Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INSIPIENS

OLEH:

MARIA HELENA NEI

21203024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021-2022

1
A. Definisi
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh
akibat”tertentu” ) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan
proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus
inkomplit atau komplit.
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan
leher rahim, namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini
terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama
semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
B. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor
Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus
adalah:
1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah
kelainan perkembangan zigot , embrio, janin atau plasenta.
Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur, telur kosong ( blighted ovum ),
kerusakan embrio, atau kerusakan kromosom
(monosomi, trisomi, atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal

2
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi
trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi
penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling
sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai
kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur.
(Benson, 2008)
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa
resiko bagi janin yang sedang berkembang , terutama pada
akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah
janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
b. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes
simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis,
polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi
tiroid:defisiensi insulin.
3. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan ( Inkompatibilitas ) sistem HLA ( Human
Leukocyte Antigen)
a. Trauma

3
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus
terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya
trauma akibat pembedahan:
 Pengangkatan Ovarium yang
mengandung korpus luteum
gravidatum sebelum minggu ke-8
 Pembedahan intraabdominal dan
operasi pada uterus pada saat hamil.
 Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma
(terutama mioma submukosa),
serviks inkompeten atau retroflexio
uteri gravidi incarcerata.
4. Faktor psikosomatik, pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan.
5. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu
pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi
dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-
lain.Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum
kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat
tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan
penyakit ibu yang parah. Bahan-bahan kimia lainnya,
seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
C. Manifestasi Klinis
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

4
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1. Rasa mules lebih sering dan kuat
2. Perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3. Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan,
maka segera lakukan :
a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
D. Klasifikasi
a. Abortus spontan, abortus tanpa ada usaha medis atau mekanik
untuk mengosongkan uterus
b. Abortus provokatus, merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk penatalaksanaan masalah atau komplikasi

5
E. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian
atau seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2.Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya sebagian masih
tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit.Oleh karena itu
keguguran memberikan gejala umum sakit perut, karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya:
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai
gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun,
dapat menimbulkansyok, nadi meningkat, tekanan darah
turun, tampak anemisdan daerah akral dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :
1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum
terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat
didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi
dan dilanjutkan dengan pengeluaran placenta, berdasarkan proses
persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi
ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat
terjadi:
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip
daging.

6
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan
kalsium dan tertekan sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan
laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung
janin, hanya benda kecil yang tidak berbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6
minggu. Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera
dikeluarkan dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang
belakang kepala berimpitan dan perut membesar karena
asites/pembentukan gas.

7
F. PemeriksaanPenunjang
1) Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2) Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
3) Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

8
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
G. Penatalaksanaan
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.Anjurkan Untuk tidak
melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
Bila perdarahan:
1) Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
2) Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola
hidatitosa)
3) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron 500 mg 250mg setiap 12


kaproag intramuskuler jam,bilaada perbaikan,
lanjutkan dengan 250mg
perhari hingga 7 hari
setelahperdarah berhenti.
a. Asam mefenamat

9
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan
memuaskan.
b.   Penenang penobarbital 3x30 gram valium
c. Anti pendarahan: Adona ,Transami
d. Vit B Komplek
e.   Hormon progesteron
f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

10
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.

Data Subjektif
1.  Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2.  Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang
dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya
bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga
mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan
bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh
sedih karena kehilangan kehamilannya.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a.       Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b.      Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

11
7. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
9. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11.  Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
12.  Data psikososial
 Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme
koping yang digunakan.
 Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
13.  Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
14.  Pemeriksaan Fisik
a)  Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung. Hal yang di inspeksi antara lain :
-    Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas,
- Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

12
b)  Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
-    Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus. Suhu badan normal atau meningkat
-  Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil
-  Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
c). Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
- Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d). Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. Tekanan darah normal atau menurun.

2. Diagnosa
a) Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
b) Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
c) Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
d) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada
punggung, pasien tampak meringis

13
e) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit,
perdarahan, kondisi vulva lembab
f) Cemas b.d kurang pengetahuan
g) Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien
mengeluh sedih kehilangan kehamilannya.
3.    INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan KH INTERVENSI RASIONAL
1. 1.    Devisit Tujuan: setelah 1. Kaji kondisi 1. Pengeluaran cairan
Volume diberikan asuhan status pervaginal sebagai
Cairan b.d keperawatan tidak hemodinamika akibat abortus
perdarahan terjadi devisit 2. Ukur memiliki
volume cairan, pengeluaran karekteristik
seimbang antara harian bervariasi
intake dan output 3. Berikan 2. Jumlah cairan
baik jumlah sejumlah cairan ditentukan dari
maupun kualitas. pengganti harian jumlah kebutuhan
Kreteria hasil: 4. Evaluasi status harian ditambah
1. Turgor kulit hemodinamika dengan jumlah
elastis dan cairan yang hilang
lembab pervaginal
2. Mukosa mulut 3. Tranfusi mungkin
lembab diperlukan pada
3. Nadi 75- kondisi perdarahan
80x/mnt massif
4. RR 18-20x/mnt 4. Penilaian dapat
dilakukan secara
harian melalui
pemeriksaan fisik
2. Risiko syok Tujuan: setelah 1. Observasi 1. dengan
hemoragik diberikan asuhan Keadaan Umum mengobservasi KU
berhubungan keperawatan pasien pasien dapat di

14
dengan diharapkan syok 2. Observasi tanda ketahui apakah
perdarahan tidak terjadi. tanda vital pasien jatuh
pervaginam Kriteria evaluasi: 3. Observasi kedalam keadaan
1. Kesadaran kesadaran syok atau tidak
pasien CM pasien 2. penurunan tekanan
2. Tanda vital 4. Observasi darah atau denyut
normal tanda-tanda nadi yang tidak
3. Syncope tidak perdarahan, normal
terjadi jumlah, warna, mengindikasikan
4. Perdarahan adanya adanya tanda syok
tidak terjadi stolsel/gumpaln 3. dengan
5. Kolaborasi: mengobservasi
-Kolaborasi kesadaran pasien
dalam dapat diketahui
pemberian apakah pasien
cairan fisiologis mengalami syncope
-Kolaborasi atau tidak
dalam 4. dengan
pemberian mengobservasi
tanda-tanda
perdarahan dapat
dilakukan
penanganan segera
apabila perdarahan
terjadi sehingga
terhindar dari syok
5. kolaborasi:
a) cairan fisiologis
berfungsi untuk
resusitasi guna
mencegah

15
kehilangan cairan
lebih banyak lagi
transfuse
b) untuk mengganti
kehilangan darah
yang berlebihan
akibat perdarahan
pervaginam
3. Gangguan Tujuan: setelah 1. Kaji tingkat 1. Mungkin klien
Aktivitas b.d diberikan asuhan kemampuan tidak mengalami
kelemahan, keperawatan klien untuk perubahan berarti,
penurunan kllien dapat beraktivitas tetapi perdarahan
sirkulasi melakukan 2. Kaji pengaruh masif perlu
aktivitas tanpa aktivitas diwaspadai untuk
adanya terhadap kondisi menccegah kondisi
komplikasi uterus/kandung klien lebih buruk
3. Bantu klien 2. Aktivitas
untuk merangsang
memenuhi peningkatan
kebutuhan vaskularisasi dan
aktivitas sehari- pulsasi organ
hari reproduksi
4. Bantu klien 3. Mengistiratkan
untuk klilen secara
melakukan optimal
tindakan sesuai 4. Mengoptimalkan
dengan kondisi klien, pada
kemampuan/kon abortus imminens,
disi klien istirahat mutlak
5. Evaluasi  sangat diperlukan
perkembangan   5. Menilai kondisi

16
kemampun klien umum klien
melakukan
aktivitas
4. Nyeri Tujuan; setelah 1. Kaji tingkat 1. Tingkat nyeri
berhubungan diberikan asuhan nyeri pasien pasien dapat dikaji
dengan keperawatan 2. Observasi tanda menggunakan skala
kontraksi diharapkan nyeri vital.      nyeri ataupun
uterus berkurang atau 3. Terangkan nyeri deskripsi
ditandai terkontrol yang diderita 2. tekanan darah
dengan Kriteria klien dan terutama akan
pasien evaluasi : penyebabnya meningkat bila
mengeluh           Pasien 4. Ajarkan metode pasien merasa nyeri
nyeri pada melaporkan nyeri distraksi 3. Meningkatkan
perut, terasa berkuran 5. Kolaborasi koping klien dalam
kram, terasa          Pasien tampak dalam melakukan
ada tekanan rileks pemberian guidance mengatasi
pada           Tanda vital analgetik nyeri
punggung, normal 4. Menggalihkan
pasien perhatian pasien
tampak terhadap nyeri
meringis. 5. analgetik
mengurangi nyeri
dan membantu
pasien merasa
rileks
5. Risiko infeksi Tujuan: setelah 1. Kaji kondisi 1. Perubahan yang
berhubungan diberikan asuhan keluaran/discha terjadi pada dishart
dengan keperawatan rt yang keluar ; dikaji setiap saat
penurunan diharapkan tidak jumlah, warna, dischart keluar.
hemoglobin terjadi infeksi dan bau Adanya warna yang
dan selama perawatan 2. Terangkan lebih gelap disertai

17
granulosit, perdarahan. Krite pada klien bau tidak enak
perdarahan, ria hasil: pentingnya mungkin merupakan
kondisi vulva 1. Suhu 37-38 C perawatan tanda infeksi
lembab 2. Tidak tampak vulva selama 2. Infeksi dapat timbul
tanda-tanda masa akibat kurangnya
infeksi perdarahan kebersihan genital
3. Lakukan yang lebih luar
pemeriksaan 3. Berbagai kuman
biakan pada dapat teridentifikasi
dischart melalui dischart
4. Lakukan 4. Inkubasi kuman
perawatan pada area genital
vulva yang relatif cepat
5. Terangkan dapat menyebabkan
pada klien cara  infeksi.
mengidentifika 5. Berbagai
si tanda inveksi manivestasi klinik
6. Anjurkan pada dapat menjadi tanda
suami untuk   nonspesifik infeksi;
tidak demam dan
melakukan peningkatan rasa
hubungan nyeri mungkin
senggama merupakan gejala
se;ama masa infeksi
perdarahan 6. Pengertian pada
keluarga sangat
penting artinya
untuk kebaikan ibu;
senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk

18
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan
resiko infeksi pada
pasangan.
7. Cemas s.d Tujuan: setelah 1. Kaji tingkat 1. Ketidaktahuan dapat
kurang diberikan asuhan pengetahuan/pe menjadi dasar
pengetahuan keperawatan rsepsi  klien peningkatan rasa
diharapkantidak dan keluarga cemas
terjadi terhadap 2. Kecemasan yang
kecemasan, penyakit tinggi dapat
pengetahuan klien 2. Kaji derajat menyebabkan
dan keluarga kecemasan penurunan
terhadap penyakit yang dialami penialaian objektif
meningkat klien klien tentang
3. Bantu klien penyakit
mengidentifika 3. Pelibatan klien
si penyebab secara aktif dalam
kecemasan      tindakan
4. Asistensi klien keperawatan
menentukan merupakan support
tujuan yang mungkin
perawatan berguna bagi klien
bersama dan meningkatkan
5. Terangkan hal- kesadaran diri klien
hal seputar 4. Peningkatan nilai
aborsi  yang objektif terhadap
perlu diketahui masalah
oleh klien dan berkontibusi
keluarga menurunkan

19
kecemasan
5. Konseling bagi
klien sangat
diperlukan bagi
klien untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien
dan keluarga

20
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC


Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah
Ginekologi. Jakarta: TIM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4: Patologi.
Jakarta: Trans Info Media.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan
Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika

21

Anda mungkin juga menyukai