Anda di halaman 1dari 6

Nama : Armenia Riyanti

RPL/NIM : 1420118073
Dosen Pengampu : Nuh Huda, S.Kep., M.Kep., Sp. KMB
PEMERIKSAAN NEUROLOGI DAN DISFAGIA

A. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis adalah penilaian respon neuron sensorik motoric, terutama
reflex, untuk menentukan apakahh system saraf mengalami gangguan. Ini biasanya
mencakup pemeriksaa fisik dan peninjauan riwayat medis pasien.
Pemeriksaan neurologis diindikasikan jika dicurigai bahwa pasien mungkin
mengalami gangguan neurologis. Setiap gejala baru dari setiap tatanan neurologis dapat
menjadi indikasi untuk melakukan pemeriksaan neurologis.
Tes khusus dalam pemeriksaan neurologis meliputi :
1. Anamnesa
a. Data demografi
b. Keluhan utama ; yaitu keluhan yang mendorong pasien berobat ke fasilitas
kesehatan. Perlu ditelusuri juga:
 Sejak kapan mulai
 Sifat dan beratnya
 Lokasi dan penjalarannya
 Hubungan dengan waktu
 Keluhan lain, faktor yang memperberat
 Perjalanan keluhan, menetap, bertambah, tib-tiba datang atau bagaimana??
c. Nyeri kepala
apakah anda menderita nyeri kepala, bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan
atau terus menerus??, pada waktu apa keluhan dirasakan??? dimana lokasinya??
Apakah progresif??, makin lama makin berat atau sering?? Apakah mengganggu
aktifitas anda??
2. Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale) secara kwantitatif
a. Membuka mata
 Secara spontan 4
 Rangsangan suara 3
 Rangsang nyeri 2
 No respon 1
b. Respon verbal (bicara)
 Respon verbal tepat 5
 Percakapan membingungkan, disorientasi waktu dan tempat 4
 Kata-kata membentuk respon tidak tepat, tdk berupa kalimat 3
 Respon suara tak bermakna/mengerang 2
 Tidak ada respon 1
c. Respon motoric (gerak)
 Melakukan perintah dg benar 6
 Mengenali nyeri lokal, ttp tdk melakukan perintah dengan benar 5
 Menarik diri dari rangsang nyeri, menghindar menjauhi stimulus nyeri 4
 Fleksi (dekortifikasi) 3
 Ekstensi (deserbrasi) 2
 Tak ada respon
1
3. Pemeriksaan kwalitatif tingkat kesadaran
a. Komposmentis :
 Kesadaran normal, sadar penuh
b. Apatis
 Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikap acuh tak
acuh
c. Delirium
 Menunjukan penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktifitas
motorik atau siklus tidur bangun terganggu
 Pasien tampak gelisah, kacau, disorietasi, berteriak, aktifitas motoriknya meningkat,
meronta
d. Somnolen, lethargi, obtundasi
 Keadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh bila di stimulus
 Ditandai dengan : mudahnya penderita dibangunkan, mudah tertidur, respon
psikomotor lambat, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri
e. Stupor/spoor
 Kantuk yang dalam, penderita masih bisa dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
namun kesadarannya menurun lagi
 Pasien masih bisa mnegikuti perintah yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan.
 Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna
 Reaksi terjadap perintah tidak konsisten dan samar, menangkis nyeri kadang baik
 Tidak ada jawaban verbal
f. Semi koma
 Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal, refleks kornea, pupil dsb
masih baik.
 Gerakan akan timbul sebagai respon terhadap nyeri, gerak tidak terkoordinasi
 Penderita tidak bisa dibangunkan
g. coma
 Tidak ada gerakan spontan
 Tidak ada jawaban terhadap rangsang nyeri
 Tidak ada reflek

4. Pemeriksaan 12 saraf kranial


a. N I ( Olfactorius )
Pembau (dengan cara menutup kedua mata dan salah satu lubang hidung, berikan bau
yang biasa dikenali
b. N II (Optikus)
Ketajaman penglihatan dengan snellen chart atau menanyakan jam berapa dan lapang
pandang dengan tes konfrontasi.
c. N III (okulomotorikus)
Pembuka kelopak mata, pupil,gerak mata
d. N IV (Troklearis)
Gerak mata ke bawah dan dalam
e. N V (Trigeminal )
Mengunyah
f. N VI ( abdusen)
Pergerakan mata ke arah lateral
g. N VII (Fasial)
Otot wajah, Kerutkan dahi, alis, bibir, mengembungkan pipi, bersiul, sensasi lidah 2/3
depan
h. N VIII ( Akustikus/ vestibulokoklearis)
pendengaran dan vestibuler/keseimbangan, penterjemah suara.
i. N IX (glosofarengeal)
Menelan, rasa pahit, asam, mengcapkan
j. N X ( Vagus)
Menelan, gerak lidah, reflek muntah, faring, laring
k. N XI ( Assesorius)
Trapesius dan sternokloidemastoid ( menengok ,bahu,)
l. N XII ( Hipoglosus)
Pergerakan lidah, deviasi, menelen, bicara
5. Inspeksi
a. Sikap
 Kelainan serebellum menyebabkan pasien berdiri dengan muka membelok ke arah
kontralateral terhadap lesi
 Bahu agak lebih rendah pada sisi yang lesi
 Badannya miring ke arash sisi lesi
 Misalnya pada parkinson:
 Kepala dan leher agak bungkuk ke depan
 Lengan dan tungkai fleksi
b. Bentuk
c. Ukuran
 Perhatikan ukuran sisi yang lumpuh
 Perhatikan besar/kontur otot (atropi/hipertropi)
d. Gerak yang tak dapat dikendalikan
 Tremor : serangkaian gerakan involunter, agak ritmis, terdapat getaran timbul akibat
kontraksi otot berlebihan dan berlawanan secara bergantian
 Khorea :gerak otot cepat bagian distal, tiba-tiba, aritmik, kasar. Terutama pada tangan
 Akan terlihat jelas saat pasien di minta mengangkat tangan ke atas, jari akan
diregangkan, genggaman kadang kuat dan melemah kemudian menguat lagi
 Balismus : gerak otot cepat, kasar dan tiba-tiba pada bagian proksimal
 Spasme : terjadi karena kontraksi otot, tiba-tiba dan berlangsung sebentar dan berulang
ulang. Sebagai akibat iritasi saraf perifer atau otot
 Tic : gerakan terkoordinir, berulang dan melibatkan sekelompok otot.
 Fasikulasi : gerakan halus, cepat, berkedut

6. Kekuatan otot
a. Tidak ada kontraksi, lumpuh total 0
b. Terdapat sedikit kontraksi otot, tidak ada gerakan pada persendian 1
c. Didapatkan gerakan , tetapi tidak mampu melawan grafitasi 2
d. Dapat melawan gravitasi, tetapi akan jaruh sendiri 3
e. Mampu melawan gravitasi, dengan beban sedikit berat tidak mampu 4
f. Normal 5

7. Reflex
Refleks merupakan rangsangan/gerakan tiba2 pada kulit atau mukosa, tendon yang
mengakibatkan kontraksi otot :
a. Biceps
b. Triceps
c. Achiles
d. Patella

Penilaiannya:

 - negatif : tidak ada refleks


 ± : kurang jawaban, lemah
 + : normal
 ++ : hiper releks

8. Reflex patologis
a. Babinski
 Anjurkan penderita berbaring dan istirahat dengan tingkai di istirahatkan luruskan
 Pegang pergelangan kaki supaya tidak ada gerakan
 Goreskan hammer secara perlahan dari bawah, ke atas dan kebagian dalam
 Respon positif : bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki yang dapat disertai
dengan gerak mekarnya jari lainnya.
b. Chaddock : gores bagian lateral maleolus
c. Gordon : memencet otot betis
d. Oppenheim : mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, arah mengurut
kebawah (distal)
e. Gonda : memencet salah satu jari kaki dan melepaskan tiba-tiba
f. Scheafer : memencet tendon achiles

B. Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan cairan dana tau makanan yang disebabkan gangguan
proses menelan (Rashid,2007).
Proses menelan merupakan suatu system kerja neurologis yang sangat kompleks. Proses
menelan memerlukan beberapa elemen sensoris dari saraf tepi, koordinasi pusat dan respon
motoric sebagai umpan balik. Proses sensorik dari saraf tepi terutama dari saraf cranial V, VII,
IX, X dan XII.

1. Tanda dan gejala


a. Kelemahan otot wajah
b. Menurunnya gerakan lidah
c. Menurunnya reflek batuk
d. Menurunnya reflek muntah
e. Suara serak disartria ( gangguan pengucapan kata)
f. Berkurangnya sensasi rasa di mulut atau wajah
g. Batuk atau tersedak ketika makan atau minum
h. Tersisa makanan di mulut
i. Membutuhkan waktu lama saat makan
j. Mengiler (drooling).

2. Beberapa gangguan yang bisa terjadi adalah sebagai berikut :


a. Fase I (Oral )
gangguan koordinasi bibir, lidah dan rahang bawah, kelemahan pada pangkal lidah
b. Fase II (Faringeal)
Penurunan fungsi langit-langit mulut dan leher bagian atas, kelemahan otot yang
mengkontraksikan dan merelaksasikan leher
c. Fase III (Esofagus)
Kelainan dinding esophagus yang menyebabkan kelemahan pergerakan esophagus.

3. Deteksi dini gangguan disfagia


a. Pastikan pasien sadar, jika tidak sadar hentikan deteksi dini
b. Gejala yang ditemukan saat deteksi gangguan menelan
 Pasien mengalami kesulitan bicara
 Pasien tidak dapat merapatkan bibir dan gigi.
 Wajah terlihat tidak simetris
 Posisi lidah dan uvula tidak di tengah
 Tidak ada refleks batuk, tidak dapat menelan ludah
 Atur posisi pasien duduk. Berikan 1 sendok teh air putih, kemudian amati apakah pasien
tersedak atau air keluar dari mulut
c. Jika semua gejala ada, maka hasil deteksi dini adalah positif disfagia

4. Latihan menelan untuk pasien disfagia


a. Buka mulut lebar-lebar sehingga membentuk huruf “O”, tahan posisi tersebut selama 8
kali hitungan.
b. Kembali ke posisi semula
c. Tersenyum dan kemudian menyeringai, lalu ucapkan kata “ ma ma pa pa mi mi mu mu pi
pi”
d. Julurkan lidah dan tahan sampai hitungan ke delapan
e. Kembalikan ke posisi semula
f. Katupkan bibir rapat-rapat dan gembungkan pipi, dan tahan udara dalam pipi sampai
hitungan ke delapan, lalu hembuskan nafas perlahan
g. Buka mulut lebar-lebar dan katupkan mulut sampai menyentuh bibir
h. Ucapkan la la la la la la, kemudian ta ta ta ta hingga hitungan ke delapan
i. Sentuh sudut bibir kanan dan kiri dengan lidah, gerakkan lidah ke kanan dan ke kiri
j. Tekan lidah anda ke gusi bagian atas, kemudian gusi bagian bawah dan lakukan gosok
gigi dengan lidah anda
k. Gerakkan dagu dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebanyak 8 hitungan
l. Tarik napas dalam –dalam dan hembuskan perlahan lahan lewat mulut.
m. Tarik napas dalam dalam dan ucapkan ah ah ah ah sambil mengeluarkan udara

Anda mungkin juga menyukai