Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

MATA KULIAH : KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN


KERJA DALAM KEPERAWATAN
DOSEN MATA KULIAH : NS. MARDHATILLAH, S. KEP

Kelompok 1 :
Putra Oetami
Juhandri
Munawarah
Fathul Rizal
Edawati
Muchlis
Roza Yusni
Baini Hasan
Adawiyah BR Selian

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MEDIKA SEURAMOE BARAT
MEULABOH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat dan
KaruniaNya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit”.
Makalah iniberisikan tentang Latar Belakang, permasalahan, dan tujuan yang nantinya
diharapkan Makalah ini memberikan informasi kepada kita semua tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata “sempurna”, oleh karena itukritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi ksempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca khususnya, semoga Allah S.W.T senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amiin.

Aceh Barat, 29 September 2021

                                                                                                                     Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Permasalahan....................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja............................... 3
B. Bahaya yang Dihadapi dalam Rumah Sakit/Instansi Kesehatan... 4
C. Manajemen Keselematan dan Kesehatan......................................... 5

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 9


A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing rumah sakit Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan rumah sakit sangat ditentukan
peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada rumah sakit Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan rumah sakit, tetapi juga dapat mengganggu proses penyembuhan dan pengobatan
secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di beberapa neg faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja
yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun
sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya. 
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

1
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan di rumah sakit dalam
menangani korban dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja.

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dan peran
dari sisi rumah sakit tersebut dalam menangani pasien/orang yang sakit dan mencegah
kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja
dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun
sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya- upaya K3 di RS. 

3
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya- bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. 

B. Bahaya yang Dihadapi dalam Rumah Sakit atau Instansi Kesehatan


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya- bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun
peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi
kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
(obat – obatan). 
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
3. Bahaya radiasi. 
4. Luka bakar. 
5. Syok akibat aliran listrik. 
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam.
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. 

Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan,


antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini
akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit/instansi
kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC)  tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan
kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains  : 52%;contussion, crushing,
bruising    : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries:
2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis:
1.2%; dan lain-lain: 12.4% ( US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium
Statistics, 1983). 
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal   4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian
sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa
4
banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang
ada di RS. 
Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita
petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan
saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang
belakang dan pergeseran diskusi intervertebrae. 
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas
RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan
saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit
dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya
untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3
RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelengaraan K3 di RS lebih efektif, efesiensi dan
terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik pengelola maupun karyawan
RS.

C. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan
mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan ( malprektek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari
kesalahan kerja. 
Untuk mencapai tujuan tersebut, membagi kegiatan atau fungsi
manajemen tesebut menjadi : 
A. /Planning /(perencanaan) 
B. /Organizing(organisasi) 
C. /Actuating(pelaksanaan) 

D. /Controlling (pengawasan) 

a) Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini
dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat (hubungan
timbal balik pasien  –  perawat / dokter, serta masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan
tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi: 
a. Hal apa yang dikerjakan 
b. Bagaiman cara mengerjakannya 
c. Mengapa mengerjakan 
d. Siapa yang mengerjakan 

5
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana Kegiatan itu harus dikerjakan
g. Hubungan timbal bali (sebab akibat)

Kegiatan kesehatan (rumah sakit/instansi kesehatan) sekarang tidak lagi hanya di


bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan
penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya. Semua menyebabkan
risiko bahaya yang dapat terjadi dalam (rumah sakit/instansi kesehatan) makin besar. Oleh
karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit/instansi kesehatan harus ditangani
secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit/instansi kesehatan.

b) Organizing (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat
dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah
(wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi
ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat
menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat
daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di
tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan
Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .  
2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja rumah
sakit / instansi kesehatan . 
3. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.
4. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah
sakit/instansi kesehatan. 
5. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit / instansi
kesehatan
6. Dan lain-lain.

Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No.
154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS- Patklin) ataupun
organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait
dengan kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di
tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi
atau seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga
penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi
Kesehatan. 

6
c) Actualiting (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja,
mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib mengetahui dan
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam
rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup
untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia
dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan,
keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan
penyelesaiannya. 

d) Controling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan- pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenag kepada bawahan

Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi


tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja
bersama di rumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus
menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan
sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu
dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara lain

1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansi
kesehatan yang baik, benar dan aman. 

2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara-


cara menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan.  

3. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 

4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja


rumah sakit / instansi kesehatan. 

5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah

7
meluasnya bahaya tersebut. 

6. Dan lain-lain. 

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dar i
zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat –  obatan), Bahan beracun, korosif dan
kaustik, Bahaya radiasi, Luka bakar, Syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat, gelas
yang pecah dan benda tajam & bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.  

B. SARAN
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisiyang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi persaingan global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan
pelayanan tersebut sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping
perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus lebih bersifat manusiawi dan
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan
kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

9
DAFTAR PUSTAKA

Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan


latihan , alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC 

Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit,


Jakarta.:Depkes RI 

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996 

10

Anda mungkin juga menyukai