Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

OLEH :

NAMA: MARIA HELENA NEI

NPM: 1714201012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkatNya, kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN WAHAM”.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan kami, baik dalam pengumpulan materi
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
WAHAM” maupun dari pengetahuan dan pengalaman. Oleh kerena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun, kami terima dengan senang hati .

Kami sangat berharap semoga laporan sederhana ini dapat berguna bagi pengetahuan
kami sendiri maupun para pembaca.

Desember, 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HalamanJudul................................................................................................................... i

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................... 2

Bab II Tinjauan Teori

A. Definisi waham.................................................................................................... 3
B. Etiologi waham.................................................................................................... 3
C. Proses Terjadinya Waham................................................................................... 4
D. Klasifikasi Waham.............................................................................................. 5
E. Tanda dan gejala Waham.................................................................................... 6
F. Penatalaksanaan................................................................................................... 7
G. Pohon Masalah..................................................................................................... 8

Bab III Asuhan Keperawatan Teoritis.............................................................................. 9

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan..........................................................................................................35
B. Saran................................................................................................................... 35

Daftar Pustaka.................................................................................................................. 36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Prevalensi gangguan waham di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa
literatur, prevalensi gangguan waham pada pasien yang dirawat inap dilaporkan
sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%.
Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30
kasus dari 100.000 orang (Made, Ariawan. 2014 )
Waham yang tidak ditindak lanjuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai
macam hal, waham tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi
juga konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar .Gangguan
proses pikir waham biasanya diawali dengan terbatasnyakebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span story).
Selain itu,juga dapat dipengaruhi oleh tidak ada pengakuan dari lingkungan dan
tingginyakesenjangan antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan)
serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudahmelampaui kemampuan yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi llingkungan
tersebut. Padahal self realty-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh support system semuanya sangat rendah (Yosep, 2010).
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmko terapi, ECT dan terapi lainnya
seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatic, terapi seni, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk
memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan skizofrenia..
B. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara garis besar konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan waham.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI WAHAM
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang diperrtahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
(Yusuf,dkk.2015)

B. ETIOLOGI WAHAM
Etiologi dari waham dijelaskan dalam buku keperawatan jiwa oleh Iyus , Yosep.
2010 ( mengutip pendapat M.C. Townsend) terdapat empat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor
genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan
kejiwaan.Tampak bahwa individu-individu yang berada dalam resiko tinggi
terhadap kelainan ini adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga
dengan kelainan yang sama (orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang
lain).Secara relatif ada penelitian baru yang mengatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu kenyataan sejak
lahir, terjadi pada bagian hipotalamus otak. Pengamatan memperlihatkan
adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel piramidal di dalam otak dari orang-
orang yang menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang
yang tidak mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi.
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa anak
harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk ke masa
dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan masa
dewasanya.

5
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu huhungan
orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu
membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila tingkat ansitas yang
tinggi dipertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen. Suatu
kemunduran spikosis memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman
dalam suatu hubungan yang intim/akrab.
4. Teori Psikodinamik
Psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang
dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak dan orangtua.
Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan segmen “id” dalam kepribadian.

C. PROSES TERJADINYA WAHAM

Proses terjadinya waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa oleh Yusuf,dkk, 2015 terjadi dalam enam fase, yakni:

1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)


Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin
memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)

6
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Fase dukungan
lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
4. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
5. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan
kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
D. KLASIFIKASI WAHAM
Waham diklasifikan menjadi:
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini

7
direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan
multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke
dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
E. TANDA DAN GEJALA WAHAM
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar, mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar
biasa, serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakt yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis
sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah (Yusuf, dkk, 2015, p113).
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokan sebagai berikut:
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinan

8
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku danhubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu mkan berkurang dan sulit tidur
F. PENATALAKSANAAN WAHAM
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanan klien dengan
waham meliputi farmakoterapi, ECT dan terapi lainnya seperti terapi spikomotor,
terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku
klien dengan waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksaan yang terakhir adalah
rehabilitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehiduan masyarakat.

9
G. POHON MASALAH WAHAM

Resiko kerusakan
komunikasi verbal

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah :kronis

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
Menurut Kaplan dan Sadock dalam buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
Yusuf,dkk.(2015), beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
1. Status mental
a) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b) Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang
terkenal.
e) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f) Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium.
Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

2. Sensorium dan kognisi


a) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b) Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c) Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang
jelek.
d) Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan
kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa
sekarang, dan yang direncanakan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

11
C. INTERVENSI
Setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan
hanya kepada pasien, tetapi juga kepada keluarga. Tindakan keperawatan pasien
waham dan keluarganya meliputi:
1. Tindakan keperawatan pada pasien:
a) Tujuan keperawatan:
1) Pasien dapat berorentasi pada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan linghungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b) Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham, perawat harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya yaitu:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
2) membantu orentasi realistis
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas
sehari –hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya ,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau
menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e. Memberikan pujian jika penampilan dan orentasi
pasien sesuai dengan realitas.

12
3) Mendiskusiksn kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
4) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien
5) Mendiskusiksn tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Membantu melakukan kemempuan yang dimiliki
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a) Tujuan keperawatan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal.
b) Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut :
 Cara merawat pasien waham di rumah.
 Follow up dan keteraturan pengobatan.
 Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,
dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
4) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera.
a. Strategi pelaksanaan
Menurut Keliat Budi (2011), dalam memberikan intervensi keperawatan
terhadap klien dengan waham, perawat memilliki tiga strategi pelaksanaan
yaitu:
1) SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekan kepenuhan .

13
contoh komunikasi yang bisa dilakukan :
Orientasi
“ selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas jam 7 pagi sampai jam 2 siang
nanti, saya akan merawat anada hari ini. Nama anda siapa?
senangnya dipanggil apa?”
“Boleh kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan
sekarang?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? bagimana kalau 30
menit?”
Kerja
“ Saya megerti B bahawa B adalah seoarang nabi, tetapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi suda
tidak ada lagi. Bisa kita kita lanjudkan pembicaraan yang tadi
terputus B?”
“Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B
rasakan?”
“O… jadi B merasakan takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri B sendiri?”
“siapa menurut B yang sering mengatur-atur diri B?”
“jadi, ibu yang mengatur-atur ya B,juga kakak dan adek B yang
laib?”
“kalau B sendiri, ingginnya seperti apa?”
”Bagus,B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”
“Coba kita tulisan rencana dan jadawaltersebut B?”
“Wah, bagus sekali jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau dirumah terus yah?”
Terminasi
“Bagimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagimana kalau jadwal ini B coba lakukan, setuju.?”
“Bagiamana kalau saya dating 2 jam lagi ?”
“kita bercakp-caka tentang kemampuan yang pernah B miliki?”
“Mau dimana kita bercakap-cakap?”

14
“Bagimana kalau disini lagi?”

2) SP2 pasien: mengidentifikas kemampuan positif pasien dan


membantu mempraktekannya.
Contoh komunikasi :
Orientasi
“Selamat pagi B, bagimana perasaan saat ini?Bagus”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi B?”
“Bagimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B
tersebut?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? bagi mana kalau 20
menit?”
Kerja
“Apa saj hobi B, saya catat ya B, terus apa lagi?”
“Wah,B pandai main boal voli ya, tidak semua orang bermain voli
sperti lho B.”
“Dapatkah B cerita kepada saya kapan pertama kali belajar main
voli , siapa yang dulu mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Dapakah B peragakan kepada saya bagimana bermainvoi yang
baik itu?”
‘Wah, baik sekli permainanya.”
“coba kita buat jadwal untuk kemmapuan B ini ya,berapa kali
sehari/seminggu B mau bermain voli?”
“apa yamg diharapkan dari kemmaupan bermain bola voli?”
Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan B?”
“Setelah ini coba B lakikan latihan voli sesui dnegan jadwal yang
telah kita buat ya?”
“besok kita bertemu lagi ya B? Bagimana kalau nanti sebelum
makan siang?dikamar makan saja ya?”
“nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B
minum,setuju?”

15
3) SP3 pasien: mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Orientasi
“Selamat pagi B! Bagaimana B sudah dicoba latihan volinya?
Bagus sekali!”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagiamana sekarang
membicarakan tentag obat yang B minum?
“dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama B mau kita berbicara? bagimana 30 menit?”
Kerja
“B, berapa macam obat yang diminum? jam berapa saja obat
diminum?’
“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang. obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya
CPZ gunannya untuk menenangkan, yang berwarna putih ini
namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warnanya merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran B tenang. semuanya
ini diminum 3 kali sehari 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
jika nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk
membantu mengataisnya B bisa banyak minum dan mengisap-isap
es batu. sebelum minum obat ini, B mengecek dulu tabel dikotak
obat apakah benar nama B ada tertulis disitu, berapa dosis atau
butir yang harus diminum , jam berapa saja aharus diminum .
Baca juga apakah nama obatnya seudah benar.
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan
besar harus diminum dalam waktu yang lama. agar tidak kambuh
lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum membicarakannya dengan dokter.”
Terminasi
“bagiamana perasaan B setelah bercakap-cakap tentang obat yang
B minum?”
“Apa saja, nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

16
“Mari kita masukkan pada jadawal kegiatan abang. jangan lupa
minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obat-oabtnya
pada suster?”
“jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B?”
” B,besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. bagimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan
ditempat sama?sampai besok !.
Sedangkan strategi pelaksanaan untuk keluarga terdiri dari tiga strategi yaitu:
a) Sp 1 keluarga : membina hubungan saling percaya dengan keluarga
orientasi
”Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya A, saya perawat
yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat B selama ini.
Nama bapa dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah ,
cara merawat B di rumah.”
“ Dimana Bapak dan Ibu mau berbicara dengan saya ? bagaimana
kalu di ruang wawancara ?”
“ berapa lama Bapak dan Ibu mau berbincang-bincang dengan
saya?, bagaiman kalau 10 menit saja?”
Kerja
“Bapak , ibu apa masalah yang bapak dan ibu rasakan dalam
merawat B ?apa yang sudah B lakukan di rumah ?, dalam
menghadapi sikap B yang selalu mengaku-ngaku .sebagai seorang
nabi, tetapi nyatanya bukan seorang nabihanya merupakan salah
satu gangguan proses pikir. Untuk itu saya akan jelaskan sikap dan
cara untuk menghadapinya. Setiap kali B katakan bahwa ia seorang
nabi, maka bapak dan ibu katakan :
Pertama: bapak atau ibu mengerti bahwa B merasa seorang nabi,
tapi sulit untuk mempercayainya karena setahu kita semua nabi
tidak ada yang hidup di dunia.
Kedua : bapa dan ibu harus sering memuji B jika ia melakukan hal-
hal yang baik.

17
Ketiga : hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga
yang berinteraksi dengan B. Bapa dan ibu bisa bercakap-cakap
dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan olehnya .
Keempat : bapak atau ibu katakan kepada B , bagaimana kalau
kemampuan bermain bola volly dicoba sekarang, dan kemudian
setelah ia melakukan haruslah memberikannya pujian.
Bapa dan ibu jangan lupa, B perlu minum obat agar pikirannya
menjadi tenang. Obatnya ada tiga macam, yang warna orange
namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP
gunanya agar rileks, dan yang merah jambuh ini namanya HLP
gunanya gar pikiran jadi teratur. Semua ini diminum tiga kali
sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebebkan kekambuhan kembali. B sudah punya jadwal minum
obat, jadi jika ia minta obat sesuai dengan jamnya, segera beri
pujian.
Terminasi
“Bagimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara
merawat B?”
“Setelah ini, coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih
tadi “.
“baiklah bagaimana kalu 2 hari lagi bapa atau ibu datang kembali
ke sini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat
B sesuai denga yang sudah kita bicarakan tadi.
“pukul berapa bapak ibu kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditemapat ini ya pak,bu?”
b) Sp 2 keluarga : melatih cara merawat pasien
Orientasi
“selamat pagi pak, bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu
kita sekarang ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan
tentang cara merawat B seperti yanng telah kita bicarakan dua hari
yang lalu?, sekarang kita akan latihan car-cara merawat pasien
tersebut ya pak, bu.”

18
“ kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung
pada B ya?”.
Kerja
“sekarang anggap saja saya B yang sedang mengaku nabi, coba
bapak dan ibu praktikan cara bicara yang benar bila B sedang
dalam keadaan seperti ini.”
“bagus , betul begitu caranya, sekarang coba praktikan cara
memberi pujian atas kemampuan yang dimiliki oleh B”.
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwalnya”.
“Bagus sekali,ternyata bapak dan ibu sudah megerti cara merawat
B.”
“bagaiamana kalau sekarang kita mencobanya lansung kepada B?”
Terminasi
“Bagimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara
merawat B?”
“Setelah ini, coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih
tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapa dan ibu datang
kembali ke sini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai
bapak dan ibu lancar melakukannya”.
“pukul berapa bapak ibu kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak,bu?”.

c) Sp 3 keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga


Orientasi.
“Selamat pagi pak, bu ,karena B sudah boleh pulang maka kita
bicarakan jadwal B selama dirumah”.
“bagaimana pak,bu, selama bapak dan ibu besuk apakah terus
dilatih cara merawat B?”
“Nah sekarang bagimana kita bicarakan jadwal dirumah? Mari
bapak dan ibu duduk disini!”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik,30 menit
saja,sebelum bapak/ibu meneyelesaikan administrasi didepan.”

19
Kerja
“pak,bu,ini jadwal B selama di rumah sakit. coba diperhatikan!
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua dirumah? jangan lupa
memperhatikan B, agar ia tetap menjalakannya di rumah,dan
jangan lupa memberi tanda M(mandiri), B(bantuan),atau T(tidak
melaksanakan).”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. jika,
misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus-menerus dan tidak
memperlihat perbaikan, menolak minum obat, atau memperlihat
perilaku yang membahayakan bagi orang lain. Jika ini hal terjadi
segera hubungi petugas kesehatan di rumah sakit agar dapat
membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”
Terminasi
“Apa yang ingin bapak/ibu tanyakan? bagaimana perasaan
bapak/ibu? sudah siap melanjutkan d irumah.”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. ini rujukan untuk bisa kontrol lagi,
jika ada apa-apa bapak/ibu boleh juga menghubungi kami.
“ Silakan menyelesaikan Administerasi dikantor depan.
b. Terapi aktivitas kelompok ( TAK )
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi hal-hal berikut :
1. TAK orientasi realitas
a) Sesi 1: pengenalan orang
b) Sesi 2 : pengenalan tempat
c) Sesi 3 : pengenalan waktu
2. TAK sosialisasi
a) Sesi 1 : kemampuan memeperkenalkan diri
b) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c) Sesi3 : kemampuan berbicara
d) Sesi 4 : kemampuan berbicara topik tertentu
e) Sesi 5 : kemampuan berbicara masalah probadi
f) Sesi 6; : kemampuan bekerrjasama
g) Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

20
TAK Orientasi Realita
 sesi 1 : pengenalan orang
Tujuan
1. Klien mampu mengenal nama – nama perawat.
2. Klien mampu mengenal nama – nama klien lain.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol
3. Bola tenis
4. Tape recorder
5. Kaset/CD berirama riang (sesuaikan dengan kondisi klien)
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik ( salam dan terapis padda klien)
b. Evaluasi / validasi ( menanyakan perasaan klien saat ini)
c. Kontrak
o Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang
o Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit

21
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis membagikan papan nama untuk masing – masing klien.
b. Terapis meminta masing – masing klien menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, dan asal
c. Terapis meminta masing – masing klien menuliskan nama
panggilan di papan nama yang dibagikan.
d. Terapis meminta masing – masing klien memperkenalkan diri
secara berurutan, ssearah jarum jam dimulai dari terapis,
meliputi menyebutkan: nama lengkap,nama panggilan, asal dan
hobi.
e. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan
dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari
satu klien ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang
sedang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal, Dan hobi dari klien yang lain ( minimal nama
panggilan ).
f. Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik
berhenti klien sedang memegang bola tenis menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan,nama asal, dan hobi dari klien yang
lain.
g. Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran
h. Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain untuk bertepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien mnyapa orang lain sesuai dengan nama
panggialannya
c. Kontrak yang akan datang

22
1. Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu
“ mengenal tempat”
2. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien yang
diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien
lain.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 : TAK
Orientasi realitas orang
Kemampuan mengenal orang lain
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Menyebutkan nama klien
2. Menyebutkan nama panggilan klien
lain
3. Menyebutkan asal klien lain
4. Menyebutkan hobi klien lain
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui
nama,panggilan, asal dan hobi klien lain. Beri tanda  jika klien
mampu dan tanda  jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien
mengikuti TAK orientasi realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama
panggilan, asal, dan hobi klien lain di sebelahnya. Anjurkan klien mengenal
klien lain di ruangan.

 Sesi 2 : pengenalan tempat


Tujuan
1. Klien mampu mengenal nama rumah sakit.
2. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat.

23
3. Klien mengenal kamar tidur.
4. Klien mengenal tempat tidur.
5. Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar
mandi, dan WC.
Setting
1. Terpis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan tempat perawatan klien.
Alat
1. Tape recorde
2. Kaset lagu “ dangdut “
3. Bola tenis
Metode
1. Diskusi kelompok
2. Orientasi lapangan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien peserta sesi 1 TAK orientasi realitas.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan apakah klien masih ingat nama – nama klien yang lain
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang
biasa dilihat.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

24
3. Tahap kerja
a) Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan,
klien diberi kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang
mampu menjawab dengan tepat.
b) Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu
dangdut,sedangkan bola tenis diedarkan dari satu peserta ke peserta
lain searah jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien yang sedang
memegang bola tenis akan diminta menyebutkan nama rumah sakit
dan nama ruangan tempat klien dirawat.
c) Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta
klien yang memegang bola tenis untuk menyebutkan nama ruangan
dan nama rumah sakit. Kegiatan ini diulang sampai semua peserta
mendapat giliran.
d) Terapis memberikan pujian saat klien menyebutkannya dengan
benar.
e) Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan
fungsi ruangan yang ada. Kantor perawat,kamar ,mandi, WC, ruang
istirahat,ruang TAK,dan ruangan lainnya.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menghafal nama – nama tempat
c) Kontrak yang aka nada datang
 Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang yaitu
mengenal waktu
 Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khusunya pada tahap
kerja.Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK orientasi realita tempat, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mengenal tempat di rumah sakit.

25
Sesi 2 : TAK
Orientasi realitas tempat
Kemampuan mengenal tempat dirumah sakit
Nama klien
No. Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan nama rumah sakit

2. Menyebutkan nama ruangan


3. Menyebutkan letak kantor
perawat
4. Menyebutkan letak kamar mandi
dan WC
5. Menyebutkan letak kamar tidur
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien , beri penilainan tentang kemampuan mengenal
tempat – tempat diruang rawat dan nama rumah sakit. Beri tanda  jika
klien mampu dan tanda  jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokmentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK
orientasi realitas tempat. Klien mampu menyebutkan nama ruangan dan
letak kamar tidur yang lain belum mampu. Orientasikan klien dengan
tempat-tempat di ruangan.

 Sesi 3 : pengenalan waktu


Tujuan
1. Klien dapat mengenal waktu dengan tepat
2. Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat
3. Klien dapat mengenal hari dengan tepat
4. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Klien berada diruangan yang ada kalender dan jam dinding
Alat

26
1. Kalender
2. Jam dinding
3. Tape recorder
4. Kaset lagu yang sesuai
5. Bola tenis
Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien peserta sesi 2 TAK orientasi
realitas
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dan klien memakai papan nama
b) Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama
ruangan yang sudah dipelajari
c) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal waktu
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta ijin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan
b) Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder, sedangkan
bola tenis diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada saat music

27
berhenti, klien yang memegang bola tenis menjawab pertnyaan dari
terapis
c) Terapis menghidupkan music, dan mematikan music. Klien
mengedarkan bola tenis secara bergantian searah jarum jam. Saat
music berhenti, klien yang memegang bola siap menjawab
pertanyaan terapis tentang, tanggal,bulan,tahun,hari,dan jam saat itu.
Kegiatan ini diulang sampai semua klien mendapat giliran
d) Terapis memberikan pujian kepada klien setelah memberikan
jawaban dengan tepat
4. Tahap terminasi
Evaluasi
a) Terapis menanyakan tentang perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
c) Tindak lanjut
Terapis meminta klien member tanda / mengganti kalender setiap
hari
d) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi
klien
 Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK orientasi realitas waktu,kemampuan klien yang
diharapkan adalah mengenal waktu, hari,tanggal,bulan, dan tahun. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3 TAK
Orientasi realitas waktu
Kemampuan mengenal waktu
No Aspek yang dinilai Nama klien
.
1. Menyebutkan jam

28
2. Menyebutkan hari
3. Menyebutkantanggal
4. Menyebutkan bulan
5. Menyebutkan tahun
Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan mengenal waktu,
hari,tanggal,bulan,dan tahun. Beri tanda  jika klien mampu dan beri tanda
 jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK, pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 3, TAK
OR waktu. Klien mampu menyebutkan tanggal dan hari, tetapi yang belum
mampu. Orientasikan klien terhadap waktu secara intensif.

TAK Sosialisasi
 Sesi I : memperkenalkan diri
Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi.
Setting
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
a. Tape recorder
b. Kaset
c. Bola tennis
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan

29
1. Persiapan
a) Memilih klien dengan indikasi yaitu menarik diri
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a) Memberi salam terpaeutik: salam dari terapis.
b) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak:
 Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri.
 Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta ijin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a) Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan
serta bola akan diedarkan.berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu
ke arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok
yang memegang bola memperkenalkan diri.
b) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam .
c) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang boal
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d) Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai.
e) Ulangi tiga langkah terakhir samapai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
f) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi

30
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Rencana tindak lanjut
 Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan sehari-
hari.
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati kegiatan berikut yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok.
 Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Format/lembar observasi TAKS sessi 1

 Sessi 2 : Berkenalan dengan anggota kelompok


Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :
a) Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi.
b) Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi.
Setting
a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
a) Tape recorder.
b) Kaset.
c) Bola tennis.
d) Buku catatan dan pulpen.
e) Jadwal kegiatan klien.
Metode
a) Dinamika kelompok.
b) Diskusi dan tanya jawab.

31
c) Bermain peran/simulasi.
Langkah kegiatan
a) Persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1
TAKS.
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
 Memberi salam terpaeutik: Salam dari terapis.
 Peserta dan terapis memakai papan nama.
c) Evaluasi/validasi.
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri
pada orang lain.
d) Kontrak.
 Menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok.
 Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta ijin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
e) Tahap kerja :
 Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
 Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang
bola mendapat giliran untuk :
 Menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi,
dan asal.
 Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
lawan bicara.
 Dimulai oleh terapi sebagai contoh.

32
 Ulangi langkah 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
 Hidupkan kembali kaset tape recorder dan edarkan bola.
Pada saat tape dimatikan, minta pada anggota kelompok
yang memegangbola untuk memperkenalkan anggota
kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok,
yaitu : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
Dimulai dari terapis sebagai contoh.
 Ulangi langkah keempat sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
 Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan.
f) Tahap terminasi
 Evaluasi.
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
 Rencana tindak lanjut.
 Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
berkenalan.
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada
jadwal kegiatan harian klien.
 Kontrak yang akan datang.
 Menyepakati kegiatan berikut yaitu bercakap cakap
tentang kehidupan pribadi.
 Menyepakati waktu dan tempat.
 Evaluasi dan Dokumentasi
Format / lembar observasi TAKS sessi 2
 Sessi 3 : kemampuan berinteraksi / bercakap-cakap dengan
anggota kelompok
Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok :
a) Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu oarng anggota
kelompok yang lain.

33
b) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.
Setting
a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
a) Tape recorder.
b) Kaset.
c) Bola tennis.
d) Buku catatan dan pulpen.
e) Jadwal kegiatan klien.
Metoda
a) Dinamika kelompok.
b) Diskusi dan tanya jawab.
c) Bermain peran/simulasi.
Langkah kegiatan
a) Persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2
TAKS.
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
 Memberi salam terapeutik: Salam dari terapis.
 Peserta dan terapis memakai papan nama.
c) Evaluasi/validasi.
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan
orang lain.
d) Kontrak:
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab
tentang kehidupan pribadi
 Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta ijin kepada terapis.

34
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
e) Tahap kerja
 Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
 Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang
bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanan dengan
cara :
 Memberi salam.
 Memanggil panggilan.
 Menanyakan kehidupan pribadi; orang
terdekat/dipercayai/disegani, pekerjaan.
 Dimulai oleh terapi sebagai contoh.
 Ulangi langkah 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
 Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan.
f) Tahap terminasi
 Evaluasi.
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
 Rencana tindak lanjut.
 Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-
cakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari.
 Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal
kegiatan harian klien.
 Kontrak yang akan datang.
 Menyepakati kegiatan berikut yaitu menyampaikan
dan membicarakan topik tertentu.
 Menyepakati waktu dan tempat.

35
g) Evaluasi dan Dokumentasi
D. EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut:
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

BAB IV

PENUTUP

36
A. KESIMPULAN
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan lansung distress( penderitaan ) dan menimbulkan hendaya
( disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa
yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah : keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah
secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan kontrol.
Tanda dan gejala dengan gangguan proses pikir waham dapat seperti menolak
makan, tidak ada perhatian dan perawatan diri, ekspresi wajah
sedih/gembira/ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, dll. Gangguan
proses pikir waham dapat mengganggu individu untuk memenuhi kebutuhannya
sehingga memerlukan perawatan yang tepat.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat mengerti
serta mengaplikasikan tindakan keperawatan serta intensif dalam melaksanakan
proses keperawatan bagi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan khususnya bagi
pasien dengan waham.

DAFTAR PUSTAKA

37
Ariawan,D.Made. 2014. “Gangguan Waham Menetap Pada Pasien Dengan Riwayat
Penyalahgunaan Ganja: Sebuah Laporan Kasus”.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

Iyus , Yosep.2010.Keperawatan Jiwa.Bandung: Rafika Aditama.


Keliat , Budi,dkk.2004.Keperawatan JIwa Terapi Aktifitas Kelompok.Jakarta: EGC
Keliat , Budi,dkk.2009.Model praktik Keperaawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Budi,dkk.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Care).
Jakarta: EGC

Steel, Z. 2014. The Global Prevelence of Common Mental Disorders: A Systematic Review
and Metaanalysis 1980-2013. International Journal of Epidemiology. 2014. 43 (2):
476-493.

Yusuf, Hanik, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

38

Anda mungkin juga menyukai