Anda di halaman 1dari 33

CRASH - INJURY

Road Traffic
Fatalities-2
KECELAKAAN LALU LINTAS
Suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, yang mengakibatkan korban manusia
atau kerugian harta benda.

KONFLIK LALU LINTAS


Suatu kondisi lalu lintas dengan pergerakan dua kendaraan atau lebih yang saling mendekati
dalam suatu ruang dan waktu, yang dekat ke suatu peristiwa tabrakan, yang apabila salah
satu kendaraan atau keduanya tidak melakukan tindakan (mengerem atau mengelak) akan
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

PENCEGAHAN KECELAKAAN
Suatu upaya peningkatan keselamatan jalan melalui perbaikan desain jalan guna
mencegah kecelakaan lalu lintas serta meminimumkan korban kecelakaan.

PENGURANGAN KECELAKAAN
Suatu upaya peningkatan keselamatan jalan dengan pertimbangan pendekatan ekonomis
melalui perbaikan jalan di suatu lokasi kecelakaan yang dianggap rawan kecelakaan.
AUDIT KESELAMATAN JALAN
Bagian dari strategi pencegahan kecelakaan lalu lintas dengan suatu pendekatan perbaikan
terhadap kondisi desain geometri, bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung jalan yang
berpotensi mengakibatkan konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas melalui suatu konsep
pemeriksaan jalan yang komprehensif, sistematis, dan independen.

TUJUAN AUDIT KESELAMATAN JALAN


 Mengidentifikasi potensi permasalahan keselamatan bagi pengguna jalan dan yang
mempengaruhinya dari proyek jalan,
 Memastikan bahwa semua perencanaan/desain jalan baru dapat beroperasi semaksimal
mungkin secara aman dan selamat.

MANFAAT AUDIT KESELAMATAN JALAN


1. Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan pada suatu ruas
jalan,
2. Mengurangi parahnya korban kecelakaan,
3. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan auatu ruas
jalan melalui pengefektifan desain jalan.
4. Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas.
TAHAPAN AUDIT KESELAMATAN JALAN
 Audit pada tahap pra rencana (pra design stage)
 Audit pada tahap draft desain (draft engineering design stage)
 Audit pada tahap detail desain (detailed engineering design stage)
 Audit pada tahap percobaan beroperasinya jalan atau pada ruas jalan yang telah
beroperasi secara penuh (operational road stage).

AUDIT TAHAP PRA DESAIN


 Pemilihan rute jalan
 Perencanaan kelas dan fungsi jalan
 Perencanaan tata guna lahan di sekitar jalan
 Perencanaan akses dan pemilihan desain persimpangan
 Perencanaan alinyemen jalan
 Antisipasi pertumbuhan aktivitas di sepanjang jalan
.
AUDIT TAHAP DRAFT DESAIN
 Geometri dari alinyemen jalan
 Lay-out jalan dan persimpangan
 Jarak pandang
 Ruang bebas samping
 Jaringan pejalan kaki/sepeda
 Fasilitas penyeberangan
 Teluk bus dan atau fasilitas pemberhentian kendaraan

AUDIT TAHAP DETIL DESAIN


 Geometri jalan yang telah dibuat
 Lay-out dan desain akses/persimpangan yang dipilih
 Lay-out dan desain lay-bus, fasilitas penyeberangan dan jaringan jalan untuk sepeda
 Marka jalan dan penempatan rambu
 Tata letak landsekap
 Tata letak lampu penerangan jalan
AUDIT TAHAP OPERASIONAL JALAN
 Konsistensi penerapan standar geometri jalan secara keseluruhan
 Konsistensi penerapan desain akses/persimpangan
 Konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan bangunan pelengkap jalan
 Pengaruh desain jalan yang terimplementasi terhadap lalu lintas (konflik lalu lintas)
 Pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap kondisi lalu lintas
 Karakteristik lalu lintas dan pejalan kaki
 Pengaruh perambuan, marka, dan lensekap terhadap lalu lintas
 Kondisi permukaan jalan
 Kondisi penerangan jalan
FAKTA
1. Road traffic accidents merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan
diprediksikan akan menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian pada tahun 2020 (WHO);
2. Angka korban jiwa akibat kecelakaan di jalan Indonesia mencapai lebih dari 30 ribu
jiwa per tahun;
3. Perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia sangat pesat. Dari MTI diperoleh data
sbb:
Faktor Penyebab Tabrakan
Secara Umum, Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas adalah:

Faktor Manusia; 67.00%

Kombinasi faktor tersebut;


24.00%
Faktor Jalan dan Lingkungan;
4.00%
Faktor Kendaraan; 5.00%

SUMBER: hasil penelitian MTI


Landasan Hukum terkait Keselamatan Jalan
UU 38 / 2004
Tentang Jalan

PP 34 / 2006
Tentang Jalan

Permen PU No.11/PRT/M/2010 Tata


Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan

UU 22 / 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Renstra Dinas Bina Marga

Resolusi PBB No 62/255


tentang Improving Road Safety

Rencana Umum Nasional Keselamatan


Jalan
KESELAMATAN DAN LAIK FUNGSI JALAN
UU RI No. 22/2009 tentang LLAJ:
Pasal 8 (f) : Uji Kelaikan Fungsi Jalan sesuai dgn standar keamanan &
keselamatan berlalu lintas.

UU RI No. 38/2004 tentang Jalan


Pasal 30 (a) : Pengoperasian jalan umum dilakukan setelah dinyatakan
memenuhi persyaratan laik fungsi secara teknis & administratif

 PP RI No. 34/2006 tentang Jalan


Pasal 102 ayat 1 : Jalan umum dioperasikan setelah ditetapkan
memenuhi persyaratan laik fungsi jalan umum secara teknis &
administratif sesuai dgn pedoman yg ditetapkan oleh Menteri & menteri
terkait;

Permen PU RI No. 11/PRT/M/2010 ttg Tata Cara & Persyaratan


Laik Fungsi Jalan
Resolusi PBB 64/255
Resolusi PBB No 64/255

Resolusi PBB No. 64/255 tanggal 2 Maret 2010 yang menegaskan kembali kepada
negara anggota untuk bersama-sama menurunkan jumlah korban
kecelakaan melalui beberapa point, yaitu:
a. Mencanangkan 2011-2020 sebagai Dekade Aksi Keselamatan Jalan dengan
tujuan awal menstabilkan kondisi umum, dilanjutkan dengan pengurangan
jumlah prakiraan korban lalu lintas melalui kegiatan global, regional dan lokal,
dan serentak.
b. Meminta kepada setiap negara anggota untuk menetapkan target penurunan
jumlah korban kecelakaan yang dapat dicapai pada akhir Dekade, sesuai
dengan rencana aksi nasional.
c. Meminta Pemerintah untuk memimpin pelaksanaan Dekade Aksi dan
memfasilitasi kolaborasi multisektor (pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat).
Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan

Sektor yang mempengaruhi penanganan keselamatan


jalan, yaitu:
a. Pilar 1: Manajemen Keselamatan Jalan
b. Pilar 2: Jalan yang berkeselamatan,
c. Pilar 3: Kendaraan yang berkeselamatan,
d. Pilar 4: Perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan,
e. Pilar 5: Penanganan korban pasca kecelakaan.
PERMASALAHAN
KESELAMATAN JALAN

Permasalahan Internal:
 Kemampuan terbatas dalam menyediakan infrastruktur yang sesuai kebutuhan
perkembangan kendaraan
 Umur layanan jalan dan jembatan sebagian besar sudah habis
 Jalan arteri dapat diakses langsung dari jalan lingkungan/lokal
 Ruas jalan masih banyak yang tanpa marka & rambu
 Simpang sebidang dengan titik konflik terlalu banyak
 Lebar jalan masih banyak yang sub-standar
 Alinyemen jalan masih banyak yang sub-standar karena berada pada topografi yang tidak
memungkinkan
Permasalahan Eksternal:

FAKTOR PENGGUNA:
• Budaya berkendara;
• Pengetahuan pengguna jalan yang masih sangat
rendah;
• Kurangnya rasa hormat terhadap hukum dan
kesantunan di jalan raya;

• Kondisi kendaraan (dan muatan) yang tidak memadai


untuk melakukan pergerakan yang berkeselamatan di
jalan raya;
• Bercampurnya semua jenis kendaraan dalam satu
ruas jalan.
Permasalahan Eksternal:
GANGGUAN FUNGSI JALAN
• UU.22/2009 Pasal 28 :
1. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan kerusakan dan/atau gangguan fungsi
jalan
2. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan
jalan.
• PP.34/2006 Pasal 38 :
Setiap orang dilarang memanfaatkan rumaja yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan
• UU.38/2004 Pasal 12 :
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam
rumaja, rumija dan ruwasja.
Permasalahan Eksternal:
PEMANFAATAN JALAN YANG TIDAK SEMESTINYA

Pasar Tumpah

Pangkalan becak

Warung Tepi Jalan

UU 38/2004 – Penjelasan Pasal 12:


Billboard
Mengganggu fungsi jalan:
a. Terganggunya jarak pandang.
b. Hambatan samping.
c. Menimbulkan kecelakaan.
d. Kerusakan perlengkapan jalan.
RATEGI PENANGANAN JALAN YANG
RKESELAMATAN

REKAYASA KESELAMATAN JALAN (RKJ)


Modifikasi/Rekayasa lingkungan fisik jalan dengan menggunakan
proses-proses dan teknik-teknik, dalam upaya mengurangi resiko
semua pengguna jalan
PROSES UTAMA DALAM “RKJ”:

 proses reaktif: investigasi kecelakaan “blackspot” -


berdasarkan pada data tabrakan suatu lokasi, dan
bertujuan untuk mengurangi jumlah tabrakan
dan/atau tingkat keparahan pada lokasi tersebut.

 proses proaktif: audit keselamatan jalan -


menggunakan keahlian yang sama, tetapi
dilakukan dalam tahap perencanaan untuk
mencegah tabrakan.
LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI BLACKSPOT

Identifikasi
“blackspot”
Lakukan Kumpulkan
pekerjaan sebanyak
penanganan mungkin
“blackspot” informasi

Desain dan
alokasikan dana Gambar diagram
tabrakan, dan
matrik faktor
tabrakan

Putuskan
penanganan Inspeksi
“blackspot” biaya lapangan
murah
Tahapan Proses Audit Keselamatan Jalan

Preliminary Detailed
Feasibility Construction Operational
Design Engineering Pre-Opening Kecelakaan
Study
Design

Audit Investigasi
Audit Audit Audit Audit
Keselamatan Inspeksi KJ Lokasi Rawan
Keselamatan Keselamatan Keselamatan Keselamatan
Jalan Tahap Kecelakaan
Jalan Tahap Jalan Tahap Jalan Tahap Jalan Tahap
FS
Preliminary DED Pekerjaan Pre-Opening
Design Jalan
Variabel Parameter Sumber
 Geometrik Jalan  Tipe jalan  MKJI, 1997
Desain  Fungsi jalan  PP No.34 Tahun 2006 tentang jalan
 Kelas jalan  PP No.43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Jalan 

Alinyemen horisontal
Alinyemen vertikal 
Lintas Jalan
Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan kaki pada
 Persimpangan Jalan Umum, 1999
 Penampang melintang
jalan
 Jalur pejalan kaki
 Street furniture  Jenis rambu-rambu  PP No.43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
 Jenis marka Lintas Jalan
 Penempatan rambu-  Kepmen Perhubungan No.3 tahun 1994
rambu  Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan kaki pada
 Penempatan marka Jalan Umum, 1999
 Penempatan lampu
isyarat
 Alat pengendali
pemakai jalan
 Alat pengaman
pemakai jalan
 Sarana pejalan kaki
 Parkir  Penempatan fasilitas  Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
parkir
 Sudut parkir
 Kapasitas parkir
Variabel Parameter Sumber
 Penyebab  Manusia  Warpani, 2002
Karakteristik kecelakaan  Kendaraan
 Jalan
Kecelakaan  Klasifikasi


Lingkungan
Cara terjadi kecelekaan  Pignataro, 1973
kecelakaan  Jenis kecelakaan
 Daerah rawan  Lokasi kecelakaan  Pedoman Operasi Unit Penelitian
kecelakaan  Panjang jalan Kecelakaan Lalu Lintas
 Jumlah kecelakaan
 Angka kecelakaan  Nilai tingkat kecelakaan  Pedoman penanganan lokasi rawan
 Nilai tingkat keparahan kecelakaan lalu lintas, 2004
 Waktu terjadinya  Pagi/siang/sore/ malam hari
kecelakaan  Jam kejadian
 Korban kecelakaan  Korban luka ringan  PP No.43 Tahun 1993 tentang Prasarana
 Korban luka berat dan Lalu Lintas Jalan
 Korban meninggal
 Tidak ada korban
MODEL HUBUNGAN antara desain jalan dan karakteristik
kecelakaan dengan jumlah kejadian, keterlibatan kecelakaan, dan tingkat
keparahan
Variabel Parameter

Desain jalan 

Geometrik jalan
Street furniture
 Checking list audit
keselamatan jalan
 Parkir

Karakteristik kecelakaan 

Jumlah kejadian
Tingkat kecelakaan


Jumlah korban mati
Jumlah korban luka berat
 Tingkat keparahan  Jumlah korban luka ringan
 Jumlah kecelakan
 Angka kecelakaan
 Nilai EAN
Angka tingkat kecelakaan per-km, berdasarkan karakteristik atau tingkat korban kecelakaan per
kilometer jalan, kemudian dikalikan nilai bobot sesuai tingkat keparahannya (EAN). Nilai
pembobotannya diambil dari hasil Transport Research Laboratory tingkat korban; Mati (M) = 12,
Luka Berat (LB) = 3, Luka Ringan (LR) = 3.

Angka keterlibatan kecelakaan per-100 juta kendaraan-km, dihitung dengan persamaan:

Rc = (A x 100.000.000) / (365 x T x V x L)
Keterangan:
Rc = Angka keterlibatan kecelakaan (kecelakaan per-100 juta kendaraan-km)
A = Jumlah kecelakaan selama periode waktu pengamatan pada tiap-tiap 1 kilometer
panjang jalan
100 juta = Perseratus juta kendaraan
365 = Jumlah hari dalam 1 tahun
T = Waktu periode pengamatan 1 tahun
V = Volume lalu lintas harian rata-rata (kendaraan/hari)
L = Panjang jalan (km)
Volume dan kecepatan lalu lintas dengan jumlah kecelakaan
Pola hubungan antara volume lalu lintas dengan kejadian kecelakaan lalu lintas dapat diketahui
dengan cara:
“menghubungkan antara volume lalu lintas dengan kejadian kecelakaan yang terjadi pada
masing-masing ruas jalan, dan untuk memperjelas pola hubungan antara volume lalu lintas
tahunan rata-rata (AADT) dengan angka kecelakaan (accident rate) masing-masing ruas”.

Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetap pada jalan
selama periode waktu tertentu, biasanya dihitung dalam satuan kendaraan/jam. Kecepatan
merupakan rasio jarak yang ditempuh dengan waktu perjalanan dengan persamaan sebagai
berikut:
Dimana:
V = S/t V = kecepatan (m/det)
S = jarak perjalanan (m)
t = waktu perjalanan (dt)
Penentuan lokasi rawan kecelakaan dilakukan atas asumsi:

a. Jumlah kejadian kecelakaan pada tiap kilometer memiliki jumlah kejadian kecelakaan
tertinggi.

b. Angka kecelakaan berdasarkan tingkat korban kecelakaan tiap kilometer jalan yang memiliki
jumlah nilai bobot melebihi suatu Batas Kontrol Atas (BKA).

c. Angka keterlibatan kecelakaan per-100 juta kendaraan-km (100JKPK) tiap kilometer jalan
melebihi suatu Batas Kontrol Atas (BKA).

Batas Kontrol Atas (BKA) =

Dimana:
C = Rata-rata angka kecelakaan (sesuai angka kecelakaan yang ditinjau)

Dengan membandingkan Rc (angka keterlibatan kecelakaan per-100 juta kendaraan-km) dengan BKA
(Batas Kontrol Atas) pada daerah pusat kota 6 tahun terakhir maka dapat diketahui apakah angka
kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan tersebut masih dalam batas normal atau tidak. Jika angka
keterlibatan kecelakaan kurang dari batas control atas, termasuk dalam tingkat yang normal.
TERIMA KASIH....

Anda mungkin juga menyukai