Anda di halaman 1dari 119

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA


DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
Alfiyah Fauziah

NIM 172303102190

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBERKAMPUS KOTA PAsURUAN
2020

i
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA
DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pembelajaran di Program Studi Ilmu Keperawatan (D3) dan
mencapai gelar Ahli Madya keperawatan

Oleh
Alfiyah Fauziah
NIM 172303102190

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN
2020

ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA
DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

Oleh
Alfiyah Fauziah
NIM 172303102190

Pembimbing
Dosen Pembimbing : Ns. Nurul Huda, S.Kep.,M.si.

iii
MOTTO

Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan

orang – orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(terjemahan Surat Al-Mujadalah ayat 11)

Sesungguhnya bentuk – bentuk pemerintahan dan pendidikan sangat bergantung


pada pandangan kita tentang manusia. Masalah ini adalah yang paling sulit dan
luar biasa pentingnya dewasa ini, tetapi banyak orang mencari penyelasian –
penyelesian yang mudah.**)

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yangbertandatangan di bawahini :


Nama : Alfiyah Fauziah
NIM : 172303102190
Institusi : Program Studi D3 Fakultas Keperawatan Universitas
Jember Kampus Pasuruan
Menyatakandengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Pada
skizofrenia Di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang ” adalah benar – benar
hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum
pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia
mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak
benar.

Pasuruan,05 Maret 2020


Yang Menyatakan,

Alfiyah Fauziah
NIM 172303102190

v
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia Di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus pasuruan

Oleh :

Pembimbing

Ns. Nurul Huda, S.Kep.,M.si.


NIP. 1979009241993021001

vi
PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia Di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang telah diuji dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Prodi D3 Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Jember
Kampus Pasuruan
Tim Penguji
Ketua,

Ns. Nurul Huda, S.Kep.,M.si.


NIP : 1979009241993021001

Anggota I, Anggota II,

Bagus Dwi Cahyono, S.ST. Mkes Mokh Sujarwadi, S.Kep.Ns., M.Kep.


NIP. 197506082006041000 NIP. 197612301998031005

Mengesahkan,
Koordinator Program Studi
D3 Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Pasuruan

Nurul Huda, S.Psi, Skep. Ns. M.Si


NIP. 19700924199302 1 001

vii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia Di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang ”
sesuai waktu yang ditentukan. Pada penyusunan karya tulis ilmiah mendapat
bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena
itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng selaku Rektor Program Sudi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Pasuruan
2. Ibu Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep, M. Kes selaku Dekan Program Studi
D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
3. Ns. Nurul Huda, S.Kep.,M.si. selaku Koordinator dan Dosen Pembimbing
utama yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam
membimbing serta mengarahkan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir
Studi Kasus ini. Serta koordinator Program Studi D3 Fakultas
Keperawatan Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan
4. Ibu Erik Kusuma, S.Kep.Ns., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa di
Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan.
5. Kepada Pegawai RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang yang telah
membantu memberi tempat penelitian dan membantu dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir.
Harapan penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi
dunia keperawatan di Indonesia.
Pasuruan, 05 Mei 2020
Yang menyatakan

Alfiyah Fauziah
172303102190

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Diagram Obat............................................................................


Tabel 4.1 Identitas Klien ..........................................................................
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit......................................................................
Tabel 4.3 Pengkajian Psikososial..............................................................
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik.....................................................................
Tabel 4.5 Status Mental.............................................................................
Tabel 4.6 Kebutuhan Persiapan Pulang.....................................................
Tabel 4.7 Mekanisme Koping...................................................................
Tabel 4.8 Masalah Psikososial & Lingkungan..........................................
Tabel 4.9 Aspek Medis..............................................................................
Tabel 4.10 Analasia Daata..........................................................................
Tabel 4.11 Daftar Diagnosa Keperawatan..................................................
Tabel 4.12 Pohon Masalah..........................................................................
Tabel 4.13 Prioritas Diagnosa Keperawatan...............................................
Tabel 4.14 Intervensi Keperawatan Klien I................................................
Tabel 4.15 Intervensi Keperawatan Klien II...............................................
Tabel 4.16 Dokumntasi Hasil Asuhan Keperawatan..................................

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Halusinasi......................................................


Gambar 2.2 Patofisiologi ............................................................................
Gambar 4.1 Genogram Sdr A .....................................................................
Gambar 4.1 Genogram Tn K........................................................................

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan izin penelitian ................................................... 93


Lampiran 2 Permohonan kesediaan menjadi responden ........................... 94
Lampiran 3 Persetujuan menjadi responden I (informed concent) ............ 95
Lampiran 4 Lembar Format Pengkajian .................................................... 96
Lampiran 5 Lembar Jurnal Ilmiah ............................................................. 97
Lampiran 6 Lembar konsultasi bimbingan I ............................................. 98

xi
DAFTAR SINGKATAN

BHSP : Bina Hubungan Saling Percaya


BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
B.D : berhubungan dengan
CM : Centimeter
DO : Data Subjektif
DS : Data Subjektif
HDR : Harga Diri Rendah
KG : Kilogram
MG : Miligram
ML : Mililiter
MRS : Masuk Rumah Sakit
PO: Per oral : (melalui mulut)
RPK : Resiko perilaku kekerasan
RSJ : Rumah Sakit Jiwa
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SMRS : Sebelum Masuk Rumah Sakit
SP : Strategi Penelitian
SPK : Sekolah perawat kesehtan
SPTK : Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
TAK : Terao\pi aktifitas kelompok
TN : Tuan
WHO :World Heakth Organization
WOD : Wawancara observasi dan dokum

xii
xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vii
PRAKATA ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.4 Tujuan .............................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................ 3
1.5 Manfaat ............................................................................................ 3
1.5.1 Teoritis ................................................................................... 3
1.5.2 Praktisi .................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Skizofrenia.......................................................................... 5
2.1.1 Definisi ................................................................................... 5
2.1.2 Jenis-jenis Skizofrenia............................................................. 5
2.1.3 Etiologi ................................................................................... 7
2.1.4 Tanda dan Gejala..................................................................... 8
2.1.5 Penatalaksanaan ..................................................................... 10
2.2 Konsep Halusinasi ........................................................................... 19
2.2.1 Definisi ..................................................................................... 19
2.2.2 Etiologi...................................................................................... 20
2.2.3 Fase-fase Halusinasi ................................................................. 21
2.2.4 Jenis-jenis Halusinasi................................................................ 22
2.2.5 Tanda dan Gejala ...................................................................... 24
2.2.6 Rentang Respon ........................................................................ 24
2.2.7 Pohon Masalah ......................................................................... 25
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 26
2.3.1 Pengkajian ................................................................................ 26
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 30
2.3.3 Tahap Perencanaan ................................................................... 31
2.3.4 Tahap Implementasi ................................................................. 35

xiv
2.3.5 Tahap Evaluasi ......................................................................... 35
2.3.6 Strategi Pelaksanaan ................................................................. 36

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 41
3.2 Batasan Istilah ................................................................................ 41
3.3 Partisipan......................................................................................... 42
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 42
3.4.1 Lokasi dan Penelitian ............................................................ 42
3.4.2 Waktu Penelitian.................................................................... 42
3.5 Pengumpulan data .......................................................................... 42
3.6 Uji keabsahan data ......................................................................... 43
3.7 Analisis data ................................................................................... 43
3.8 Etika penelitian .............................................................................. 45

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN


4.1 Hasil................................................................................................. 47
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data.................................... 47
4.1.2 Waktu Pengkajian.................................................................. 47
4.1.3 Pengkajian............................................................................. 47
4.2 Pembahasan .................................................................................... 82
4.2.1 Pengkajian Keperawatan....................................................... 82
4.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................... 85
4.2.3 Perencanaan Keperawatan..................................................... 86
4.2.4 Implementasi Keperawatan................................................... 87
4.2.5 Evaluasi................................................................................. 88

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 89
5.1.1 Pengkajian Keperawatan....................................................... 89
5.1.2 Diagnosa Keperawatan......................................................... 89
5.1.3 Perencanaan Keperawatan.................................................... 89
5.1.4 Implementasi Keperawatan................................................... 90
5.1.5 Evaluasi................................................................................. 90
5.1.6 Saran...................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 91
LAMPIRAN

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi
atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif serta
mengalami kesukaran melakukan aktifitas sehari-hari (Yosep, 2013). Skizofrenia
dapat disebabkan oleh interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, seperti faktor
genetika, virus, auto antibody, malnutrisi dan proses psikososial lingkungkan yang
tidak sempurna, keadaan tersebut dapat berakibat pada aktifitas yang dilakukan
sehari-hari serta terganggunya kemampuan untuk berinteraksi sosial dan
lingkungan sekitar, dimana dalam hal ini sebagian besar menimbulkan masalah
keperawatan halusinasi, baik halusinasi penglihatan maupun halusinasi
pendengaran (Yosep, 2013). Proses terjadinya halusinasi pada skizofrenia
dikarenakan adanya serangkaian masalah yang dipikirkan serta adanya
situasi/kondisi sebagai pencetus sehingga menimbulkan stress dan cenderung
bersikap agresif yang sebelumnya diproses melalui sistem sensorik pendengaran
serta penglihatan (Siever, 2016). Pada penderita halusinasi pendengaran,
diharapkan dapat mengalami masa pemulihan dalam waktu yang singkat dengan
modalitas yang diberikan seperti terapi kelompok.
Namun pada kenyataannya sebagian besar penderita halusinasi
pendengaran masih membutuhkan waktu yang cukup lama dalam masa
pemulihannya, sehingga individu tersebut harus menjalani kesehariannya untuk
mendapatkan perhatian khsusus seperti pemberian terapi modalitas kelompok.
Jumlah dari penderita skizofrenia halusinasi pendengaran masih cukup tinggi baik
di dunia maupun Indonesia. Menurut World Health Organitation (2018)
prevalensi masalah kesehatan jiwa yaitu sekitar 550 juta individu di seluruh dunia
dan 2,1% diantarannya mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran. Setiap saat 550 jiwa orang di seluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Sedangkan menurut Data Kementrian
Kesehatan (2018) menunjukan prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia
mencapai 771.000 orang dan sejumlah 28.000 penderita gangguan jiwa tersebar di
28 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Jumlah penderita skizofrenia di Indonesia
adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk. Dari tingginnya angka penderita
gangguan jiwa tersebut, maka individu yang bermasalah harus segera
mendapatakan terapi kelompok secara rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Untuk mengurangi tingginya angka penderita dan menurunkan dampak dari
penderita itu sendiri seperti bunuh diri serta mencederai orang-orang di
lingkungan sekitarnya (Keliat, 2013). Individu yang mengalami halusinasi
seringkali beranggapan penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal
rangsangan halusinasi timbul setelah adannya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kambuh dari stressor-stressor yang mengancam pada akhirnya
individu merasa sangat nyaman dengan kondisi menyendiri sehingga dapat
menggangu metabolisme neurokimia seperti bufotamin dan dimetyltranferase, hal
ini yang merangsang timbulnya halusinasi (Sunaryo, 2015)
Dalam hal ini fungsi dan tanggung jawab sebagai seorang perawat psikiatri
sangat dipertanggung jawabkan dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa.
Khususnya pada pasien gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yaitu
dengan cara mengikuti kegiatan atau tindakan yang diberikan oleh perawat,
misalnya memberikan terapi modalitas seperti terapi kelompok, terapi individu
serta terapi keluarga sehingga dapat mengurangi adanya stimulus berupa suara
yang biasa diterima oleh pasien.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus dibatsi pada asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran pada klien
Skizofrenia di RSJ Radjiman Wediodiningrat.

2
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
pesepsi sensori : Halusinasi pendengaran pada klien skizofrenia di RSJ. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Menggambarkan “Asuhan keperawatan dengan Gangguan Pesepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJ. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.”
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Menggambarkan pengkajian keperawatan dengan klien Gangguan
Pesepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di
RSJ. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
2) Menggambarkan Diagnosa Keperawatan denag klien Gangguan Pesepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJ.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
3) Menggambarkan intervensi keperawatan dengan klien Gangguan
Pesepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di
RSJ. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
4) Menggambarkan tindakan keperawatan dengan dengan klien Gangguan
Pesepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di
RSJ. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
5) Menggambarkan evaluasi pada klien dengan Gangguan Pesepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJ. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
1.5 Manfaat Studi Kasus
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktik keperawatan

3
pelayanan kesehatan tentang intervensi praktik keperawatan kesehatan jiwa
terhadap gangguan jiwa persepsi sensori halusinasi pendengaran.

1.5.2 Manfaat Praktis


1) Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat digunakan dalam memberikan intervensi yang tepat pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran pada pasien
skizofrenia
2) Bagi Rumah Sakit
Dapat membantu proses penyembuhan pasien dengan menggunakan
intervensi yang tepat pada Pasien dengan gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia
3) Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dan memotivasi teman sejawat dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
4) Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi dalam meningkatkan
mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Skizofrenia


2.1.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berati relak atau pecah
(split), dan “frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita
gangguan jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan kepribadian
(splitting of personality) (Hawari, 2008).
Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan
berkomunikasi, menerima, dan menginterpretasikan realitas, meraskan dan
menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara
emosional. Gangguan berlangsung selama sedikitnya 6 bulan dan termasuk
minimal 1 bulan gejala fase aktif yang melibatkan dua atau lebih hal- hal berikut
ini : waham, halusinasi, bicara tidak teratur, perilku yang sanagt kacau atau
katatonik, gejala-gejala negatif (misal, afek datar, alogia, atau kacau)
2.1.2 Jenis-jenis Skizofrenia
Berikut jenis-jenis skizofrenia menurut (Kusuma dan Nurarif, 2013)
beserta ciri-cirinya menurut Yosep (2009) :
1) Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia Paranoid adalah gangguan psikotik yang disebabkan oleh
kelainan pada otak, yang kemudian memunculkan kesalahan presepsi pada
panca indera selanjutnya mengakibtakan gangguan yang khas dalam
berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku.
Ciri-ciri utamanya adalah :
a) Waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran
b) Penuh curiga, argumentasi, kasar dan agresif
c) Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial lebih sedikit, dan
prognosisnya lebih baik dibanding jenis-jenis lainnya
Penyebab dan faktor risiko skizofrenia paranoid yaitu:

5
a) Riwayat skizofrenia pada anggota keluarga lainnya
b) Terkena infeksi virus pada waktu masih dalam kandungan
c) Mengalami perlakuan tidak baik waktu masih kecil
d) Mengalami perceraian orang tua pada waktu masih kecil
e) Kekurangan oksigen pada waktu kelahiran
2) Skizofrenia Hebefrenik (disorganized schizophrenia)
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi
atau double personality dan waham dan halusinasi banyak sekali.
Ciri-ciri utamanya :
a) Perilaku agresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas
yang buruk.
b) Percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak
tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
c) Individu tersebut mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku
menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengakibatkan higiene dan
penampilan diri
d) Awal mula terjadi sebelum usia 15-25 tahun dan bersifat kronik
3) Skizofrenia katonik
Timbul pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah
katatonik atau stupor katatonik (penderita tidak menunujukkan perhatian
sama sekali terhadap lingkungannya).
Ciri-ciri utamanya :
a) Gangguan psikomotor yang melibatkan imobilitas atau aktivitas yang
berlebihan.
b) Stupor Katatonik, individu dapat menunjukkan ketidakaktifan,
negatifisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan (postur abnormal).
c) Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat
disertai dengan ekolalia dan ekpraksia

6
4) Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia denga riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang
ke arah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari
kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpulan afek,
kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta
buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
5) Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Pada permulaan mungkin penderita mulai
kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pergaulan.
2.1.3 Perjalanan Skizofrenia
Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melalui fase-
fase:
1) Fase premorbid
Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normative.
2) Fase prodromal
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat
muncul simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam
beberapa minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata
antara dua sampai lima tahun. Pada fase ini, individu mengalami
kemunduran dalam fungsi-fungsi yang mendasar (pekerjaan sosial dan
rekreasi) dan muncul simtom yang nonspesifik, misal gangguan tidur,
ansietas, iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang, mudah lelah,
dan adanya defisit perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan

7
penarikan sosial. Simtom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir
fase prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis

3) Fase psikotik
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perhaikan memasuki fase
stabilisasi dan kemudian fase stabil.
a) Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya
dijumpai adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan
pikiran yang kacau. Simtom negatif sering menjadi lebih parah dan
individu biasanya tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara
pantas
b) Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan
acute treatment
c) Pada fase stabil terlihat simtom negatif dan residual dari simtom
positif. Di mana simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudah
kurang parah dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu
bisa dijumpai asimtomatis, sedangkan individu lain mengalami simtom
nonpsikotik misalnya, merasa tegang (tension), ansietas, depresi, atau
insomnia (Lehman dan Lieberman , 2011).
2.1.4 Gejala umum skizofrenia
1) Waham : Keyakinan keliru yang sangat kuat, yang tidak dapat dikurangi
dengan menggunakan logika
Waham yang Banyak Terjadi pada Skizofrenia
Delusions of Menganggap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar
reference mempunyai signifikansi langsung pada seseorang.
Waham kejar
Menganggap orang lain atau institusi mempunyai rencana
(delusions of
untuk melawan atau menyerang seseorang.
persecution)
Delusions of
Menganggap seseorang dikendalikan atau dikuasai orang lain
external
atau kekuatan dari luar.
influences
Waham somatik Menganggap bahwa penampilan atau fungsi tubuhnya sudah

8
berubah
Waham Menanggap nilai, kekuasaan, pengetahuan, atau identitasnya
kebesaran terlalu tinggi.
Tabel 2.1 Waham yang Banyak Terjadi pada Skizofrenia ()
2) Asosiasi longgar : Kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan
gagagsan, yang dapat tercermin pada berbagai gejala
GEJALA KETERANGAN
Neologisme Menciptakan kata-kata baru (mis.,
potlomp lemopty)
Word salad Kata-kata dalam sebuah kalimat yang
tampak berhubngan, tetap sebetulnya
tidak mempunyai arti yang koheren
(mis., The blue isn’t eating upwards
time)
Pemikiran tidak logis atau Cara berpikir silogistik yang
paralogis menyangkal logika (mis., Bunda
Maria adalah seorang perawan. Saya
seorang perawan. Oleh karena itu,
saya adalah Bunda Maria)
Ekolalia Pengulangan kata-kata orang lain
tanpa sadar
Ekopraksi Meniru perilaku atau tindakan orang
lain
Clang association Kata-kata dengan irama yang sama
disatukan tanpa arti yang koheren
Tabel 2.2 Gejala Asosiasi Longgar pada Skizofrenia Sutedjo (2010)
3) Halusinasi : Persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra
dalam skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang
paling banyak terjadi.
4) Ilusi : Salah menginterprestasikan stimulus lingkungan.
5) Depersonalisasi/derealisasi : Individu merasa bahwa “dirinya sudah
berubah secara mendasar.

9
6) Afek datar : tidak adanya respons emosional; afek juga dapat digambarkan
sebagai tumpul (respon datar) atau tidak tepat (kebalikan dengan apa yang
diharapkan dari suatu situasi)
7) Alogia : Berkurangnay pola bicara atau miskin kata-kata
8) Ekopraksia : Meniru tindakan orang klain tanpa sadar
9) Anhedonia : kurang senang melakukan aktivitas dan hal-hal lain yang
secara normal menyenangkan.
10) Avolisi : kurangnya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang
berorientasi pada tujuan.
11) Ambivalensi : adanya konflik atau pertentangan emosi yang
menyebabkan sulitnya individu menentukan pilihan atau keputusan.
12) Pemikiran Konkrit : kesulitan berpikir abstrak sehingga ia
menginterpretasikan komunikasi orang lain secara harfiah. Pemikiran
konkrit dapat diuji dengan meminta orang tersebut menginterpretasikan
peribahasa umum.
2.1.5 Etiologi
Beberapa faktor penyebab skizofrenia menurut NANDA jilid 3 (2016) :
1)
2) Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara
tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu
orang tua menderita skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan
kembar satu telur 61-86%.
3) Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium. Tetapi hal ini tidak dibuktikan
4) Metabolisme
Teori ini didasari karena penderita skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan bert badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam

10
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
5) Susunan saraf pusat
Penyebab skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada
waktu membuat sediaan.
6) Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis
yang khas pada susunan saraf pusat tetapi Meyer mengakui bahwa suatu
konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi
timbulnya skizofrenia. Menurut Mayer Skizofrenia merupakan suatu
reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbulnya disorganisasi
kepribadian dan lama kelamaanorang tersebut menjauhi diri dari
kenyataan (otiseme)
7) Teori Sigmund Freud
Termasuk teori psikogenik pada pasien skizofrenia menurut Freud
terdapat;
a) Kelemahan ego, yang dapat ditimbuljan karena penyebab psikogenik
ataupun somatik
b) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisime
c) Kehilangan kapasitas untuk transferensi sehingga terapi psikoanalitik
tidak mungkin.
8) Eugen Bleuler
Penggunaan istilah skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
prose berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala skizofrenia
menjadi 2 kelompok yaitu:
a) Gejala-gejala primer :

11
- Gangguan proses pikir
- Gangguan kemauan
- Gangguan autisme
b) Gejala-gejala sekunder :
- Waham
- Halusinasi
- Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien menderita skizofrenia menurut NANDA jilid 3
(2016):
1) Gejala episode akut skizofrenia meliputi tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan, halusinasi, delusi, ide-ide karena pengaruh luar,
proses berfikir tidak berurutan, ambiven, autisme, menyukai hal-hal yang
dapat menimbulakan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan
serangan balik secara verbal maupun fisik.
2) Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita skizofrenia
mempunyai gejal-gejala sisa seperti cemas, curiga, motivasi menurun,
kepedulian berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu, manarik diri
dari hubungan bersosoalisasi dengan lingkungan sekitar dan tidak bisa
merawat diri sendiri.
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Stuart (2011) penatalaksanaan untuk pasien skizofrenia
1) Hospitalisasi psikiatrik jangka pendek
Digunakan untuk menatalaksanakan gejala-gejala akut dan memberikan
lingkungan yang aman dan terstruktur serta berbagai pengobatan,
termasuk :
a) Pengobatan farmakologi pada pasien skizofernia yang umum
digunakan sebagai berikut:
(1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif, berikan
injeksi Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intramuskular dan

12
Klorpromazin 25-50 mg diberikan intramaskuler setiap 6-8 jam
samapi keadaan akut teratasi.
(2) Dalam keadaan tidak agitasi dan tidak hiperaktif, berikan tablet
seperti Haloperidol 2x1,5-2,5 mg/perhari; Klorpromazin 2x100
mg/perhari dan Triheksifenidil 2x2mg/perhari.
(3) Pengobatan pada fase kronis, pemberian dalam tablet seperti
Haloperidol 2x0,5-1 mg/perhari; Klorpromazin 1x50 mg/perhari
digunakan malam dan Triheksifenidil 1-2x2mg/perhari.
b) Manajemen lingkungan
c) Terapi pendukung, yang pada umumnya berorientasi pada realitas,
dengan pendekatan perilaku kognitif
d) Psikologi edukasi bagi klien dan keluarganya
e) Rencana pemulangan dari rumah sakit untuk memastikan kontinuitas
asuhan.
2) Hospitalisasi psikiatrik jangka panjang
a) Hospitalisasi jangka panjang diberikan pada klien dengan gejala
persistem yang dapat membahayakan dirina sendiri atau orang lain.
b) Tujuannya adalah mestabilakan dan memindahkan klien secepat
mungkin ke lingkungan yang kurang restriktif
3) Pengobatan Psikososial
Menurut Yosep (2009) selain pengobatan farmakologi, ada juga terapi
modalitas untuk membantu penderita skizofrenia, diantaranya:
a) Terapi kognitif
Perawat jiwa memiliki peranan penting dalam berbagai teknik kognitifi
terapi di rumah sakit jiwa. Peran tersebut terutama adalah sebagai
leader, fasilator, evaluator dan motivator. Ada beberapa teknik terapi
kognitif yaitu :
(1) Teknik restrukturisasi kognisi
Perawat berupaya memfasilitasi klien dalam melakukan
pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul. Teknik
restrukturisasi dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan

13
mengamati perasaan serta pemikiran yang mungkin muncul.
Perawat psikiatri dapat memberikan blanko restricting cognitive,
untuk kemudian diisi oleh klien. Setelah mendapat penjelasan
seperlunya, maka hasil analisa klien dan blanko yang sudah terisi
dibahas bersama
(2) Teknik penemuan fakta-fakta
Perawat jiwa mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan
menuangkan pikiran-pikiran abstraknya secara konkrit dalam
bentuk tulisan untuk memudahkan dalam menganalisanya. Tahap
selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi
kognitif terapi adalah mencari fakta untuk mendukung keyakinan
dan kepercayaan dari klien. Dalam hal ini penemuan fakta dapat
berfungsi sebagai penyeimbang pendapat klien tentang pikiran
buruknya.
(3) Teknik penemuan alternatif
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena
tidak adanya alternatif pemecahan lagi. Khususnya fakta ini
berlaku pada klien depresi atau klien dengan percobaan bunuh diri.
Latihan menemukan dan mencari alternatif-alternatif pemecahan
masalah bisa dilakukan antara klien dengan bantuan perawat. Klien
dianjurkan untuk menceritakan masalahnya, mengurutkan masalah-
masalahnya dari yang paling ringan terlebih dahulu. Kemudian
mencari dan menemukan alternatifnya. Klien depresi atau klien
gangguan jiwa lain menganggap masalahnya rumit karena
akumulasi beerbagai masalah, seperti: listrik belum dibyar, suami
selingkuh, anak sakit, dll.
(4) Dekastastropik
Tenik dekastastropik dikenal juga dengan teknik “bila” dan “apa”.
Hal ini meliputi upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi
terhadap situasi dimana klien mencoba memandang masalahanya
secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih beradaptasi

14
dengan hal terburuk dengan apapun yang mungkin terjadi. Dengan
tujuan untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perawat adalah :
“Apa hal buruk yang akan terjadi bila...”
“Apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul
terjadi...?”
“Tindakan pemecahan masalah apa bila hal tersebut benar-benar
terjadi...?”
(5) Reframing
Strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau
perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau
aspek lain dari masalah atau mendukung klien untuk melihat
masalahannya dari sudut pandang saja. Perawat jiwa penting untuk
memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan
kerugian-kerugian dari masalah. Hal ini dapat menolong klien
melihat masalah secara seimbang dan melihat dalam perspektif
yang baru. Strategi ini juga memicu kesempatan pada klien untuk
merubah dan menemukan makna baru dan akan merubah perilaku
klien itu sendiri.
(6) Thought stopping
Teknik berhenti memikirkan ini sangat baik digunakan pada saat
klien mulai memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat
menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai. Untuk
memulainya klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan
mengatakan rangkuman masalahnya dalam khayalan. Perawat
menyela khayalan klien dengan cara berteriak dengan keras
"berhenti!". Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan
sendiri tanpa selaan dari perawat. Selanjutnya klien mencoba
menerapkannya salam situasi keseharian.
(7) Learning new behavior with modeling

15
Strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan
kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima.
Sasaran perilakunya adalah memecahkan masalah yang disusun
dalam beberapa urutan kesulitannya. Kemudian klien melakukan
observasi pada seseorang yang berhasil memecahan masalah yang
serupa dengan klien dengan cara modifikasi dan mengontrol
lingkungannya. Setelah itu klien meniru perilaku seorang yang
telah di observasi tersebut
(8) Membentuk pola
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan
reinforcement. Setiap perilaku yang diperkirakan sukses dari apa
yang diniatkan klien untuk melakukannya akan diberikan pujian
atau reinforcement
(9) Role play
Teknik ini memungkinkan klien untuk belajar menganalisa
perilaku salahnya melalui kegiatan sandiwara yang bias dievaluasi
oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang
lain. Klien dapat menilai dan belajar mengambil keputusan
berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam cerita. Klien
bisa melihat akibat apa saja yang akan terjadi melalui cerita yang
disuguhkan
(10) Social Skill Training
Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa ketrampilan
apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Prinsip untuk memperoleh
ketrampilan baru bagi klien adalah :
(a) Bimbingan
(b) Demonstrasi
(c) Praktik
(d) Feedback
b) Terapi keluarga

16
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umunya,
keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup
lagi merawatnya. Oleh karena itu, asuhan keperawatan berfokus pada
keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut. Pada saat ini terapi
keluarga telah dikembangkan beberapa pendekatan berupa model-
model seperti berikut ini :
(1) Pembeda diri
Menentukan bagaimana hubungan emosional dibentuk bagaimana
perkembangannya dari setiap individu. Misalnya: siapa saya dalam
keluarga? Apa peran saya dalam keluarga? Apa yang membedakan
saya dengan anggota keluarga saya yang lainnya?
(2) Triangle
Dibentuk dari beberapa sistem emosi dan respon emosional
automatik dalam keluarga yang digunakan untuk mengatur dan
meredam kecemasan dalam hubungan. Misalnya: menggali
bagaimana peran ayah, ibu dan anak agar dapat mencapai
kescimbangan rasa aman dalam keluarga?
(3) Dinamik (bergerak)
Proses perpindahan beberapa generasi suatu keluarga. Isu dan
masalah dapat berubah dari satu generasi ke generasi lain begitu
pula pola dari hubungan. Menggali apa masalah dominan kakek,
apa masalah dominan generasi ayah ibu, apa masalah dominna
anak-anak sekarang, apa potensi masalah berikutnya ?
(4) Posisi sibling
Seorang anggota keluarga perhatian lebih kepada saudara yang
lainnya. Peran perawat menggali adakah dalam keluarga tersebut
suasana pilih kasih yang dirasakan oleh anak tertentu? Adakah

17
seseorang yang mendapat perhatian lebih atau kurang disbanding
anak lainnya?
(5) Sistem emosi nuclear family
Berarti pengkajian diarahkan pada pola dari interaksi keluarga yang
meliputi ayah, ibu, dan anak tanpa ada pihak keluarga lain.
Sehingga bentuk perhatian, kasih sayang, dan komunkasi lebih
berfokus pada keluarga inti.
c) Terapi lingkungan
Manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang. Dalam
upaya terapi lingkungan harus bersifat komprehensif, holistik, dan
multidispliner. Berikut ini merupakan karakteristik terapi lingkungan
yaitu:
(1) Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan
(2) Pasien merasa senang atau nyaman dan tidak merasa takut di
lingkungannya
(3) Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah terpenuhi
(4) Lingkungan rumah sakit/bangsal bersih
(5) Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya rasa aman dari
terjadinya luka akibat implus pasien
(6) Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan seperti merasa
senang, nyaman, aman dan tidak merasa takut baik dari ancaman
psikologis maupun ancaman fisik.
d) Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau arahkan seseorang therapist atau petugas kesehatan jiwa

18
telah terlatih. Jumlah anggota dalam terapi kelompok minimal empat
dan maksimal 10 orang. Berikut ini merupakan fokus dalam terapi
kelompok:
(1) Orientasi realitas: orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
dengan kareakteristik yaitu klien dengan gangguan orientasi realita
yang dapat berinteraksi, klien yang kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik dan kondisi fisik dalam keadaan
sehat.
(2) Sosialisasi: untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal dengan karakteristik yaitu klien yang kurang minat
mengikuti kegiatan?tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang
kegiatan sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut,
cemasa serat mau berinteraksi dengan sehat secar fisik.
(3) Stimulus persepsi: untuk membantu klien yang mengalami
kemunduran orinetasi dengan karakterisktiknya seperti gangguan
persepsi, menarik diri, dengan realitas, inisiatif dan kurang ide,
kooperatif, sehat fisisk, serta dapat berkomunikasi verbal.
2.2 Konsep Halusinasi
2.2.1 Definisi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Sehingga halusinasi merupakan gangguan dari respon neurobiologi.
Oleh karenanya, secara keseluruhan rentang respons halusinasi mengikuti kaidah
rentang respon neurobiologi.
Menurut Videbeck dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami
halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri,
pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang
berbicara dengannya.
Rentang Respons Halusinasi
Rentang respons neurobiologi yang palig adaptif adalah adanya pikiran
logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respon yang paling

19
maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri.
Berikut adalah gambaran rentang respons neorobiologi.
Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis a. Kadang proses a. Gangguan proses


b. Persepsi akurat pikir tidak berpikir/waham
c. Emosi konsisten tergangu b. Halusinasi
dengan pengalaman b. Ilusi c. Kesukaran proses
d. Perilaku sosial c. Emosi tidak stabil emosi
e. Hubungan sosial d. Perilaku aneh d. Perilaku tidak
harmonis e. Menarik diri terorganisasi
e. Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang Respons Neurobiologi (Sumber: Stuart, 2013)


1) Respon positif
Respon positif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut (Keliat, 2009). Berikut yang merupakan perilaku dari respon
positif menurut Keliat (2009) yaitu :
a) Pikiran logis : pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b) Persepsi akurat : pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman : perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d) Perilaku sosial : sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
e) Hubungan sosial : proses interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
2) Respon psikososial
3) Respon negatif
2.1.2 Jenis-jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidung, pengecapan, dan

20
perabaan. Pengkajian dapat dilakuakn dengan mengobservasi perilaku klien dan
menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu halusinasi pendengaran,
haluisnasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi penghidung, dan
halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara observasi perilaku klien,
sedangkan data subjektif dikaji melalui wawancara dengan klien. Berikut ini
merupakan deskripsi kelima jenis halusinasi :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusilnasi Pendengaran a. Mengarahkan telinga pada a. Mendengarkan suara atau
(auditory-hearing voices or sumber suara bunyi gaduh
sounds Hallucination) b. Marah-marah tanpa sebab b. Mendengar suara yang
yang jelas menyuruh untuk melakukan
c. Bicara atau tertawa sendiri sesuatu yang berbahaya
d. Menutup telinga c. Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
d. Mendengar suara orang
yang sudah meningggal

Halusinasi Penghidung a. Ketakutan pada sesuatu a. Melihat makhluk tertentu,


(Gustatory Hallucination ) atau objek yang dilihat bayangan, seseorang yang
b. Tatapan mata menuju sudah meninggal, sesuatu
tempat tertentu yang menakutkan atau
c. Menunjuk ke arah tertentu hantu, cahaya

a. Adanya tindakan mengecap a. Klien seperti sedang


Halusinasi Penghidung sesuatu, gerakan merasakan makanan atau
(Gustatory Hallucination ) mengunyah, sering rasa tertentu, atau
meludah atau muntah. mengunyah sesuatu.

Halusinasi Penghidung a. Adanya gerakan cuping a. Mencium bau dari bau


(Olfactory Hallucinations) hidung karena mencium tertentu, seperti bau mayat,
sesuatu atau mengarahkan masakan, feses, parfum
hidung pada tempat atau bayi
tertentu b. Klien sering mengatakan
bahwa ia mencium suatu
bau
c. Halusinasi penciuman

21
sering menyertai klien
dimensia, kejang, atau
penyakit serebrovaskular
Halusinasi Perabaan (Tactile a. Menggaruk-garuk a. Klien mengatakan sesuatu
Hallucinations) permukaan kulit yang menggerayangi
b. Klien terlihat menatap tubuh, seperti tangan,
tubuhnya dan terlihat serangga, atau makluk
merasakan sesuatu yang halus
aneh seputar tubuhnya b. Merasakan sesuatu
dipermukaan kulit seperti
rasa panas dan dingin
atau rasa tersengat aliran
listrik
Tabel 2.3 Jenis-jenis Halusinasi ()
2.1.3 Tingkat Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase
halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Berikut ini fase-fase yang dialami halusinasi

Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Pasien


TAHAP I a. Mengalami ansietas kesepian, a. Tersenyum atau tertawa
Memberi rasa nyaman. rasa bersalah, dan ketakuatan sendiri
Tingkat ansietas sedang. b. Mencoba berfokus pada pikiran b. Menggerakan bibir tanpa
Secara umum halusinasi yang dapat menghilangkan suara
merupakan suatu ansietas c. Menggerakan mata yang
kesenangan c. Pikirkan dan pengalaman cepat
sensori masih ada dalam d. Respons verbal yang
kontrol kesadaran (jika lambat
kecemasan dikontrol) e. Diam dan berkonsentrasi
TAHAP II a. Pengalaman sensori a. Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan. menakutkan otak, tana-tanda ansietas
Tingkat kecemasan berat. b. Mulai merasa kehilangan seperti peningkatan
Secara umum halusinasi kontrol denyut jantung,
menyebabkan rasa antipati c. Merasa dilecehkan oleh pernapasan, dan tekanan
pengalaman sensori darah
d. Menarik diri dari orang lain b. Rentang perhatian
menyempit
NON PSIKOTIK c. Konsetrasi dengan

22
pengalaman sensori
d. Kehilangan kemam-
puan membedakan
halusinasi realita
TAHAP III a. Klien menyerahkan dan a. Perintah halusinasi
Mengontrol tingkat menerima pengalaman ditaati
ansietas berat pengalaman sensorinya b. Sulit berhubungan
sensori tidak dapat ditolak b. Isi halusinasi menjadi atraktif dengan orang lain
lagi. c. Kesepian bila pengalaman c. Rentang perhatian hanya
sensori berakhir beberapa detik atau
menit
PSIKOTIK d. Gejala fisik ansietas
berat berkeringat, tremor,
dan tidak mampu
mengikuti perintah
TAHAP IV a. Perilaku panik
Menguasai tingkat a. Pengalaman sensori menjadi b. Berpotensi untuk
ansietas yang diatur dan ancaman membunuh atau bunuh
dipengaruhi oleh waham b. Halusinasi dapat berlangsung diri
selama beberapa jam atau hari c. Tindakan kekerasan
agitasi, menarik diri, atau
PSIKOTIK katatonia
d. Tidak mampu merespons
perintah yang kompleks
e. Tidak mampu merespon
terhadap lebih dari satu
orang
Tabel 2.4 Tingkat, karakteristik, dan perilaku halusinasi ()
2.1.4 Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Muhith (2011) faktor predisposisi adalah faktor risiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh
individu untuk mengatasi stress, dan diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokomia,
psikologis, dan genetik yaitu faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Beberapa faktor perdisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiology seperti pada halusinasi menurut Muhith (2011) antara lain :
a) Genetik
Telah diketahui secara genetik skizofrenia diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom keberapa
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian.

23
b) Perkembangan
Jika tugas perkemangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan.
c) Neurobiologis
Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien
dengan skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga
terjadinya penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
d) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi skizofrenia.
e) Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stres yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh akan
menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytranferase (DPM).
f) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara
ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2) Faktor Presipitasi
Menurut Fitria (2015) faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan
oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan,
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya
halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinigenik.
2.2.5 Mekanisme Koping

24
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
1) Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk
aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas
beraktivitas sehari-hari.
2) Proteksi
Dalam hal ini, klien mecoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
3) Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
2.2.6 Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi
adalah sebagai berikut :
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri
2) Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan
respon verbal yang lambat.
3) Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.
4) Tidak dapat membedakan antara kenyataan dengan keadaan yang
tidak nyata.
5) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
6) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7) Curiga, berusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkngannya), dan takut
8) Ekspresi muka yang tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
9) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
10) Tampak tremor berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.

25
2.2.7 Pohon Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Gambar 2.2 Pohon Masalah (Fitria, 2009)

26
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah klien (Yosep, 2009). Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial, dan spritual. Cara pengkajian lain berfokus pada
lima aspek yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spritual. Untuk dapat
menjaring data yang diperlukan, sehingga dapat dikembangkan formulir
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Menurut Yosep (2009) isi
pengkajian meliputi:
1) Identitas klien
Usia : idealnya skizofrenia paranoid terjadi pada usia remaja awal hingga
remaja akhir yaitu sekitar 16-15 tahun.
Lama MRS : harapan penderita skizofrenia paranoid dengan halusinasi
pendengaran dapat pulih dalam waktu yang singkat setelah mendapatkan
terapi farmakologi maupun terapi modalitas lainnya.
2) Keluhan utama atau alasan klien masuk
Sebagian besar alasan klien dengan halusinasi pendengaran, MRS karena
merasa mendengar suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu, baik
dalam segi negatif maupun positif. Klien mendengar suara yang
mengajaknya bercakap-cakap atau bunyi-bunyian yang tidak berarti. Klien
juga merasa suara seseorang yang sudah meninggal atau suara yang
mengancam diri klien, orang lain dan suara lain yang membahayakan.
3) Faktor presdisposisi
Pada penderita skizofrenia paranoid dengan halusinasi pendengaran,
berikut adalah faktor presdisposisi yang biasanya terjadi yaitu:
a) Faktor perkembangan lambat
Usia bayi yang tidak terpenuhi kebutuhan gizi dan rasa aman, nyaman.
Usia balita yang tidak terpenuhi kebutuhan otonomi dan usia sekolah
yang tidak terselesaikan.
b) Faktor komunikasi pada keluarga

27
Biasanya keluarga menceritakan keadaan dalam keluarga pasien jarang
terjadi komunikasi atau komunikasi tertutup, tidak ada kehangatan atau
keharmonisan dalam keluarga, komunikasi dengan emosi yang
berlebihan, serta orang tua yang otoritas atau adanya konflik dengan
orang tua.
c) Faktor budaya sosial
Adanya isolasi sosial serta tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi
dalam adat maupun budaya yang tidak dapat diterima oleh penderita
skizofrenia paranoid
d) Faktor psikososial
Pada penderita skizofrenia paranoid mudah merasakan kecewa, mudah
putus asa, memiliki rasa kecemasan yang tinggi, serta menutup diri.
4) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi pada penderita skizofrenia paranoid meliputi:
a) Lingkungan
Lingkngan sekitar yang memusuhi klien, adanya masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktifitas
sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial
hingga tekanan dalam bekerja.
b) Peilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri
dan tidak dapat membedakan antara yang nyata dengan khayalannya.
5) Aspek fisik/biologis
Pada klien skizofrenia pernah terjadi kejadian terhadap fisik, berupa :
atrofi otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks
dan limbik
6) Aspek psikososial
Klien skizofrenia paranoid dengan halusinasi pendengaran cenderung
bersikap menyendiri, menutup diri, cemas terhadap sesuatu yang tidak

28
jelas, sering berteriak karena merasa selalu mendengar hal-hal yang sangat
mengganggu aktifitas sehari-harinya.
7) Status mental
Pengkajian status mental meliputi;
a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi, dan cara berpakaian yang tidak
sesuai.
b) Pembicaraan : klien berbicara secara berbelit-elit atau to the point
c) Aktifitas motorik : adanya peningkatan atau tidak dalam aktifitas
motoriknya
d) Alam perasaan ; bagaimana suasana hati dan emosi saakt pengkajian
e) Afek : sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
f) Interaksi dalam wawancar : mampu merespon secara apa (verbal, non
verbal atau keduanya)
g) Persepsi : apakah klien mampu menginterprestasikan stimulus yang
ada sesuai dengan informasi
h) Proses pikir : apakah proses informasi yang diterima oleh klien dapat
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi pola pikirnya atau
tidak
i) Isi pikir : pengkajian ini berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis
j) Tingkat kesadaran : bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat
dan orang yang sedang mengajaknya berbicara
k) Memori jangka panjang : apakah klien mampu mengingat kejadian
yang terjadi selambat-lambatnya satu tahun yang lalu.
l) Memori jangka pendek : apakah klien masih mampu mengingat
peristiwa selambat-lambat satu minggu yang lalu dan pada mampu
menceritakan semuanya saat dilakukan pengkajian atau tidak
m) Kemampuan konsentrasi dan berhitung : untuk mengkaji kemampuan
klien menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana
n) Kemampuan penilaian : dalam kehidupan klien apakah terdapat
masalah ringan sampai berat atau tidak

29
8) Kebutuhan persiapan pulang
Pola aktifitas sehari-hari sudah terpenuhi atau belum, seperti mampu
makan,minum, BAB, BAK secara mandiri. Mampu mengontrol waktu
istirahat tidur sendiri. Mampu melakukan perawatan diri secara mandir
dan melakukan pemeliharaan serta aktifitas dalam maupun luar ruangan
atau tidak.
9) Mekanisme koping
a) Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari atau takut untuk
melakukan aktifitas sehari-harinya
b) Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
c) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan dunianya
sendiri (stimulus internal)
10) Masalah psikososial dan lingkungan
Adakah masalah yang berkenan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan
dan perumahan.
11) Pengetahuan
Mampu mengenali atau mengetahui halusinasinya atau tidak. Jika tidak,
perawat bisa melakukan pengkajian seperti berikut ini :
a) Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa
yang dikatakan suara itu, jika halusinasi auditorik. Apa bentuk
bayangan yang dilihat, jika halusinasi visual. Bau apa yang tercium,
jika halusinasi penciuman. Rasa apa yang dikecap, jika halusinasi
pengecapan. Serta apa yang dirasakan dipermukaan tubuh, jika
halusinasi perabaan.
b) Waktu dan frekuensi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu bahkan sebulan
pengalaman halusinasi itu muncul.
c) Situasi pencetus halusinasi

30
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu, perawat juga bisa mengobservasi apa
yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
d) Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mepengaruhi klien,
dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
12) Aspek medik
Aspek medik meliputi diagnosa apa yang ditetapkan oleh medik beserta
terapi apa yang diberikan oleh medik kepada klien.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat (2009) perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan klien. Bila pengkajian mulai menunjukkan masalah,
perawat diarahkan pada diagnosa keperawatan. Berikut diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia menurut Keliat (2009) yaitu :
1) Gangguan persepsi sensori : halusinasi b/d gangguan psikiatrik.
2) Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain dan diri sendiri.
3) Isolasi sosial b/d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan.
4) Harga diri rendah kronik b/d gangguan psikiatrik.

31
2.3.3 Tahap Perencanaan
Rencana keperawatan pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi dengan diagnosa keperawatan Gangguan perubahan sensori
persepsi sensori: halusinasi pendengaraN pada pasien skizofrenia yaitu:

Perencanaan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan (TUK/TUM) Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan perubahan TUM: 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
sensori persepsi sensori: Klien dapat mengontrol menunjukkan rasa senang, ada kontak prinsip komunikasi terapeutik :
halusinasi pendengaran halusinasi yang mata, mau berjabat tangan, mau
dialaminya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
pada pasien skizofrenia menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan verbal
TUK 1 :
dengan perawat, mau mengungkapkan
b. Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat membina masalah yang dihadapi.
hubungan saling percaya c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukkan sikap empaati dan menerima klien apa


adanya.

f. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan


dasar klien

g. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi


klien.

TUK 2: 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi 1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
dan frekuensi timbulnya halusinasi. 1.2 Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan
Klien dapat mengenal halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus dan
halusinasinya memandang ke kiri/kanan/ ke depan seolah-olah ada
teman bicara.

1.3 Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara

a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi:


tanyakan apakah ada suara yang didengarnya.
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang
dikatakan suara itu.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi).
d. Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal
yang sama.
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

2.1 Diskusi dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan


halusinasi (jika sendiri, jengkel, atau sedih)
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore dan malam: terus-menerus atau sewaktu-

32
waktu).

2. Klien dapat mengungkapkan 2.2 Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya
bagaimana perasaannya terhadap jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih dan senang),
halusinasi tersebut. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya

TUK 3: 1. Klien dapat 1.1 Bersama klien, identifikasi tindakan yang dilakuakan jika
menyebutkan tindakan yang biasanya terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll).
Klien dapat mengontrol dilakukan untuk mengendalikan 1.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien. Jika
halusinasinya halusinasinya. bermanfaat beri pujian kepada klien

2. Klien dapat menyebutkan cara baru 2.1 Diskusikan dengan klien tentang cara baru mengontrol
mengontrol halusinasi. halusinasinya:
a. Menghardik/ mengusir/ tidak memedulikan
halusinasinya.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain jiak halusinasinya
muncul
c. Melakukan kegiatan sehari-hari

3. Klien dapat mendemonstrasikan cara 3.1 Beri contoh cara menghardik halusinasi: “Pergi! Saya
menghardik atau mengusir atau tidak tidak mau mendengarkan kamu, saya mau mencuci
memedulkan halusinasinya. piring/ bercakap-cakap dengan suster”.
3.2 Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.3 Minta klien mengikuti contoh yang diberikan dan minta
klien mengulanginya.
3.4 Susun jadwal latihan klien dan minta klien untuk mengisi
jadwal kegiatan (self-evalution).

4. Klien dapat mengikuti aktivitas 4.1 Anjurkan klien untuk mengikuti taerapi aktivitas

33
kelompok kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi.

5. Klien dapat mendemonstrasikan 5.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum
kepatuhan minum obat untuk obat, serta manfaat obat tersebut (prinsip 5 benar: benar
mencegah halusinasi orang, benar obat, benar dosis, benar waktu, dan benar
cara pemberian).
5.2 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminum
(nama, warna, waktu minum obat dan besarnya).
5.3 Diskusikan proses minum obat:
a. Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah
sakit), kepada keluarga (jika dirumah)
b. Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
c. Klien meminum obat yang disarankan.
5.4 Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter mengenai
manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
TUK 4: 1. Keluarga dapat menyebutkan 1.1 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung atau
pengertian, tanda, dan tindakan untuk pada saat kunjungan rumah):
Keluarga dapat merawat mengendalikan halusinasi.
klien di rumah dan a. Gejala halusinasi yang dialami klien
menjadi siste pendukung b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
yang efektif untuk klien. memutuskan halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga dengan gangguan
halusinasi di rumah: beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, berpergian bersama, jika
klien sedang sendiri di rumah, lakukan kontak dengan
dalam telepon.
d. Beri informasi tentang tindak lanjut (follow up) atau
kapan perlu mendapatkan bantuan: halusinasi tidak
terkontrol dan risiko mencederai orang lain.

34
2.1 Diskusikan dengan keluarga tentang jenis, dosis, waktu
pemberian, manfaatm dan efek samping obat.

2. Keluarga dapat menyebutkan jenis, 2.2 Anjurkan kepada keluarga untuk berdiskusi dengan dokter
dosis, waktu pemberiaan, manfaat, tentang manfaat dan efek samping obat.
serta efek samping obat.

35
35

2.3.4 Tahap Implementasi


Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan .
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan
keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini.
(Depkes, 2015)
2.3.5 Tahap Evaluasi
Menurut Fitria (2016), Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang
sudah perawat lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Pasien mempercayai perawatnya sebagai terapis, ditandai dengan :
a) Pasien mau menerima perawat sebagai perawatnya
b) Pasien mau menceritakan masalah yang dia hadapi kepada perawatnya
bahkan hal-hal yang selama ini di anggap rahasia untuk orang lain
c) Pasien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang
ditawarkan di taati oleh pasien
2) Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyek nyata dan
merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan :
a) Pasien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.
b) Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya.
c) Pasien menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi.
d) Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasinya.
e) Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang
dialaminya.
3) Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan :
a) Pasien mampu memperagakan empat cara mengontrol halusinasi.
b) Pasien menerapkan cara mengontrol halusinasinya.
4) Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan :
a) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi.
b) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien
d) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat di
gunakan untuk mengatasi masalah pasien.
36

e) Keluarga melaporkan keberhasilan merawat pasien.


2.3.6 Strategi Penelitian
Berikut strategi pelaksanaan menurut Keliat dan Akemat (2016) :
1) SP Klien
SP 1 :
a) Membantu klien mengenal halusinasi.
b) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi.
c) Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik.
Fase orientasi
“Selamat pagi! Perkenalkan saya perawat SS panggil saja perawat S,
yang akan merawat Anda. Nama Anda siapa? Senang dipanggil apa ?”
“Bagaimana perasaan Tn/Ny/Nn hari ini? Apa keluhan yang dirasakan
sekarang?”
“Baiklah bagaimana kalau kita bercakp-cakap tentang suara yang
selama ini Tn/Ny/Nn dengar namun tidak ada wujudnya? Dimana kita
duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau hanya 30
menit? ”
Fase kerja
“Apakah Tn/Ny/Nn mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewakt-waktu? Kapan Tn/Ny/Nn
paling sering mendengar suara itu? Berapa kali sehari Tn/Ny/Nn
alami?”
“Apa yang Tn/Ny/Nn rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa
yang Tn/Ny/Nn lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan
cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara
untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“Tn/Ny/Nn, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan terjadwal, dan
yang keempat minum obat yang teratur.”
37

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
halusinasi. Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung
Tn/Ny/Nn bilang, pergi! Saya tidak mau dengar lagi. Kamu suara palsu!
Begitu diulang-ulang sampai suara itu terdengar lagi. Coba Tn/Ny/Nn
peragakan! Nah begitu, bagus! Coba lagi ya”
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan Tn/Ny/Nn setelah memperagakan latihan tadi?
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ya. Mau jam beraopa saja
latihannya? Dimana tempatnya?”
“Baiklah sampai jumpa.”
SP 2:
a) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
Fase orientasi
“Selamat pagi Tn/Ny/Nn, bagaimana perasaan Anda hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih kemarin? Berkuranglah suara-suaranya? Baguslah! Sesuai
janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap bersama orang lain. Kita akan berlatih selama
20 menit. Mau dimana? ”
Fase kerja
“Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Tn/Ny/Nn mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Contohnya begini, ”Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya!” atau kalau ada orang di rumah, misalnya kakak
Tn/Ny/Nn, katakan, “Kak, ayo ngobrol dengan saya, saya sedang
mendengar suara-suara.” Begitu. Coba Tn/Ny/Nn lakukan seperti apa
yang saya lakukan tadi ya. Bagus! Di sini Tn/Ny/Nn bisa mengajak
pearawat atau pasien lain untuk bercakap-cakap.
38

Fase terminasi
“Bagaiman perasaan Tn/Ny/Nn setelah latihan ini? Jadi, sudah ada
berapa cara yang Tn/Ny/Nn dipelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus, coba cara kedua ini kalau Tn/Ny/Nn mengalami halusinasi lagi
ya. Bagaimana kalau kita masukkan jadwal kegiatan harian Tn/Ny/Nn.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Baiklah besok pagi saya akan
kesini lagi. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi saja? Mau
dimana? Di sini lagi? Baiklah sampai bertemu besok ya.”
SP 3:
a) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas
yang terjadwal.
Fase orientasi
“Selamat pagi Tn/Ny/Nn bagaiman perasaan Anda hari ini?”
“Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara
yang telah kita latih kemarin? Bagaimana hasilnya? Bagus!”
“Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan yang terjadwal. Mau
dimana kita abicara? Baik, kita duduk di ruang tamu. Berapa lama? 30
menit ya? Baiklah.”
Fase kerja
“Apa saja yang biasa Tn/Ny/Nn lakukan pagi-pagi begini? Terus jam
berikutnya apa?” (kaji hingga kegaitannya sampai malam hari)
“Wah banyak sekali kegiatannya! Mari kita latih dua kegiatan hari ini!
Bagus sekali jika Tn/Ny/Nn bisa lakukan!”
“Kegiatan ini dapat Tn/Ny/Nn lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan”
Fase terminasi
“Bagaimaa Tn/Ny/Nn setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan tiga cara
yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali! Mari
kita masukkan dalam jadwal harian ya.”
39

“Bagaiman kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara


minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 12? Di runag makan ya! Sampai jumpa!”
SP 4:
a) Melatih klien minum obat secara teratur
Fase orientasi
“Selamat siang Tn/Ny/Nn! Bagaimana perasaan Anda siang ini?
Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah digunakan tiga
cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan? Apakah pagi tadi sudah minum obat? Baik. Hari ini kita
akan diskusi tentang obat-obatan yang Tn/Ny/Nn minum. Kita diskusi
20 menit saja sambil nunggu makan siang ya”
Fase kerja
“Tn/Ny/Nn adalah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah
suara-suara berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar
suara-suara yang Tn/Ny/Nn dengar dan menganggu selama ini tidak
muncul lagi. Sebelum Tn/Ny/Nn minum obat, harus dipastikan dulu
bahwa obatnya benar ya, jangan keliru milik orang lain. Baca nama
kemasannya, pastikan juga obat diminum sesudah makan dan tepat
jamnya. Tn/Ny/Nn juga harus perhatikan berapa jumlah obat dalam
sekali minum, dan Tn/Ny/Nn juga harus cukup minum minimal sepuluh
gelas per hari.”
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan Tn/Ny/Nn setelah kita bercakap-cakap mengenai
obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?
Coba sebutkan! Bagus sekali! (jika jawaban benar) Mari kita masukkan
jadwal minum obat kedalam jadwal kegiatan ya. Jangan lupa kalau
sudah waktunya minum obat, minta obat ke perawat atau keluarga kalau
di rumah ya! Nah, makanan sudah datang ”
“Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat empat cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaiman kalau
pukul 10 pagi? Sampai jumpa!”
40

2) SP keluarga
SP 1:
a) Memberikan healt education tentang pengertian, jenis, tanda dan gejala,
serta cara merawat klien halusinasi.
SP 2:
a) Melatih keluarga praktek merawat klien langsung dihadapan klien.
b) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat klien halusinasi langsung dihadapan klien.
SP 3:
a) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
41

BAB 3
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian


yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian
pada seluruh proses penelitian (Nursalam,2015). Pada bab ini dapat disajikan
tentang metode yang di gunakan dalam penelitian meliputi, batasan istilah,
partisispasi, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data, uji keabsahan data,
analisis data, dan etika penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir dimana penelitian dilaksanakan
(Nursalam, 2015). Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai
informasi sumber informasi studi kasus ini dibatasi oleh waktu dan tempat, serta
kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas, atau individu.
Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan subjek pengamatan pada
pengamatan subyek dan objek berdasarkan fakta-fakta yang diperolehnya. Studi
kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia di
RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istiah-istilah kunci
yang menjadi fokus studi kasus. Karakteristik yang dapat diamati atau diukur
merupakan kunci dari batsan istilah. Dapat diamati artinya memungkinkan
peneliti untuk melakukan wawancara atau pengukuran secar cermat terhadap
suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain
(Nursalam, 2015). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut : Skizofrenia adalah gangguan mental yang dipengaruhi cara
42

berfikir, bahasa, emosi, berubahnya sikap dan tingkah laku sehari-hari sehingga
apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaanya.
Halusinasi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga
karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya dan merasa sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Sehingga
sensai yang dialami yang sebetunya tidak ada didalam dunia nyata.
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses kegiatan dalam sebuah
praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien oleh seorang
perawat. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi atau perencanaan keperawatan, implementasi atau
tindakan keperawatan serta evaluasi keperawatan.
3.3 Partisispan
Unit analisis atau partisipan dalam penelitian ini subyek yang digunakan
adalah dua pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan yang mengalami
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakuakn di RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
3.4.2 Waktu Penelitian
Lama waktu sejak pasien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang
atau pasien yang dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari pasien sudah pulang,
maka perlu penggantian pasien lainnya yang sejenis.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam satu penelitian
(Nursalam,2015).
Langkah awal yang dilakuakan peneliti adalah mendapatkan suatu
rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan ijin terlebih dahulu
kepada institusi tentang tempat penelitian, setelah itu mengajukan permohonan
ijin ke Ruang tersebut di RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat guna memperoleh
43

data yang dibutuhkan. Setelah izin diperoleh, penelitian menemukan subyek,


kemudian melakukan pendekatan kepada partisipan dengan menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian. Bila partisipan bersedia, partisipan tersebut diminta
menandatangani surat pertanyaan menjadi subyek penelitian. Setelah melakukan
partisipan perawat melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi selama kurang lebih tiga hari
untuk asuhan keperawatan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran pada pasien skizofrenia di RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Lawang.
Metode pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1) Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhn utama,
riwayat penyakit di masa sekarang, dahulu, keluarga, dll). Sumber data
dari klien, kelu
2) Hasil anamnese yang berisi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu dan
lain-lain. Sumber dari klien, keluarga, dan perawat lain.
3) Observasi dan pemeriksaan fisik
Dengan melakukan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
pada sistem tubuh pasien.
4) Studi dokumentasi dan angket
Merupakan hasil pemeriksaan diagnosa dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksud untuk menguji kualitas data atau informasi
yang diperoleh sehingga data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dapat
dilakukan dengan :
1) Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan
2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yakni klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data
44

Menurut Nursalam (2011), analisis data merupakan proses penataan secara


sistematis atau transkrip wawancara, data hasil observasi, data dan daftar isian
serta materi lain untuk selanjutnya diberi makna, baik makna secara tunggal
maupun stimulan.
Analisis data dilakukan sejak peneliti di laangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data di lakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil iterprestasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik
analisis di gunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi
yang menghasilkan data untuk selanjutnya di interprestasikan dan dibandingkan
teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi
tersebut. Berikut merupakan urutan dalam analisis adalah :
1) Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumentasi).
Hasil ditulis dalan bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam
bentuk transkrip (catatan terstruktur).
2) Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk transkrip dan
dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan
hasil pemeriksaan diagnosa kemudian dibandingkan dengan nilai normal.
3) Penyajian Data
Penyajian data dpat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasian dari pasien dijamin dengan jalan mengaburkan
identitas dari pasien.
4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data di bahas dan di bandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan
tindakan dan evaluasi.
45

3.8 Etika Penelitian.


Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan permohonan ijin
ditempat yang akan diteliti untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian angket
yang dikirim ke objek yang akan diteliti dengan melaksanakan pada masalah etika
(Nursalam,2011)
1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian,
dengan harga memberikan lemvar persetujuan (Informend Consent) untuk
menjadi partisipan sebelum peneliti dilakukan. Tujuannya adalah agar
subyeknya bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak klien.
2) Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan nama partisipan pada lembar alat ukur, hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan dari data yang diperoleh dari subyek akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian dari data hasil penelitian tersebut
hanya akan ditampilkan dalam format akademik.
46

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat


pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan :
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi penelitian studi kasus ini dilakukan di Ruang Kutilang RSJ. Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jumlah perawat D3, S1 di Ruang Kutilang
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah 15 orang. Total ruang
perawatan di Ruang Merpati RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang adalah 14
tempat tidur. Luas ruang rawat inap klien sekitar 4 x 8 meter, terdapat beberapa
kamar mandi dan ventilasi yang cukup memadai seperti ruangan untuk
melaksanakan TAK( Terapi Aktivitas Kelompok).
4.1.2 Waktu Pengkajian
Pengkajian Kasus Klien 1 Dilaksanakan Pada Hari Selasa, 9 Oktober 2019,
sedangkan Kasus Klien 2 Dilaksanakan Pada Hari Jum’at, 12 Oktober di Ruang
Kutilang RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang berikut ini hasil anamnesis
klien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi Pendengaran di
Ruang Merpati RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
4.1.3 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama/Inisial Ny. S Tn. P
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Umur 28 Tahun 56 Tahun
Alamat Surabaya Pasuruan
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 Ekonomi SMP
Pekerjaan Sudah bekerja Petani
Status Belum menikah Menikah
No. CM 120xxx 043xxx
Diagnosa Medis Skizofrenia Hiberfenik Skizofrenia tipe manik

2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2Riwayat Penyakit
47

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2


Keluhan Utama
1) Data Primer (Menurut Klien mengatakan dibawa ke “Klien mengatakan di bawa kesini
Klien) RSJ karena marah-marah dan karena bicara sendiri dan suka
mencekik ibunya. minta uang ke orang lain”.
2) Data sekunder (Menurut Dari status klien didapatkan Dari status klien suka keluyuran.
Status) bahwa klien dibawa ke RSJ
karena 3hari yang lalu klien
kambuh, marah-marah,
mencekik ibunya sambil
bilang mau membunuh.
3) Keluhan utama saat Dalam pengkajian,klien Dalam pengkajian klien
pengkajian mengatakan dirinya ada suara mengatakan dirinya merasa tidak
bisikan untuk mencekik orang tercukupi kebutuhan sehari hari
di sekitarnya. sehingga klien minta minta uang
ke orang lain.
4) Riwayat Penyakit Keluarga klien mengatakan Klien rawat ulang d3engan gejala
Sekarang (Faktor klien sering mencekik orang kluyuran, teriak-teriak, marah-
Presipitasi) lain salah satunya adalah marah, biacra sendiri dan selama
ibunya, dan <2bulan yang lalu 3 hari tidak tidur. Kontrol rutin di
klien mau mencekik ibunya RSJ tetapi tidak rutin dalam
dan memecah kaca, lalu klien minum obat.
dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat dan dirujuk
ke RSJ Dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
Faktor Predisposisi
1) Pernah mengalami Klien mengalami gangguan Klien mengatakan saat ini masuk
gangguan jiwa di masa jiwa sebelumnya dan pernah RSJ yang ke 10. Klien
lalu di rawat di RSJ Lawang pada mengatakan sakit sejak tahun
tanggal 15 Oktober 1989 dan MRS di RSJ yang
2017sampai tanggal 11 pertama
November 2017. Klien sempat
di rawat lagi pada tanggal 23
April sampai 26 Mei 2018.
Akhirnya pun tanggal 4
Oktober 2018 sampai
sekarang klien dirawat lagi,
karena jarang kontrol akan
penyakitnya dan jarang
48

minum obat.
Diagnosa Keperawatan :
Regiment terapeutik
inefektif
2) Faktor Penyebab/
Pendukung
a) Riwayat Trauma Pada usia 19 tahun, klien Klien mengatakan tidak memiliki
pernah menjadi pelaku riwayat trauma.
kekerasan dan yang menjadi
korban adalah ibu
kandungnya. Dikarenakan
klien pernah mencekik ibunya.
Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan Tidak Ada
b) Pernah melakukan Klien sering melakukan upaya Klien mengatakan tidak pernah
upaya/ percobaan/ bunuh diri yaitu mencekik melakukan percobaan bunuh diri
bunuh diri dirinya sendiri saat Diagnosa Keperawatan:
halusinasinya datang. Tidak Ada
Diagnosa keperawatan :
Resiko Bunuh Diri
c) Pengalaman masa Klien mengatakan pernah di Klien mengatakan pernah
lalu yang tidak bully sama teman sekolah. menikah beberpa klai dengan istri
menyenangkan Diagnosa keperawatan : terakhir klien di tinggal selingkuh.
(peristiwa kegagalan, Respon Pasca Trauma Diagnosa Keperawatan :Respon
kematian, Pasca Trauma
perpisahan)
d) Pernah mengalami Klien mengatakan sering Klien mengatakan tidak pernah
penyakit fisik kejang. mengalami penyakit fisik/
(termasuk gangguan Diagnosa keperawatan : gangguan tumbuh kembang.
tumbuh kembang) a. Resiko Jatuh Diagnosa keperawatan :
b. Ketidakadekuatan Tidak Ada
Oksigen ke Otak
e) Riwayat Penggunaan Klien mengatakan dari dulu Klien mengatakan tidak pernah
NAPZA : sampai sekarang tidak pernah memakai narkoba
mabuk, minum pil atau Diagnosa keperawatan :
minum-minuman keras. Tidak Ada
Diagnosa keperawatan :
Tidak Ada
3) Riwayat Penyakit Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
49

Keluarga anggota keluarga yang pernah anggota keluarga yang pernah


mengalami gangguan jiwa mengalami gangguan jiwa atau
atau penyakit yang sama penyakit yang sama seperti yang
seperti yang dialami klien saat dialami klien saat ini.
ini.
Diagnosa keperawatan : Diagnosa keperawatan :
Tidak ada
Tidak ada

3. Pengkajian Psikososial (Sebelum dan sesudah sakit)


a) Genogram :
Klien 1

Ny. S
Gambar 4.1 Genogram Klien 1

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Klien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
Klien mengatakan tinggal bersama orang tua dan adik perempuannya.
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya, klien diasuh oleh kedua
orangtuanya. Sifat ayah klien sabar, penyayang. Sifat ibu klien sabar, penyayang.
Dan yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah ayahnya.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
Klien 2
50

Tn. P
Gambar 4.2 Genogram Klien 2

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Klien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
X : Meninggal
Jelaskan :
Tn.K anak tunggal nikah punya 3 orang anak, anak cowok 2 dan anak
cewek 1 , tetapi keluarga Tn.K tidak seharmonis seperti dahulu dikarenakan
istrinya selingkuh lalu Tn.K stress.
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi
Tabel 4.3 Pengkajian Psikososial
Pengkajian Psikososial Klien 1 Klien 2
Konsep Diri Klien mengatakan dia adalah Klien mengatakan menyukai
1) Citra tubuh seorang laki-laki yang pendiam, rambutnya karena dia kan
penyabar dank lien suka terlihat ganteng saaat
mengelus rambutnya sendiri. rambutnya rapi.
Jalan klien sempoyongan. Diagnosa Keperawatan :
Klien mengatakan “Nama saya Tidak Ada
Sdr.Aldi, saya berasal dari
Sidoarjo, saya beragama Islam,
pendidikan akhir saya SMA”.
Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada
2) Identitas Klien menagtakan “Nama saya Klien mengatakan “Nama
51

Sdr.A, umur saya 19tahun, saya Tn. K, umur saya


pendidikan akhir saya SMA” 56tahun, pendidikan akhir
Diagnosa Keperawatan : SMP dan saya sudah
Tidak Ada menikah”.
Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada
3) Peran Klien mengatakan peran dirinya Klien mengatakan tinggal di
dalam keluarga sebagai anak rumah sama anak dan
dan sangat berguna karena dia cucunya.
sering membantu orang tuanya Diagnosa Keperawatan :
dan saat di RSJ klien merasa Tidak Ada
sedih karena tidak bisa
membantu orangtua.
Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada
4) Ideal diri Klien mengatakan selalu berdoa Klien mengatakan tidak
agar cepet sembuh dari penyakit punya cita citahnya ingin
yang dideritanya dan panjang jadi orang selamat.
umur.
Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada Tidak ada
5) Harga diri Klien mengatakan dirinya sudah Klien mengatakan malu
tidak berguna lagi karena dengan keadaanya sekarang
penyakit yang diderita tidak bisa karena tidak bisa berkumpul
membantu keluarganya, dan dengan keluarga, kontak
klien mengatakan takut tidak mata kurang saat
bisa diterima keluarga dan berkomunikasi.
teman temannya. Diagnosa keperawatan :
Diagnosa keperawatan: Harga Harga diri rendah
diri rendah
Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti/ Di rumah : klien dekat dengan Di rumah : klien mengatakan
terdekat ibunya karena selalu ada untuk orang yang terdekat dengan
klien. klien adalah anaknya.
Di RS : klien mengatakan Di RS : klien mengatakan
mempunyai sahabat. dekat dengan semua orang.
2) Peran serta dalam Klien mengatakan bahwa klien Klien mengatakan sering
kegiatan kelompok/ sering mengikuti kegiatan dalam berkumpul dengan keluarga
masyarakat dalam masyarakat seperti tahlilan, dan dank lien aktif dalam
52

hubungan sosial sekarang klien tidak bisa melakukan aktifitas.


mengikuti kegiatan kelompok.
3) Hambatan dalam Klien mengatakan sejak masuk Klien mengatakan suka
berhubungan dengan RSJ tidak bisa berkumpul bercakap cakap dengan
orang lain dengan keluarga dan tidak bisa orang lain saat dirinya
mengikuti kegiatan dalam merasa sendiri.
masyarakat seperti tahlilan.
Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Keperawatan:
Isolasi sosial Tidak Ada
Spiritual
1) Agama Klien mengatakan beragama Klien mengatakan bahwa
islam, tuhannya Allah SWT. agamanya islam, klien
percaya, dan yakin kepada
Allah SWT.
SMRS : Sholat 5 waktu, SMRS : Klien mengatakan
mengaji sholat 5 waktu
MRS : Tidak pernah sholat. MRS : Klien mengatakan
sholat 5 waktu dan dzikir
2) Pandangan terhadap Klien mengatakan akan segera Klien mengatakan
gangguan jiwa sembuh saat sering berdoa gangguan jiwa adalah
kepada Tuhan. penyakit yang menganggu
kejiwaan seseorang seperti
yang dialaminya saat ini.

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik


Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan umum Keadaan umum cukup, klien Keadaan umum cukup.
tampak mondar-mandir. Klien lambat, kontak mata
kurang, sering diam
menunduk tatapan kosong,
menjawab pertanyaan
dengan singkat dan suka
menyendiri.

Kesadaran (Kuantitas) Composmentis Composmentis


GCS :4 5 6 GCS :4 5 6
Tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah 110/70 mmHg 100/70mmHg
2) Suhu 37C 36,7°C
3) Respirasi 80x/menit 80 x/menit
53

4) Nadi 18x/menit 20x/menit


Ukur
1) Berat badan 45 kg 61 kg
2) Tinggi badan 140 cm 145 cm
Keluhan fisik Fisik klien tampak kurang baik, Klien mengatakan tidak ada
baju berantakan dan kotor, keluhan fisik yang
terdapat ketombe. dirasakan.
Diagnosa keperawatan:Defisit Diagnosa
perawatan diri keperawatan:Tidak Ada
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Kepala simetris, rambut pendek, Kepala simetris, bulat,
warna rambut hitam, tidak ada tampak kotor, rambut
nyeri, tidak ada benjolan dan pendek, warna rambut putih,
tidak ada lesi. tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan dan tidak ada
lesi.
2) Mata Bentuk simetris, konjungtiva Bentuk simetris,
non anemis, selera anikterik, konjungtiva, tidak anemis,
tidak menggunakan alat bantu selera tidak ikterik, tidak
penglihatan. menggunakan alat bantu
penglihatan(kacamata).
3) Hidung Bentuk simetris, tidak ada Bentuk simetris, tidak ada
pembesaran polip, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak
secret. ada devisi sputum nasi.
4) Telinga Bersih, bentuk simetris, lubang Bersih, bentuk simetris,
telinga sedikit kotor, tidak ada lubang telinga sedikit kotor,
penumpukan serumen, tidak ada penumpukan
pendengaran baik. serumen, pendengaran baik.
5) Leher Tidak ada pembesaran vena Tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran jugularis, tidak ada
kelenjar tiroid. pembesaran kelenjar tiroid.
6) Dada Inspeksi : bentuk simetris, tidak Inspeksi : bentuk simetris,
ada retraksi dada tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri dada, Palpasi : tidak ada nyeri
taktil fremitus teraba sama dada, taktil fremitus teraba
Auskultasi : vesikuler sama
diseluruh lapang paru, tracheal Auskultasi : vesikuler
di daerah leher, tidak ditemukan diseluruh lapang paru,
suara tambahan seperti ronkhi tracheal di daerah leher,
54

atau wheezing. tidak ditemukan suara


Perkusi : sonor tambahan seperti ronkhi atau
wheezing.
Perkusi : sonor
7) Abdomen Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
8) Ekstremitas Tonus otot Tonus otot
5 5 5 5

5 5 5 5

9) Integumen Turgor kulit < 2 detik, terdapat Turgor kulit < 2 detik.
10) Genetalia panu dan kulit tampak kotor Tidak terkaji
Tidak terkaji Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
Tidak ada

Tabel 4.5 Status Mental


Status Mental Klien 1 Klien 2
1. Penampilan 1) Klien berambut pendek, Penampilan klien kurang
(Penampilan usia, cara wajah berkumis. rapi, rambut acak-acakan
berpakaian, kebersihan) 2) Pakaian klien tidak rapi. dan kusut, tidak mau
3) Gigi sedikit kotor. bersisir.
Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan (frekuensi, Frekuensi pembicaraan klien Klien memahami apa yang


Volume, Jumlah, sedang, volume biasa, jumlah dibicarakan tetapi bicaranya
karakter) : banyak, kata-kata nada cepat dan tinggi, gaya
bersmabung. biacaranya terkadang
melotot.
Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan Komunikasi
Verbal
3. Aktifitas Klien beraktifitas berjalan Klien merasa gelisah, klien
motorik/Psikomotor: tidak lambat. mondar-mandir, banyak
bicara.
Diagnosa Keperawatan :
Defisit Aktifitas.

4. Mood dan Afek Mood Mood


1) Klien mempunyai mood 1) Klien mempunyai mood
55

yang baik saat wawancara. yang kurang baik


2) Klien menunjukkan 2) Klien mudah marah dan
perasaan senang, riang, tersinggung.
gembira, bahagia yang Diagnosa keperawatan :
berlebihan (Eurofia).. Gangguan pengelolaan
Diagnosa keperawatan : mood
Tidak ada
Afek
Afek klien sesuai dengan apa Afek
yang dirasakan terbukti saat Afek Labil : Karena pada
dilakukan pengkajian ada saat diajak bicara terkadang
kontak mata dank lien marah sampai membanting
menjawab pertanyaan yang makanan jika di paksa dalam
diberikan. meminum obat.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan :
:Tidak ada Resiko Perilaku kekerasan

5. Interaksi selama Klien berinteraksi dengan Selama berinteraksi kontak


wawancara kooperatif, kontak mata ada, mata kurang, klien banyak
beberapa jawaban sesuai mondar-mandir, klien
dengan pertanyaan, dijawab gelisah.
dengan suara pelan dan Diagnosa Keperawatan:
berbicara cepat. Tidak Ada
Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada
6. Persepsi Sensorik Ada masalah dalam persepsi Klien mengatakan masih
sensorinya yaitu Halusinasi mendengar bisikan suara
Pendengaran. Klien yang menyuruhnya untuk
menagatakan ada bisikan sholat, dzikir dan
seseorang untuk mencekik mendoakan semua orang,
1-2x/hari, dan waktu tidak bisikan suara tersebut sering
tentu, terkadang siang dan datang saat klien sendirian.
malam. Respon klien bila Klien merasa tidak nyaman
mendengar bisikan itu yaitu saat bisikan itu datang.
marah-marah, bingung. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori
Gangguan Persepsi Sensori
7. Proses pola pikir
a. Arus pikir Arus pikir klientampak Koheren :
blocking(benturan) yaitu jalan kalimat/pembicaraan klien
56

berfikir yang tiba tiba berhenti dapat dipahami dengan


atau berhenti di tengah sebuah baik.
kalimat. Klien tidak dapat
menerangkan kenapa ia
berhenti.
b. Isi pikir Pikiran bunuh diri dan Pikiran Obsesif : Klien mengatakan
Rendah Diri. Klien bahwa suara itu membuatnya
mengatakan jika ada orang tidak nyaman.
saat mendengar bisikan dia Kejar Curiga
akan mencekik dirinya Diagnosa keperawatan :
sendiri. Klien mengatakan Gangguan Proses Pikir
takut tidak bisa diterima oleh
keluarga dan teman-
temannya.
Diagnosa keperawatan :
a. Resiko Bunuh Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Bentuk pikir Bentuk pikir klien yaitu Non Realistik: Klien
Otistik(Bentuk fikir klien mengatakan bahwa suara itu
tidak sesuai dengan realita mengikuti sampai kedalam
yang ada). pikiran dan klien merasa
Diagnosa keperawatan: tidak nyaman dengan suara
Tidak ada tersebut. Klien merasa suara
suara itu masih muncul dan
masih ada.
Diagnosa keperawatan:
Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran Secara Kuantitatif: Secara Kuantitatif:
a. Orientasi (waktu, Composmentis (4,5,6) Composmentis (4,5,6)
tempat, orang) 1) Klien tidak mengalami 1) Klien mampu
disorientasi waktu, tempat, menyebutkan waktu
dan orang disekitarnya. dengan benar.
2) Bisa menyebutkan 2) Klien mengatakan
sekarang hari, tanggal, dan sekarang siang hari jam
jamnya, tempat tinggal dan 13.00 WIB.
orang yang dekat 3) Klien mampu
dengannya di ruangan. mengatakan bahwa
3) Menurun : Kesadaran dirinya sekarang berada
Berubah, Klien masih di RSJ Dr.Radjiman
sering mendengar bsisikan wediodiningrat.
57

yang menyuruh mencekik. 4) Klien mengetahui


Diagnosa Keperawatan: petugas yang memberi
Gangguan Proses Pikir obat adalah perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Tidak ada
9. Memori
a. Daya ingat jangka Klien masih mengingat Klien mengatakan 2 bulan
panjang ( >1 sebagian kejadian di masa lalu yang lalu di bawa ke RSJ
bulan ) (mau mencekik pada orang Dr.Wediodiningrat Lawang-
tuanya). Malang.
Klien masih ingat kegitan Klien mampu menghafal
b. Daya ingat jangka yang dilakukan dari tadi pagi nama perawat.
pendek (1 hari-1 saat dikaji.
bulan) Kliendapat menyebutkan Klien mampu mengingat
nama saya kembali saat kegiatan hari ini.
c. Daya ingat saat ini berkenalan. Klien mengatakan bahwa
(<24 jam) Diagnosa Keperawatan: menu hari ini lauknya
Tidak ada daging.
Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada
10. Tingkat konsentrasi dan
behitung
a. Konsentrasi Konsentrasi mudah beralih, Konsentrasi mudah beralih,
tidak fokus pada pembicaraan, tidak fokus pada
mata tidak tertuju pada pembicaraan, mata tidak
pengkaji. tertuju pada pengkaji.
b. Berhitung Klien mampu berhitung dari Klien mampu berhitung
1-10 tapi tidak bisa berhitung waktu ditanya “bila saya
mundur dari 10-1 bisa punya uang 5000 dan saya
penjumlahan dan buat beli nasi dengan harga
pengurangan sederhana. 2000 berapa sisa uang
Diagnosa Keperawatan : saya?” klien menjawab
Tidak ada “3000”.
Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada
c. Kemampuan Klien mampu memberi Gangguan ringan , klien
Penilaian keputusan, klien mencuci mengatakan kalau
tangan dan berdoa sebelum mendengar suara bisikan
makan dan sesudah makan. akan mengontrol dengan
58

Diagnosa keperawatan : cara menutup telinganya


Tidak ada Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada
11. Daya Tilik Diri 1) Klien mengatakan sebab Klien mengatakan bahwa
dibawa ke RSJ. dirinya di bawa ke RSJ
2) Klien mengatakan sakit karena sakit dan butuh
dan tidak sehat. pengobatan.
Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada Tidak ada

Tabel 4.6 Kebutuhan Persiapan Pulang


Kebutuhan Persiapan Pulang Klien 1 Klien 2
Kemampuan klien Klienmengatakan tinggal Klienmengatakan tinggal
serumah dengan keluarganya, serumah dengan
keuangan atau masalah keluarganya, ada masalah
ekonomi juga pas-pasan. keuangan atau masalah
ekonomi

Kegiatan hidup sehari-hari


1) Perawatan diri Kliendapat mandi sendiri 3× Klien mampu mandi secra
a) Mandi sehari sesuai jadwl yang di mandiri tanpa bantuan,
temukan ruangan, klien juga sehari mandi 2x da
mampu menggunakan alat memakai sabun, dibilas
mandi sesuai fungsinya. dengan air dan menyikat
Mandi sebentar, tidak bersih gigi ketika mandi.
semuanya. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
Defisit perawatan diri
Klien mampu berpakaian Klien mampu memakai
b) Berpakaian, berhias sendiri, pakaian tidak terbalik pakaian sendiri tanpa
dan berdandan tetapi pakaian agak kotor dan bantuan, dan
berantakan. menggunakannya dengan
Diagnosa sewajarnya.
Keperawatan:Defisit Diagnosa Keperawatan:
perawatan diri Tidak Ada
BAB dan BAK :klien mampu Klien mampu BAB dan
c) Toileting (BAK,BAB) mengontrol BAB dan BAK BAK tanpa bantuan.
dengan pergi ke toilet.
Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Keperawatan :
tidak ada masalah Tidak ada masalah
59

Klien mengatakan makan 3X Klien mampu makan


2) Nutrisi (Makan) sehari dengan 1 porsi habis. sendiri tanpa bantuan,
Diagnosa Keperawatan : makan 3x sehari.
Tidak ada masalah Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada masalah
Istirahat dan tidur Istirahat dan Tidur
3) Tidur Tidur siang, lama : Tidur siang : 12.00-
a) Istirahat dan tidur 13.00 s/d 15.00 16.00 WIB
Tidur malam, lama : Tidur malam : 19.00-
21.00 s/d 06.00 05.00 WIB
Aktifitas
sebelum/sesudah tidur :
mondar-mandir di
sekitar tempat tidur
Klien mengatakan tidurnya
nyenyak dan sebelum tidur Klien tidak teratur dalam
b) Gangguan tidur klien suka membaca surat masalah tidur, sering
pendek. Klien tidak mengantuk bila sendirian
mengalami gangguan tidur. dan susah tidur di saat
Diagnosa keperawatan : malam hari.
Tidak ada Diagnosa keperawatan :
Gangguan pola tidur
4) Kemampuan lain lain
a) Megantisipasi Klien mengatakan jika merasa Klien tidak bisa mencuci
kebutuhan hidup mengantuk, klien tidur pakaian sendiri, mampu
eliminasi secara mandiri
dan klien sering tiduran
dikamar dari pada kumpul
dengan temannya.
b) Membuat keputusan Klien mengatakan bisa Klien mengatakan sering
berdasarkan mengambil keputusan tanpa bergaul dengan orang
keinginannya bantuan orang lain : mandi, lain.
makan, BAB, BAK
c) Mengatur penggunaan Klien sudah mengerti kapan Klien mampu minum obat
obat dan melakukan harus minum obat yaitu secara mandiri, namun
pemeriksaan kesehatan setelah makan cara menggunakan obat
sendiri dibantu oleh perawat
sesuai dengan 5B (benar
obat, klien, dosis, cara,
60

dan waktu).
5) Sistem Pendukung (Terapis) : Klien mengatakan Klien membutuhkan
bahwa keluarga, terapis, dan perawatan lanjut dan
teman sejawat mendukung sistem pendukung dari
akan kesembuhannya. keluarga selama dirumah.
Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada Tidak ada

Tabel 4.7 Mekanisme Koping


Mekanisme Koping Klien 1 Klien 2
Mekanisme koping inefektif : Mekanisme koping
1) Klien mengatakan pernah maladaptif :
kabur dari rumah saat 1) Klien mengatakan jika ada
dimarahi oleh ibunya. masalah selalu
2) Klien mengatakan jika ada menceritakan kepada
masalah tidak menceritakan orang lain.
kepada orang lain. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan : Koping individu efektif
Mekanisme koping Inefektif

Tabel 4.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Masalah Psikososial Klien 1 Klien 2
dan Lingkungan
1) Masalah dengan 1) Di rumah : tidak ada 1) Di rumah : tidak ada masalah,
dukungan masalah dengan anggota di buktiakn dengan klieen
kelompok, keluarga dirumah, mengatakan keluarga baik-baik
spesifiknya 2) Di RS : Klien lebih banyak saja.
diam dengan temannya. 2) Di RS : klien suka bergaul
Hanya tidur dan mondar- dengan teman yang lain.
mandir di kamar.
2) Masalah Klien mengatakan takut tidak Klien mau keluar rumah dan
berhubungan diterima oleh keluarga dan bergaul dengan tetangga.
dengan lingkungan, tetangga.
spesifiknya
3) Masalah dengan Klien mengatakan saat Klien mengatkan pendidikan
pendidikan, disekolah sering dibully oleh terakhirnya SMP.
spesifiknya teman-temannya.
4) Masalah dengan Klien mengatakan malu dan Klien bertani
pekerjaan, merasa tidak berguna bagi
spesifiknya keluarganya karena tidak
61

bekerja.
5) Masalah dengan Klien tinggal bersama Klien tinggal bersama dengan orang
perumahan, keluarganya, dikeluarga klien tuanya.
spesifiknya bisa berinteraksi dengan
semua anggota keluarga.
6) Masalah dengan Klien berasal dari keluarga Klien mengatakan bahwa dirinya
ekonomi, cukup mampu dan di RSJ berasal dari keluarga yang mampu.
spesifiknya menggunakan BPJS.
7) Masalah dengan 1) Apabila sakit, klien dibawa 1) Apabila sakit, klien dibawa ke
pelayanan ke puskesmas, jika parah puskesmas, jika parah dibawa ke
kesehatan, dibawa ke rumah sakit rumah sakit terdekat.
spesifiknya terdekat.
2) Sebelumnya klien pernah 2) Klien tidak pernah di rawat di
dirawat di RSJ lawang. RSJ seperti yang dialami saat ini
8) Masalah lainnya, Klien merasa tidak suka Klien mengatakan sering
spesifiknya berkumpul dengan teman- berkomunikasi dengan temanya.
temannya, klien lebih senang Diagnosa Keperawatan: Tidak
menyendiri di kamar. Ada
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi sosial

Tabel 4.9 Aspek Medis


Aspek Medis Klien 1 Klien 2
1) Diagnosa Multi Axis 1) Axis I : F20.1 1) Axis 1 : F.25.0 (Gangguan
2) Axis II: Tidak ditemukan Skizoafektif Tipe Manik)
3) Axis III:Tidak ditemukan 2) Axis 2 : Tertutup
4) Axis IV:Tidak ditemukan 3) Axis 3 : Tidak ditemukan
5) Axis V: Tidak ditemukan 4) Axis 4 : Tidak ditemukan
5) Axis 5 : GAR scale 30-21
2) Terapi Medis : 1) Resperidon 2mg 1-0-1-0 1) Tb Frimaniz 200mg 1-0-01
2) THD 2mg 1-0-1-0 2) Tb Chlropromazine 100 mg
3) Klozapim 2mg 0-0-0-1 0-0-1/2
4) Klobazam 10mg 1-0-1-0 3) Tb Hexymer 2mg 0-0-1/2
5) Depanotic 250mg 1-0-1-0 4) Tb Helloperidon 1-0-1

Tabel 4.10 Analisa Data


N DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
Klien 1

1) DS: Resiko Perilaku Kekerasan


Klien mengatakan pernah mencekik ibunya
62

pada usia 19th.


DO:
1) Klien saat wawancara muka tegang
2) Mata tampak merah
3) Tangan sering menggenggam
2) DS: Resiko bunuh Diri
Klien mengatakan sering melakukan upaya
bunuh diri yaitu mencekik dirinya sendiri saat
halusinasinya datang
DO:
Klien tampak iningin menecekik dirinya
3) DS : Respon Pasca Trauma
Klien mengatakan pernah menjadi korban
pembulian teman sekolahnya.
DO :
Klien tampak curiga terhadap temannya.
4) DS : Resiko Jatuh
Klien mengatakan sering kejang Resiko Ketidakadekuatan oksigen ke
DO : Otak
Klien berjalan tampak bersempoyongan

5) DS : Harga Diri Rendah


Klien mengatakan dirinya tidak berguna lagi
karena penyakit yang diderita tidak bisa
membantu keluarganya dan takut tidak bisa di
terima di keluarga dan teman-temannya.
DO : -
6) DS : Gangguan Persepsi Sensori
Klien mengatakan ada bisikan seseorang untuk
mencekik 1-2x/hari dan waktu tidak tentu
terkadang siang dan malam.
DO :
Klien tampak mencederai diri sendiri
7) DS : Gangguan Proses Pikir
Klien mengatakan sering mendengar bisikan
yang menyuruh mencekek
DO : -
8) DS : Mekanisme Koping Inefektif
Klien mengatakan pernah kabur dari rumah saat
dimarahi oleh ibunya
DO : -
9) DS : Klien mengatakan sekarang tidak bisa Isolasi Sosial
63

mengikuti kegiatan kelompok seperti tahlilan


DO : -
Klien 2

1) DS : Gangguan Persepsi sensori :


Klien mengatakan masih mendengar bisikan Halusinasi Pendengaran

suara yang menyuruhnya untuk sholat, dzikir,


dan mendoakan semua orang. Bisikan suara itu
datang saat dia sendiri dan klien merasa tidak
nyaman saat bisikan itu datang.
DO :
Klien tampak bicara sendiri
Saat interaksi klien sering memegangi
telinganya
2) DS : Harga Diri Rendah
Klien mengatakan malu dengan dengan
kondisinya hyang sekarang.
DO :
Klien kontak mata kurang
Klien bicara sendiri saat interaksi
3) DS : Klien mengatakan ingin marah-marah Resiko Perilaku Kekerasan
DO :
Klien terlihat gelisah
Nada biacara kien keras

4. Daftar Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.11 Daftar Diagnosa Keperawatan


64

Tabel 4.12 Pohon Masalah


Klien 1 Klien 2

Resiko Perilaku Kekerasan, Resiko Bunuh Diri Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi Gangguan persepsi sensori: Halusinasi


Pendengaran

Isolasi Sosial
Gangguan Konsep diri (HDR)

Harga Diri Rendah

Respon PascaTrauma

Gangguan Proses Pikir

Stressor Koping Individu Inefektif

Tabel 4.13 Prioritas Diagnosa Keperawatan


Klien 1 Klien 2

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pendengaran Pendegaran
66

Tabel 4.14Intervensi Keperawatan (Klien 1 Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusiansi Pendengaran)
Nama Klien : Ny. S DX Medis : Skizofrenia Hiberfenik
No CM :120255 Ruangan : Kutilang
Perencanaan
Tg
No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
l

Gangguan sensori TUM: Klien dapat mengontrol 1) Setelah 3 kali interaksi, klien 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
persepsi halusinasi yang dialaminya menunjukkan tanda-tanda percaya kepada menggunakan prinsip komunikasi
halusinasi dengar TUK: perawat : terapeutik :
Klien dapat membina - Ekspresi wajah bersahabat a) Sapa klien dengan ramah baik verbal
hubungan saling percaya - Menunjukkan rasa senang maupun non verbal
dengan perawat - Ada kontak mata b) Perkenalkan nama, nama panggilan dan
- Mau berjabat tangan tujuan perawat berkenalan
- Mau berjabat tangan c) Tanyakan nama lengkap dan nama
- Mau menyebutkan nama panggilan yang disukai klien
- Mau menjawab salam d) Buat kontrak yang jelas
- Mau duduk berdampingan dengan e) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
perawat setiap kali interaksi
- Bersedia mengungkapkan masalah f) Tunjukkkan sikap empati dan menerima
yang dihadapi apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
h) Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
i) Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
1) Klien dapat mengenal 1) Setelah 3 kali interaksi klien 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara
halusinasinya menyebutkan: bertahap
a) Isi - Observasi tingkah laku klien terkait
67

b) Waktu dengan halusinasinya


c) Frekuensi - Tanyakan apakah klien mengalami
d) Situasi sesuatu halusinasi dengar
e) Kondisi yang menimbulkan halusinasi - Jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
- Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
- Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klasifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien
- Isi, waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadng-kadang)
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
2.2 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaanya
2.3 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
untuk mengatasi perasaan tersebut
2.4 Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya
2) Klien dapat mengontrol 3.1 Setelah 3 kali interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
halusinasinya menyebutkan tindakan yang biasanya yang di lakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
dilakukan untuk mengendalikan marah, menyibukan diri, dll)
halusinasinya 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien
3.2 Setelah 3 kali interaksi klien - Jika cara yang digunakan adaftif beri
68

menyebutkan cara baru mengontrol pujian


halusinasi - Jika cara yang digunakan maladaftif
3.3 Setelah 3 kali interaksi klien dapat diskusikan kerugian cara tersebut
memilih dan memperagakan cara 3.3 Diskusikan cara baru untuk
mengatasi halusinasi memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
(dengar/lihat/penghidu/raba) - Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
3.4 Setelah 3 kali interksi klien nyata (saya tidak mau dengar)
melaksanakan cara yang telah dipilih - Menemui orang lain
untuk mengendalikan halusinasinya (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
3.1 Setelah 3 kali interaksi/pertemuan klien menceritakan tentang halusinasinya
mengikuti terapi aktivitas kelompok - Membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
- Meminta dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari yang telah disusun
- Meminta keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang berhalusinasi
3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
3.5 Bantu klien kesempatan untuk melakukan
cara yang dipilih dan dilatih
3.6 Pantau pelaksaan yang telah dipilih dan
dilatih jika berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.

3) Klien dapat dukungan dari 4.1 Setelah 3 kali pertemuan keluarga, 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
keluarga dalam mengontrol keluarga menyatakan setuju untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)
halusinasi mengikuti pertemuan dengan perawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat
4.2 Setelah 3 kali interaksi keluarga pertemuan keluarga/kunjungan rumah)
menyebutkan pengertian tanda dan - Pengertian halusinasi
gejala, proses terjadinya halusinasi - Tanda dan gejala halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan klien dan
69

keluarga untuk memutus halusinasi


- Obat-obat halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi dirumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama, memantau obat-
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu control ke RS dan
bagaimana cara mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat diatasi dirumah
4) Klien dapat memanfaatkan 5.1 Setelah 3 kali interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
obat dengan baik menyebutkan : kerugian tidak minum obat, nama, warna,
- Manfaat minum obat dosis, cara,efek terapi dan efek samping
- Kerugian tidak minum obat penggunaan obat
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
efek samping obat 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
5.2 Setelah 3 kali interaksi klien dengan benar
mendemontrasikan penggunaan obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
dengan benar konsultasi dengan dokter
5.3 Setelah 3 kali interaksi klien 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
menyebutkan akibat berhenti minum dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
obat tanpa konsultasi dokter di inginkan
70

Tabel 4.15 Intervensi Keperawatan (Klien 2 Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusiansi Pendengaran)
Nama Klien : Tn.P DX Medis : Skizofrenia Tipe Manik
No CM :043301 Ruangan : Kutilang
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan sensori TUM: Klien dapat mengontrol 2) Setelah 3 kali interaksi, klien menunjukkan a.1 Bina hubungan saling percaya dengan
persepsi halusinasi halusinasi yang dialaminya tanda-tanda percaya kepada perawat : menggunakan prinsip komunikasi
dengar TUK: - Ekspresi wajah bersahabat terapeutik :
Klien dapat membina - Menunjukkan rasa senang j) Sapa klien dengan ramah baik verbal
hubungan saling percaya - Ada kontak mata maupun non verbal
dengan perawat - Mau berjabat tangan k) Perkenalkan nama, nama panggilan dan
- Mau berjabat tangan tujuan perawat berkenalan
- Mau menyebutkan nama l) Tanyakan nama lengkap dan nama
- Mau menjawab salam panggilan yang disukai klien
- Mau duduk berdampingan dengan m) Buat kontrak yang jelas
perawat n) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
- Bersedia mengungkapkan masalah yang setiap kali interaksi
dihadapi o) Tunjukkkan sikap empati dan menerima
apa adanya
p) Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
q) Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
r) Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
5) Klien dapat mengenal 3) Setelah 3 kali interaksi klien menyebutkan: 2.5 Adakan kontak sering dan singkat secara
halusinasinya f) Isi bertahap
g) Waktu - Observasi tingkah laku klien terkait
71

h) Frekuensi dengan halusinasinya


i) Situasi - Tanyakan apakah klien mengalami
j) Kondisi yang menimbulkan halusinasi sesuatu halusinasi dengar
- Jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
- Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
- Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klasifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien
- Isi, waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadng-kadang)
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
2.6 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaanya
2.7 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
untuk mengatasi perasaan tersebut
2.8 Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya
6) Klien dapat mengontrol 4.1 Setelah 3 kali interaksi klien menyebutkan 3.8 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
halusinasinya tindakan yang biasanya dilakukan untuk yang di lakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
mengendalikan halusinasinya marah, menyibukan diri, dll)
4.2 Setelah 3 kali interaksi klien menyebutkan 3.9 Diskusikan cara yang digunakan klien
cara baru mengontrol halusinasi - Jika cara yang digunakan adaftif beri
72

4.3 Setelah 3 kali interaksi klien dapat memilih pujian


dan memperagakan cara mengatasi - Jika cara yang digunakan maladaftif
halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba) diskusikan kerugian cara tersebut
4.4 Setelah 3 kali interksi klien melaksanakan 3.10 Diskusikan cara baru untuk
cara yang telah dipilih untuk mengendalikan memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
halusinasinya - Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
5.1 Setelah 3 kali interaksi/pertemuan klien nyata (saya tidak mau dengar)
mengikuti terapi aktivitas kelompok - Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya
- Membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
- Meminta dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari yang telah disusun
- Meminta keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang berhalusinasi
3.11 Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
3.12 Bantu klien kesempatan untuk melakukan
cara yang dipilih dan dilatih
3.13 Pantau pelaksaan yang telah dipilih dan
dilatih jika berhasil beri pujian
3.14 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.

7) Klien dapat dukungan dari 6.1 Setelah 3 kali pertemuan keluarga, keluarga 4.3 Buat kontrak dengan keluarga untuk
keluarga dalam mengontrol menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan (waktu, tempat dan topik)
halusinasi pertemuan dengan perawat 4.4 Diskusikan dengan keluarga (pada saat
5.2 Setelah 3 kali interaksi keluarga pertemuan keluarga/kunjungan rumah)
menyebutkan pengertian tanda dan gejala, - Pengertian halusinasi
proses terjadinya halusinasi - Tanda dan gejala halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan klien dan
73

keluarga untuk memutus halusinasi


- Obat-obat halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi dirumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama, memantau obat-
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu control ke RS dan
bagaimana cara mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat diatasi dirumah
8) Klien dapat memanfaatkan 6.1 Setelah 3 kali interaksi klien menyebutkan : 6.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
obat dengan baik - Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat, nama, warna,
- Kerugian tidak minum obat dosis, cara,efek terapi dan efek samping
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek penggunaan obat
samping obat 6.2 Pantau klien saat penggunaan obat
6.2 Setelah 3 kali interaksi klien 6.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
mendemontrasikan penggunaan obat dengan dengan benar
benar 6.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
6.3 Setelah 3 kali interaksi klien menyebutkan konsultasi dengan dokter
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 6.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
di inginkan
74

Tabel 4.16 Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan Klien 1


Nama Klien : Ny. S DX Medis : Skizofrenia Hiberfenik
No CM : 120255 Ruangan : Kutilang
Tanggal Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD dan
Keperawatan Nama
Perawat
19-11-2018 Gangguan sensori SP 1 S:
persepsi halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasinya Klien mengatakan
dengar 2. Mengidentifikasi isi halusinasinya a. Selamat siang
3. Mengidentifikasi waktu halusinasinya b. Nama saya A sering dipanggil A berasal dari
4. Mengidentifikasi frekuensi hausinasinya Sidoarjo.
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan c. Saya sering mendengar suara-sauara bisikan yang
halusinasi terdengar menyuruh untuk mencekik, suara itu
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi muncul saat melamun dan ketika menyendiri
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi d. Pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik muncul saya menjadi ketakutan, dan berbicara
halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian sendiri.
e. Saya mau diajarkan cara menghardik suara-suara
yang meneror saya.
O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi, jenis, isi,
waktu, situasi, frekuensi, respon terhadap
75

halusinasi, cara menghardik dan memasukkan


jadwal kegiatan
b. Pasien mau menjawab pertanyaan
c. Kontak mata baik
d. Pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi bila muncul
A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi,
frekuensi, situasi, respon terhadap halusinasi,
cara menghardik dan memasukkan kedalam
jadwal kegiatan
b. Passien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi
P:
Pasien:
a. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik bila halusinasi muncul
Perawat:
Lanjutkan SP 2
20-11-2018 Gangguan sensori SP 2: S:
persepsi halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Pasien mengataakn masih mendengar suara-suara
dengar 2. Melatih mengendalikan halusinasi dengan bisikan yang menyuruhnya untuk mencekik
bercakap-cakap dengan orang lain. b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi
76

Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan dengan mengobrol sama teman-teman dan


bercakap-cakap dengan orang lain dalam jadwal sholawatan
kegiatan harian O:
a. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain
b. Pasien memasukan latihan bercakap-cakap
kedalam jadwal kegiatan pasien
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan pasien lain
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol
halusiansi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain ke dalam jadwal harian.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasein menggunakan cara menghardik
dan bercakap-cakap saat suara itu muncul
b. Anjurkan pasein latihan menghardik dan
bercakap-cakap dan memasukkan dalam jadwal
harian
Perawat :
Lanjutkan SP 3
20-11-2018 Gangguan sensori SP 3 : S : Pasien mengatakan
persepsi halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien a. Melakukan aktivitas terjadwal menyapu dan
77

dengar 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan mengepel dan disaat sendirian berbicara dan
melakukan kegiatan mengobrol dengan temannya
Menganjurkan pasien memasukkan kejadwal b. Terkadang klien juga menutupi telinganya
kegiatan harian O:
a. Pasien mau membantu membersihkan ruangan
seperti menyapu dan mengepel
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktivitas terjadwal
P:
Pasien :
a. Anjurkan sering aktivitas di ruangan
Perawat :
Lanjutkan SP 4
21-11-2018 Gangguan sensori SP 4: S : Pasien mengatakan
persepsi halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Setelah minum obat suara-suara itu agak
dengar 2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai berkurang
penggunaan obat secara teratur. b. Obatnya ada tiga macam dan harus rutin diminum
Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan obat O:
secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian. a. Pasien meminta obat pada perawat atas
inisiatifnya sendiri
b. Pasien memminum obat yang sudah diberikan
c. Pasien memasukan penggunaan obat secara teratur
78

kedalam jadwal kegiatan harian


A:
a. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
b. Pasien mampu memasukkan penggunaan obat
secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai
jadwal minum obat secara teratur dan rutin
Perawat :
Pertahankan SP 4, Latih pasien minum obat secara
teratur dan anjurkan untuk mengikuti TAK

Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan Halusinasi Pendegaran


79

Tabel 4.17 Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan Klien 2

Nama Klien : Tn. P DX Medis : Skizofrenia Tipe Manik

No CM : 043301 Ruangan : Kutilang

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


80

20-11-2018 Isolasi sosial : Sp 1 S : Klien mengatakan


perilaku menarik diri 1. Mengidentifikasi jenis halusinasinya a. Selamat siang
2. Mengidentifikasi isi halusinasinya b. Nama saya bapak K sering dipanggil pak K berasal dari
3. Mengidentifikasi waktu halusinasinya Pasuruan
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasinya c. Saya sering mendengar suara-suara bisikan suara yang
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan terdengar menyuruh untuk sholat, dzikir dan mendoakan
halusinasi semua orang, suara itu muncul saat melamun dan ketiak
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap menyendiri
halusinasi d. Pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu muncul saya
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi menjadi ketakutan, dan berbicara sendiri
Menganjurkan pasien memasukkan cara e. Saya mau diajarkan cara menghardik suara-suara yang
menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan meneror saya
harian O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi, jenis, isi, waktu, situasi,
frekuensi, respon terhadap halusinasi, cara menghardik dan
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
b. Pasien mau menjawab pertanyaan
c. Kontak mata baik
d. Pasien memperagakan cara menghardik halusinasi
A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi,
situasi, respon terhadap halusinasi, cara menghardik dan
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
b. Pasien mampu memperagakan cara menghardik halusianasi
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik bila halusinasi muncul
Perawat :
Lanjutkan SP 2

21-11-2018 Gangguan sensori persepsi SP 2: S:


halusinasi dengar 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Pasien mengataakn masih mendengar suara-suara bisikan yang
2. Melatih mengendalikan halusinasi dengan menyuruhnya untuk mencekik
81

bercakap-cakap dengan orang lain. b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi dengan
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan mengobrol sama teman-teman dan sholawatan
bercakap-cakap dengan orang lain dalam jadwal O:
kegiatan harian a. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain
b. Pasien memasukan latihan bercakap-cakap kedalam jadwal
kegiatan pasien
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan pasien lain
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol halusiansi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain ke dalam jadwal
harian.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasein menggunakan cara menghardik dan bercakap-
cakap saat suara itu muncul
b. Anjurkan pasein latihan menghardik dan bercakap-cakap dan
memasukkan dalam jadwal harian
Perawat :
Lanjutkan SP 3
22-11-2018 Gangguan sensori persepsi SP 3 : S : Pasien mengatakan
halusinasi dengar 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien a. Melakukan aktivitas terjadwal menyapu dan mengepel dan
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi disaat sendirian berbicara dan mengobrol dengan temannya
dengan melakukan kegiatan b. Terkadang klien juga menutupi telinganya
Menganjurkan pasien memasukkan kejadwal O:
kegiatan harian a. Pasien mau membantu membersihkan ruangan seperti
menyapu dan mengepel
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
P:
Pasien :
a. Anjurkan sering aktivitas di ruangan
Perawat :
82

Lanjutkan SP 4
23-11-2018 Gangguan sensori persepsi SP 4: S : Pasien mengatakan
halusinasi dengar 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Setelah minum obat suara-suara itu agak berkurang
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai b. Obatnya ada tiga macam dan harus rutin diminum
penggunaan obat secara teratur. O:
Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan a. Pasien meminta obat pada perawat atas inisiatifnya sendiri
obat secara teratur kedalam jadwal kegiatan b. Pasien memminum obat yang sudah diberikan
harian. c. Pasien memasukan penggunaan obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian
A:
a. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
b. Pasien mampu memasukkan penggunaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal minum
obat secara teratur dan rutin
Perawat :
Pertahankan SP 4, Latih pasien minum obat secara teratur dan
anjurkan untuk mengikuti TAK
83
82

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan Jiwa yang dilakukan pada

Ny.S dan Tn.P dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengarandi Ruang Merpati RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang,

pengkajian sampai evaluasi dilakukan mulai Tanggal 9-15 Okteber 2019.

Pembahasan ini akan membahas antara teori dengan penerapan asuhan

keperawatan di lahan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan eveluasi keperawatan.

4.1.1 Pengkajian Keperawatan

Data yang dikumpulkan dari Ny.S dan Tn.P meliputi identitas klien,

keluhan utama, alasan masuk, faktor prediposisi, faktor presipitasi, aspek

fisik/biologis, aspek psikososial, status mental, kebutuhan persiapan

pulang,mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,

pengetahuan serta aspek anamnese atau pengkajian langsung pada klien dan

allo anamnese atau anamnese pada orang lain. Data yang diperoleh

dikelompokkan kemudian dirumuskan masalah keperawatan.

Pengkajian adalah mengumpulkan data obyektif dan subyektif dari

pasien. Adapun data yang terkumpul mencakup identitas klien, infromasi

klien dan keluarga (Nursalam,2014)

Fakta yang didapat saat pengkajian mengenai tanda dan gejala yang

muncul pada Ny.S yaitu berbicara sendiri, sering marah-marah dan

melakukan bunh diri pada ibunya maupun diri sendiri saat bisiskan datang

(inadekuat), jarang berinteraksi dengan orang lain, dan berbicara tidak

sesuai kenyataan (inkoheren), sedangkan pada Tn.P tanda yang muncul


83

yaitu berbicara sendiri, berkomat-kamit, jarang berinteraksi denga orang

lain, keluyuran,merasa takut dan berbicara tidak sesuai kenyataan

(inkoheren)

Menurut Kliat (2009) tanda dan gejala halusinasi yaitu 1) bicara,

senyum dan tawa sendiri, 2) menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan

mata yang cepat dan repon verbal yang lambat, 3) menarik diri dari orang

lain dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain, 4) tidak dapat

membedakan antara kenyataan dengan keadaan yang tidak nyata, 5) terjadi

peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, 6) perhatian

dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasidengan pengalaman sensorinya, 7) curiga, bermusuhan,

merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan takut, 8) ekspresi

muka yang tegang, mudah tersinggung jengkel dan marah, 9) tidak mampu

mengikuti perintah dari perawat, 10) tampak tremor, berkeringat, perilaku

panik atau agitasi dan katatonik.

Menurut penulis tanda dan gejala tidak muncul semua pada Ny.S

dan Tn.P seperti terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan

darah dikarenakan adanya hubungan dengan waktu perawatan kedua klien

tersebut di rumah sakit yang dimana kedua klien mendaptkan terapi serta

pengobatan selama berada dirumah sakit. Ekspresi muka tenang, mudah

tersinggung, jengkel, marah, tidaka mapu mengikuti perintah dari perawat,

tampak tremor, berkeringat, agitasi dan katatonik juga tidak muncul pada

kedua klien karena saat dilakuakan pengkajian keadaan umun kedua klien

membaik dan sedikit kooperatif walaupun belum maksimal.


84

Pengkajian factor presdiposisi pada pengalaman masa lalu yang

tidak menyenangkan, Ny.S mengatakan pernah dibully teman sekolah,

sedangkan Tn.P klien mengatakan pernah menikah 10x dengan istri terakhir

klien ditinggal selingkuh. Menurut Yoseph (2010) dalam factor biologis,

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress

yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan di hasilkan

suatu zat yang dapat bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress

berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.

Menurut penulis, yang terjadi pada kedua klien dikarenakan penyebab

dipengaruhi oleh perkembangan klien yang terganggu, misalnya rendahnya

control dan kehangatan keluartga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan

terhadap stress.

Pengkajian psikososial pada harga diri Ny.S mengatakan malu

dengan keadaanya sekarang sedangkan Tn.P tidak malu dengan keadaanya

sekarang. Menurut Keliat (2005) harga diri yang tinggi merupakan perasaan

yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat, ia merasa sebagai orang

yang penting dan berharga. Menurut penulis disebabkan karena Ny.S

mempunyai keinginan bisa terus berkumpul dengan keluarganya tetapi tidak

bisa terwujud karena klien harus di rawat di RSJ dan akhirnya merasa

kecewa dengan dirinya sendiri.

Pengkajian mekanisme koping Ny.S mengatakan ketika ada masalah

klien selalu menceritakan kepada orang lain, sedangkan Tn.P mengatakan

jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain. Menurut Keliat
85

(2005) cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhdap situasi yang

mengancam. Menurut penulis dapat disimpulkn bahwa disebabkan karena

koping individu inefektif Tn.K lebih sering menyendiri, melamun, jarang

bercakap-cakap dengan orang lain, kecuali jika diajak ngobrol terlebih

dahulu oleh perawat, dokter dan juga temannya.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Pada kenyataanya, ada delapan masalah keperawatan yang muncul

pada klien skizofrenia yaitu

1) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran

2) Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain

3) Respon Pasca Trauma

4) Isolasi sosial : menarik diri

5) Harga diri rendah

6) Kurang pengetahuan tentang pengobatan

7) Defisit perawatan diri

8) Gangguan proses pikir

Menurut teori Kliat (2009) ada empat diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul pada pasien skizofrenia yaitu gangguan resepsi sensori :

halusiansi pendengaran, isolasi sosial : menarik diri : harga diri rendah:

situasional dan resiko perilaku kekerasan sedangkan data yang ditemukan

oleh penulis tidak sesuai dengan teori karena pada kenyataanya ada

diagnosa tumbuhan yaitu Gangguan proses pikir. Menurut penulis, diagnosa

Gangguan proses pikir yang muncul pada klien Ny.S karena adanya efek
86

dari core problem yang tidak segera atau tidak mampu teratasi dengan baik,

terbukti dengan adanya kesulitan yang klien hadapi saat mendengarkan

bisikan yang menyuruh mencekek serta adanya pandangan yang tidak fokus

dan mudah untuk menghilangkan pandangan terhadap pewawancara

sedangkan untuk di diagnosa gangguan pengelolaan mood dan masalah

yang terjadi dengan cara maladaptif, seperti yang terjadi pada klien Tn. P

yaitu mempunyai mood yang kurang baik, mudah marah dan tersinggung

akibat strees bahwa dirinya merasa tidak tercukupi kebutuhan sehari-hari.

Dari data tersebut sudah dapat diambil diagnosa bahwa Tn. P megalami

ketidakefektifan koping terhadap masalah atau stressor yang dialami.

4.2.3 Perencanaan Keperawatan

Pada kenyataannya rencana keperawatan pada klien gangguan

persepsi sensori halusinasi pendegaran yang dilakuakan dalam bentuk

strategi pelaksanaan yaitu klien dapat mengontrol halusinasinya, TUK 1

membantu klien mengenal halusinasi, TUK 2 meletakkan klien untuk

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakpa bersama orang lain,

TUK 3 melatih klien untuk mengotrol halusinasi denga melakukan aktifitas,

TUK 4 melatih klien minum obat teratur dalam pelaksanaan TAK.

Menurut teori Nursalam (2015) intervensi keperawatan adalah

semua tindakan usaha keperawatan yang dirancang untuk membantu klien

dalam berlari dari tingkat kesehatan saat ini. Ketika yang diinginkan dari

hasil yang diharapkan tindakan ini termasuk intervensi yang diperkasai oleh

perawta, dokter atau intervensi kolaboratif.


87

Menurut penulis berdasarkan intervensi keperawatan yang sudah

direncakan terhadap intervensi tumbuhan berupa terapi aktif (TAK)

dikarenakan kedua pasien tersebut sudah kooperatif, namun belu mampu

berkomunukasi dan berinteraksi secara baik denga maklsimal maka dari itu

penulis menambhakan intervensi

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Keliat, dan

Akemat, 2009). Implementasi dilakukan sesuai dengan apa yang dilakukan

perawat kepada klien dan menurut sumber-sumber yang didapat oleh

perawat. Yang pertama dilakukan olehn perawat adalah TUK 1 membantu

klien mengenali halusinasi, TUK 2 membantu klien mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap, TUK 3 membantu klien mengontrol halusinasi

dengan melakukan aktifitas terjadwal, TUK 4 membantu klien melatih

untuk minum obat secara rutin dan yang terakhir terpi aktifitas kelompok

(TAK) stimulasi persepsi sensori

Pada kenyataannya, implementasi pertama pada Ny. S dilakukan

pada tanggal 9 Oktober 2019 jam 09.00 sedangkan pada Tn. P implementasi

pertama dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2019 jam 10.00 membantu

klien untuk mengenal penyebab halusinasi yang dialaminya. Implementasi

telah dilaksanakan sesuai teori mengenai rencana tindakan keperawatan

pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran hingga terapi

aktivitas kelompok (TAK).


88

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi pada hari ke-3 Ny.S sudah sampai SP 3, sedangkan Tn.P

evaluasi pada hari ke-4 sudah sampai SP 4. Menurut Yosep (2010) kritea

evaluasi dari SP 3 adalah setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan

tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien

menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi, klien dapat memilih dan

memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar/ lihat/ penghidu/ raba/

kecap), klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan

halusinasinya, klien mengikuti terapi aktivitas kelompok. Kritea evaluasi SP

4 adalah seteelah 1 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju

mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan pengertian,

tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk

mengendali kan halusinasi. Menurut penulis, Tn.K sudah sampai SP 3

karena pasien mampu mengendalikan halusinasinya, klien mneyebutkan

cara baru mengontrol halusinasi,klien dapat memilih dan memperagakan

cara mengatasi halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), klien

melaksanakan cara yang telah dipilih untuk menegndalikan halusinansinya,

klien mengikuti terapi aktivitas kelompok sehingga bisa dilanjutkan ke SP 4

karena keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan

perawat, keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses

terjdinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi sehingga

bisa dilajutkan ke SP 5.
89

BAB 5

PENUTUP

Dari uraian bab pembahasan dan disesuaikan dengan tujuan khusus


dari penulisan studi khusus, maka penulisan dapat menarik kesimpulan
berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan “Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia Di Ruang Kutilang Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang”
makadapat diambil kesimpulandan saran sebagai berikut.
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatanterdapatperbedaanantaraklien I dank
lien II yaitu pada factor presdiposisi, psikososial, status mental, dan
mekanisme koping akan tetapi secara teoritis keduanya mempunyai
kesamaan.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien halusinasi
pendengaran ada 3, tetapi pada kasus tedapat 9 diagnosa
a. ResikoPerilakuKekerasan
b. ResikoBunuhDiri
c. ResponPasca Trauma
d. ResikoJatuh
e. HargaDiriRendah
f. GangguanPersepsiSensori
g. Gangguan Proses Pikir
h. MekanismeKopingInefektif
i. IsolasiSosial
5.1.3 Perencanaan Keperawatan
Pada perencanaan keperawatan tidak terdapat perbedaan antara teori
dan kasus
90

5.1.4 Implementasi Keperawatan


Pada Sdr.A dan Tn.K sama yaitu SP 1 dan SP 5 Tetapi pada SP 4
dilaksanakan sebanyak 3 kali karena kedua klien belum dapat merespon
dengan baik, sedangkan pada SP 5 tidak bias dilakukan
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada Sdr.A dan Tn.K pada hari ke-4 bisa dilakukan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang lebih beresponSdr.A karena
klien mampu berinterkasi dengan klien lainnya.
5.1.6 Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan
saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa secara optimal.
2. Bagi rumah sakit
Di harapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien jiwa
dengan seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
3. Bagi institusi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.

91

DAFTAR PUSTAKA

Beck, dkk. 2010. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC : 302


Budi, A dan Keliat. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika. 4
Carpenito. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Coleman dan Maramis. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa :
Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI, 2010. Dampak Harga Diri Rendah : 336
www//http.surkesnas.unad.ac.id, diakses 18 Maret2017
Fajariyah. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Gordon. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Muha Medika:145
Hawari. 2009. Nanda 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Isaacs. 2009. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Penerbit Salemba medika
Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, 2009. Skizofrenia, dalam Sinopsis
Psikiatri, edisi 7, vol 1. Yogyakarta : Binarupa aksara.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, 2009. Harga Diri Rendah. Yogyakarta :
Binarupa aksara.
Kazadi. 2013. Buku Ajar AsuhanKeperawatanJiwa. Yogyakarta
:NuhaMedika.
Keliat. 2012. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa.Jakarta : EGC.
Kountur. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Medika
Luana. 2007. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC:67
Maramis. 2014. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmaja.
Maramis. 2009. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmaja.
NANDA Internasional. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2016. Jakarta: EGC : 127
Nurjanah. 2010. Psychaiatric Nursing : Biological and Behavioral concept.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
92

Nursalam. 2011. Desain Penelitian. Jakarta : Salemba Medika


Rahardjo. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Medika
Ridhyallah. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Yogyakarta :
Graha Ilmu:167
Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 2,
Penerbit: Buku Kedokteran. Jakarta:EGC
Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2010 Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3,
Penerbit: Buku Kedokteran. Jakarta:EGC
Videbeck. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Muha
Medika:215
Yosep & Sutini. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu:167
http://heryyusuf.blogspot.co.id/2014/107/jurnal-penelitian-harga-diri-
rendah.html. (diakses pada tanggal 19 Mei 2017).
http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?
file=preview_mahasiswa&id=87&name=13DP277018.pdf. (diakses
pada tanggal 19 Mei 2017)
Lampiran 1

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

Nomor :-

Lampiran :-

Perihal : PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Kepada :

Yth. Kepala Ruangan IGD RSUD Dr.R Soedarsono Kota Pasuruan

Di tempat,

Sehubungan dengan akan dilakukannya Ijin penulisan KTI bagi


Mahasiswa tingkat III Universitas Jember Kampus Pasuruan. Maka kami
mohon agar dapat mahasiswa berikut ini untuk mengambil data penelitian di
RSUD dr.R Soedarsono Kota Pasuruan.
Nama : Alfiyah Fauziah
NIM : 172303102190
Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Skizofrenia di
RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Demikian atas bantuan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

Koordinator Program Studi DIII


Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Jember Kampus Pasuruan

Nurul Huda, S.Psi, S.Kep, Ns, M.Si.


Nip. 19700924199302 1 001
Lampiran 2
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTAPASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa Universitas
Jember Kampus Pasuruan :
Nama : Alfiyah Fauziah
NIM : 172303102190
Akan mengadakan penelitian dengan judul Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran pada
Skizofrenia di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Sehubungan
dengan hal menandatangani lembar persetujuan saya menjamin kerahasiaan
identitas dan informasi yang akan diberikan.
Atas kehadiran, partisipasi dan bantuan anda, saya ucapkan terima kasih.

Pasuruan, Juni 2020

Hormat saya

Alfiyah Fauziah
NIM. 172303102190
Lampiran 3
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Alamat : Surabaya
Pendidikan Terakhir : S1 Ekonomi
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta manfaat dilakukannya
asuhan keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Skizofrenia di RSJ DR.
Radjiman Wediodiningrat Lawang”. Menyatakan (SETUJU/TIDAK
SETUJU) diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila sewaktu-
waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan ini.
Saya percaya informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya.
Pasuruan, Juni 2020
Responden

(……………………..)

Keterangan :*Coret yang tidak perlu


Lampiran 4
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tn. P

Umur : 56 tahun

Alamat : Pasuruan

Pendidikan Terakhir : SMP

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta manfaat dilakukannya


asuhan keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Skizofrenia di RSJ DR.
Radjiman Wediodiningrat Lawang”. Menyatakan (SETUJU/TIDAK
SETUJU) diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila sewaktu-
waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan ini.

Saya percaya informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya.

Pasuruan, Juni 2020

Responden

(……………………..)

Keterangan :*Coret yang tidak perlu


Lampiran 5

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN
Alamat: JL KH. Mansur No. 207 Pasuruan-Telp. (0343) 426730

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama : Alfiyah Fauziah


NIM : 172303102190
Pembimbing I : Nurul Huda, S.Psi, S.Kep, Ns, M.Si.
Judul Studi Proposal KTI : Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Skizofrenia di RSJ DR.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
Tanggal Data Konsultasi Tanda Tangan
Konsultasi
29 Maret 2019 Konsul judul + Acc judul lanjut BAB 1 1.
09 April 2019 BAB 1 Introduction, Justifikasi, 2.
Kronologi, Solusi
12 April 2019 Revisi BAB 1 Introduction, Justifikasi, 3.
dan Kronologi
23 Mei 2019 Revisi BAB 1 Solusi 4.
27 Mei 2019 ACC BAB 1 Lanjut BAB 2 5.
16 Juli 2019 BAB 2 revisi intervensi 6.
18 Juli 2019 ACC BAB 2 lanjut BAB 3 7.
20 Juli 2019 ACC BAB 3 + Lampiran 8.

25 Juli 2019 Revisi Penulisan 9.

26 Juli 2019 ACC Ujian 10.

Anda mungkin juga menyukai