Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

TENTANG INFEKSI TORCH

Disusun oleh Kelompok 2 :

Lina Malia P. (201702078)

Lulut Octavia (201702079)

Marlindha Dyas S. (201702080)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA


MADIUN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah KEPERAWATAN
MATERNITAS II tentang “INFEKSI TORCH” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana
pembelajaran bagi kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami
kutib dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik.Semoga
isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai tentang infeksi torch.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka
dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki
kesalahan dalam makalah ini.Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan
dalam isi makalah ini,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Madiun, Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Infeksi TORCH
2.2 Etiologi infeksi TORCH
2.3 Patofisiologi Infeksi TORCH
2.4 Tanda dan gejala Infeksi TORCH
2.5 Penatalaksanaan
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Pengobatan TORCH
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Keempat jenis penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila
infeksi diderita oleh ibu hamil . Kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas, misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
Vassinia Polio, dan Coxsackie-B.Penyakit TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa
saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanuita.
Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya ,yaitu cacat fisik dan mentl yang beraneka
ragam.Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh
termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer yang mengendalikan
fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kardiovaskuler, serta
metabolisme tubuh.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke
arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah
deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman penyebab
infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman
antibodi yang terburuk dapat berupa Imonoglobulin M (IgM) dan
Imonoglobulin G (IgG).
Infeksi TORCH juga bisa menyebabkan berbagai problem serius
terhadap janin yang dikandung, seperti menyebabkan keguguran, kelahiran
meninggal, kelainan kongenital seperti kerusakan otak, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan pada saat lahir atau beberapa bulan
atau tahun setelah lahir.
Dampak dari infeksi TORCH bisa berupa kelainan dalam struktur
saraf, tulang belakang, kaki dan tangan. Masih ada pula gangguan dalam
fungsi pendengaran dan organ lain yang tidak bisa dideteksi dengan USG,
hanya bisa diketahui saat bayi lahir.

4
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian infeksi TORCH ?
2) Bagaimana etiologic infeksi TORCH ?
3) Bagaimana patofisiologi infeksi TORCH ?
4) Bagaimana pathway dari infeksi TORCH?
5) Bagaimana tanda dan gejala infeksi TORCH
6) Bagaimana penatalaksanaan infeksi TORCH ?
7) Bagaimana pemeriksaan penunjang infeksi TORCH ?
8) Bagaimana Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH ?
1.3 TujuanPenulisan
1) Dapat mengetahui defines infeksi TORCH
2) Dapat mengetahui etiologic infeksi TORCH
3) Dapat mengetahui patofisiologi infeksi TORCH
4) Dapat mengetahui pathway dari infeksi TORCH
5) Dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi TORCH
6) Dapat mengetahui penatalaksanaan infeksi TORCH
7) Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang infeksi TORCH
8) Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH
1.4 Manfaat Penulisan
Bedasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien Infeksi TORCH
2. Manfaat Praktis
a. Agar perawat mampu melakukan pengkajian pada pasien infeksi
TORCH
b. Agar perawat mampu merumuskan dan memahami diagnosa
bedasarkan anamnesa
c. Agar perawat mampu membuat intervensi bedasarkan teori
keperawatan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi TORCH

TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,


Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut
merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil terhadap janin yang
dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi tersebut ke
janinnya, maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada
kesehatan janin.

a. Toxoplasma

Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut


Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa
disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasu infeksi.
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa
timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu
(misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan
obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma
maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran
(4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dan
ensefalitasi.

b. Rubella

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus
Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella
berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi pada bulan
pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi
25% (menurut America College of Obstatrician and
Gvnecologists,1981).

c. Cytomegalovirus

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini


termasuk golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga
herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan

6
CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin
bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin
yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.

d. Herpes

Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes


simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten,
menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem
syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II
biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu
muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

2.1.1 Bahaya Infeksi TORCH terhadap Kehamilan

Infeksi saat kehamilan bisa berakibat pada kelahiran bayi prematur,


yang kerap memiliki tingkat morbiditas yang tinggi, salah satunya cacat
bawaan yang menetap, seperti penyakit paru kronik, asma, cerebral
palsy, dan gangguan tumbuh kembang atau masalah perkembangan
otak.

Ragam penyakit yang muncul fase kehamilan telah berubah


menjadi lebih luas, meliputi infeksi bakteri, virus, hingga parasit. Tetapi,
infeksi TORCH (Toxoplasma, Others (HIV, Sifilis) Rubella,
Citomegalovirus, Herpes Simplek) masih bisa menjadi pijakan awal
ketika terjadi kelainan pada persalinan atau kondisi bayi yang
dilahirkan.

2.2 Prevalansi (Angka Kejadian)

Kelahiran anak yang mengalami kelainan kongenital tercatat 15 per


1000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5% bila bayi diikuti
terus sampai berumur 1 tahun sebagian disebabkan oleh faktor infeksi
TORCH.

Infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan menunjukkan


prevalensi cukup tinggi, berkisar antara 5,5% sampai 84%. Infeksi
TORCH pada 67% wanita kasus infertilitas didapatkan sebanyak 10,3 %
Toxoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif infeksi CMV
(Gershon, 1998). Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital seperti hydrocephalus, korioretinitis,
hepatospenomegali, Penyakit jantung bawaan (PJB) dan lain- lain.

Infeksi TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan


berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak

7
sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi
saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beranekaragam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang pernah mengalami
infeksi salah satu unsur TORCH didapatkan 12% ibu pernah melahirkan
anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan
18% pernah mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi
TORCH pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kelainan
kongenital (cacat fisik maupun mental).

2.3 Etiologi

a. Toxoplasma

Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut


Toxoplasma gondi. Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat
ditemukan pada pada hampir semua hewan dan unggas berdarah panas.
Akan tetapi kucing adalah inang primernya. Kotoran kucing pada
makanan yang berasal dari hewan yang kurang masak, yang
mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan
penyebarannya. Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat
membenahi tanaman dipekarangan, kemudian tangan yang masih belum
dibersihkan melakukan kontak dengan mulut.

b. Rubella

Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966,


Rubella pernah menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini
menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.

c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan
cairan tubuh penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air
susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan
penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan
individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi melalui hidung dan
tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun
cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial
ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi.Rumah sakit juga
marupakan tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan
neonatal dan ruang anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat
terjadi melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks. Virus juga
dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau
pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda
dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat
pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang
terinfeksi pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus
kongenital tetap dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai

8
anak dengan sitomegalovirus kongenital pada kehamilan
terdahulu.Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan
tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada
janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan di
masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan
penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV
tampaknya memiliki dampak besar pada parameter pada kekebalan
tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan morbiditas
dan kematian.
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan
pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)
2.4 Tanda dan Gejala
1. Toxoplasma
a.Pada ibu
Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
gejala influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi
umumnya tidak menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya,
infeksi Toxoplasma tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun
demikian, ada beberapa gejala yang mengkin ditemukan pada orang yang
terinfeksi toksoplasma, gejala-gejala tersebut adalah :
a) Pyrexia of unknow origin (PUO)
b) Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum
( tidak nyaman atau gelisah)
c) Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
d) Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel
retina mata.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil
atau pada orang dengan system kekebalan tubuh tergantung (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapat obat penekan
respon imun).
b. Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat
terjadi pada janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati,
atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi
toksoplasma dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara
berulang.Namun jika kandungan dapat dipertahankan, maka dapat
mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
a) Lahir mati (still birth)
b) Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
c) Anemia
d) Perdarahan
e) Radang paru
f) Penglihatan dan pendengaran kurang
g) Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata
dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga
dapat merusak otak janin.

9
h) Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat
infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
2. Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang
dewasa, ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran
pernafasan atas. Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin
rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian
dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk
antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan
vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta terkini menganjurkan
bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella tidak
seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada trimester pertama
dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami vireamia, yang
menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan
organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu
memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang
mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system
saraf.Arbosi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensory
seringkali dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko
kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi
pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan
penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
3. Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya
mereka tidak akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini
merupakan infeksi primer, maka janin biasanya juga beresiko
terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah bayi lahir.Diantara
bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut
hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan kurang dari 15%
akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan
penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus
menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian
besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala
akan tampak gejala antara lain :
a) Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu.
Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang
sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau
faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran
seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi
sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein – bar dan
dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga
dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai
gejala serupa.
b) Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah
transfusi. Tanpak gambaran panas kriptogenik, splenomegali, kelainan

10
biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada tranplantasi
ginjal.
c) Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa
yang dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien
dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau
2)
4. Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil
konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga
didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterine
dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus
dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi intracranial
pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat
korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus,
purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan
dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan
somatic atau pembentukan psikomotor.
2.5 Patofisiologi

Toksoplasma merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh


Toxoplasma gondii dengan hospes definitif kucing dan hospes perantara
manusia. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang
kurang matah atau sayuran mentah yang mengandung ookista atau pada
anak-anak yang suka bermain ditanah, serta ibu yang gemar berkebun
dimana tangannya tertempel ookista yang berasaldari tanah.

Perkembangan parasit dalam ususkucing menghasilkan ookista


yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista menjadi matang dan infektif
dalam waktu 3-5 hari di tanah. Ookista yang matang dapat hidup setahun
didalam tanah yang lembab dan panas,yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung.Ookista yang matang bila tertelan
tikus,burung,babi,kambing,atau manusia yang merupakan hospes
perantara,dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Toksoplasmosis dikelompokan menjadi toksoplasmosis Akuisita


(dapatan)dan toksoplasmosis kongenital yang sebagaian besar gejalanya
asemtomatik.Keduanya bersifat akut kemudian menjadi
kronik/laten.Gejala yang nampak sering tidaknspesifik dan sulit dibedakan
dengan penyakit lainnya.Pada ibu hamil yang terinfeksi pada awal
kehamilan,transmisi kefetus umumnya jarang,tetapi terjadi infeksi,
umumnya penyakit yang didapat akan lebih berat.Pada toksoplasmosis
yang terjadi dibulan-bulan terakhir kehamilan,para sit tersebut umumnya
akan ditularkan ke fetus tetapi infeksi sering subklinis pada saat lahir.

Pada ibu hamil yang mengalami infeksi primer,mula-mula akan


terjadi parasitemia,kemudian darah ibu yang masuk ke dalam plasenta

11
akan menginfeksi plasenta (plasentitis).Infeksi parasit dapat ditularkan ke
janin secara vertikal.Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan
menghasilkan fokus-fokus nekrotik yang menyebabkan nekrosis plasenta
dan jaring-jaring di sekitarnya,sehingga membahayakan janin dimana
janin dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan TORCH merupakan pemeriksaan yang sederhana dan
umumnya tidak berisiko. Akan tetapi pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan TORCH tetap dapat menimbulkan risiko, seperti kemerahan
di lokasi pengambilan sampel darah,nyeri, infeksi dan lebam.
Pelaksanaan medis dan prinsip perawatan ,
2.6.1 Pengobatan TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah.
Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu
Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya
keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa
lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak
perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi
baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk
hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan
ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan
memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka
perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka
tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu
pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi
Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan
kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan
CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama
dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan
menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex,
spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir,
dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat
mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara
pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini,
dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat
spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan
untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin.
Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek
mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum
obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH
untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang
positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya

12
apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru
perlu mendapatkan pengobatan.
2.7 Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh
bentuktakizoid T.gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
a) Pirimetamin dan sulfonamide
b) Spiramisin adalah antibiotic makrolid
c) Klindamisin
d) Azitromisin
b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella tidsk
boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan
setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella
hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang.
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdspat penatalaksaan mengatasi gejala
(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi darah untuk anemia,
dukungan pernapasan).
d. Herpes Simpleks Virus
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu
terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam
sesudah pecah ketuban. Sedang untuk herpes genetalis sekunder SC
tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC. Bayi baru lahir dilakukan untuk
pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus,
kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3dd 10mg/kg B selama 5±7 hari.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas klien :

a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan:

 Suhu tubuh meningkat


 Malaise
 Sakit tenggorokan
 Mual dan muntah
 Nyeri otot

c. Riwayat kesehatan dahulu:

 Klien sering berkontak langsung dengan binatang


 Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
 Klien pernah mendapatkan tranfusi darah

d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik

 Mata : Nyeri
 Perut : Diare, mula dan muntah
 Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit
 Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
 Hepar : Hepatomegali dan icterus

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.


2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai
dengan suhu 390c tubuh menggigil.
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan
dan cairan ditandai dengan diare

14
3.3 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
1 Nyeri b/d adanya proses Tujuan : Mengurangi
infeksi / inflamasi nyeri

Kriteria hasil :
-Tingkatkan tirah
- Klien melaporkan baring, bantulah
nyeri hilang dan kebutuhan perawatan
terkontrol diri yang penting.

- Klien tampak rileks, -Berikan lingkungan


Klien mampu yang tenang sesuai
tidur/istirahat dengan kebutuhan.
tepat.

2 Hipertemia b.d peningkatan Tujuan:


tingkat metabolisme penyakit Mendemonstrasikan
ditandai dengan suhu 39, 50C , suhu dalam batas
tubuh menggigil normal

Kriteria hasil:
-Monitor tanda-tanda
- Terjadi peningkatan vital : suhu tubuh
suhu

-Anjurka klien untuk


- Kulit kemerahan memakai pakaian yang
dan hangat waktu menyerap keringat
disentuh

-Ajarkan klien
pentingnya
mempertahankan
- Peningkatan tingkat cairan yang adekuat
pernapasan sedikitnya 2000ml/
hari untuk mencegah
dehidrasi

-
3 Kekurangan volume cairan b.d Tujuan: Memenuhi
tidak adekuatnya masukan kebutuhan cairan tubuh
makanan dan cairan ditandai
dengan, diare

15
Kriteria hasil:

- Mempertahankan -Awasi pemasukan


volume sirkulasi diet/jumlah kalori.
adekuat Berikan makan sedikit
dalam frekwensi
sering dan tawarkan
makan pagi paling
besar.

- Tanda – tanda vital -Monitor tanda-tanda


dalam batas normal vital : suhu tubuh

- Membrane mukosa -Berikan perawatan


lembab mulut sebelum makan

- Turgor kulit baik. -Mengecek turgor kulit


pasien

16
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksiyaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes.
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak
menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi . Penyebab dari
penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya
di dalam kucing.
Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa
yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly suatu toga virus
yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector.
Citomegalo virus diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes,infeksi
oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.
Herpes simplek adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan oleh
virus Herpes Simplek. Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek
(HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).

1.2 Saran

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara


mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan-makanan yang dimasak
dengan matang.

17
Daftar Pustaka

Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC

Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC

18

Anda mungkin juga menyukai