Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DEFISIT PENGETAHUAN

Disusun Oleh:

MEGA MEILANI
071212008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DEFISIT PENGETAHUAN

1. PENGERTIAN
Pengetahuan merupakan bagian dari domain perilaku kesehatan yang
berperan penting dalam terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang.
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh melalui penglihatan ataupun
pendengaran dan juga pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan.
(Notoatmodjo, 2012)
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahamanpemahaman baru yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
(Budiman & Agus, 2012)
Defisit pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi infomasi kognitif
yang berkaitan dengan topik atau hal tertentu. Batasan karakteristik defisit
pengetahuan adalah ketidakakuratan melakukan tes, ketidakakuratan mengikuti
perintah, dan kurang pengetahuan. Faktor yang berhubungan dengan defisit
pengetahuan adalah gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi,
kurang minat untuk belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah pengertian
terhadap orang lain. (Herdman, 2015)

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)
antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
yang berlangsung seumur hidup baik formal maupun informal atau didalam dan
diluar sekolah. Pendidikan adalah suatu proses pengubah sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok untuk usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pembelajaran dan pelatihan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan dengan pendidikan tinggi, pengetahuan yang
dimilikinya semakin luas. Namun, perlu ditekankan seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti memiliki pengetahuan yang rendah pula.
b. Media massa atau infomasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal dan nonformaldapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehinggamenghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi baru akan menyediakan
berbagai macam media masa yang akan mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Adanya informasi baru atau terkini mengenai
suatu hal memberikan landasan kognitif dalam membentuk pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran baik atau buruk,
status ekonomi juga dapat menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki.
d. Lingkungan
Segala sesuatu yang berada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis
maupun sosial, lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
dalam individu di suatu lingkungan tersebut karena adanya interaksi timbal
balik ataupun respon yang didapatkan.
e. Pengalaman
Sebagai sumber pengetahuan pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar
maupun kerja yang dimiliki dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan.
f. Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin
bertambah usia maka akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin berkembang. Lain halnya
dengan seseorang lanjut usia yang mengalami gangguan fungsi kognitif
sehingga pola pikir berkurang.
3. PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kepastian yang
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran pengetahuan
menurut teori Lawrence Green bahwa perilaku seseorang atau masyarakat terhadap
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikinya, sikap, kepercayaan dan
tradisi. Pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan format asuhan
keperawatan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dengan objek studi kasus. Kategori
pengetahuan baik (76- 100%), pengetahuan cukup (56-75%), pengetahuan kurang
(<56%). (Setiadi, 2013)

4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN


a. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.
Adapun data yang terkumpul mencakup informasi klien, keluarga, masyarakat,
lingkungan, atau budaya. (Deswani, 2011)
Menurut (Wijaya, 2013), yang harus dikaji pada klien yaitu:
a) Data biografi Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit ,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b) Riwayat kesehatan:
 Keluhan utama Alasan utama klien datang kerumah sakit atau pelayanan
kesehatan.
 Riwayat kesehatan sekarang Keluhan klien yang dirasakan saat
melakukan pengkajian.
 Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan terdahulu biasanya
penyakit yang sudah lama dialami oleh klien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
 Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga adalah
mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang
sama.
c) Data fisiologis, menyangkut pengkajian pada respirasi, nutrisi/cairan,
eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas,
psikologi, perilaku, relasional 24 dan lingkungan. Pada lansia dengan
defisit pengetahuan, sub katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat
harus mengkaji data, tanda, dan gejala mayor serta minor yang telah
tercantum dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Republik Indonesia
2016, yaitu:
 Tanda dan gejala mayor
 Subyektif: klien menanyakan masalah yang dihadapi
 Objektif: klien menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, dan klien
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
 Tanda dan gejala minor
 Subyektif: (tidak tersedia)
 Obyektif: klien menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, dan
menunjukkan perilaku berlebihan (misalnya apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria)

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian. Untuk merumuskan
diagnosis keperawatan dibutuhkan keterampilan klinik yang baik mencakup
proses diagnosis keperawatan dan perumusan pernyataan keperawatan. Proses
diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua yaitu proses interpretasi dan proses
menjamin keakuratan diagnosis itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosis
keperawatan memiliki beberapa syarat, yaitu dapat membedakan antara sesuatu
yang actual, risiko dan potensial. Metode penulisan diagnosis aktual terdiri dari
masalah, penyebab, dan tanda/gejala. (SDKI DPP PPNI, 2016)
Diagnosis keperawatan studi kasus yang penulis tulis menurut (SDKI DPP
PPNI, 2016), dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia yaitu
defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan klien kurang
terpapar informasi.
c. Intervensi Keperawatan
Dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi
keperawatan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan
pendukung.Intervensi utama dari defisit pengetahuan adalah edukasi kesehatan.
Sedangkan intervensi pendukung dari defisit pengetahuan adalah bimbingan
system kesehatan, edukasi aktivitas/istirahat, edukasi perilaku upaya kesehatan,
edukasi diet, edukasi keluarga: pola kebersihan, edukasi manajemen stress,
edukasi nutrisi, edukasi pengukuran tekanan darah. (SIKI DPP PPNI, 2018)
Tujuan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menurut
(SLKI DPP PPNI, 2018) dan intervensi berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) menurut (SIKI DPP PPNI, 2018) dengan defisit
pengetahuan seperti pada tabel 2 di bawah ini:
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Defisit Pengetahuan Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuan meningkat dengan
kriteria hasil
Verbalisasi minat dalam belajar meningkat.
Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik meningkat
Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat ditandai dengan klien
mampu menjawab lembar observasi dengan baik
Masalah yang dihadapi membaik.
Persepsi yang keliru terhadap masalah
Menjalani pemeriksaan yang tepat
Perilaku pola hidup sehat membaik untuk bertanya
Intervensi Edukasi Kesehatan
Observasi:
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Identifikasi faktorfaktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
d. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perwat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(SIKI DPP PPNI, 2018). Perawat melaksanakan dan mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun pada tahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier dkk, 2011).
Misalnya pada kasus tekanan darah tinggi hipertensi dapat dikontrol dengan
mengonsumsi obat tradisional. Obat tradisional tersebut antara lain jus
mentimun dengan bahan dua buah mentimun, gula (secukupnya), satu buah
jeruk lemon (peras airnya), es serut (secukupnya jika perlu), setengah gelas air
minum.
Cara membuatnya bersihkan buah mentimun lalu potong kecil-kecil sesuai
selera, masukkan ke dalam blender, tambahkan setengah gelas air putih dan
blender buah mentimun hingga hancur, tambahkan gula, air jeruk lemon dan
sedikit es serut (jika perlu), lalu blender lagi hingga mentimun halus, saring jus
mentimun ke dalam gelas dan tambahkan es serut ke dalam gelas (jika perlu),
jus buah mentimun telah siap untuk disajikan dan menjadi minuman penurun
darah yang menyehatkan.(Fimela, 2016)

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif.
Evaluasi Formatif menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat
terhadap respon kliensegera setelah tindakan. Evaluasi sumatif menjelaskan
perkembangan kondisi dengan menilai hasil yang diharapkan telah tercapai.
(Deswani, 2011)
Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada klien dengan defisit
pengetahuan adalah: klien mampu meningkatkan pengetahuan tentang
masalahnya ,klien mampu memotivasi diri sendiri dengan masalah yang
dihadapi, klien mampu memahami proses informasi yang disampaikan, dan
klien mampu mengatasi tingkat agitasi yang dihadapi
DAFTAR PUSTAKA

Deswani. (2011). Proses Keperawatan Dan Berfikir Kritis (Y. Hartati, ed.). Jakarta:
Salemba Medika

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi


&. Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Andra Saferi Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai