Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA

MUSKULOSKELETAL

A. Pengertian
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara
fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan
posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot
polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika
seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab.
Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab
utama dari trauma muskuloskeletal. Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuknya, yaitu :
1. Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di
ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula,
metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan tulang panjang.
2. Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta
berbentuk kubus.
3. Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana
tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan
yang luas untuk melekatnya otot.
4. Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang
wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan
komposisi. (Joyce M Black, 2014)

B. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,
olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014).
2. Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
3. Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
4. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari
posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
5. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung. (Joyce M Black, 2014)
C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
a. Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada
lokasi fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi
memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce M Black,
2014)
b. Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
c. Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta
ekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan
sekitar.
d. Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
a. Nyeri
b. Kelemahan otot
c. Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya
fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
a. Adanya robekan pada ligamen
b. Nyeri
c. Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)

D. D. Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur, jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka
tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat
ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping.
Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu.
Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan
mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi karena
cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran
sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan
dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi,
edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan leukosit. (Joyce M
Black, 2014)
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun
trauma tidak langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah, kontraksi otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera
memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu
masalah yang disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen
akan mengalami robek dan kemudian akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan akan
menyebabkan hemotama serta nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
2. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
pada perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
4. Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
5. Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah
atau cedera. (Amin Huda Nurarif, 2015)

F. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan
waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
1) Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau
fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah
pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai dimana dapat
mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang yang patah
dan pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena
akan merusak jaringan tubuh.(Yanti Ruly Hutabarat, 2016)
2) Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki
sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan
gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah
reduksi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang untuk
mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan mengembalikan
fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua fraktur harus
direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi tertutup
harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek
deformitas dari cedera tersebut. (Brunner, 2001)
2) Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur
disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan dengan fiksasi
internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi internal dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang.(Brunner, 2001)
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera,
sementara kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya trasi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. (Brunner, 2001)
2. Strain
a. Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam
pertama.
b. Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan
tendon-tulang.
c. Pemasangan balut tekan.
d. Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
1. Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
2. Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
3. Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48
jam pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan vasokontriksi
akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan berlebihan nanti akan
mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner, 2001)
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL DENGAN
FRAKTUR

A. Pengakjian
1. Anamnesa
 Keluhan nyeri
 Riwayat trauma adequat
 Adanya fungsio laesa atau fungsi jaringan terganggu
 Pemeriksaan fisik
Insepksi
 Edema
 Hematoma
 Deformitas
Palpasi
 Nyeri tekan
 Kripitasi

Anda mungkin juga menyukai