Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN BUNUH DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
S1 Keperawatan kelas 3A
Dosen Pembimbing Hj.Ns.Rosmiati,S.Kep.,M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 4

- Alienda Puspita P 1903277006


- Farda fauziah 1903277013
- Lidia sri rahayu 1903277019
- Rahmat jalaludin 1903277026
- Rakha erlangga 1903277028
- Sendi Septian 1903277038

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

Jl.K.H Ahmad Dahlan No.20 Tlp/Fax (0265) 773052 Ciamis 46216

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahhirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA DENGAN BUNUH DIRI”. Makalah ini ditulis

untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kesehatan Keperawatan Jiwa.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para

pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat

diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di

masa mendatang.

Ciamis, 20 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Definisi ................................................................................................ 2
B. Etiologic ............................................................................................... 2
C. Factor prediposisi dan presipitasi ........................................................ 2
D. Manifestasi klinis.................................................................................. 3
E. Jenis perilaku bunuh diri....................................................................... 4
F. Tanda dan gejala................................................................................... 4
G. Fase-fase menjelang kematian akibat kematian.................................... 5
H. Format pengkajian keperawatan jiwa................................................... 5

ANALISIS DATA............................................................................................ 11

DIAGNOSE...................................................................................................... 12

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.............................................................. 13

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri kontemporer, karena
jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri
terjadi tiap hari, di inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram,
Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000 tindakan unuh diri
setip tahun (Wilson dan Kneisl, 1998), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Resio
kejadian bunuh diri diantara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden.
1987, hlm.487). Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey
dan Wright, 1987, hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk.
Data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta
orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga
penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-
laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering
menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol,
menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering
menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering
menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya
sendiri atau diselamatkan orang lain.

B. Masalah
1. Apakah pengertian bunuh diri?

2. Apakah etiologi bunuh diri?

3. Apa faktor predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri?

4. Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bunuh diri

2. Mengetahui etiologi bunuh diri

3. Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri

4. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 199 : 4).

Menurut Beck (1994) dalam keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan -
putus harapan merupakan rentang adaptif - maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat.

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon
paling adaptif, sementara perilaku detruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan
respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998).

B. Etiologi
Berdasarkan 3 teori penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :

1. Genetic dan teori biologi


Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunanya>Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi
yang berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
2. Teori Sosiologi
Emile Durkhei m membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik (melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori Psikologi
Sigmund Freud dan Karl Meninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri.

C. Faktor Prediposisi dan Presipitasi


1. Faktor Prediposisi
a. Diagnostik

2
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/penceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk perilaku destruktif.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukan bahwa secara serotogonik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku destruktif diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan

D. Manifestasi Klinis
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/status kekacuan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/kehilangan
2) Hidup sendiri

3
3) Tidak bekerja, perbahan/kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. Jenis perilaku bunuh diri


Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga
macam perilaku bunuh diri, yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh”. Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidunya, namun tidak disertai ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umunya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/ tidak berdaya.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkanoleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri

3. Percobaan bunuh diri


Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi.

F. tanda dan gejala


1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impulsif
5. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri)
9. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis,
dan menyalahgunakan alcohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)

4
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karir)
12. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perwakilan)

G. Fase- fase menjelang kematian akibat bunuh diri


Kubler (santrock, 2002) membagi perilaku dan proses berfikir seseorang yang menuju
pada proses kematian, yaitu :

a. Penolakan dan isolasi merupakan fase dimana orang menolak bahwa kematian benar-
benar ada. Penolakan biasanya pertahanan diri sementara yang kemudian digantikan
dengan rasa penerimaan yang meningkat saat seseorang dihadapkan pada beberpa hal
seperti pertimbangan keuangan, urusan atau masalah yang belum selesai atau
kekhawatiran mengenai kehidupan anggota keluarga yang lainnya nanti.
b. Kemarahan (anger) merupakan fase dimana orang menyadari bahwa penolakan
terhadap kematian tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering memunculkan
rasa marah, benci dan iri.
c. Tawar menawar (bargaining) merupakan fase dimana seseorang mengembangkan
harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur.
d. Depresi (depression) merupakan fase dimana orang akhirnya menerima kematian.
Pada titik ini, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul.
e. Penerimaan (acceptence) merupakan fase dimana seseorang mengambangkan rasa
damai, menerima takdir, dan dalam beberapa hal ingin ditinggal sendiri.

H. Format pengkajian keperawatan jiwa


Kasus fiktif : Tn. B dibawa keluargapada tanggal 17 Maret 2021 ke RSJ
karena pasien sering diam. Menurut istri pasien, pasien sering
berdiam diri sendirian tidak seperti biasanya. Perusahaan
tempatnya bekerja mengalami masalah akibatnya sebagian
besar para pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)
termasuk pasien. Keuangan pasien memburuk sehingga
membuat istrinya meminta cerai kepada Tn.B karena pasien
tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Tn.B
menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidunya dengan bunuh
diri.

Ruang rawat : 13 (mawar)

Tanggal dirawat : 17 Maret 2021

No RM : 084408

5
A. Identitas klien
Nama : Tn.B
Umur : 45 th
Alamat : Kombos Timur
Status : Kawin
Pekerjaan : Bekerja di PT. Begindo
Tgl Pengkajian : 17 Maret 2021
Dx Medis : Depresi
B. Alasan masuk dan faktor Presipitasi
Klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi
rumah pasien. Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja.
C. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

Ya

Tidak √

Pasien mengatakan semenjak di PHK pasien menjadi tidak bersemangat untuk


hidup, berputus asa dan merasa hidupnya tidak berguna lagi. ditambah istrinya
ingin cerai pasien menjadi tambah putus asa dengan kehidupannya. Pasien baru
pertama kali dirawat di RSJ. Sebelum dirawat di RSJ keluarga pasien sering
melihat pasien diam sendiri dan melamun. Pasien juga mengatakan bahwa tidak
mempunyai keturunan gangguan jiwa.

D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg HR : 80x/menit
S : 37°C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 56 Kg TB : 170 Cm
E. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra diri
Pasien mengatakan sudah merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya
b. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh pasien
bingungharus mendapatka pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan
bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.
c. Peran diri
Sebelum pasien dibawa ke RSJ pasien mempunyai tanggung jawab sebagai
kepala rumah tangga tetapi belum menjadi ayah karena belum memiliki anak.
d. Identitas diri

6
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, dan lain-lain).
Pasien mengatakan setiap harinya ia bekerja di perusahaan swasta PT.
Begindo. Dan menjadi seorang kepala rumah tangga
e. Harga diri
Pasien agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang nerinteraksi dengan
orang lain.
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengan dirinya adalah Tn.
M yaitu teman kerja yang satu agama dengannya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien adalah orang yang kurang peduli dengan lingkungannya dan pasien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan
selalu bermusuhan dengan teman satu kerja dengannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan alasan sulit berhubungan dengan orang lain adalah karena
dirinya memiliki pribadi yang sensitif
3. Spiritual
Pasien mengatakan percaya bahwa adanya tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan tuhan atas semua masalah yang selalu menimpanya, pasien
kurang adanya rasa bersyukur. Pasien mengatakan jarang beribadah dan
mendekatkan diri kepada tuhan.
F. Status Mental
1. Penampilan :
Rapi
√ Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai.
Postur tubuh sedang, rambut ikal agak panjang, ekspresi wajah terlihat lesu saat
bercerita. Cara berjalan baik. Pasien saat duduk sendiri terkadang hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai
Pasien dalam berbicara intonasinya jelas tetapi lambat. Dalam pembicaraan sesuai
atau nyambung dengan pertanyaan.
3. Aktivitas motorik
Fleksibilitas serea √ Gelisah
Tegang Kompulsif
Agitasi Grimasem
Automatisma

7
TIK
Tremor
Pasien tampak melakukan aktivitas di RSJ selalu sendirian, jika ada orang lain pasien
cenderung selalu diam dan melamun. Masalah keperawatan : Resiko menciderai diri
sendiri.
4. Alam perasaan
√Sedih
Ketakutan
Khawatir
√Putus asa
Gembira berlebihan

Pasien mengatakan sudah tidak bersemangat lagi untuk hidup dan lebih baik mati
saja. Pasien juga sering mengatakan putus asa

5. Afek

Respon emosional pasien sudah stabil

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan
Tidak kooperatif
√ Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan sesuai/ baik,
kontak mata dengan pasien sedikit kurang, pasien cenderung menatap kebawah
padahal perawat ada didepannya. Pembicaraan pasien kadang terdiam saat diberikan
pertanyaan.

7. Persepsi

Pendengaran
√ Penglihatan
Perabaa
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan semenjak mengalami masalah jika melihat benda tajam,
ketinggian,dan tali kadang terfikir untuk bunuh diri. Tetapi kadang dia masih bisa
menahannya, dan suatu ketika ia tidak mampu menahannya dan akhirnya pasienpun
melakukannya.

8. Proses Pikir
a. Isi pikir
Obsesi depersonalisasi √ pesimisme
Phobia ide yang terkait
Hipokondria pikiran magi

8
√ Bunuh diri isolasi sosial

Pasien mengatakan semenjak masalah bermunculan dalam kehidupannya pasien putus


asa dan berfikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh dirinya sendiri dengan
gantung diri. Pasien berfikir bahwa dia sudah tidak berguna lagi untuk hidup. Pasien
selalu berfikiran negatif tentang dirinya.

Waham

Pasien mengatakan tidak bisa berdamai dengan pikirannya sendiri. Maka pasien
berfikir untuk melakukan hal yang aneh-aneh seperti bunuh diri.

b. Arus pikir

Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama interaksu
berlangsung dapat diketahui bahwa pembicaraan sudah sesuai dan terarah.

Tingkat kesadaran

Pasien menyadari bahwa dirinya sedang berada di RSJ, pasien mampu mengingat
nama teman kerja nya. Dan nama pasien RSJ lainnya.

9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi

Untuk memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan jangka
panjang dan pendek untuk saat ini. Jangka panjang pasien mengatatakan lahir pada
tahun 1965. Jangka pendek pasien mengatakan yang membawa ke rumah sakit adalah
saudaranya laki-lakinya. Jangka saat ini pasien masih ingat tadi siang makan dengan
nasi dan sayur.

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah bearalih

Tidak mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana misalnya


berhitung dari 1 sampai 10.

11. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
√ Menyalahkan hal –hal diluar dirinya

9
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit dan sakit.
Tetapi setelah pulang dari rumah sakit pasien tidak tau akan melakukan apa dan tidak
tau harus hidup seperti apa

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan (ya)
2. Keamanan (ya)
3. Perawatan kesehatan (ya)
4. Pakaian (ya)
5. Transportasi (ya)
6. Tempat tinggal (ya)
7. Uang (ya)

Pasien selalu disiapkan makan oelh perawat dirumah sakit dan pasien mau makan 3x
sehari 1 porsi habis, pasien dapat makan dengan sendiri tanpa bantuan perawat. Pasien
mengatakan selama di RSJ keamanannya sangat baik. Pasien minum obat yang
diberikan perawat dan pasien selalu meminum obat yang diberikan perawat. Pasien
mampu berpakaian sendiri, ganti pakaian 1 kali dalam sehari.

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien menghindar dari lingkungan sekitar.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan pasien belum mampu berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain.
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasien mengatakan ada masalah dengan lingkungan, pasien tidak pandai berinteraksi
dengan orang lain. Dan lebih suka berinteraksi dengan saudara saja
K. Aspek Medik
Diagnosa medik : Depresi berat
Terapi medik :

10
ANALISA DATA

N DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


O
1. DS: Resiko bunuh diri Respon protektif diri
Pasien mengatakan ingin ↓
melakukan hal yang tidak Koping maladiktif
seharusnya dilakukan yaitu ↓
bunuh diri. Bahwa sudah Pencederaan diri
tidak berguna lagi di ↓
kehidupan ini lebih baik Isyarat bunuh diri
mati. Pasien sangat merasa ↓
bersalah terhadap istrinya Resiko bunuh diri
karena tidak bisa menafkahi
lagi istrinya.

DO:
Jawaban klien sesuai dengan
apa yang ditanyakan oleh
perawat. Saat ditanyai oleh
perawat ada beberap
pertanyaan yang membuat
klien terdiam
2. DS: Isolasi sosial : menarik Harga diri rendah
Pasien mengatakan tidak diri ↓
mudah bergaul dengan Mekanisme koping
lingkungannya, tidak pandai tidak efektif
memulai pembicaraan ↓
dengan orang lain. Isolasi sosial :
menarik diri
DO:
Kontak mata kurang saat
diajak berinteraksi.
Cenderung melihat kebawah
saat perawat meberi
pertanyaan. Saat didatangi
oleh pasien RSJ lain klien
sering diam dan melamun.

11
3. DS: Resiko menciderai diri Merasa tidak
Pasien mengatakan semenjak adekuat
mengalami masalah jika ↓
melihat benda tajam, Mengingkari
ketinggian,dan tali kadang kemarahan
terfikir untuk bunuh diri. ↓
Bermsuhan kronik
DO: ↓
Klien tampak putus asa, Resiko mencederai
tidak bersemangat, dan selalu diri
melamun

DIAGNOSA
1. Resiko bunuh diri
2. Isolasi sosial bd menarik diri
3. Resiko mencederai diri bd depresi

INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Resiko bunuh diri Tujuan : Pasien tetap  Identifikasi Movitasi akan
aman dan selamat. aspek positif berharganya
KH : mengidentifikasi pasien pasien terhadap
aspek positif dan  Dorong pasien diri sendiri.
mampu menghargai untuk berfikir
diri sebagai individu positif terhadap
yang berharga diri sendiri.
 Dorong pasien
untuk
menghargai diri
seagai individu
yang berharga.
2 Isolasi sosial bd Tujuan : pasien dapat  Sapa pasien Ajak
menarik diri membina hubungan secara verbal berkomunikasi
saling percaya dengan dan non-verbal hingga pasien
perawat dan  Perkenakan diri terbiasa.
lingkungan. dengan sopan
KH : dapat  Tanya nama
berkomunikasi dengan lengkap dan
normal. nama panggilan
pasien
 Jelaskan tujuan
pertemuan
 Tunjukan
sikam empati
dan menerima
12
pasien apa
adanya
 Beri perhatian
dan kebutuhan
dasar pasien
3 Resiko Tujuan : impils self  Dorong pasien Mengurangi
mencederai diri control ntu depresi dengan
sendiri bd depresi KH : dapat menahan mengungkapka cara mengajak
diri dari mencederai n secara verbal pasien untuk
diri sendiri konsekuensi komunikasi dan
perubahan fisik mngungkapkan
dan emosi yang keluh kesahnya.
mempengaruhi
diri sendiri
 Tingkstsn peran
serta keluarga
pada tiap tahap
perawatan
 Pertahankan
lingkngan daam
tingkat stimulus
 Singkirkan
semua benda
berbahaya
 Ciptakan
linkungan yang
psikososial

IMPEMENTASI DAN EVALUASI


No Diagnose Implementasi Evaluasi
1 Resiko bunuh diri Tgl 22-08-2021 jam 8.00
WIB
1. Menjeaskan tentang
aspek diri pasien
2. Menjeaskan cara
untuk berpikir positif
positif terhadap diri
sendiri
3. Menjelasjan cara
untuk menghargai diri
sebagai individu yang
berharga
2 Isolasi sosial bd Tgl 22-08-2021 jam 12.00
menarik diri WIB
1. Menyapa pasien
2. Melakukan
perkenalan diri

13
dengan sopan
3. Menanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan pasien
4. Menjeaskan tujuan
pertemuan
5. Menunjukan sikap
empati dan menerima
pasien apaadanya
6. Memberi perhatian
dan kebutuhan pasien
3 Resiko mencederai diri Tgl 22-08-2021 jam 15.00
bd depresi WIB
1. Membantu pasien
mengungkapkan
perasaan
2. Mengikut sertakan
peran keluarga pada
tiap tahap Latihan
3. Mempertahankan
lingkungan yang
stimulus
4. Menyingkirkan semua
benda berbahaya
5. Menciptakan
lingkungan
psikososial

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan

psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang

maladaptif.

B. Saran

15
Dengan adanya makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat mengerti dan dapat

memahami mengenai resiko bunuh diri. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk

menjalankan tugas.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, Jakarta : EGC.

Keliat. B.A. 1991. Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai