
c. Mengungkapkan
tentang topik 1. Identifikasi
keinginan tertentu (skala 4) kesiapan dan
2. Perilaku sesuai kemampuan
meningkatkan
dengan menerima
55

kemandirian dalam pengetahuan informasi


(skala 4) Terapeutik
meningkatkan
3. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi
kesehatan. anjuran (skala 4) dan media
4. Kemampuan pendidikan
d. Mengungkapkan
menggambarkan kesehatan
keinginan pengalaman 2. Jadwalkan
sebelumnya pendidikan
meningkatkan
sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan topik (skala 4) dengan
kesepakatan
tentang strategi
3. Berikan
perawatan diri. kesempatan
untuk bertanya.
Mengungkapkan
Edukasi
keinginan meningkatkan
1. Jelaskan
perawatan diri.
penyebab dan
faktor risiko
penyakit
2. Jelaskan proses
patofisiologi
munculnya
penyakit
3. Jelaskan tanda
dan gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit.
4. Jelaskan
kemungkinan
56

terjadinya
komplikasi.
5. Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan.
6. Ajarkan cara
meminimalkan
efek samping
dari intervensi
atau pengobatan
7. Informasikan
kondisi pasien
saat ini.
8. Anjurkan
melapor jika
merasakan tanda
dan gejala
memberat atau
tidak biasa.

I.0823
8 Manajemen nyeri
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola pengalaman
sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan
57

kerusakan jaringan atau


fungsional dengan onset
mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan
hingga berat dan
konstan.
Tindakan:
Observasi
1. Identifikasi
lokasi,
karateristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi
respons nyeri non
verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinantentang
nyeri
6. Identifikasi
58

pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
non farmakologi
untuk
mengurangi nyeri
misalnya :
akupuntur, terapi
musik, terapi
pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
59

kompres
hangat/dingin,
terapi bermain.
2. kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
60

menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri.
TUK 2: Keluarga mampu
Setelah dilakukan memutuskan tindakan
intervensi keluarga keperawatan
mampu memutuskan
tindakan perawatan.

Kategori: Perilaku
Kategori: Perilaku Subkategori:Penyuluha
Subkategori:Penyuluha n dan pembelajaran
L.1210 n dan pembelajaran I.1243 Edukasi Perilaku
7 Perilaku Kesehatan 5 Upaya Kesehatan
Definisi: Definisi:
Kemampuan dalam Mengajarkan dan
mengubah gaya memfasilitasi perubahan
hidup/perilaku untuk perilaku yang
memperbaiki status mendukung kesehatan
kesehatan.
Kriteria Hasil: Tindakan:
1. Kemampuan Observasi
peningkatan 1. Identifikasi
kesehatan (skala kesiapan dan
61

4) kemampuan
2. Kemampuan menerima
melakukan informasi
tindakan Terapeutik
pencegahan 1. Sediakan materi
masalah dan media
kesehatan (skala pendidikan
4) kesehatan
3. Penerimaan 2. Jadwalkan
terhadap pendidikan
perubahan status kesehatan sesuai
kesehatan (skala kesepakatan
4). 3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
4. Gunakan
pendekatan
promosi
kesehatan
dengan
memperhatikan
pengaruh dan
hambatan dari
lingkungan
5. Berikan pujian
dan dukungan
dan dukungan
terhadap usaha
positif dan
62

pencapaiannya
Edukasi
1. Jelaskan
penangganan
masalah
kesehatan
2. Informasikan
sumber yang
tepat dan
tersedia
dimasyarakat
3. Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang
akan dicapai
4. Ajarkan
program
kesehatan dalam
kehidupan
sehari-hari
5. Ajarkan cara
pemeliharaan
I.0518 kesehatan.
3 Promosi Latihan
Definisi :

Memfasilitasi aktivitas
fisik reguler untuk
63

mempertahankan atau
meningkatkan ke
tingkat kebugaran dan
kesehatan yang lebih
tinggi.

Tindakan

Observasi :

1. Identifikasi
keyakinan
tentang latihan
bagi penderita
diabetes
mellitus.
2. Monitor
kepatuhan
menjalankan
program latihan
pada penderita
64

diabetes mellitus
Terapeutik :

1. Fasilitasi dalam
mengembangka
n program
latihan yang
sesuai untuk
memenuhi
kebutuhan bagi
penderita
diabetes
mellitus.
2. Fasilitasi dalam
menetapkan
tujuan jangka
panjang dan
pendek program
latihan bagi
penderita
65

diabetes
mellitus.
3. Libatkan
keluarga dalam
merencanakan
dan memelihara
program latihan
bagi penderita
diabetes
mellitus.
Edukasi :

1. Jelaskan jenis
latihan yang
sesuai dengan
kondisi
kesehatan
penderita
diabetes
mellitus.
66

2. Jelaskan
frekuensi,
durasi, dan
intensitas
program latihan
yang diinginkan.

TUK 3: TUK 3:
Setelah dilakukan Keluarga mampu
intervensi keluarga melakukan perawatan
mampu melakukan
perawatan. Kategori: psikologis
Subkategori: nyeri dan
kenyamanan
L.0806 Kategori: Psikologis I.0824 Teknik imajinasi
6 Subkategori: nyeri dan 7 terbimbing
kenyamanan Definisi:
Tingkat nyeri Membentuk imajinasi
Definisi:
dengan menggunakan
Pengalaman sensorik
semua indera melalui
atat emosional yang
proses kognitif dengan
berkaitan dengan
mengubah obye,
kerusakan jaringan
tempat, peristiwa, atau
aktial atau fungsional,
67

dengan omset situasi untuk


mendadak atau lambat meningkatkan relaksasi,
dan berintensitas ringan meningkatkan
hingga berat dan kenyamanan dan
konstan. meredakan nyeri.

Kriteria Hasil: Tindakan:


1. Keluhan nyeri Observasi
1. Identifikasi
2. Meringis
masalah yang
3. Perasaan depresi
terjadi
(tertekan)
2. Monitor respons
4. Sikap protektif
perubahan
5. Gelisah
emosional
6. Kesulitan tidur
Terapeutik

1. Sediakan
ruangan yang
tenang dan
nyaman.
Edukasi
68

3. Anjurkan
membayangkan
sesuatu tempat
yang sangat
menyenangkan
yang pernah
atau yang ingin
dikunjungi
(gunung,
pantai).
4. Anjurkan
membayangkan
mengunjungi
tempat yang
dikunjungi
berada dalam
kondisi yang
sehat, bersama
dengan orang
yang dikasihi
69

atau dicintai
dalam suasana
yang nyaman.
TUK 4: Keluarga mampu
Setelah dilakukan memodifikasi
intervensi keluarga lingkungan
mampu memodifikasi
lingkungan.

Kategori: Lingkungan Kategori: Lingkungan


L.1412 Subkategori: Subkategori:
6 Keamanan dan proteksi I.1451 Keamanan dan proteksi
Keamanan 3 Manajemen
Lingkungan Rumah Keselamatan
Definisi: Lingkungan
Pengaturan ruang dn Definisi:
perabotan untuk Mengidentifikasi dan
mencegah terjadinya mengelolah lingkungan
cedera fisik di rumah. fisik untuk
Kriteria Hasil: meningkatkan
1. Pemeliharaan keselamatan.
rumah (skala 4)
2. Pencahayaan Tindakan:
eksterior (skala Observasi
4) 1. Identifikasi
3. Pencahayaan kebutuhan
interior (skala 4) keselamatan
4. Kemudahan 2. Monitor
70

akses kamar perubahan status


mandi (skala 4) keselamatan
5. Ketersediaan lingkungan
perangkat bantu Terapeutik
(skala 4) 1. Hilangkan
6. Pemeliharaan bahaya
peralatan rumah keselamatan
(skala 4) lingkungan
2. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bahaya dan
risiko
3. Sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan
4. Lakukan
program
skrining bahaya
lingkungan.
Edukasi
1. Ajarkan
individu,
keluarga dan
kelompok risiko
tinggi bahaya
lingkungan
71

TUK 5: Keluarga mampu


Setelah dilakukan memanfaatkan
intervensi keluarga fasilitas pelayanan
mampu kesehatan
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan. Kategori: Perilaku
Subkategori:
Kategori: Perilaku Penyuluhan dan
L.1210 Subkategori: I.1454 Pembelajaran
6 Penyuluhan dan 9 Pengenalan Fasilitas
Pembelajaran Definisi:
Pemeliharaan Memberikan nformasi
Kesehatan fasilitas pelayanan
Definisi: kesehatan yang dapat
Kemampuan digunakan.
mengidentifikasi, Tindakan:
mengelola, dan/atau Observasi
menemukan bantuan 1. Identifikasi
untuk mempertahankan pengetahuan
kesehatan. tentang fasilitas
kesehatan
Kriteria Hasil: Terapeutik
1. Perilaku mencari 1. Inventarisasi
bantuan (skala barang milik
4) pasien
2. Menunjukan Edukasi
pemahaman 1. Jelaskan
perilaku sehat peraturan
72

(skala 4) pelayanan
3. Kemampuan rumah sakit
menjalankan 2. Jelaskan sistem
perilaku sehat keselamatan
(skala 4) 3. Informasikan
4. Menunjukan mengenai kamar
perilaku adaptif yang digunakan
(skala 4) 4. Informasikan
5. Memiliki sistem fasilitas
pendukung kebutuhan
(skala 4). harian pasien.
73

4. Implementasi dan Evaluasi keperawatan

Tabel 1
CATATAN PERKEMBANGAN

No. Diagnosis Hari/Tangga Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP) Paraf

Keperawatan l
1. Ansietas pada Ibu.A Implementasi 1 (TUK 1) Subjektif :

Keluarga mampu mengenal 1. Ibu.A dan keluarga

masalah menjawab salam.

Selama 1x30 menit, menggunakan 2. Ibu.A menyetujui

media leaflet dan lembar balik kontrak saat ini

diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit

mengenai hipertensi dan nyeri membahas tentang

berdasarkan ketetapan dari hipertensi.


74

kementerian kesehatan dan 3. Keluarga dan

beberapa sumber. Ibu.A menyadari

1. Menjelaskan pengertian adanya masalah

penyakit hipertensi. penyakit hipertensi.

2. Menjelaskan penyebab dan 4. Keluarga dan

faktor resiko penyakit Ibu.A mampu

hipertensi. menyebutkan

3. Menjelaskan tanda dan definisi, cara

gejala yang ditimbulkan mengetahui

oleh penyakit hipertensi. hipertensi,

4. Mengajarkan cara penyebab dan

mengatasi gejala yang tanda gejala

dirasakan. hipertensi.

5. Menganjurkan melaporkan 5. Keluarga

tanda dan gejala jika mengatakan bahwa


75

memberat atau tidak biasa. pengertian

hipertensi adalah

Selama 1x30 menit, menggunakan “tekanan darah

media leaflet dan lembar balik tinggi”

diberikan pendidikan kesehatan 6. Keluarga dapat

mengenai nyeri. menyebutkan

1. Menjelaskan situasi yang pengertian nyeri

memicu nyeri. yaitu “perasaan

2. Mengajarkan penggunaan tidak nyaman”

mekanisme koping yang 7. Keluarga dan

sesuai. Ibu.A mampu

3. Memberikan informasi menggunakan

faktual terkait diagnosis, mekanisme koping

perawatan dan prognosis. yang sesuai.

Objektif :
76

1. Keluarga mampu

menyebutkan 3

dari 6 penyebab

hipertensi.

2. Keluarga mampu

menyebutkan 4

dari 8 tanda dan

gejala hipertensi.

Analisis :

TUK 1 tercapai dengan

indikator keluarga mampu

mengenal masalah terkait

ansietas pada Ibu.A

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi TUK


77

2 : keluarga mampu

memutuskan tindakan.
Implementasi 2 (TUK 2) Subjektif :

Keluarga mampu memutuskan 1. Keluarga mampu

tindakan menjelaskan proses

1. Menjelaskan proses perjalanan

perjalanan penyakit. penyakit.

2. Menjelaskan komplikasi 2. Keluarga mampu

yang terjadi jika penyakit menjelaskan

tidak segera ditangani. komplikasi

3. Menjelaskan penanganan penyakit hipertensi.

masalah penyakit yaitu 3. Keluarga mampu

berupa teknik imajinasi menjelaskan

terbimbing. penanganan

4. Menginformasikan sumber masalah penyakit.


78

yang tepat dan tersedia di 4. Keluarga mampu

masyarakat. mengidentifikasi

5. Mengajarkan tujuan yang akan

mengidentifikasi tujuan dicapai.

yang akan dicapai. 5. Keluarga Ibu.A

6. Mengajarkan program mengatakan dan

kesehatan dalam kehidupan telah memutuskan

sehari-hari. cara untuk merawat

7. Mengajarkan cara Ibu.A dengan

pemeliharaan kesehatan. teknik imajinasi

8. Menjelaskan jenis latihan terbimbing untuk

yang sesuai dengan kondisi mengurangi nyeri.

kesehatan. 6. Keluarga mampu

9. Menjelaskan frekuensi, merencanakan

durasi dan intensitas latihan yang sesuai


79

program latihan yang untuk mencegah

diinginkan. nyeri.

7. Keluarga mampu

menjelaskan dan

memutuskan

latihan yang tepat

untuk masalah

nyeri.

Objektif :

1. Keluarga mampu

menyebutkan 3

dari 5 komplikasi.

2. Keluarga mampu

menyebutkan

proses perjalanan
80

penyakit.

Analisis :

TUK 2 tercapai dengan

indikator keluarga mampu

memilih alternatif tindakan

untuk mencegah terjadinya

nyeri.

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi TUK

3 : keluarga mampu

melakukan perawatan.
Implementasi 3 (TUK 3) Subjektif :

Keluarga mampu melakukan 1. Ibu.A dapat

perawatan melakukan teknik

1. Mengajarkan cara imajinasi


81

melakukan teknik imajinasi terbimbing yaitu

terbimbing yaitu dengan dengan cara

cara menganjurkan teknik menganjurkan

imajinasi terbimbing teknik imajinasi

sebelum prosedur, dan terbimbing.

memberikan informasi 2. Ibu.A mampu

tentang prosedur. menjelaskan

2. Memberikan kesempatan latihan fisik untuk

untuk menenangkan diri. meningkatkan

3. Menganjurkan untuk kesehatan.

istirahat dan tidur yang 3. Ibu.A mampu

cukup. melakukan l teknik

4. Menganjurkan untuk imajinasi

menghindari makanan terbimbing yaitu

yang mengandung kafein, dengan cara


82

garam dan lemak. menganjurkan

5. Menganjurkan untuk teknik imajinasi

mengatur waktu untuk terbimbing.

mengurangi nyeri. Objektif :

6. Menganjurkan latihan 1. Ibu.A dapat

teknik imajinasi terbimbing melakukan teknik

dengan cara menganjurkan imajinasi

untuk meningkatkan terbimbing sesuai

kesehatan biologis dan dengan instruksi

emosional 5 menit. yang diajarkan.

7. Mengajarkan teknik Nyeri berkurang

menurunkan nyeri yaitu dari skala 5

teknik imajinasi menjadi 4.

terbimbing. Analisis :

TUK 3 tercapai dengan


83

indikator keluarga sudah

melakukan teknik

imajinasi terbimbing.

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi TUK

4 : keluarga mampu

memodifikasi lingkungan
Implementasi 4 (TUK 4) Subjektif :

Keluarga mampu memodifikasi 1. Ibu.A mengatakan

lingkungan mampu

1. Mengajarkan keluarga mengidentifikasi

mengidentifikasi sumber sumber daya fisik,

daya fisik, dan emosional dan emosional

keluarga. keluarga

2. Mengajarkan keluarga 2. Ibu.A mengatakan


84

mengidentifikasi nyeri mampu

situsional anggota keluarga mengidentifikasi

lainnya. nyeri situasional

3. Mengajarkan keluarga anggota keluarga

mengidentifikasi gejala lainnya.

fisik akibat nyeri. 3. Ibu.A mengetahui

4. Menganjurkan keluarga gejala fisik akibat

untuk menyediakan stress.

lingkungan yang nyaman 4. Ibu.A mengatakan

untuk mengurangi nyeri. akan menyediakan

5. Mendiskusikan dengan lingkungan yang

keluarga jenis perawatan di nyaman untuk

rumah. mengurangi nyeri.

6. Mengajarkan anggota 5. Ibu.A mengatakan

mampu melakukan
keluarga untuk menjaga
85

atau mempertahankan jenis perawatan di

hubungan keluarga. rumah.

7. Mengajarkan mekanisme 6. Ibu.A mengatakan

perawatan yang digunakan akan menjaga dan

mempertahankan
keluarga.
hubungan antar

keluarga.

7. Ibu.A mengatakan

mampu melakukan

mekanisme

perawatan dalam

keluarga.

Objektif :

1. Keluarga dapat

mengidentifikasi
86

nyeri situasional

anggota keluarga.

2. Keluarga mampu

menyebutkan 2

dari 4 gejala fisik

akibat nyeri.

3. Keluarga mampu

menciptakan

lingkungan yang

nyaman untuk

mengurangi nyeri.

Analisis :

TUK 4: tercapai dengan

indikator keluarga mampu


87

memodifikasi lingkungan.

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi TUK

5 : keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan.
Implementasi 5 (TUK 5) Subjektif :

Keluarga mampu 1. Keluarga Ibu.A

memanfaatkan fasilitas mampu

kesehatan menjelaskan

1. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan

perawatan yang diperlukan. kesehatan yang

2. Mengatur layanan bisa digunakan.

perawatan rumah yang 2. Keluarga Ibu.A

tepat, sesuai kebutuhan. menjelaskan


88

3. Menentukan apakah tentang bagaimana

perawatan yang dibutuhkan perawatan di

tersedia di lingkungan rumah.

rumah atau komunitas. 3. Keluarga

4. Menentukan apakah mengatakan akan

layanan rehabilitasi yang memanfaatkan

tersedia di rumah. fasilitas pelayanan

5. Mendiskusikan dengan kesehatan jika

keluarga tentang jenis-jenis anggota keluarga

fasilitas kesehatan yang ada yang sakit.

bisa digunakan. Objektif :

1. Keluarga Ibu.A

menyebutkan 3

dari 6 fasilitas

pelayanan
89

kesehatan.

2. Keluarga aktif

bertanya.

3. Keluarga dapat

menjelaskan dan

menjawab

pertanyaan.

Analisis :

TUK 5 tercapai dengan

indikator keluarga akan

melakukan kontrol rutin ke

pelayanan kesehatan.

Perencanaan :

Lanjutkan intervensi

untuk masalah
90

pemeliharaan kesehatan

keluarga.

TUK 1 : keluarga mampu

mengenal masalah.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan

studi kasus tunggal. Metode penelitian deskriptif suatu metode yang memiliki

tujuan utama dengan memberikan gambaran situasi fenomena secara jelas dan

rinci tentang apa yang terjadi. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah

gambaran Penerapan Teknik Imajinasi Terbimbing Pada Keluarga Lansia

Dengan Hipertensi Yang Mengalami Gangguan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

tahun 2020.Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan bulan Februari sampai

dengan April 2020. Lama penelitian dimulai sejak pertama kali melakukan

kunjungan kepada pasien dengan waktu pertemuan 3x dalam seminggu.

C. Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Lansia dengan

Hipertensi yang mengalami Gangguan Nyeri Akut menggunakan Teknik

Imajinasi Terbimbing di Wilayah Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun

2020.

92
93

D. Fokus Studi Kasus

Fokus Tujuan pada Penelitian ini adalah penerapan Teknik Imajinasi

Terbimbing pada Lansia Hipertensi yang mengalami Gangguan Nyeri di wilayah

Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2020.

E. Definisi Operasional Fokus Study

No Variabel Defenisi Operasional


1. Nyeri akut Nyeri mengarah pada penyebab
ketidakmampuan. Seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup,
lebih bnyak orang mengalami
penyakit kronik, dengan nyeri
merupakan suatu gejala yang umum.
Klien yang mengalami nyeri yang
paling dini dirasakan setiap klien
yang didiagnosis suatu penyakit
ialah kekhawatiran nyeri yang akan
mereka rasakan.
2. Teknik iamjinasi terbimbing (Guide Klien yang mengalami masalah
imagery)
nyeri terhadap penyakit yang
diderita, dapat membayangkan hal-
hal yang disukai, seperti
membayangkan tempat atau orang
yang disenangi. Peneliti
mencontohkan dan
menginstruksikan memejamkan
mata, kemudian membayangkan hal-
hal yang disukai dengan cara tarik
94

nafas dalam dari hidung dan tahan


kemudian hembuskan, lakukan
sebanyak 3x, setelah klien merasa
rileks kemudian baru bimbing klien
untuk membayangkan hal yang
menyenangkan. Waktu untuk
melakukan penerapan teknik
imajinasi terbimbing selama 3
minggu dengan 3x kunjungan dalam
seminggu dan waktu untuk klien
mempraktekkannya, biasanya klien
diminta untuk mempraktikkan
imajinasi terbimbing selama sekitar
10-15 menit, dilakukan 3x sehari.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Dalam metode wawancara ini, instrumen yang digunakan adalah

format pengkajian antara lain identitas klien, riwayat kesehatan,

genogram, tipe keluarga, suku, agama, riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, riwayat keluarga inti, pola aktivitas sehari-hari, struktur

keluarga, fungsi keluarga, riwayat kesehatan setiap anggota keluarga,

harapan keluarga yerhadap pelayanan kesehatan, data psikologis.

2. Dengan melakukan pengukuran langsung


95

Dalam metode pengukuran langsung ini, instrument yang dilakukan

adalah tensi meter, untuk pengukuran tekanan darah.

3. Observasi

Dalam metode observasi ini, instrument yang digunakan adalah

panduan pengamatan (observasi) berupa format pengkajian mengenai

lingkungan tempat tinggal klien antara lain ventilasi, penerangan,

kebersihan.

4. Dokumentasi

Dalam metode dokumentasi pada penelitian ini, yang bisa dijadikan

acuan adalah KMS, kartu keluarga.


96

G. Analisis data

Analisis dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan dengan

cara kualitatif, salah satunya adalah dengan metode studi kasus (case study).

Proses penyusunan studi kasus ini yaitu pengumpulan data mentah individu, data

hasil pengkajian tersebut dikelompokkan bedasarkan data subjektif dan objektif

yang akan dianalisis. Setelah itu dirumuskan diagnosa keperawatan dengan

memprioritaskan untuk menentukan diagnosis pertama. Selanjutnya disusun

inervenssi keperawatan untuk di implementasikan kepada keluarga lansia.

Implementasi yang telah dilakukan di evaluasi kembali. Analisis selanjutnya

peneliti membandingkan asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan pada

kedua pasrtisipan apakah sesuai dengan teori dan literature atau tidak.

H. Etika Penelitian

Etik dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan informed

consent terlebih dahulu kepeda calon anggota keluarga lansia yang mengalami

hipertensi. Sebelum lembar persetujuan diberikan, peneliti menjelaskan tujuan

penelitian dan permohonan kesediaan dan klien berperan dalam penelitian ini.

Kemudian jelaskan data-data yang telah didapat dijaga kerahasiaannya karena

penelitian ini tidak bertentangan dengan hokum dan etika penelitian.


97

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta: EGC.

Hariyanto, A. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: AR-


RUZZ MEDIA.

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang:


WINEKA MEDIA.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Oktaviani, M. (2019). Pemberian Relaksasi Imajinasi Terbimbing Untuk Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Puskesmas Jepang
Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Profesi Keperawatan Akademi
Keperawatan Krida Husada, 6(2), 163–176.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perry, P. &. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai