Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

WAHAM

oleh :

Mega Meilani

071212008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
A. Pengertian
1. Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
2. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (Aziz R, 2003).
B. Tanda dan Gejala
1. Data subbyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga,
keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan(Keliat, 2009).
2. Data obyektif
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.        
C. Penyebab
1. Factor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham.
c. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak
atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.
e. Faktor genetik
2. Factor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenagkan.

D. Jenis-jenis waham
1. Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap
hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan
mahkluk nya
2. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan
yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”
“ saya punya tambang emas !”
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang
penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di
lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
5. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke
dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di
luar dirinya.
Kategori Waham :
a) Waham sistematis: konsisten,  berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi walaupun
hanya secara  teoritis.
b) Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis tidak mungkin

E. Fase- fase tejadinya waham


Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human needm
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan,
tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya
klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang).Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
F. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri,
Kerusakan komunikasi
orang lain dan lingkungan
verbal

Perubahan isi Core problem


pikir: waham

Gangguan konsep
diri: harga diri
G. Psikopatologi
Proses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai berikut ;
1. Seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh dirinya sendiri, mempunyai
pengalaman kecemasan dan timbul perasaan  bahwa sesuatu yang tidak
menyenangkan akan  terjadi.
2. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan obyek realita melalui
manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian ayau suatu keadaan.
3. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan perasaaan lingkungannya,
sehingga pikiran, perasaan, dan keinginan yang negatif, dan tidak dapat diterima akan
terlihat datangnya dari dirinya.
4. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan alasan atau rasional tentang
interpretasi personal ( diri sendiri ) terhadap realita kepada diri sendiri dan orang lain.

H. Diagnosa keperawatan utama


Perubahan isi pikir : waham

I. Fokus intervensi keperawatan


1. Mandiri
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
d. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
e. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah.
g. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harag diri rendah.
 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
2. Modalitas
Strategi pelaksanaan
3. Kolaboratif
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK RSJ Propinsi Bali
dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,2005, hal 213-232)
a. Farmakoter
b. Api
1) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam dua tahun penyakit.
c. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan
pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
d. Psikoterapi dan Rehabilitasi 
e. Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy
modalitas yang terdiri dari :
1) Therapy aktivitas
a) Therapy music
Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
b) Therapy seni
Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
c) Therapy menari
Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Therapy relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.
Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenanga klien dalam kehidupan.
2) Therapy social
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain
3) Therapy kelompok
Group therapy (therapy kelompok)
a) Therapy group (kelompok terapiutik)
b) Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok)
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : waham curiga

Proses Keperawatan :

1.   Kondisi Klien

Ds:Klien mengatakan dia tahu bahwa saudaranya ingin mengahancurkan hidupnya


dan ingin menyakiti dirinya.

Do : Klien selalu mengulang-ulang perkataanya. Klien terlihat ketakutan dan


bingung.

2.   Diagnosa Keperawatan

Gangguan proses pikir : Waham Curiga

3. a. Tujuan Umum

Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan proses berpikir klien baik

b. Tujuan Khusus

- Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


- Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
- Klien mampu menggunakan obat dengan benar

4. Intervensi
Fokus intervensi keperawatan :
a. Mandiri
b. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
c. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

d. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
e. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
f. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
g. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
h. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harag
diri rendah.
- Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Orientasi:
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan nama saya perawat Teguh Tri Prakoso, biasa
dipanggil Teguh, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Ngudi Waluyo yang
akan praktek di ruangan ini selama 1 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari
pukul 08.00-14.00, saya yang akan merawat Bapak/ibu pagi ini.”
“Nama Bapak/ibu siapa?Senangnya dipanggil apa?”
“X, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang X rasakan sekarang?”
“Berapa lama X mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“X mau kita berbincang-bincang di mana?”

Kerja:
“Saya mengerti X merasa bahwa X adalah seorang…., tapi yang X rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain”
“Tampaknya Xgelisah sekali, bisa X ceritakan apa yang X rasakan?”
“Oh... jadi X merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri X sendiri?”
“Siapamenurut X yang sering mengatur-atur diri X?”
“Jadi Orang tua yang terlalu mengatur-ngatur X, juga kakak dan adik X yang lain?”
“Kalau X sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus X sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya X ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah X mau kita berbincang-bincang lagi atau
sampai disini saja?”
“Bagaimana perasaan X setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja yang sudah kita bicarakan X”
“Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi”
“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi X?”
“Jadi X, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang X rasakan, Xingin
seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat”
“Kalau begitu saya pamit dulu X, Selamat Pagi”
SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
Orientasi :
“Selamat Pagi, bagaimana perasaan X saat ini? Bagus!”
“Apakah X sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran X?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi X tersebut?”
“Berapa lama X mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

Kerja :
“Apa saja hobi X? Saya catat ya X, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya X pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley
seperti itu lho X”
“Bisa X ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada X , dimana?”
“Bisa X peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan X ini ya, berapa kali sehari/seminggu X
mau bermain volley?”
“Apa yang X harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan X yang lain selain bermain volley?”

Terminasi :
“Oya X, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
X?”
“Setelah ini coba X lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya ?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus X minum, setuju?”
“Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”

SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Orientasi :
“Selamat Pagi X?.”
“Bagaimana X sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang X minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama X mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

Kerja :
“X berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?”
“X perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam X, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut X terasa kering,untuk membantumengatasinya
abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini X mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama X
tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya X tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Terminasi :
“Oya X, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau lanjut?”
“Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan X? Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya X!”
“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Kalau begitu saya pamit dulu X, Selamat Pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta:
EGC
Kusumawati dan Hartono .2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta : Salemba
Medika
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco
Media
Stuart dan Sundeen .2005 . Buku Keperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .
Suliswati (2005),  Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC  ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai