RPL/NIM : 1420118073
(1X PERTEMUAN)
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan
a. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
b. Evaluasi/validasi
P : “Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
K : “Lumayan baik suster”
P : “Saya perhatikan dari tadi bapak sepertinya murung, bapak selalu duduk di pojokan
kamar dan tidak mau bergabung dengan teman yang lain. Kenapa pak?”
K : (Bapak terlihat hanya menunduk diam dan menggelengkan kepala).
P : “Oh, ya sudah kalau gitu”
c. Kontrak
1) Topik
P :“Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang mengenai keluarga dan teman-teman bapak?”
K : (Bapak hanya menunduk dan terlihat sedikit ragu).
P : “Kita akan berbincang tentang keseharian bapak, keseruan bapak dan keluarga
serta teman-teman bapak. Boleh pak?”
K : “Boleh suster” (klien mulai terlihat tersenyum)
2) Waktu
P : “Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang—bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit pak ?
K : “Iya suster” (klien mengangguk).
3) Tempat
P : “Dimana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Di ruangan ini saja atau di
taman agar suasananya lebih menyegarkan pak?”
K : “ Di ruangan ini saja suster”
P : “Baiklah, kita di ruangan ini saja berbincang-bincangnya”.
2. Fase Kerja
P : “Pak, apa yang bapak rasakan saat ini ?
K : “Saya malas dan tidak mau berbincang-bincang dengan oraang lain, suster”
P : “Ooh, jadi bapak merasa malas dan tidak mau berbincang—bincang dengan orang lain.
Bapak, bapak kan sudah lama berada disini, coba bapak ingat-ingat siapa saja orang
yang bapak kenal ? bapak kan pasti juga punya teman yang dekat disini”.
K : “Iya suster ada teman saya”
P : “Nah lalu coba bapak ceritakan tentang teman-teman terdekat bapak, apakah bapak masih
ingat ?”
K : “Nama teman saya Miko. Dia teman kerja saya. Dia baik kepada saya dan kita selalu
berbagi suka duka bersama. Tapi teman saya tidak ada disini suster”
P : “Oh jadi dulu sebelum di sini bapak bekerja. Lalu apa yang membuat bapak tidak bekerja
dan tidak mau berinteraksi lagi dengan orang lain?”
K : “Saya di PHK oleh perusahaan karna adanya pandemic sekarang dan saya merasa tidak
berguna lagi” (klien terlihat mulai terbuka tentang masalahnya dengan perawat).
P : “Menurut bapak apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain? Kalau bapak belum tahu, saya akan memberitahukan
keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling
menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian. Lalu kerugiannnya jika tidak
berinteraksi, teman bapak jadi sedikit, tidak ada teman untuk bercerita, dan tidak ada
yang menolong jika bapak butuh bantuan”.
K : “Iya ya suster. Bener kata suster. Tapi saya merasa teman-teman saya mengucilkan saya
disini”
P : “ Itu hanya perasaan bapak saja, bapak yakinlah tidak ada yang mengucilkan bapak disini,
buktinya tadi bapak masih mempunyai teman kan? Bapak harus bersyukur masih ada
teman. Saya juga disini ingin membantu permasalahan bapak dan mau menemani bapak
berbincang-bincang dengan bapak”(perawat tersenyum kepada klien).
K : “Baik suster, terima kasih” (klien tersenyum kembali kepada perawat).
3. Terminasi
4. Terminasi
a. Terminasi Subyektif
P : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
K : “Perasaan saya sekarang lebih baik dari sebelumnya, suster”.
b. Terminasi Objektif
P : “Oh ya , bapak bagus sekali, tadi sudah menyebutkan nama teman-teman bapak dan
sudah bercerita banyak tentang teman-teman terdekat bapak. bapak juga sudah
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain”.
K : “Iya suster”.
2) Waktu
P : “Kapan dan berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya besok?
K : “Besok sore saja, dan waktunya sedikit lama dari sekarang suster”.
P : “Oh, jadi besok sore selama 30 menit ya pak”
3) Tempat
P : “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok?
K : “Di taman saja suster” (klien tampak melihat kearah luar taman)
P : “Kenapa bapak ingin di taman”
K : “Disini terasa sumpek. Kalau di taman terlihat segar”. (klien tersenyum)
P : “Baiklah, jika bapak ingin besok kita berbincang-bincang ditaman”
(perawat tersenyum).
ANALISA PROSES INTERAKSI
Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, pakaian terlihat kotor dan kusam, dan pasien selalu menunduk.
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya.
K : “Selamat pagi suster” K: Ekpresi datar P merasa senang ada K ragu terhadap orang
P: Memandang K tanggapan atas salam baru
walaupun belum
diekpresikan secara tulus
P : “Perkenalkan saya P : Memandang K P merasa bahwa K harus K masih memberikan Memperkenalkan diri
mahasiswa STIKes sambil menjulurkan diberikan penjelasan tanggapan secara ragu- dapat menciptakan rasa
Maluku Husada. tangan ke K tentang kedatangan P ragu percaya klien terhadap
Saya praktek disini perawat
mulai dari hari ini
sampai tanggal 18
November dari jam
08.00-14.00 WIT.
Nama bapak siapa?
Senang di panggil
apa?”
K : “Nama saya Habib K : Memandang P
Susanto, panggil saja menerima uluran
Habib, suster”. tangan P
P : “Salam kenal pak P : Memandang K P masih berusaha K berpikir dan mengingat- Pujian berguna untuk
Habib. Bapak asal membangun keakraban ingat mendekatkan perawat
mana ?” dengan topik sederhana menjalin hubungan
K : “Desa Liang, K : Menunduk dan therapeutik dengan klien
Ambon”. berpikir
P : “Wah, pasti desanya P : Memperhatikan K P senang karena K K senang karena ingat
indah ya pak”. memberi respon daerah asalnya dan
K : “Iya suster K : Menoleh ke P dan kembali membayangkan
tersenyum lalu daerah asalnya tersebut
menunduk lagi
P : “Bagaimana perasaan P: memandang K P masih berusaha K masih memberi Topik sederhana
bapak hari ini ?” membangun keakraban tanggapan namun terlihat membantu menjalin
dengan topik sederhana kembali menunduk. kedekatan dengan klien
K : “Lumayan baik suster” K: Menoleh ke P dan P senang karena K serta penting untuk
tersenyum lalu memberi respon mengetahui perasaan
menunduk lagi klien.
P : “Saya perhatikan dari P: memandang K P berhati-hati karena K hanya diam menunduk Keluhan utama
tadi bapak sepertinya pertanyaan tsb sangat kembali merupakan dasar pasien
murung, bapak selalu spesifik dan takut dirawat di RS Jiwa
duduk di pojokan menyinggung pasien
kamar dan tidak mau
bergabung dengan
teman yang lain.
Kenapa pak?”
P : “Berapa lama bapak P: memandang K P meminta kesediaan K k berfikir dengan Lama waktu menentukan
punya waktu untuk untuk berbincang-bincang memperhatiakan P perbincangan agar tidak
berbincang—bincang terlalu membosankan.
dengan saya?
Bagaimana kalau 15
menit pak ?
K : “Iya suster” K: memandang P dan P senang di berikan waktu K memjawab dan
mengangguk untuk berbincang-bincang menerima permintaan K
dengan K dengan senang hati
P : “Bagaimana perasaan P: memandang K P bertanya kembali K berfikir dengan tenang Mengevaluasi kembali
bapak setelah kita mengenai perasaan K perasaan klien untuk
berbincang-bincang mengetahui keberhasilan
tadi?” fase kerja yang di lakukan
K : “Perasaan saya K: memandang dan P senang dengan respon K merasakan kelegaan
sekarang lebih baik menarik nafas dalam baik dari K terhadap perasaannya
dari sebelumnya, sambil tersenyum.
suster”.
P : “Oh ya , bapak bagus P: memandang K P memberikan pujian K merasakan mulai ada Pujian bisa membuat
sekali, tadi sudah dengan tersenyum kepada K keperayaan diri seseorang lebih percaya
menyebutkan nama diri akan dirinya.
teman-teman bapak
dan sudah bercerita
banyak tentang teman-
teman terdekat bapak.
bapak juga sudah
mengetahui
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain”.
Pada pertemuan pertama dengan perawat harus diperlukan kesabaran dalam berinteraksi dengan klien
isolasi yang belum dapat memulai pembicaraan. Fase awal dapat dilaksanakan dengan baik. Klien cukup
koperatif. Data yang tergali adalah data mengenai harga diri rendah, menarik diri, yang membuat klien
menjadi isolasi mandiri. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak tersebut.
Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.