Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANSIETAS”

Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu: "Ns.Bisepta Prayogi, S.Kep.,M.Kep"

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1) DINY TITANIA RAHMADANY (P07120117052)


2) INDAH PURNAMA SARI (P07120117055)
3) M. ERDIN FIRDUS (P07120117062)
4) M. RODI MAULANA (P07120117066)
5) NITA ELWINA (P07120117067)
6) NORMAHDIYAH (P07120117069)
7) SITI MARYAM (P07120117082)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

3
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ......................................... i
DAFTAR ISI ........................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................... 1
a. Latar Belakang ............................... 1
b. Rumusan Masalah ............................... 1
c. Tujuan ...................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................... 3
2.1 Konsep Dasar Ansietas ........................................................... 3
1. Definisi Ansietas ................................................................ 3
2. Rentang Respon Kecemasan .............................................. 4
3. Tingkatan Ansietas ............................................................. 4
4. Etiologi Ansietas ................................................................. 6
5. Tanda dan Gejala pada Ansietas......................................... 7
6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan ................... 8
7. Penatalaksanaan .................................................................. 10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Ansietas .............. 12
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ............................ 24
3.1 Simpulan ................................... 24
3.2 Saran ...................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................... 26
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala
kemampuan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Makalah yang Berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Klien Ansietas” ini
dengan lancar pada mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah
membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini. Penulis dapat menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Banjarbaru, 12 September 2019

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan
pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi
saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari
populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil
studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah
kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi dibanding
prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6%
populasi usia di atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami
gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih
sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai
atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial – ekonomi rendah
(Videbeck. 2008)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami rumuskan masalah dalam
makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan definisi ansietas (kecemasan)?
b. Apa saja Rentang Respon Kecemasan?
c. Apa saja Tingkatan ansietas (kecemasan) ?
d. Apa saja etiologi ansietas (kecemasan)?
e. Apa saja manifestasi klinis (tanda dan gejala) pada ansietas (kecemasan)?
f. Apa saja Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada ansietas (kecemasan)?
i. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Ansietas?

1.3. Tujuan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
secara umum tentang konsep dasar asuhan keperawatan klien ansietas
(kecemasan). Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
 Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep ansietas yang meliputi
definisi ansietas (kecemasan), rentang respon kecemasan, etiologi ansietas,
manifestasi klinis (tanda dan gejala) pada ansietas, faktor-faktor yang
memengaruhi kecemasan, penatalaksanaan pada ansietas, membedakan
antara ansietas, takut, dan stres, menjelaskan tingkat ansietas dengan
perubahan prilaku yang terkait dengan setiap tingkat tersebut dan memberi
penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan anggota
masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan
gangguan terkait stres.
 Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan ansietas yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Ansietas


1. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman
seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas
berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas merupakan pengalaman
emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan
suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan
terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam buku (Pieter,dkk,2011)
Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah suatu
perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang
sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas
terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya
rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon
seseorang berupa rasa khawatir, was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
10

2. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap
hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan
terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons- respons fisiologis
orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas
pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar,
dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan
emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.

b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan
11

tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan


gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah
lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima,
berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan
emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur,
dan perasaan tidak aman .

c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal
lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-
respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan
darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan
kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat
adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat
dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.

d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat
sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah
diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas
pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi
motorik yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif
penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan
tidak mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya
terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-
teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang
12

kacau (Herry Zan Pieter, 2011)


4. Etiologi Ansietas
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan
dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
13

b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
(Eko Prabowo, 2014)

5. Tanda dan Gejala pada Ansietas


Gejala meliputi (APA, 1994)
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidaknyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
14

h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan


i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi
(terpisah dari diri sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau kepanasan Gejala lain gangguan ansietas
meliputi :
1) Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur
(gangguan ansietas umum)
2) Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma
(episode kilas balik), kesulitan merasakan emosi (afek datar),
insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak–ledak
(gangguan stres pasca trauma)
3) Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan
aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung,
memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif- kompulsif)
4) Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu
(fobia spesifik), situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau
berada dalam satu situasi yang membuat individu terjebak
(agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan


Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan bahwa
faktor yang berkonstribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman
pada:
a. Konsep diri
b. Personal security system
15

c. Kepercayaan, lingkungan
d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e. Status kesehatan.

Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994), faktor- faktor


yang memengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut
a. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seorang dimulai sejak usia bayi
hingga 18 tahun dan bergantung pada pendidikan orang tua dirumah,
pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya, serta pengalaman dalam
kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat proses dan
identifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya daripada pengaruh
keturunannya.
Perkembangan kepribadian akan membentuk tipe kepribadian
seseorang dimana tipe kepribadian tersebut akan memengaruhi
seseorang dalam merespons kecemasan. Dengan demikian respon
kecemasan yang dialami seseorang akan berbeda dari orang lain,
bergantung pada tipe kepribadian tersebut.
b. Tingkat Maturasi
Tingkat maturasi individu akan memengaruhi tingkat kecemasan.
Pada bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan perpisahan dan
lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan pada remaja lebih banyak
disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada orang dewasa kecemasan
lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan
ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhubungan
dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh adalah wanita yang menjelang
menopouse. Mereka akan merasa cemas akibat akan mengalami
penurunan fungsi reproduktif sehingga diperlukan dukungan sosial untuk
mencegah terjadinya kecemasan tersebut .
c. Tingkat Pengetahuan
Individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan
16

mempunyai koping ( penyelesaian masalah ) yang lebih adaptif terhadap


kecemasan daripada individu yang tingkat pengetahuannya lebih rendah.
d. Karakteristik Stimulus
1) intensitas stressor
Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar pula
kemungkinan respons cemas akan terjadi. Stimulus hebat akan
menimbulkan lebih banyak respons yang nyata daripada stimulus
yang timbul perlahan-lahan. Stimulus ini selalu memberi waktu bagi
seseorang untuk mengembangkan cara penyelesaian masalah.
2) Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi dan
akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian masalah
yang ada.
3) Jumlah Stressor
Stressor yang besar akan lebih meningkatkan kecemasan pada
individu daripada stimulus yang lebih kecil. (Solehati & Kosasih,
2015)

7. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
17

b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neurotransmiter (sinyal penghantar syaraf) di susunan saraf
pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrai dan daya
ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadap stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
18

keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung .


7) Terapi psikoreligius untuk meningkatkan keimanan seseorang yang
erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial. (Eko Prabowo, 2014)
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan–lahan (Asmadi,2008).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Ansietas


Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
b. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
19

c. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
d. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya.
e. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
f. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
20

2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas
perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons fisiologis terhadap ansietas


Ø Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Ø Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
Ø Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
21

• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.
Ø Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.
• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Rasa terbakar pada jantung.
• Nausea.
• Diare.
Ø Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.
• Sering kencing.
Ø Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Sistem Respons perilaku kognitif


Ø Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
22

• Terhambat melakukan aktifitas.


Ø Kognitif • Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.
• Khawatir yang berlebihan.
• Hilang menilai objektifitas.
• Takut akan kehilangan kendali.
• Takut yang berlebihan.
Ø Afektif • Mudah terganggu.
• Tidak sabar.
• Gelisah.
• Tegang.
• Nerveus.
• Ketakutan.
• Alarm.
• Tremor.
• Gugup.
• Gelisah.

a. Kaji Sumber Koping


Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan
menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
23

b. Kaji sumber dan mekanisme koping


Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
2) Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

Diagnosa Keperawatan
2. Ansietas
3. Harga diri rendah
4. Gangguan citra tubuh
5. Koping individu tidak efektif
6. Kurangnya pengetahuan
Contoh diagnosanya :
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.
6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.
24

Rencana Keperawatan
1. Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
2. Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah  Tidak nyaman.  Perhatikan tanda
ansietas normal dimana  Gelisah. peningkatan ansietas.
motivasi individu pada  Perubahan nafsu makan  Bantu klien
keseharian dalam batas ringan. menyalurkan energi
kemampuan untuk melakukan  Peka. secara konstruktif.
dan memecahkan masalah  Pengulangan pertanyaan.  Dorong pemecahan
meningkat.  Perilaku mencari masalah.
perhatian.  Berikan informasi akurat
 Peningkatan dan faktual.
kewaspadaan.  Sadari penggunaan
 Peningkatan persepsi mekanisme pertahanan.
pemecahan masalah.  Bantu dalam
 Mudah marah. mengidentifikasi
keterampilan koping
yang berhasil.
 Pertahankan cara yang
25

tenang dan tidak terburu.


 Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.

2. Ansietas Sedang
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah cemas  Perkembangan dari  Pertahankan sikap tidak
yang mempengaruhi ansietas ringan. tergesa-gesa, tenang bila
pengetahuan baru dengan  Perhatian teralih dari berurusan dengan
penyempitan lapangan lingkungan. pasien.
persepsi sehingga individu  Konsentrasi hanya pada  Bicara dengan sikap
kehilangan pegangan tetapi tugas-tugas individu. tenang dan meyakinkan.
masih dapat mengikuti  Suara bergetar.  Gunakan kalimat yang
pengarahan orang lain.  Ketidaknyamanan pendek dan sederhana.
 Peningkatan tekanan  Observasi adanya
darah peningkatan tingkat
 Takipnea. cemas

 Takikardia.  Dengarkan pasien.

 Perubahan dalam nada  Berikan kontak fisik


suara. dengan menyentuh

 Gemetaran. lengan dan tangan

 Peningkatan ketegangan pasien.

otot.  Anjurkan pasien

 Perubahan pola tidur menggunakan tehnik


relaksasi.
 Ajak pasien untuk
26

mengungkapkan
perasaannya.
 Pertahankan suasana
yang tenang saat
pendekatan dengan klien

3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat lapangan  Perasaan terancam  Atur pasien dalam
persepsi menjadi sangat  Ketegangan otot yang lingkungan yang aman
menurun. Individu cenderung berlebihan. dan tenang.
memikirkan hal yang sangat  Diaforesis.  Beri perawatan dan
kecil saja dan mengabaikan hal  Perubahan pernapasan. kontak yang sering
yang lain. Individu tidak  Napas panjang.  Observasi adanya tanda-
mampu berfikir realistis dan  Hiperventilasi. tanda peningkatan
membutuhkan banyak
 Dispnea. agitasi.
pengarahan, untuk dapat
 Pusing.  Jangan mennyentuh
memusatkan pada daerah lain. pasien tanpa permisi.
 Perubahan
gastrointestinalis.  Kaji hal-hal yang dapat

 Mual muntah. mengancam pasien di

 Rasa terbakar pada ulu lingkungan sekitarnya.

hati.  Yakinkan pasien bahwa

 Sendawa. dia aman.

 Anoreksia.  Kolaborasi pemberian


obat
 Diare atau konstipasi.
 Perubahan kardivaskuler.
 Takikardia.
27

 Palpitasi.
 Rasa tidak nyaman pada
prekokardia.
 Berkurangnya jarak
persepsi secara berat.
 Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
 Rasa terbakar.
 Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.
 Aktivitas yang tidak
berguna.
 Bermusuhan.

4. Panik
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana  Hiperaktif / imobilitasi  Tetap bersama pasien ;
individu berada pada bahaya berat. minta bantuan.
terhadap diri sendiri dan  Rasa terisolasi yang  Jika mungkin hilangkan
orang lain serta dapat menjadi ekstrim. beberapa stressor fisik
diam atau menyerang dengan  Kehilangan desintegrasi dan psikologis dari
cara kacau. kepribadian. lingkungan.
 Sangat goncang dan otot-  Bicara dengan tenang,
otot tegang. sikap meyakinkan,
 Ketidakmampuan untuk menggunakan nada
berkomunikasi dengan suara yang rendah.
kalimat yang lengkap.  Katakan pada pasien
 Distori persepsi dan bahwa anda tidak akan
penilaian yang tidak membahayakan dirinya
28

realistis terhadap sendiri atau orang lain.


lingkungan dan  Isolasikan pasien pada
ancaman. daerah yang aman dan
 Perilaku kacau dalam nyaman.
usaha melarikan diri.
 Perilaku menyerang

Intervensi Keperawatan
DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
Kriteria hasil:
1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4. Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.
Intervensi:
1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.


29

Kriteria hasil:
1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
Intervensi:
1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat,
menjadi pendengar yang baik.
2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic
yang ringan.
4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian


saudara kandung
Kriteria hasil:
2. Klien memiliki koping terhadap ancaman.
3. Strategi koping positif.
4. Untuk mengetahui sebab biologis.
5. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intervensi:
1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.
30

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.


Kriteria hasil:
1. Meningkatkan kesadaran diri klien.
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan
klien.
2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi
interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.
3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek
yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan
batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek
lain.
31

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa
yang masih banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara
berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri merupakan kekhawatiran atau
keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak memiliki objek yang spesifik.
Tingkatan Ansietas :
3 Ansietas Ringan
4 Ansietas Sedang
5 Ansietas Berat
6 Tingkat Panik dari Ansietas
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di
kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang
lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa
diagnosis yang sering muncul diantaranya:
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.
6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.
32

b. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek,
sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
a. Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
b. Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi
kesehatan
c. Gaya hidup yang sehat :
d. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
e. Tidur yang cukup.
f. Cukup olahraga.
g. Tidak merokok.
h. Tidak meminum minuman keras.
33

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/167/jtptunimus-gdl-endahdewiy-8334-2-
babii.pdf
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hawari, Dadang. 2008. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Keliat, B.A, dkk. 2012. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Pieter, Herry Zan. 2011. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Cetakan 1.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Pieter,dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan . Jakarta
Kencana Prenada Media Group
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Riyadi, S., &Purwanto, T. 2010. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Rochman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tomb, D. A. 2001. Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.
Tomb, Davit A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC
Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatrik :Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed).
Jakarta : EGC.
USA. Depkes RI. 1994. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa: Jakarta.
Videbecek, S. L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai