DI SUSUN OLEH
MALUKU HUSADA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Efek kondisi kritis terhadap pasien dan
keluarga” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata kuliah
Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan .
Penyusun
DATAR ISI
MAKALAH..............................................................................................................................................1
EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA......................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DATAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
I. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
II. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
III. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................5
I. EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN.........................................................................................5
II. EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP KELUARGA...................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................9
I. KESIMPULAN....................................................................................................................................9
II. SARAN..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau jalan keluar
dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien dalam
kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Suatu perawatan
intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang keperawatan
dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah
direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan perawatan
pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasien- pasien yang akan
menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital.
Keperawatan kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus
menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis
bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU) beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal (Dossey, 2002).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik. Perawat yang
bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan komunikasi dan kerjasama tim.
Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan
standar proses keperawatan kritis
Pasien kritis adalah pasien yang memiliki besar kemungkinan menjadi sangat rentan, tidak
stabil, dan kompleks sehingga memerlukan perawatan intensif dan asuhan keperawatan
(Nurhadi, 2014). Area keperawatan kritis melibatkan keluarga karena keluarga dapat menjadi
bagian integral dari perawatan pasien di ICU dan mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien
kritis dapat diketahui dari beberapa tanda dan gejala berikut :
1. Kehilangan kesadaran
2. Mengalami kelumpuhan dan dapat dilakukan monitoring
3. Stress: muncul apabila pasien dihadapkan dengan stimulus yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis dan psikologis.
Kecemasan yaitu penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian. Kecemasan terjadi saat
seseorang mengalami hal-hal:
1. Ancaman ketidakberdayaan
2. Kehilangan kendali
3. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
4. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
5. Rasa isolasi
6. Rasa takut sekarat.
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian kualitatif pada pasien yang
dirawat diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang berhubungan dengan 3 tema
besar, yaitu:
1. Ketidakberdayaan
2. Pukulan (perubahan) konsep diri
3. Perubahan citra diri
4. Perubahan pola hidup
5. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan
pasien dan keluarga)
6. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)
(Morton et al, 2011) (Suryani, 2012).
1. Stres. Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan), psikologis
(emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
2. Rasa takut dan kecemasan
3. Peralihan tanggung jawab
4. Masalah keuangan
5. Tidak adanya peran social
Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan.
1. Stress
Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan tertekan dan ingin
menyerah. Penyebab stress inilah disebut dengan stressor. Stressor ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan
2) Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena
ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu
memikirkan kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada
pasien yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.
2. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga orang-orang
berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan dapat berasal dari
perilaku (Behaviour). Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan meningkat melalui konflik
yang terjadi sehingga tercipta perseosi dan menuju rasa tidak berdaya. Kecemasan dapat
menimbulkan berbagai respon, diantaranya:
1) Kognitif
Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan mengingat.
2) Psikomotor
Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan aktivitas fisik.
3) Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung kehidupan.
4) Perasaan Tidak Nyaman
Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di dalam bahaya.
3. Traumatis
Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis hingga
memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan. Trauma
psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu tersebut tidak menemukan
dukungan. Dukungan yang diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan teman-teman
terdekat.
Traumatis adalah sikap dengan dukungan keluarga pasien dapat menurunkan level kecemasan
dan meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien kritis agama adalah
mengembalikan keseimbangan dan mendapatkan ketahan. Menurut Mc Adam,dkk (2008) peran
keluarga :
1) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
2) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
3) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
4) Historian ( Sumber informasi )
I. KESIMPULAN
Masing-masing efek kondisi kritis baik bagi pasien maupun keluarga ada efek psikologis
maupun non psikologis. Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain: stres akibat
kondisi penyakit , rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian), perasaan isolasi,
depresi, dan perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional. Adapun efek non
psikologis terhadap pasien kritis antara lain: ketidakberdayaan, pukulan (perubahan) konsep
diri, perubahan citra diri, perubahan pola hidup, perubahan pada aspek sosial-ekonomi
(pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga), keterbatasan komunikasi (tidak
mampu berkomunikasi).
Adapun efek psikologis terhadap keluarga: stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota
keluarga), prosedur penanganan, ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga), pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga). Sedangkan
efek non psikologis terhadap keluarga: perubahan struktur peran dalam keluarga, perubahan
pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga, terbatasnya komunikasi dan waktu bersama, masalah
financial keluarga, perubahan pola hidup keluarga.
II. SARAN
Sebagai perawat professional kita harus mengetahui bagaimana efek kondisi kritis
terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pemahaman terhadap konsep holism, komunikasi, dan
kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting untuk menunjang perawatan terhadap klien
agar kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat
ditekan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatn Keluarga (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu Baradro, M.,
Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri.
(A. Linda, Ed). Jakarta: EGC
Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis
(6th ed). Jakarta: Salemba Medika.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.