Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


PSORIASIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2


Dosen Pengampu : Ni Ketut Kardiyudiani, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB.

Disusun Oleh:
Kelas 2D
Kelompok 3
Lidiya Maharani (2920183395)
Melvi Davina (2920183396)
Melani Nur Aisa (2920183397)
Melania Eka Rahmawati (2920183398)
Mia Alifia Komala (2920183399)
Nindya Fajriyati (2920183400)
Novi Ardianti (2920183402)
Nadiya Harlisa (2920183403)
Nikmatul Wakhidah (2920183404)
Nurjanah Fitriana (2920183405)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen
Psoriasis”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah 2 tahun ajaran 2019/2020. Meskipun banyak hambatan dalam proses
pengerjaan, namun kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing dari Keperawatan
Medikal Bedah 2 yaitu Ibu Ni Ketut K, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku
pembimbing akademik yang telah membimbing kami dalam mengerjakan laporan
ini. Kami juga berterimaksih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dalam
pembuatan laporan ini.
Namun menyadari laporan kelompok ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
untuk pembuatan laporan selanjutnya. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat sebagai pembelajaran ilmu keperawatan dan pendidikan pada
umumnya.

Yogyakarta, 4 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR ...................................................................................... 3
A. Definisi .......................................................................................................... 3
B. Etiologi .......................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinik ......................................................................................... 4
D. Klasifikasi ...................................................................................................... 5
E. Patofisiologi ................................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 8
G. Komplikasi..................................................................................................... 9
H. Penatalaksanaan ............................................................................................. 9
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 10
A. Pengkajian.................................................................................................... 10
B. Diagnosis Keperawatan ............................................................................... 10
C. Perencanaan ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok
dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa
plak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal bewarna putih, disertai
fenomena tetesan lilin, serta tanda Auspitz dengan predileksi di kulit kepala,
ekstremitas atas, badan, dan ekstremitas bawah. Psoriasis memang bukan
penyakit yang menduduki kelas atas sebagai penyakit terbanyak dimanapun di
dunia, namun angka kesakitannya dapat diperkirakan lebih tinggi lagi
dikarenakan sifat dari penyakit ini yang kekambuhannya dan kesembuhannya
memiliki pola yang beragam. Morbiditas merupakan masalah yang sangat
penting bagi pasien psoriasis (Muhamad, 2016).
Psoriasis adalah penyakit peradangan kronik yang ditandai oleh
hiperproliferasi dan peradangan epidermis dengan gambaran klinis berupa
plakat eritematosa bersisik. Psoriasis tersebar di seluruh dunia. Prevalensinya
diberbagai populasi bervariasi dari 0,1% sampai 11,8%. Di Amerika Serikat
prevalensi psoriasis berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan perkiraan 150.000
kasus baru didiagnosis tiap tahunnya.Terdapat variasi prevalensi psoriasis dari
masing-masing rumah sakit di Indonesia.Di RSUP Dr. Kariadi terdapat 138
kasus psoriasis (0,73%) selama kurun waktu 3 tahun (1998-2000), di RSUP Dr.
Kariadi terdapat 198 kasus (0,97%) psoriasis selama rentang waktu 5 tahun
(2003-2007). Psoriasis dapat menyerang semua golongan umur, baik anak-anak
maupun orang dewasa. Insidensi puncak awitan psoriasis adalah pada penderita
usia 16-22 tahun dan 57-60 tahun (Budiastuti, 2009).
Kasus psoriasis merupakan penyakit kronis yang memerlukan perhatian
khusus, meskipun psoriasis tidak dapat menyebabkan kematian terhadap
penderitanya. Perhatian khusus yang diberikan dari segi kualitas hidup
pasiennya,karena penderita memiliki lesi yang berulang seumur hidupnya

1
sehingga akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien yang secara tidak
langsung juga berdampak terhadap keparahan penyakit dan pengobatan pasien
psoriasis (Muhamad, 2016).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran penyakit pleuritis dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem integumen psoriasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
penatalaksanaan.
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana melakukan pengkajian pada pasien
psoriasis.
c. Mahasiswa mengetahui diagnosa dan asuhan keperawatan pada pasien
psoriasis.

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Psoriasis atau papulasquamosa merupakan gangguan kulit yang ditandai
oleh percepatan pertukaran sel-sel epidermis dan dermis, seperti plaque,
bercak, atau bersisik. pertukaran sel yang cepat ini menyebabkan peningkatan
derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah ke sel. peningkatan aliran
darah tersebut menyebabkan eritema dan kurang matangnya sel-sel lapisan
(Puspitasari, 2018).
Psoriasis merupakan gangguan inflamasi kronis yang sering terjadi dan
ditandai dengan pertumbuhan sel kulit yang berlebih. Jenis yang paling lazim
terjadi adalah psosiaris vulgaris (psosiaris plak) yang ditandai dengan plak
(pertumbuhan kulit yang berlebihan ) yang mengandung sisik berwarna
keperakan dengan batas yang sangat tegas. Psoriasis tidak dapat disembuhkan
dan tidak menular dan rangkaian gangguannya ditandai dengan remisi dan
eksasebasi(kekambuhan). Rata – rata awitan penyakit terjadi pada usia akhir
dua puluhan (Yulianti, 2016).
Psoriasis merupakan kondidi kulit yang sering ditemukan dan melmiliki ciri
pembentukan fokal plak yang meninggi dan terinflamasi yang terus-menerus
melepaskan sisik, menyebabkan pertumbuhan sel epitel kulit yang berlebihan.
Penyakit ini merupakan penyakit auto imun yang diperantarai limfosit T.
psoriasis merupakan penyakit imflamasi yang konplek, kronis, dan multi factor
uang melibatkan hiperproliferasi dari kreatinisit pada epidermis, dengan
peningkatan kecepatan pergantian sel epidermis (6-9 kali lebih cepat
dibandingkan normal) (Nair, 2018).

B. Etiologi
Menurut Puspitasari (2018) etiologi psoriasis yaitu :
1. Trauma
2. Infeksi
3. Iklim

3
4. Faktor endokrin
5. Sinar matahari
6. Metabolik
7. Obat-obatan
Etiologi psoriasis menurut Yulianti (2016) yaitu:
1. Respon imun sel T yang tidak tepat (sel darah putih yang digunakan untuk
melawan benda asing).
2. Genetik.
3. Trauma.
Menurut Yulianti (2016) Eksasernasi (kekambuhan) psioriasis dapat dipicu
oleh :
1. Perubahan hormonal (pubertas,kehamilan).
2. Infeksi streptokokus.
3. Pajanan terhadap cuaca dingin.
4. Respons stres.
5. Obat-obatan seperti penyekat beta , kortikosteroid atau litium (Eskalith).
6. Gangguan endokrin.

C. Manifestasi Klinik
Menurut Puspitasari (2018) manifestasi klinis dari psoriasis yaitu :
1. Biasanya gatal-gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, seperti muka,
siku, lutut, atau daerah lumbosacral.
2. Sering dijumpai pemisahan kuku atau nail pit.
3. Plak eritematosa berbaatas tegas yang ditutupi oleh skuama putih
keperakan, terutama di lutut, siku, kulit kepala, dan lipatan kulit. Lesi dapat
timbul setelah trauma pada kulit.
Lesi psosiaris tampak dominan pada area siku, lutut, kulit kepala dan
punggung bawah. Psioriasis dapat terdapat pada sedikit lesi atau dapat meliputi
area yang luas pada kulit. Akan tetapi, bagi sebagian besar pasien, kondisi
tersebut cenderung bersifat ringan (Yulianti, 2016).
1. Bercak kering kemerahan yang ditutupi oleh sisik keperakan.

4
2. Inflamasi dan iritasi pada permukaan kulit bagian luar.
3. Gatal disertai pendarahan ketika bercak digar uk atau digosok.
4. Distribusi yang simestris.
5. Wajah jarang terserang.
6. Kuku yang tebal dan berbintik.
Pada jenis plak, plak eritematosa dengan sisik keperakan ,yang ditemukan
secara sistematis, dapat gatal dan nyeri, sering muncul pada area cidera
epidermis. Gutata tampak sebagai pola mirip tetesan merah yang ditemukan
pada batang tubuh, lengan atau tungkai, tetapi tidak setebal psoriasis plak. Pada
jenis terbalik, bercak merah terang yang licin dan mengkilap, mengenai area
fleksura seperti aksila dan pangkal paha. Terdapat kemerahan eritroderma pada
seluruh permukaan tubuh, tampilan mirip lekukan dengan pruritus berat dan
tanda penyakit sistemik. Lepuhan pustul yang mengandung materi purulen
non-infeksi dikelilingi oleh kulit kemerahan pada telapak tangan dan telapak
kaki, atau pada area yang lebih luas, terutama dapat terlihat pada orang dewasa
dan dieksaserbasi oleh matahari. Artritis psoriasis berhubungan dengan nyeri
sendi dengan keterlibatan kulit (Nair, 2018).

D. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Puspitasari (2018) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan bentuk lesi,dikenal macam-macam psoriasis antara lain :
a. Psoriasis puncata : lesi sebesar jarum pentul atau milier.
b. Psoriasis folikularis : lesi dengan skeuama tipis,terletak pada muara
folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : lesi sebesar tetesan air.
d. Psoriasis numularis : lesi sebesar uang logam.
e. Psoriasis girata : lesi sebesar daun.
f. Psoriasis anularis : lesi melingkar berbentuk cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya.
g. Psoriasis diskoidea : lesi merupakan bercak solid yang menetap.

5
h. Psoriasis ostracea : lesi berupa penebalan kulit yang kasar daan tertutup
lembaran-lembaran skeuama mirirp kulit tiram.
i. Psoriasis rupioides : lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.
2. Berdasarkan lokalisasinya lesi,maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti :
a. Psoriasis digitalis/interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama ditungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarum tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau infersus bila lesi didapatkan di daerah fleksor
atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan dibawah
payudara dan lain-lain.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik, seperti kulit
kepala,alis mata,belakang telinga,dan sebagainya.

E. Patofisiologi
Psoriasis ditunjukkan dengan adanya penebalan epidermis, stratum
korneum, dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah
sel-sel basal yang bermitosispun ikut meningkat akibat kadar nukleotida siklik
yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin
monofosfat (GMP) siklik. Sel-sel yang membelah itu dengan cepat bergerak ke
bagian permukaan epidermis yang menebal. hal ini menyebabkan epidermis
menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
perak) (Puspitasari, 2018).

Pathogenesis kondisi ini belum dipahami sepenuhnya. Pencetus yang dapat


menyebabkan terjadinya episode infeksi misalnya kejadian hidup yang
menimbulkan trauma dan stress. Pada banyak orang, tidak terdapat pencetus
yang jelas. Namun, ketika sudah dicetuskan, terdapat pengambilan leukosit
penting ke dermis dan epidermis yang menyebabkan ciri psoriasis plak (Nair,
2018).
Epidermis menjadi terinfiltrasi oleh sek T yang teraktifikasi dalam jumlah
besar, yang dapat menginduksi proliverasi keratinosit. Akhirnya proses
inflamasi yang meingkat dan tidak terkontrol terjadi, dengan produksi berbagai

6
sitokin dalam jumlah besar. Sebagian besar gambaran kronis dari psoriasis
dijelaskan oleh produksi mediator tersebut dalam jumlah besar (Nair, 2018).
Temuan utama pada kulit yang terena pada pasien dengan psoriasis meliputi
pembengkakan vascular akibat dilatasi pembuluh darah superfisial dan
perubahan siklus sel epidermis. Hyperplasia epidermis menyebabkan
pergantian sel yang dipercepat, sehingga terjadi mal nutrisi sel yang tidak
sesuai (Nair, 2018).
Sel yang biasanya kehilangan intinya dalam stratum granulosum
mempertahankan intinya; kondisi ini dikenal dengan parakeratosis. Selain
parakeratosis, sel epidermis yang terkena gagal untuk melepaskan kadar lipit
yang adekuat, yang normalnya mempererat adhesi korneosit. Akibatnya
stratum korneum yang tidak melekat dengan baik terbentuk, menyebabkan
tampilan lesi psoriasis yang mengelupas dan bersisik; dan permukaan
seringkali menyerupai sisik keperekan (Nair, 2018).

7
Pathway
Pathway menurut Indrayani (2018) adalah sebagai berikut :
Tumover Meningkat Genetik Perubahan Biokimia

Kecepatan mitosis sel-sel epidermis meningkat

AMP abnormal Kadar Nukleotida abnormal GMP abnormal

Prematur sel-sel pada kulit

Piloferasi dan migrasi sel-sel ke epideermis (3-4 hari)

Stratum granusolum tidak terbentuk

Interval kreatinisasi strtum korneum gagal

Terjadi prakeratosis

Meningkat Suplai pembuluh darah


Kerusakan
Timbul plaque merah Intregritas kulit
Nekrosis sel-sel Epidermis

Gangguan Citra Timbul sisik berwarna putih (seperti tetesan lilin)


tubuh
Gatal dan Kadang tidak gatal
Ansietas
Gangguan rasa nyaman

Defisien pengetahuan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Murlistyarini (2018) yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan histopatologi : pemeriksaan histopatologi adalah spesifik dan
menentukan kepastian diagnosis dari psoriasis. Pada epidermimis
didapatkan hyperkeratosis dan paraketatosis adanya mikroakses munro yang
merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrophil pada stratum korneum.
Kemudian terdapat akantosis dengan didertai pemanjangan dari rete
ridges,pemanjangan dan pembesaran papilla dermis serta adanya penipisan
sampai hilangnya stratum basalis. Pada dermis didapatkan edema disertai
infiltrasi limfosit dan monosit.

8
b. Pemeriksaan serologi : terdapat peningkatan titer anti antostreptolisin pada
psoriasis gutata akut. Konsep yang mendadak dari psoriasis dapat berkaitan
dengan infeksi HIV, karenanya dapat dilakukan pemeriksaan serologi HIV.
Serum asam urat meningkat 50% pada psoriasis dan biasanya berkorelasi
dengan perluasan penyakit.
c. Pemeriksaan kultur : kultur tenggorokan untuk infeksi streptokokus

G. Komplikasi
Komplikasi psoriasis menurut Puspitasari (2018) yaitu:
1. Infeksi kulit
2. Eritroderma
3. Artritis psoriatika (Artritis deformans yang mirip dengan artritis remathoid).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan psoriasis menurut Puspitasari (2018) adalah sebagai berikut :
1. Penyakit ringan atau sedang dapat diobati dengan steroid topikal, vitamin D,
sinar UV, atau antimetabolite metotreksat.
2. penyakit yang parah memerlukan rawat inap dan steroid sistemik.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pada pengakajian lokalis, lesi muncul sebagai bercak – bercak merah
menonjol pada kulit yang diduduki oleh sisik berwarna perak. Biasanya lesi
melebar secara perlahan – lahan tetapi setelah beberapa bulan kemudian lesi –
lesi tersebut akan menyatu sehingga terbentuk bercak ireguler yang lebar.
Bagian tubuh yang biasanya mengalami psoriasis yaitu kulit kepala, daerah
disekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah, genetalia, ekstensor lengan
dan tungkai, daerah disekitar sakrum serta lipatan intergluteal. Seperempat
hingga separuh dari pasien – pasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang
menyebabkan terjadinya pitting, perubahan warna kuku, serta penggumpalan
pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. Jika psoriasis terjadi pada
telapak kaki dan tangan keadaan ini bisa mengakibatkan lesi pustuler
(Muttaqin, 2012).

B. Diagnosis Keperawatan
Rumusan Diagnosis Keperawatan disusun berdasarkan prioritas :
1. Kersusakan integritas jaringan berhubungan dengan imunodefisiensi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur bentuk tubuh
3. Ansietas berhubungan dengan stresor : Psoriasis
4. Difisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
perawatan dan pengobatan.

10
C. Perencanaan
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Imunodefisiensi
No Diagnosa Tujuan ( NOC) Intervensi Rasional

1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pengecekan Kulit (3590) 1. Mengetahui kondisi


Integritas Kulit keperawatan dalam waktu 5 x Aktivitas – aktivitas : kulit, pertumbuhan
berhubungan 24 jam masalah Kerusakan 1. Kaji keadaan kulit jaringan.
dengan integritas kulit berhubungan 2. Kaji perubahan warna kulit
2. Mengetahui adanya
Imunodefisiensi dengan imunodefisiensi dapat 3. Ajarkan anggota keluarga
perubahan warna pada
teratasi dengan mengenai tanda – tanda
kulit.
kerusakan kulit dengan
Kriteria Hasil :
tepat 3. Meningkatkan
Integritas Jaringan: Kulit Perawatan Luka (3660) pengetahuan keluarga
dan Membran Mukosa mengenai tanda-tanda
4. Pertahankan agar daerah
(1101) kerusakan kulit.
terinfeksi bersih dan kering
1. Pertumbuhan jaringan 5. Anjurkan pasien dan 4. Menghindari terjadinya
membaik keluarga pada prosedur infeksi yang lebih
2. Tidak ada lesi pada perawatan luka parah.

11
kulit dan membran 6. Kolaborasikan dengan 5. Pasien dan keluarga
mukosa dokter dalam pemberian dapat melakukan
3. Area terbebas dari obat – obatan perawatan luka dengan
infeksi lanjut prosedur yang tepat.

6. Pemberian obat dapat


mempercepat
penyebuhan luka dan
mengurangi risiko
infeksi pada luka.

2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Perubahan Struktur/ Bentuk Tubuh


No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

2. Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh (1220) 1. Mengetahui tingkat
Tubuh keperawatan dalam waktu 3 x Aktivitas – aktivitas : pengetahuan pasien
berhubungan 24 jam masalah Gangguan 1. Monitor apakah pasien bisa tentang perubahan
dengan Perubahan citra diri berhubungan dengan melihat bagian tubuh mana bagian tubuhnya.
Struktur/ Bentuk perubahan struktur/ bentuk yang berubah 2. Mengantisipasi
Tubuh tubuh dapat teratasi dengan 2. Gunakan bimbingan perubahan citra tubuh

12
Kriteria Hasil : antisipasif menyiapkan pada pasien dengan
pasien terkait perubahan – menyiapkan mental
Citra Tubuh (1200)
perubahan citra tubuh yang pasien.
1. Penyesuaian terhadap telah diprediksikan 3. Membantu pasien
perubahan tampilan 3. Bantu pasien untuk meningkatkan
fisik mengidentifikasi tindakan – kemandirian mengenali
2. Pasien mampu tindakan yang akan dirinya sendiri.
menunjukkan sikap meningkatkan penampilan 4. Mengetahui tingkat
terhadap penggunaan Peningkatan Harga Diri (5400) harga diri dan
strategi untuk perkembangan harga
4. Monitor pernyataan pasien
meningkatkan diri pasien.
mengenai harga diri
penampilan 5. Mengetahui tingkat
5. Monitor tingkat harga diri
Harga Diri (1205) kemampuan pasien
dari waktu ke waktu yang
dalam menerima diri
3. Pasien mampu tepat
6. Menentukan sejauh
mempertahankan 6. Tentukan kepercayaan diri
mana pasien
penampilan pasien dalam hal penilaian
mempercayai dirinya
4. Pasien mampu diri
sendiri.
menunjukkan sikap 7. Sampaikan dan ungkapkan
7. Mengetahui sejauh

13
kepercayaan diri kepercayaan diri pasien mana pasien
dalam mengatasi situasi mempercayai dirinya
8. Kolaborasikan dengan sendiri dalam
keluarga mengenai menghadapi situasi.
pentingnya minat dan 8. Dukungan keluarga
dukungan dalam dapat meningkatkan
mengembangkan konsep harga diri pasien.
harga diri pasien
3. Ansietas berhubungan dengan stresor: psioriasis
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi Rasional

3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


dengan stresor: psioriasis keperawatan dalam waktu 2 x (5820)
24 jam masalah Ansietas 1. Kaji tanda verbal 1. Mengetahui serta
berhubungan dengan Stresor: dan non verbal evaluasi tingkat
psioriasis dapat teratasi dengan kecemasan kecemasan pasien
Kriteria Hasil: 2. Kaji ulang keadaan 2. Menetahui
Tingkat Kecemasan (1211) umum pasien dan perkembangan
1. Klien nampak rileks tanda-tanda vital kesehatan pasien

14
2. Tanda-tanda vital 3. Instrusikan pasien 3. Memberikan rasa
normal untuk menggunakan rileks
3. Klien melaporkan tehnik relaksasi 4. Mengurangi
ansietas berkurang 4. Kolaborasi kecemasan
sampai tingkat dapat pemberian obat
diatasi untuk mengurangi
kecemasan secara
tepat
4. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai perawatan dan pengobatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

4. Defisien pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran: proses


berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 2 penyakit (5602)
kurang informasi x 24 jam masalah Defisiensi 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui
mengenai perawatan Pengetahuan berhubungan pasien terkait dengan pemahaman pasien
dan pengobatan. dengan Kurang Informasi psoariasis mengenai penyakit
mengenai Perawatan dan 2. Instrusikan pasien untuk 2. Mengurangi efek
Pengobatan dapat teratasi mencegah atau samping
dengan Kriteria Hasil: meminimalkan efek 3. Memfasilitasi pasien

15
Pengetahuan: Proses samping penanganan, sesuai kebutuhan
Penyakit (1803): sesuai kebutuhan pasien
1. Mengungkapkan 3. Beri informasi keluarga 4. Memberikan
pengertian tentang mengenai kebutuhan informasi mengenai
infeksi pasien selama di rumah komplikasi yang
2. Pasien mampu 4. Edukasi pasien mengenai terjadi
mengetahui tindakan komplikasi kronik yang 5. Meningkatkan gaya
yang dibutuhkan mungkin ada hidup pasien sesuai
dengan 5. Kolaborasi bersama kebutuhan
kemungkinan keluarga dan pasien
komplikasi mengenai gaya hidup
3. Mengenal perubahan yang mungkin
gaya hidup atau diperlukan untuk
tingkah laku untuk mencegah komplikasi
mencegah terjadinya masa yang akan datang
komplikasi atau mengontrol
penyakit

16
DAFTAR PUSTAKA
Budiastuti, A., & Sugianto, R. 2009. Hubungan Umur dan Lama Sakit terhadap
Derajat Keparahan Penderita Psoriasis (Association of age and duration of
illness with psoriasis severity). Media Medika Indonesiana, 43(6), 312-316.
Herdman, T.H. 2018. NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Indrayani, Y. 2018. Pathway Psoriasis.
https://id.scribd.com/document/375815301/Pathway-Psoriasis diunduh pada
tanggal 4 Desember 2019 pada pukul 14.00 WIB.
Muhamad, A. G. 2016. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Psoriasis Vulgaris Di RS Dr. M. Djamil Padang Tahun
2014 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Murlistyarini, S. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Malang : UB
Press
Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika
Nair, M. 2018. At a Glance patofisiologi. Jakarta : Erlangga
Puspitasari. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Integumen. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yulianti,D. 2016.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai