Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN WAHAM

Disusun oleh :

Armenia riyanti NIM (1420118073)

PROGRAM FASILITASI RPL


STIKES MALUKU HUSADA DAN STIKES HANG TUAH SURABAYA

TA. 2020/2021
LAPORAN PRATIKUM LABORATORIUM

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus menerus namun
tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2011 : hal. 165).

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan Sunden, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan
tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000 dalam Nita Fitria: 75).

Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan
yang logis  (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.

A. Jenis-jenis waham
Jenis-jenis waham dapat dibagi sebagai berikut ini :

1. Waham Kebesaran
Yaitu menyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “Saya ini adalah salah satu keturunan dari ratu
Elizabeth di Inggris lho. “ atau.”saya pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat
sebelum Barak Obama”
2. Waham curiga
Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “Saya tau anda
ingin membunuh saya karena iri dengan keberhasilan saya.”
3. Waham agama
Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Kalau saya mau masuk surga saya harus
menggunakan pakaian serba putih setiap hari.”
4. Waham somatik
Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Saya terkena penyakit Kanker.”
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien
tetap mengatakan ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “ Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah
roh-roh.”
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dipikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar
dirinya.

B. Etiologi
Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan
oleh Towsend 1998 adalah :
1. Teori Biologis Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini
adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua,
saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin
pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang
dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari
pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anakanak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah.
Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang
tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian.
Faktor Presipitasi (Nita Fitria, 2010: 77)

1. Faktor Sosial Budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2. Faktor Biokimia Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3. Faktor Psikologis Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan.

C. Tanda gejala
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b.  Afek tumpul atau rendahnya respon terhadap rangsangan dalam bentuk apapun segingga
gejala yang timbul kemudian adalah ekspresi perasaan sangat kurang

3. Prilaku dan Hubungan Sosial


a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Curiga

D. Mekanisme Koping
Menurut Hernawati ( 2008 ), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang mal adaptif meliputi :

1. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas.

2.      Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

3.      Menarik diri

4.      Pada keluarga : mengingkari

E. Proses terjadinya waham


a. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

b. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan
self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

c. Fase Control Internal Eksternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.

d. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan klien
merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

F. Rentang respon waham

Adaptif Maladaptif
 Pikiran logis  Proses piker terganggu  Waham
 Persepsi akurat  Ilusi  Kerusakan proses emosi
 Emosi konsistensi  Emosi  Perilaku tidak
dengan pengalaman  Perilaku yang tidak biasa terorganisasi
 Perilaku cocok  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan social
humoris

1. Respon adaptif
Respon adaptif berdasarkan rentang respon waham menurut (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015)
meliputi :
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan diri seseorang tentang sesuatu peristiwa secara
cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa pemantapan peristiwa yang dialami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
e. Hubungan social dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain
dalam pergaulan ditengah masyarakat.
2. Respon psikososial
a. Kadang pikiran terganggu
b. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang sungguh terjadi,
karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau kurang, masalah emosi termasuk afek datar yaitu rentang dan
intensitas ekspresi emosi terbatas.
d. Perilaku yang tidak biasa yaitu katatonia, gangguan pergerakan, gangguan perilaku social.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau hubungan
dengan orang lain.
3. Respon maladaptive
Respon adaptif berdasarkan rentang respon waham menurut (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015)
meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
b. Waham merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan.
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan
untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
d. Ketidakteraturan perilaku berupa ketidakseleraan antara perilaku dan gerakan yang
ditimbulkan.
e. Isolasi social adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu karena orang lain
menyatakan sifat negative dan mengancam.
G. Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Resiko diri untuk menciderai


orang lain

Perilaku kekerasan
Ggn proses pikir waham

Ggn konsep diri : HRD

Ggn interaksi social : menarik


diri

Koping Individu tidak efektif


H. Strategi pertemuan pada pasien waham
a. Defenisi
Strategi pertemuan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada klien dan keluarga pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah
keperawatan jiwa yang ditangani, dalam asuhan keperawatan jiwa pada pasien waham.
b. Tujuan
1. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3. Pasien mampu berinteraksi denan orang lain dan lingkungannya
4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
c. Tindakan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu orientasi realitas
3. Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimblkan kecemasan, rasa takut da marah.
4. Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
5. Mendikusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
6. Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar (Keliat & Akemat, 2009).
d. pembagian strategi pertemuan (SP) Pasien waham
SP 1 pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidetifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktikan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.

SP 2 pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktikannya.

SP 3 pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

Strategi pertemuan pada pasien wahaam

No Kemampuan / kompetensi

A. Kemampuan merawat pasien

1. 1. Membantu orientasi realita


2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
(SP1) 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

2. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
(SP2)
3. Melatih kemampuan yang dimiliki

3. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
(SP3) secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

e. Evaluasi
Proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien atau
kemampuan, hasil yang diharapkan dari pasien yang mengalami waham setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Pasien mampu :
a) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b) Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
c) Menggunakan obat dengan benar dan patuh (Purba, 2008).
STRATEGI PELAKSANAAN DAN TINDAKAN
WAHAM KLIEN DENGAN : PERUBAHAN ISI PIKIR WAHAM KEBESARAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tampak curiga
Ekspresi wajah tegang
Klien mengatakan hal yang diyakininya
Klien tampak memandang perawat dengan serius
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan isi pikir : waham b.d harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
4. Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungna yang tenang, buat kontrak yang jelas.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkap perasaannya.
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menoong dirinya sendiri.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1.


SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
1. ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
melati. Saya dinas dari jam 07.00-14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini.
Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?” “Berapa lama
bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita
berbincang-bincang pak?”
2. KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri pak R sendiri?” “Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.” “Coba kita tuliskan
rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
3. TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : EGC

Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan Mahasiswa
Keperawatan.

http://ppnikesdambrw.wordpress.com/askep-jiwa-waham/ (diakses pada tanggal 23 Desember


2013 pukul 22 : 27 wita)

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
waham.html (diakses pada tanggal 23 Desember 2013 pukul 22 : 40 wita)

http://ahmadfirmanismail.blogspot.com/2012/06/askep-waham.html (diakses pada tanggal 23


Desember 2013 pukul 22 : 45 wita)

Anda mungkin juga menyukai