Disusun Oleh:
Darusalam
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung
pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang,
komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih,
atau dengan kata lain pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain
berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari,
bercerita, dan ain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk
upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan
(verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gestru (non verbal)
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi
seseorang menyampaikan dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini
mempunyai dua tujuan, yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapat
informasi. Akan tetapi komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi
yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran,
perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang
dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik tiu hub
ungan yang kompleks maupun yang sederhana melalui sapaan atau hanya
sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimilki oleh seseorang
menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia sukai dan
tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen
dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.
Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung
atau melalui media kepada komunikas (penerima pesan) sehingga timbul efek
atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikasi juga
dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah
suatu komunikasi yang lebih lanjut.
2
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis
yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjang sering, menumbuhkan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang
berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data,
melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari
intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan
dengan proses keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui
tentang komunikasi terapeutik (karakteristik seorang helper (perawat) yang
dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik).
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terpeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang
adaptif dan pootif.
5
merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah
diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
6
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
9. Perawat haruis menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah –
masalah yang dihadapi.
10. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi.
7
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien
bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
8
menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan
operasi.
2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang
telah diarsipkan.
3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali
kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat
perintah, surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Dapat meyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
1) Memakan waktu lama untuk membuatnya
2) Memakan biaya yang mahal
3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
9
4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.
10
dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan
seseorang.
4) Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang
rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan
kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya
tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini
berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala
sesuatu dengan suara keras.
5) Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non
verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana
cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala
dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi,
komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial
tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita
dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang
mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka
makin tinggi status sosial orang itu.
6) Logo dan Warna
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam
penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija
m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo
dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau
produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk
logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan
huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
7) Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan
fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang
11
mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking,
bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan
cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu
keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya
bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu
mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak
produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri,
2007:108).
12
H. Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship
Salah satu karakteristik dasar dan komunikasi yaitu ketika seseorang
melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu
hubungan diantara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan
berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan
‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi
diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan
dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud
adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat
dan Klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai
orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik
seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan
yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya
pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak
dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu
halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
Suryani,2005).).
Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi
dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga
berpura-pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan
kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup
13
ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan
menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan
saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien.
Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan
dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat
atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan
suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison
P,1991 dalam Suryani,2005).
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena
dengan sikap diri perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer, 1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat
dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut
dalam perasaan tersebut dan untuk berupaya mencari penyelesaian
masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dan kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada
klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenanya perawat harus
mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dan sudut
pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus
memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan
penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perbatian berarti mengabsorpsi isi dan
komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar
(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
14
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan
pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap
caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan
perasaannya.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien
apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman
dalam menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai
Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan
oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila
hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa
adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien.
Dengan bersikap sensitif terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar
dan berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun
perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu
yang ada pada saat mi, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap
dininya sendiri.
15
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan
cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga
perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah
hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama
dengan klien,
Tahapan im dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa
cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum
melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam
Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat
perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang
dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005)
sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan
aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasan.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat mi, serta
mengevaluasi basil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
16
b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik
karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dan keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula
perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap mi, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha
untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan,
dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima
dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
4. Tahap Terminasi
17
Terminasi merupakan akhir dan pertemuan perawat dan klien. Tahap
tenninasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
(Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dan tiap pertemuan
perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996)
menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang
telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan
klien setelah berinteraksi dengan perawat.
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru
saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya.
Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.
18
4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada
klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
Klarifikasi dilakukan apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum
jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang
digambarkan oleh klien.
5. Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk
membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan
dimengerti, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001).
6. Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain.
Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non
verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak
biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi
dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau
marah.
7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan
tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari
menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).
Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan
klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati
klien pada saat memberikan informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan
mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat
pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan
perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena
akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan
sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir,
meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa
cemas.
19
9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain, Nurjanah, 2001.
10. Menyimpulkan; Membawa poin penting dari diskusi untuk meningkatkan
pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar
sama denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
11. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan); Memberi
penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan
menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan
diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz &
Videbeck.cit. Nurjanah, 2001
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien
untuk meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong
klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari
inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan
mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit,
Nurjanah, 2001.
15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu);
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu
kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat
dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting.
Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat,
meyakinkan atau tidak mengakui klien.
16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari
persepsi); Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan atau diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001
17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan
kepada klien mengenai persamaan atau perbedaan
20
18. Restating (mengulang) Restating; adalah pengulangan pikiran utama
yang diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen, Cit Nurjanah, 2001.
19. Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada
perawat tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan
membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak
menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah
20. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam
21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Menyediakan
informasi dengan perilaku yang tidak menilai
22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan persepsi perawat
mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhati-hati dan
hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini
digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien
mengenai penjelasan lain.
23. Seeking consensual validation; Pencarian pengertian mengenai
komunikasi baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas
terhadap apa yang mereka pikirkan.
24. Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-kata yang klien
tunjukkan atau anjuran.
25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Perawat membantu klien
mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya
26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan);
Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan
kejadian atau pernyataan .
27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Penekanan kegiatan
kerja dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien.
Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui
kolaborasi.
28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya
rencana tindakan): Memberikan kesempatan pada klien untuk
mengantisipasi alternative dari tindakan untuk masa yang akan datang.
21
29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk);Statemen yang
menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan
menolong klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.
30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup): Komentar secara
umum untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya dilakukan.
Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yang
paling relevan dan mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
31. Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara
perawat dank lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana
perawat ingin terlibat dengan klien.
32. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting
dalam komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan
dan rasa sakit akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan
keperawatan.
22
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang natural.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998)
mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi untuk stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
personal antara perawa dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan
terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
B. Saran
Diharapkan kepada dosen pengampu agar lebih banyak memberikan
materi tentang komunikasi terapeutik yang akan mempermudah dalam proses
pembelajaran. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat lebih membantu
mahasiswa dalam tambahan referensi mengenai komunikasi terapeutik.
24
DAFTAR PUSTAKA
25