Anda di halaman 1dari 21

1

TINJAUAN TEORI

1. Kasus
“Seorang bayi laki-laki baru lahir sulit nafas, cyanosis, waktu lahir tidak berespon,
Apgar Score 3. Diskusikan kasus tersebut..”
2. Kata-kata sulit dari kasus
Cyanosis = Sianosi adalah kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir
karena kekurangan oksigen dalam darah. Sianosis umumnya merupakan pertanda dari
kondisi yang serius, dan butuh penanganan segera.Sianosis dapat terjadi pada siapa saja,
termasuk pada bayi baru lahir. Seperti pada 'bayi biru', yaitu bayi dengan kelainan jantung,
di mana kadar oksigen yang terbawa dalam pembuluh darah tidak cukup (hipoksia),
sehingga menimbulkan sianosis.
3. Hasil Diskusi masalah
a. Identifikasi kasus
1) Mengapa bayi mengalami cyanosis ?
2) Apa yang membuat bayi tersebut memiliki APGAR score 3 ?
3) Bagaimanakah penanganan pada bayi yang mengalami cyanosis ?
4) Apa yang membuat bayi tersebut waktu lahir tidak berespon ?
5) Bagaimana proses kelahiran yang dilakukan sang ibu ?
6) Apakah ibu memiliki riwayat penyakit yang pernah di derita ?
7) Apa yang membuat si bayi mengalami kesulitan bernafas ?
8) Apa rencana keperawatan yang lebih utama untuk menangani cyanosis ?
9) Apakah saat bayi baru lahir tidak melakukan penghisapan lender sehingga bayi
kesulitan bernafas ?
10) Apa diagnose keperawatan yang mungkin dialami oleh bayi tersebut ?
11) Bagaimana pengaruh kecukupan nutrisi pada masa kehamilan, shingga bayi tidak
mengalami seperti yang ada di kasus ?
12) Bagaimana meningkatkan nilai APGAR score agar menjadi normal ?
13) Apakah makanan bisa menjadi pemicu terhadap bayi yang mengalami cyanosis
14) Apakah faktor genetic mempengaruhi terhadap kasus tersebut ?
15) Bagaimana cara membuat bayi berespon saat lahir ?
16) Apakah bayi mengalami premature ?
17) Apakah selama masa kehamilan ibu tidak atau mengalami keluhan-keluhan ?
2

18) Apakah jika terdapat masalah pada tali pusar saat persalinan bisa menjadi
penyebab bayi mengalami masalah tersebut ?
b. Jawaban
1) Karena bayi mengalami kesulitan bernafas, sehingga oksigen yang dihasilkan
berkurang
2) Hal-hal yang mempengaruhi adalah seluruh tubuh bayi mengalami kebiruan, bayi
tidak merespon, dan mengalami kesulitan bernafas
3) Melakukan pelaksanaan resusitasi
4) Karena bayi mengalami kekurangan oksigen, sehingga otot-otot sang bayi menjadi
lemah
5) Normal atau Caesar
6) Jika ibu memiliki riwayat penyakit sebelumnya, maka dapat mempengaruhi kondisi
bayi
7) Karena bayi kekurangan oksigen didalam otak
8) Mengatasi airway
9) Iya, karena membuat bersihan jalan nafas tidak efektik
10) Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d post asfiksia berat
11) Sangat berpengaruh. Apabila pada masa kehamilan tidak cukup nutrisi bisa
membuat terjadinya premature
12) Caranya yaitu, menjaga suhu bayi agar tidak kedinginan, melakukan instubasi,
lakukan RJP
13) Iya, berpengaruh
14) Iya, berpengaruh. Apabila sang ibu memiliki riwayat penyakit tertentu, besar
kemungkinan sang bayi beresiko mnegalami penyakit tersebut
15) Diberikan rangsangan stimulus contohnya di cubit
16) Kemungkinan besar mengalami premature
17) Kemungkinan besar mengalami
18) Bisa, jika permasalahan tali pusar mengakibatkan terlilitnya leher si bayi, sehingga
mengalami kesulitan bernafas dan mengalami cyanosis.
c. Hasil Diskusi
Menurut kelompok kami, dari hasil identifikasi masalah beserta jawaban dari itu
semua,sang bayi mengalami diagnose asfiksia, terutama asfiksia berat. Dikarenakan ada
beberapa tanda-tanda yang dialaminya, diantaranya mengalami cyanosis atau kebiruan saat
3

lahir, dan tidak berespon, dia juga memiliki score APGAR yang rendah yaitu 3. Dan akibat
dari itu semua, sang bayi kemungkinan besar mengalami kesulitan bernafas juga, akibat
kurangnya oksigen yang masuk kedalam otak.

4. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian yang harus
dilakukan yaitu :
1) Sirkulasi
a) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
b) Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
c) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
d) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
e) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2) Eliminasi
a) Dapat berkemih saat lahir.
3) Makanan/ cairan
a) Berat badan : 2500-4000 gram
b) Panjang badan : 44-45 cm
c) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4) Neurosensori
a) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5) Pernafasan
4

a) Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6) Keamanan
a) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
2) Diagnose
Diagnose medis : Asfiksia. Sedangkan Diagnosa keperawatannya adalah penilaian
klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien asfiksia antara lain:
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia
berat.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
4) hipotermia
5) Resiko infeksi
5

3) Intervensi
Tabel Perencanaan / Intervensi
No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak Tujuan : Klien 1. Kaji frekwensi, kedalaman 1. Kecepatan biasanya
efektif b.d memperlihatkan pola nafas pernafasan dan ekspansi meningkat apabila terjadi
hipoventilasi/ yang efektif dada peningkatan kerja nafas
hiperventilasi Kriteria : 2. Catat upaya pernafasan, 2. Penggunaan otot bantu
- Frekuensi dan termasuk penggunaan pernafasan sebagai akibat dari
kedalaman otot bantu pernafasan peningkatan kerja nafas
pernafasan dalam 3. Auskultasi bunyi nafas dan 3. Bunyi nafas menurun atau tak
rentang normal catat adanya bunyi nafas ada bila jalan nafas obstruksi
- Bayi aktif seperti mengi, krekels, dll dan adanya bunyi nafas ronchi
4. Tinggikan kepala bayi dan dan mengih menandakan
bantu mengubah adanya kegagalan pernafasan
posisi 4. Untuk memungkinkan ekspansi
5. Berikan oksigen tambahan paru dan memudahkan
pernafasan
5. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas
2 Gangguan pemenuhan Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman dan
kebutuhan O2 Kebutuhan O2 bayi dengan alas yang data, mengantisipasi flexi leher
6

sehubungan dengan terpenuhi kepala lurus, dan leher yang dapat mengurangi
post asfiksia berat Kriteria: sedikit tengadah/ekstensi kelancaran jalan nafas.
- Pernafasan normal 40- dengan meletakkan bantal
60 kali permenit. atau selimut diatas bahu
- Pernafasan teratur. bayi sehingga bahu
- Tidak cyanosis. terangkat 2-3 cm
- Wajah dan seluruh
tubuh
Berwarna kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas, 2. Jalan nafas harus tetap
(pink variable). mulut, hidung bila perlu. dipertahankan bebas dari
- Gas darah normal lendir untuk menjamin
PH = 7,35 – 7,45 pertukaran gas yang
PCO2 = 35 mm Hg sempurna.
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal 3. Deteksi dini adanya kelainan.
dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


4. Kolaborasi dengan tim 4. Menjamin oksigenasi jaringan
medis dalam pemberian yang adekuat terutama untuk
7

O2 dan pemeriksaan jantung dan otak. Dan


kadar gas darah arteri. peningkatan pada kadar PCO2
menunjukkan hypoventilasi
3 Resiko terjadinya Tujuan 1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan panas
hipotermi sehubungan Tidak terjadi hipotermia diatas pemancar panas pada suhu lingkungan sehingga
dengan adanya roses Kriteria (infant warmer) meletakkan bayi menjadi hangat
persalinan yang lama Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
dengan ditandai akral Akral hangat
dingin suhu tubuh Warna seluruh tubuh 2. Singkirkan kain yang 2. Mencegah kehilangan tubuh
dibawah 36° C kemerahan sudah dipakai untuk melalui konduksi.
mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas
handuk / kain yang
kering dan hangat.
8

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi


No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
3. Observasi suhu bayi tiap 3. Perubahan suhu tubuh bayi
6 jam. dapat menentukan tingkat
hipotermia
4. Kolaborasi dengan team 4. Mencegah terjadinya
medis untuk pemberian hipoglikemia
Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
diberikan.
4 Gangguan pemenuhan Tujuan 1. Lakukan observasi BAB 1. Deteksi adanya kelainan pada
kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan BAK jumlah dan eliminasi bayi dan segera
sehubungan dengan Kriteria frekuensi serta mendapat tindakan / perawatan
reflek menghisap - Bayi dapat minum pespeen / konsistensi. yang tepat.
lemah. personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun lebih 2. Monitor turgor dan 2. Menentukan derajat dehidrasi
dari 10%. mukosa mulut. dari turgor dan mukosa mulut.
- Retensi tidak ada.

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi


No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
9

3. Monitor intake dan out 3. Mengetahui keseimbangan


put. cairan tubuh (balance)
4. Beri ASI sesuai 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kebutuhan. secara adekuat.
5. Lakukan kontrol berat 5. Penambahan dan penurunan
badan setiap hari. berat badan dapat di monito
5. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
infeksi Selama perawatan tidak terjadi dan antiseptik dalam tubuhnya kurang / rendah.
komplikasi (infeksi) memberikan asuhan
Kriteria keperawatan
- Tidak ada tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
infeksi. sesudah melakukan nosokomial.
- Tidak ada gangguan fungsi tindakan.
tubuh.

Tabel 1.4 Perencanaan / Intervensi


No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
3. Pakai baju khusus/ short 3. Mencegah masuknya bakteri
waktu masuk ruang dari baju petugas ke bayi
isolasi (kamar bayi)
10

4. Lakukan perawatan tali 4. Mencegah terjadinya infeksi


pusat dengan triple dye 2 dan memper-cepat pengeringan
kali sehari. tali pusat karena mengan-dung
anti biotik, anti jamur,
desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan pertumbuhan kuman.
bayi.
6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini adanya kelainan
infeksi dan gejala
kardinal

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi


11

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


7. Hindarkan bayi kontak 7. Mencegah terjadinya
dengan sakit. penularan infeksi.
8. Kolaborasi dengan tim 8. Mencegah infeksi dari
medis untuk pemberian pneumonia
antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan
laboratorat sesuai advis penunjang.
dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
12
15
4) Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
5) Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang,
disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria
evaluasi.
5. Hasil Penelusuran Jurnal
Nama Jurnal : Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD
Syekh Yusuf Gowa Dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
Oleh peneliti : Andi Siti Rahma
Tahun : 2017
Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah suatu keadaaan bayi
baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia
dapat mengakibatkan kematian dan diperkirakan satu juta anak yang bertahan setelah
mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral
palsy, retardasi mental, dan gangguan belajar faktor-faktor risiko terjadinya asfiksia
neonatorum adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin, dan faktor persalinan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor risiko asfiksia pada kejadian
asfiksia bayi baru lahir. Metode penelitian adalah observasional dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel total sampling, kemudian dianalisis menggunakan spss dengan
uji chi-square Sampel dipilih berdasarkan data sekunder dan diperoleh 86 kasus di RSUD
Syekh Yusuf Gowa dan 18 kasus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 3 Juli sampai 31 Juli 2013. Data dikumpulkan menggunakan
lembar checklist.
Hasil penelitian menunjukkan dari 104 kasus asfiksia, faktor risiko berdasarkan
umur ibu (20-35 tahun) sebanyak 65,39% (p-value>0.05), berdasarkan usia kehamilan (42
13

minggu) sebanyak 55,76% (p-value>0.05), berdasarkan persalinan lama (>18 jam untuk
multipara dan >24 jam untuk primipara) sebanyak 58,65% (p-value>0.05), dan
berdasarkan jenis persalinan (persalinan dengan tindakan) sebanyak 56,73%
(pvalue>0.05).
Kesimpulan umur Ibu, usia kehamilan, lama persalinan dan jenis persalinan tidak
memiliki hubungan yang signifikan pada kasus asfiksia nenonatorum di RSUD Syekh
Yusuf Gowa dan RSUP Wahidin Sudirohusodo.
Kata Kunci : Asfiksia neonatorum, usia Ibu, usia kehamilan, lama persalinan, jenis
persalinan

6. SOP Implementasi
MANAJEMEN RESUSITASI
ASFIKSIA PADA BBL
No Dokumen :

No Revisi:
SOP
Tanggal terbit :
PUSKESMAS
Halaman : HAURPANGGUNG

PEMERINTAH
KABUPATEN GARUT Rohmahalia M.Noor, SKM, MKM
NIP. 19670101 198903 2 003

1. Pengertian Manajemen resusitasi asfiksia pada BBL adalah


penatalaksanaan keadaan bayi yang tidak bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah – langkah Manajemen
Asfiksiapada Bayi Baru Lahir dalam rangka peningkatan mutu
dan kinerja di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No./2016tentang jenis-jenis pelayanan di
UPTD Puskesmas Haurpanggung
14
18
4. Referensi Buku Acuan APN. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2008.
Halaman 156
Buku Acuan Manajemen Asfiksia Bayi Bayi Baru Lahir untuk
Bidan
5. Alat dan Bahan 1. Kain 3 buah ( untuk mengerigkan, membungkus, dan
menganjal bahu )

2. Alat pengisap lender

3. Tabung dan sungkup

4. Kotak alat Resusitasi

5. Sarung Tangan

6. Jam atau pencatat waktu


6. Prosedur a. Bayi lahir lakukan penilaian sambil meletakkan dan
menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
3. Apakah bayi bernafas atau menangis?
4. Apakah bayi aktif?

b. Bila ya dilakukan asuhan bayi normal, jika salah satu tidak


lakukan langkah awal :
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Hisap lendir
4. Keringkan dan rangsang taktil
5. Reposisi

c. Bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi

d. Bayi tidak bernafas/megap-megap, lakukan ventilasi :


1. Pasang sungkup dan perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air raksa
15

3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan


tekanan 30 cm air selama 30 detik

e. Nilai pernafasannya :
Bila bayi tidak bernafas /bernafas megap-megap :
1. Ulangi ventilasi 20 kali selama 30 detik
2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas tiap 30 detik
3. Bila bayi tidak berbafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
siapkan rujukan

Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil


1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan
resusitasi
2. Lakukan konseling
3. Pencatatan dan pelaporan

6.Bagan Alur
Mulai
Mulai
Bayi lahir lakukan penilaian sambil meletakkan dan
menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium ?
3. Apakah bayi bernafas atau menangis?
4. Apakah bayi aktif?
16

Bila ya dilakukan asuhan bayi normal, jika salah satu


tidak lakukan langkah awal : 21
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Hisap lendir
4. Keringkan dan rangsang taktil
5. Reposisi
Bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi

Bayi tidak bernafas/megap-megap, lakukan ventilasi :


1. Pasang sungkup dan perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air
raksa
3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi
20 kali dengan tekanan 30 cm air selama
30 detik
a. Nilai pernafasannya :
Bila bayi tidak bernafas /bernafas megap-megap :
1. Ulangi ventilasi 20 kali selama 30 detik
2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali nafas
tiap 30 detik
3. Bila bayi tidak berbafas spontan sesudah 2
menit resusitasi siapkan rujukan
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil 22
1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi
2. Lakukan konseling
Selesai
3. PencatatanMulai
dan pelaporan

8. Unit terkait 1. Bidan Ruang Bersalin Puskesmas


2. Dokter Puskesmas
17

9. DokumenTerkait Partograf

7. Daftar Pustaka
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
18

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC


Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.

8. Soal
1. Hasil nilai apgar skore dari 0-3 termasuk pada asfiksia……..
a. Normal c. Sedang
b. Berat d. biasa-biasa
2. Sebutkan gejala dan tanda-tanda dari asfiksia………….
19

a. Keadaan bayi sadar c. warna kulit kemerahan


b. Tidak kejang d. warna kulit kebiruan
3. Sebutkan penyebab asfiksia dari factor bayi ……….
a. Umur janin 37 minggu c. air ketuban pecah sebelum waktunya
b. Bayi dengan lilitan tali pusat d. persalinan dengan tindakan
4. Bagaiman penatalaksanaan pada bayi dengan asfiksia berat…………
a. Berikan Oksigen c. kepala bayi ekstensi
b. Lakukan pernapasan kodok d. penghisapan cairan lambung
5. Apabila menemukan frekuensi jantung > 100 X/ menit termasuk kedalam
asfiksia…
a. Sedang c. berat
b. Normal d.ringan
6. Diliaht dari nilai apgar skore asfiksia yang ringan yaitu………
a. 7-10 c. 4-6
b. 0-3 d. 4-9
7. Asfiksia dengan PH 6,9 pada bayi dapat menyebabkan …………
a. Nafas lemah c. hipoksia
b. Kejang d. warna kulit merah
8. Asfiksia dalam persalinan apabila kekurangan oksigen dapat menyebabkan…….
a. Partus Lama c. bayi cacat
b. Eklamsia dan pre-eklamsi d. tekanan darah tinggi
9. Harus segera dilakukan intubasi dan lakukan ventilasi apabila ditemukan nilai
apgar…..
a. 0-3 c. 7-10
b. 4-8 d. 3-6
10. Sebutkan langkah awal resusitasi di bawah ini ………….
a. Jaga bayi agar tetap hangat dan atur posisi
b. Letakan bayi diatas meja
c. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit fleksi
d. Beri bayi air susu terlebih dulu
20

PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu
perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi,
perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode
21

neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat
seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas
sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus
dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia
tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu
belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan
menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi
ibu terlalu tua untuk hamil.

Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah
asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

Anda mungkin juga menyukai