Anda di halaman 1dari 22

Program Studi DIII

Univesitas Jember Kampus


Keperawatan
Pasuruan

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Alfiyah Fauziah
NIM. 172303102190
BAB I PENDAHULUAN

1 Introduction
perubahan persepsi dimana
Halusinasi adalah
mempersepsikan gangguan
sesuatu atau klien
yang sebenarnya tidak terjadi (Mardiyah, 2012).
Dari seluruh klien Skizofrenia sebagian besar diantaranya
mengalami halusinasi. Halusinasi yang tidak segera ditangani akan
berdampak pada isolasi sosial dan perilaku kekerasan.

2
Klien dengan Skizofrenia, 70% mengalami halusinasi dan 30% mengalami
Justifikasi
waham (Stuart & Sundeen, 1995).
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (2017), sekitar 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran,
20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penciuman, pengecapan,
dan perabaan.
3 Kronologi
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan
dampak buruk bagi penderita, orang lain, dan lingkungan disekitarnya.
Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homecide), bahkan merusak lingkungan.

4 Solusi
Promotif
Menjelaskan tentang gangguan halusinasi pendengaran.
Preventif
Mengajarkan menghardik halusinasi, tujuannya untuk
mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Kuratif
Memberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi.
Rehabilitatif
Memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat
pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pendengaran.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
• Persepsi sensori atau tanggapan dari panca
indera
HALUSNAS (Stuart & Laraia,
tanpa adanya 2005) (stimulus) eksternal
rangsangan
I

• Klien mendengar suara-suara yang jelas maupun


HALUSINASI tidak jelas, dimana suara tersebut bisa
PENDENGARAN mengajak klien berbicara atau melakukan
sesuatu (Kusumawati, 2010)

FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor perkembangan
• Faktor sosiokultural
• Faktor biokimia
• Faktor psikologi
• Faktor genetik dan pola asuh

FAKTOR PRESIPITASI
• Biologis
• 1) Gangguan dalam komunikasi
• 2) Stress lingkungan
• 3) Sumber Koping
ADAPTIF RENTANG RESPON MALADAPTIF

RESPON
PSIKOSOSIAL

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


Persepsi kuat menyimpang pikir: waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan pengalaman Emosi tidak stabil Ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku aneh untuk
Hubungan sosial Menarik diri mengalami
emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi

Isolasi social menarik diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko perilaku kekerasan b/d halusinasi

Perubahan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri


SKIZOFRENIA

Tanda dan Gejala

Penyakit neurologis yang timbul


akibat faktor dan Gejala Primer:
psikososial lingkungan.
1) Gangguan proses
Suatu bentuk psikosa fungsional
pikir
dengan gangguan utama pada proses 2) Gangguan efek dan
pikir serta disharmoni (keteretakan, emosi
perpecahan) antara proses pikir, afek 3) Gangguan kemauan
atau emosi, kemauan dan psikomotor 4) Gejala psikomotor
disertai distori kenyataan, terutama
karena waham dan halusinasi, Gejala Sekunder:
asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul 1) Waham
inkoherensi.
2) Halusiasi
BAB 3 METODE PENELITIAN

DESAIN LOKASI &


WAKT ANALISA DATA
PENELITIAN
PENELITIAN
U

BATASAN PENGUMPULAN ETIKA


MASALA DAT PENELITIA
H A N

UJI KEABSAHAN
PARTISIPA
DATA
N
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
1. Identitas
Klien Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Tn. I Tn. S
Umur 37 tahun 32 tahun
Pendidikan MTS Tidak tamat SMP
Agama Islam Islam
Status Kawin Belum Menikah
Alamat Kanigoro, Kediri Kediri
Pekerjaan Buruh Tani Tidak bekerja
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-laki
No. RM 138 xxx 119xxx
Tanggal Dirawat 05 Oktober 2019 19 September 2019
Tanggal Pengkajian 07 Oktober 2019 07 Oktober 2019
Ruang Rawat R. Kutilang R. Kutilang
Diagnosa Medis F.20.0 F.20.0
2. Alasan
Masuk
Alasan Masuk Klien 2 Klien 2
Data Primer Pasien mengatakan tidak tahu karena Pasien mengatakan alasan masuk
pasien di ajak keluarganya karena sering mendengar suara kuda
ke
Bondowoso untuk kerja namun pasien meringkik.
di bohongi dan mampir ke RSJ
Lawang.

Data Sekunder Menurut Status : pasien sering marah- Menurut Status : pasien
marah, mondar mandir sendiri, dan terlihat
bicara sendiri, menatap satu arah,
bicara sendiri. dan tertawa sendiri.

Keluhan Utama Saat Pengkajian Pasien mengatakan sering mendengar Pasien mengatakan sering
suara bisikan dari mbah jayus untuk mendengar suara kuda meringkik,
menuntas semua PKI dan orang yang berbicara kasar.
tidak memiliki agama.
ANALISADATA
Klien 1
NO. DAT DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DS: A Risko tinggi perilaku kekerasan
Pasien mengatakan saat dirumah memukul bayan, merusak
motor, mengancam adik dengan sajam.
Menurut Status : pasien membacok sapi tetangga, memukul
bayan, dan mengancam adik.
DO:
- Pasien suka marah-marah
- Pasien menbacok sapi tetangga
- Mengancam adik
- Memukul bayan
2. DS: Berduka disfungsional
Pasien mengatakan sedih ketika berpisah dengan anak dan
istrinya, sehingga sampai saat ini jika teringat anak dan
istrinya pasien merasa sedih terutama pada anak yang
sangat pasien sayangi.
DO:
- Suara pelan
- Raut muka murung
3. DS: Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
Pasien mengatakan dirawat di Rejoso Nganjuk dan sunan
kalijogo di Jombang. Namun, pasien 3 bulan ini tidak
mengkonsumsi obat. Karna pasien sudah merasa sembuh
dan jika minum obat pasien merasa ngantuk.
DO: -
4. DS: Koping Keluarga Inefektif Ketidakmampuan
Pasien mengatakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pasien tinggal sendiri. Anak dan istri
pasien 5 tahun yang lalu. Jika ada masalah
meninggalkannya
pasien tidak pernah bercerita kepada kakak maupun
adiknya karena kakak dan adiknya sibuk bekerja diluar
rumah. Pengambil adalah kakak
keputusan
perempuannya.
DO:
-
5. DS: Intoleransi Aktifitas
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan
apapun
pernah diruangan, karena tidak ada yang menyuruh.
DO:
Pasien hanya makan dan tidur saja.
6. DS: Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pasien mengatakan mendengar suara bisikan dari mbah Pendengaran k
jayus yang menyuruhnya untuk menumpas semua PKI
dan orang yang tidak memiliki agama. Suara bisikan
muncu sewaktu-waktu, jika pasien mendengar suara
l pasien akan berteriak.
bisikan
DO: - Suka menyendiri
- Bicara sendiri
- Teriak-teriak mau membunuh PKI dan orang
yang tidak memiliki agama
7. DS: Gangguan proses pikir
Pasien mengatakan adik dan kakak perempuannya ingin
menguasai harta warisan orang tuanya.
Pasien mengatakan keluarganya tidak
akan
menyingkirkannya, namun mengobatkannya.
DO:
Pasien bicara dengan lancar, jawaban sesuai dengan
pertanyaan
8. DS: Gangguan Proses Pikir
Pasien mengatakan harta warisan orang tua akan dikuasai
adik dan kakaknya. Pasien berfikir dibawah ke RSJ untuk
disingkirkan oleh keluarganya.
DO:
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi baik waktu,
tempat dan orang
9. DS: Gangguan Proses Pikir
Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa tidak sakit jiwa.
Pasien di ajak kerja ke Bondowoso ternyata di antar ke
RSJ oleh keluarganya.
DO:
-
ANALISADATA
Klien 2
NO. DAT DIAGNOSA KEPERAWATAN
A
1. DS: Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan pernah melakuka aniaya
fisik terhadap orang n
yang dirinya orang sakit jiwa menghina bahwa
DO: -
2. DS: - Defisit Perawatan Diri
DO:
Rambut acak-acakan, kotor dan berbau
3. DS: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Pasien mengatakan tidak puas sebagai laki-laki Rendah
karena belum menikah.
Pasien mengatakan malu karena dirinya telah
dicampakkan oleh kekasihnya sehingga dirinya
selalu menyendiri.
DO: -
4. DS: - Defisit Perawatan Diri
DO:
Penampilan pasien kurang rapi, badan berbau,
rambut acak-acakan dan berbau.
5. DS: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pasien mengatakan sering mendengar suara kuda Pendengaran
meringkik, berbicara kasar serta ada yang
mengetuk pintu saat malam hari kurang lebih 2
kali, dan pasien merasa terganggu dengan hal
tersebut.
DO:
- Pasien tampak bicara sendiri
- Menatap pada satu arah (kontak mata kurang)
- Pasien sering tertawa
- Pasien jalan mondar-mandir
- Pasien tampak gelisah
6. DS: Gangguan Pola Tidur
Pasien mengatakan mengalami gangguan
tidur seperti mendengar suara kuda meringkik.
DO:
-
7. DS: Koping Individu Inefektif
Pasien mengatakan saat ada masalah
hanya
dipendam sendiri daripada menceritakan kepada
orang lain.
DO:
-
POHON MASALAH
Klien 1

Prioritas Masalah Keperawatan :


Gangguan persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
POHON MASALAH
Klien 2

Prioritas Masalah Keperawatan :


Gangguan persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Hasil pengkajian Tn.I mengatakan sering mendengar suara bisikan dari
mbah jayus untuk menuntas semua PKI dan orang yang tidak memiliki
agama. dengan data objektif suka menyendiri, bicara sendiri, dan
teriak-
teriak mau membunuh PKI dan orang yang tidak memiliki Agama.
Sedangkan pada Tn.S hasil pengkajian yang didapat adalah klien sering
mendengar suara kuda meringik dengan data objektif berbicara sendiri,
menatap pada satu arah (kontak mata kurang), sering tertawa, jalan mondar-
mandir, dan tampak gelisah.
DIAGNOSA
Pada klien 1 Tn.I diagnosa keperawatan sesuai dengan teori. Klien
menunjukkan perilaku yang akan melakukan tindakan kekerasan karena
klien sering marah-marah dan teriak-teriak mau membunuh PKI serta orang
yang tidak memiliki Agama. Pada klien 2 Tn.S diagnosa keperawatan
terdapat perbedaan dengan teori. Hal itu karena klien sudah pernah masuk
RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang kurang lebih sebanyak 3 kali, dan
klien sudah mengetahui cara menghardik halusinasi hingga klien tidak
menunjukkan respon perilaku yang mengarah ke tindakan kekerasan karena
tergganggu oleh halusinasinya. Dan yang kedua klien juga mampu
berinteraksi dengan orang lain seperti yang telah diajarkan oleh perawat
sebelumnya.
INTERVENSI
Menurut penulis berdasarkan intervensi yang sudah direncanakan terdapat
intervensi tambahan berupa terapi aktifitas kelompok (TAK) dikarenakan kedua
pasien tersebut sudah koorperatif namun belum mampu berkomunikasi atau
berinteraksi secara baik dengan maksimal. Maka dari itu, penulis menambahkan
intervensi TAK untuk melatih komunikasi klien serta melatih presepsi sensori
klien terhadap suatu realita atau kenyataan yang ada.
IMPLEMENTASI
Implementasi pertama pada Tn.I dilakukan pada tanggal 07 Oktober 2019 jam 16.00
sedangkan pada Tn.S implementasi pertama dilakukan pada tanggal 07 Oktober
2019 jam 16.00 yaitu membina hubungan saling percaya antara klien dengan
perawat dan membatu klien untuk mengenal penyebab halusinasi yang dialaminya.
Implementasi telah dilaksanakan sesuai dengan teori mengenai rencana tindakan
keperawatan pada klien gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran hingga
terapi aktifitas kelompok (TAK)
EVALUASI
Secara keseluruhan tindakan keperawatan dilakukan selama dua minggu yang
dilakukan penulis dapat di evaluasi bahwa klien mampu membina hubungan saling
percaya, klien mampu menyadari penyebab halusinasi, klien mampu melakukan
kegiatan menghardik, kegiatan bercakap-cakap, melakukan kegiatan yang
dijadwalkan dan meminum obat secara teratur serta mau mengikuti kegiata TAK
yang diadakan oleh penulis.
BAB 5 PENUTUP
PENGKAJIAN
Hasil pengkajian klien 1 dan klien 2 dengan teori terdapat perbedaan,
menurut teori Kusumawati (2012) perilaku pasien yang berkaitan dengan
Halusinasi yaitu berbicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri, respon
kontak mata kurang, menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk
menghindari diri dari orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri,
orang lain, dan lingkungannya) serta takut, sulit berhubungan dengan orang
lain, respon verbal lambat. Pada klien 1 jika halusinasi muncul klien
mengekspesikan dirinya dengan pasien sering marah-marah, mondar mandir
sendiri, dan bicara sendiri, sedangkan pada klien 2 saat halusinasi muncul
hanya tampak bicara sendiri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut teori diagnosa keperawatan yang muncul ada 3 diagnosa. Saat
pengkajian diagnosa yang muncul pada klien 1 ada 7 diagnosa keperawatan
sedangkan pada klien 2 ada 6 diagnosa keperawatan.
INTERVENSI
Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2
disesuaikan dengan perencanaan keperawatan yang sudah ada. Perencanaan
yang dilakukan pada kedua klien sesuai dengan teori, dan sesuai dengan
waktu pelaksanaan.
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 dengan
perencanaan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya, tetapi respon pada
masing-masing klien berbeda, sesuai dengan keadaan klien. Klien 1 dan
klien 2 telah melakukan TUK 1, TUK 2, TUK 3, TUK 4, TUK 5 dan terapi
aktivitas kelompok.
EVALUASI
Evaluasi akhir yang dapat dicapai klien 1 dan klien 2 sudah kooperatif
sehingga klien sudah mampu dalam mengenali halusinasinya dan klien
mampu mengendalikan halusinasinya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai