Anda di halaman 1dari 14

OPEN ACCESS

Indonesian Journal of Human Nutrition


P-ISSN 2442-6636
E-ISSN 2355-3987
www.ijhn.ub.ac.id
Artikel Hasil Penelitian

Asupan Vitamin C dan E Tidak Mempengaruhi Kadar Gula Darah


Puasa Pasien DM Tipe 2
Cleonara Yanuar Dini1*, Maulida Sabila1, Intan Yusuf Habibie1, Fajar Ari Nugroho1
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
*Alamat korespondensi: cleonarayd@gmail.com Tlp : +628113666037

Diterima: September 2017 Direview: Oktober 2017 Dimuat: Desember 2017

Abstrak
Prevalensi diabetes melitus di Jawa Timur menempati urutan ke-5 teratas Indonesia. Diabetes
melitus terjadi akibat resistensi insulin sehingga kadar gula darah tinggi. Kontrol glukosa darah
pada pasien diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh asupan vitamin C dan E dengan menghambat
stres oksidatif. Banyak penelitian melihat efek pemberian suplementasi kedua vitamin tersebut
namun penelitian mengenai asupan makan harian sumber vitamin C dan vitamin E terhadap kadar
glukosa darah puasa di Indonesia belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan asupan vitamin C dan E terhadap kadar gula darah puasa pasien rawat jalan
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Dinoyo dan Janti Kota Malang. Penelitian ini merupakan
penelitian cross sectional dengan jumlah responden 31 orang yang diambil secara purposive
sampling. Data asupan vitamin C dan E selama 3 bulan terakhir dicatat menggunakan form SQ-
FFQ. Nilai median asupan vitamin C dan vitamin E seluruh responden berturut-turut adalah 95,1
mg dan 5,3 mg. Median kadar glukosa darah puasa seluruh responden adalah 191 mg/dL. Uji
analisa hubungan vitamin C dan E dengan kadar gula darah menggunakan uji Pearson (CI 95%)
menunjukkan nilai hubungan asupan vitamin C dan E terhadap kadar gula darah berturut-turut p =
0.697 dan p = 0.215. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dan vitamin
E terhadap kadar gula darah pasien rawat jalan DM tipe 2 di Puskesmas Dinoyo dan Janti Kota
Malang.
Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Gula Darah Puasa, Asupan Vitamin C, Asupan Vitamin E

Abstract
The prevalence of diabetes mellitus in East Java is ranked 5th in Indonesia. Diabetes mellitus
occurs due to insulin resistance that results in high blood glucose level. Blood glucose control in
diabetes mellitus patients can be affected by vitamin C and E intake through inhibiting oxidative
stress. Many research have studied the effects of both vitamins supplementation but research on
daily intake of vitamin C and vitamin E sources on fasting blood glucose level in Indonesia have
not been widely conducted. This research aims to determine the effect of vitamin C and E intake on
fasting blood sugar level of diabetes mellitus type 2 patients in Dinoyo and Janti Health Center
Malang. This research was cross sectional research with 31 respondents taken by purposive
sampling. Data on vitamin C and E intake during the last 3 months were documented using SQ-
FFQ form. The mean values of vitamin C and vitamin E intake of all respondents were 95.1 mg and
5.3 mg, respectively. The mean fasting blood glucose level of all respondents was 191 mg/dL. Test
analysis of vitamin C and E relationship with blood sugar level using Pearson test (95% CI)
65
66 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

showed the value of vitamin C and E intake relation to blood sugar level were p = 0.697 and p =
0.215, respectively. It is concluded that there is no correlation between intake of vitamin C and
vitamin E on blood glucose level of DM type 2 patient in Dinoyo and Janti Health Center Malang.
Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, Fasting Blood Glucose, Vitamin C intake, Vitamin E intake

PENDAHULUAN semakin memburuk [3]. Antioksidan dari


Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT-2) luar terutama bersumber dari makanan
merupakan penyakit dengan angka ke- diperlukan untuk menanggulangi masalah
sakitan, kematian, dan kecacatan yang ini sehingga dapat meningkatkan kualitas
tinggi di seluruh dunia. Jumlah penderita hidup penderita DMT-2. Sumber antiok-
DMT-2 pada tahun 2000 adalah 171 juta sidan yang berkaitan dengan perbaikan
orang dan diperkirakan mengalami pe- profil gula darah adalah vitamin C dan
ningkatan sampai 366 juta orang pada vitamin E [1].
tahun 2030 [1]. Prevalensi penduduk Indo- Vitamin C diketahui dapat meng-
nesia yang didiagnosa menderita DMT-2 hambat penumpukan sorbitol yang diaki-
mengalami peningkatan pada tahun 2013 batkan oleh kondisi hiperglikemia melalui
yaitu sebesar 2,1%, jumlah ini lebih tinggi jalur poliol-sorbitol. Dalam jalur ini vita-
dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 1,1% min C berperan sebagai inhibitor enzim
[2]. Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 aldolase reductase yang mengubah gluko-
menempati prevalensi DM urutan ke-5 sa dalam sel menjadi sorbitol sehingga
teratas di Indonesia yaitu sebesar 2,1%. dapat mencegah penumpukan sorbitol dan
Sedangkan prevalensi DM di Kota menurunkan stress oksidatif serta per-
Malang menempati urutan ke-11 tertinggi baikan fungsi endothelial Vitamin C juga
dari 38 kota dan kabupaten se-Jatim yaitu berperan dalam memodulasi aksi insulin
sebesar 2,3% [2]. pada penderita DM dan berhubungan
Berdasarkan data dari Dinas Kese- dengan menurunkan kadar glukosa darah
hatan Kota Malang tahun 2014, jumlah [4]. Vitamin E berfungsi sebagai kofaktor
pasien DM tipe 2 rawat jalan tertinggi enzim glutation peroksidase (GPX) dalam
terdapat di Puskesmas Dinoyo dan Janti. meningkatkan level glutation di dalam
Pada pasien rawat jalan DM, asupan darah yang mempunyai kemampuan seba-
makan dan vitamin serta glukosa darah gai antioksidan. Vitamin E diketahui dapat
kurang terkontrol dibandingkan pada menurunkan glukosa darah melalui penu-
pasien rawat inap. Pasien rawat jalan runan stress oksidatif [6].
cenderung tidak memperhatikan makanan Beberapa penelitian terdahulu me-
yang mereka konsumsi sehingga glukosa nunjukkan konsentrasi vitamin C atau
darah sulit terkendali sehingga kondisi vitamin E plasma berhubungan negatif
hiperglikemia terus terjadi pada pasien dengan resiko DM tipe-2 yang disebabkan
DMT-2 rawat jalan di kedua puskesmas oleh peningkatan stress oksidatif. Namun
tersebut [7]. konsentrasi vitamin tersebut pada peneli-
Pembentukan Reactive Oxygen Spe- tian ini lebih mencerminkan asupan jang-
cies (ROS) merupakan dampak dari kon- ka pendek sebelum penelitian tersebut
disi hiperglikemia kronis akibat adanya dilakukan. Asupan harian vitamin C dan E
gangguan respon reseptor insulin pada dengan menggunakan form food frequen-
membran sel. Pada penderita DMT-2 pe- cy questionnaire (FFQ) lebih dapat men-
ningkatan pembentukan radikal bebas cerminkan asupan dalam jangka waktu
dapat meningkatkan stress oksidatif dan lama dibandingkan dengan melihat kon-
menyebabkan peningkatan resistensi insu- sentrasi vitamin C dan E dalam plasma.
lin sehingga kontrol terhadap gula darah Dalam 3 penelitian prospektif dan 1 meta
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 67

analisis telah diteliti hubungan antara kasi atau belum didapatkan dari wawan-
asupan harian vitamin C atau vitamin E cara menggunakan form kuesioner data
namun semua penelitian itu dilakukan umum.
pada populasi Eropa dan Amerika. Pene- Data berat badan, tinggi badan,
litian mengenai pengaruh asupan harian lingkar perut diperoleh melalui pengu-
vitamin C dan vitamin E terhadap pasien kuran langsung kepada responden untuk
DMT-2 juga telah dilakukan di Cina yang mendapatkan data Indeks Massa Tubuh
mewakili wilayah Asia. Penelitian menge- (IMT) dan Rasio Lingkar Pinggang
nai asupan harian vitamin C dan vitamin E Pinggul (RLPP).
yang berasal dari bahan makanan di Data asupan vitamin C dan E diper-
Indonesia belum banyak dilakukan. Pene- oleh dari hasil cara bertanya langsung
litian yang telah dilakukan terkait vitamin kepada responden menggunakan form SQ-
C dan E pada pasien DMT-2 adalah FFQ yang disusun oleh peneliti. Data
dengan pemberian suplemen seperti pene- asupan makronutrien yaitu energi, protein,
litian yang dilakukan oleh Ardekani lemak dan karbohidrat didapat dengan
(2007) yang membuktikan bahwa asupan menggunakan form estimated food record
500 mg suplementasi vitamin C selama 3 untuk melihat kecukupan asupan makro-
bulan dapat menurunkan kadar gula darah nutrien tersebut. Absorbsi vitamin C dan
puasa secara signifikan. Penelitian yang E dapat dipengaruhi oleh asupan makro-
dilakukan oleh Rafighi et al (2013) me- nutrien.
ngenai suplementasi vitamin E sebesar
900 IU perhari selama 3 bulan pada 44 Sasaran Penelitian
responden menunjukkan hasil penurunan Populasi dalam penelitian ini adalah
yang signifikan pada glukosa darah puasa pasien rawat jalan DM tipe 2 di Puskes-
responden. mas Dinoyo dan Puskesmas Janti Kota
Tujuan dari penelitian ini adalah Malang. Sampel dalam penelitian ini di-
untuk mengetahui hubungan asupan bahan ambil secara non probability sampling
makanan sumber vitamin C dan E terha- yaitu purposive sampling sebanyak 31
dap kadar glukosa darah puasa pada responden.
pasien rawat jalan yang menderita DMT-2
di Puskesmas Janti dan Dinoyo Kota Pengembangan Instrumen dan Teknik
Malang. Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam
METODE PENELITIAN penelitian ini adalah timbangan injak
Rancangan/Desain Penelitian dengan tingkat keakuratan 0,1 kg untuk
Penelitian ini merupakan penelitian melakukan penimbangan berat badan, mi-
analitik kuantitatif dengan rancangan crotoise untuk melakukan pengukuran
cross sectional. tinggi badan, pita ukur untuk mengukur
lingkar pinggang dan pinggul.
Sumber Data Pada penelitian ini juga menggu-
Data yang digunakan dalam pene- nakan instrument lain yaitu form data
litian merupakan data primer yang diper- umum responden, form SQ-FFQ Vitamin
oleh melalui beberapa metode. Data C dan E, form food record. Form SQ FFQ
karakteristik responden meliputi nama, yang digunakan berisi 135 jenis makanan
jenis kelamin, alamat, tempat tanggal yang biasa dimakan oleh pasien DM, yang
lahir, usia pendidikan, pekerjaan, obat dan merupakan sumber vitamin C, vitamin E,
suplemen yang dikonsumsi, responden lemak, protein dan karbohidrat, baik
yang hamil dan menyusui, lamanya men- makanan mentah maupun makanan olahan
derita DM, sudah pernah mendapat edu- atau jadi. Peneliti melakukan uji coba
68 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

kuesioner kepada 20 orang pasien DM lamanya menderita DM tipe 2 dapat di-


tipe 2 dari Puskesmas Dinoyo dan Puskes- lihat pada Tabel 1. Secara umum respon-
mas Janti yang tidak termasuk dalam den dalam penelitian ini didominasi oleh
sampel penelitian sehingga ditetapkanlah jenis kelamin perempuan dengan kisaran
147 jenis makanan sumber vitamin C dan usia 51-60 tahun. Responden dalam pene-
vitamin E termasuk zat gizi makro seperti litian ini mayoritas berlatar belakang pen-
protein nabati, protein hewani, bahan didikan tamat SD dan sebagian besar be-
makanan sumber lemak dan karbohidrat. kerja sebagai ibu rumah tangga. Mayori-
Sebelum menjawab kuesioner ini, peneliti tas responden telah pernah mendapatkan
meminta responden untuk mengingat dan edukasi gizi. Responden menderita DM
memperkirakan seberapa sering rata-rata tipe 2 yaitu dalam kisaran 5-10 tahun.
mereka mengkonsusmsi bahan makanan Mayoritas responden yang menderita DM
tersebut dalam kurun waktu per hari, berstatus gizi gemuk sekali. Dilihat dari
perminggu, atau tidak pernah dalam tiga status gizi berdasarkan rasio lingkar ping-
bulan terakhir. Setiap item makanan yang gang panggul, mayoritas responden ber-
ditanyakan disertakan gambar untuk mem- status gizi obes.
berikan seberapa besar gambaran porsi
yang dikonsumsi. Asupan Makronutrien
Data asupan makronutrien berdasar-
Teknik Analisis Data kan jenis kelamin responden dapat dilihat
Data karakterisik dan aktivitas fisik dalam Tabel 2. Asupan makronutrien res-
responden dianalisis secara deskriptif. ponden didapatkan melalui metode food
Asupan vitamin C dan vitamin E respon- record yang dilakukan 3 kali pengambilan
den dianalisis menggunakan program Nu- yaitu 2 hari weekdays dan 1 hari weekend.
trisurvey 2007 untuk mengetahui jumlah Rata-rata asupan responden laki-laki dan
asupan kedua vitamin tersebut. Kedua perempuan untuk energi, protein, dan
variabel masing-masing diuji dengan ana- lemak jika dibandingkan AKG peme-
lisis univariat yaitu uji Saphiro Wilk untuk nuhan tersebut masih tergolong kurang.
mengidentifikasi distribusi data. Analisis
bivariat yaitu uji korelasi Pearson. Corre- Asupan Vitamin C dan E
lation digunakan untuk mengetahui ada Asupan vitamin C responden dapat
tidaknya suatu hubungan antar variabel dilihat pada tabel 3. Asupan vitamin C
maka dilakukan dengan dengan tingkat responden memiliki nilai tengah 95,1 mg.
kemaknaan yaitu 95%.. Nilai p<0,05 pada Asupan vitamin C responden yang ter-
analisis bivariat menunjukkan signifikansi masuk dalam kategori cukup lebih banyak
hubungan antara kedua variabel. dibandingkan yang kurang yaitu dengan
Penelitian ini telah laik etik dengan nilai tengah 96,5mg. Berdasarkan Estima-
mendapatkan surat keterangan kelaikan ted Avarage Requirement (EAR) FAO/
etik (ethical clearance) No. 199/EC/ WHO kecukupan vitamin C adalah 45
KEPK/05/2017 yang dikeluarkan oleh g/hari dengan batas toleransi tertinggi
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakul- (Tolerable Upper Intake Levels) 1000 mg
tas Kedokteran Universitas Brawijaya. sehingga asupan vitamin C responden
dikatakan cukup [9].
HASIL PENELITIAN Data asupan vitamin E dapat dilihat
Karakteristik Umum pada Tabel 4. Asupan vitamin E respon-
Karakteristik responden yaitu jenis den memiliki nilai tengah 5,3 mg yang ter-
kelamin, usia, pendidikan terakhir, peker- masuk kategori kurang. Asupan vitamin E
jaan, pernah mendapat edukasi gizi, IMT, responden yang termasuk dalam kategori
rasio lingkar pinggang dan panggul, dan kurang lebih banyak dibandingkan yang
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 69

cukup yaitu rata-rata 4,9 mg. Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Puasa
Estimated Avarage Requirement (EAR) Dari data kadar glukosa darah puasa
FAO/WHO kecukupan vitamin E adalah sebagaimana pada Tabel 5 didapatkan
8 mg/hari dengan batas toleransi tertinggi 100% responden memiliki kadar glukosa
(Tolerable Upper Intake Levels) 1000 mg darah > 126 mg/dL dan termasuk kadar
sehingga asupan vitamin C responden gula tidak terkendali .
dikatakan kurang.

Tabel 1. Karakteristik Umum Responden


Karakteristik Umum n = 31 %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3 9,7
Perempuan* 28 90,3

Usia
45-50 2 6,5
51-60* 20 64,5
61-70 9 29
Pendidikan Terakhir
Tidak sekolah/tidak lulus SD 4 12,9
SD* 14 45,2
SMP 5 16,1
SMA 5 16,1
Peguruan Tinggi 1 3,2
S2 2 6,5
Pekerjaan
Pedagang 9 29
PNS 2 6,5
Ibu rumah tangga* 16 51,6
Swasta 2 6,5
Wiraswasta 2 6,5

Pernah Mendapat Edukasi Gizi


Ya* 20 64,5
Tidak 11 35,5
Lamanya Menderita DM tipe 2
1-5 tahun 12 38,7
5-10 tahun* 14 45,2
11-15 tahun 3 9,7
>15 tahun 2 6,5

IMT Kategori
Kurus 1 3,2
Normal 7 22,6
Gemuk 8 25,8
Gemuk Sekali* 15 48,4
Kategori Rasio Lingkar Pinggang
Panggul (RLPP)
Laki-laki
Normal 1 3,2
Obesitas* 2 6,5
70 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

Perempuan 2 6,5
Normal 26 83,8
Obesitas*

Tabel 2. Asupan Makronutrien


Pria Wanita
Mean AKG Pemenuhan Mean AKG Pemenuhan
Energi (kkal) 1137 2325 50% 981 1900 52%
Karbohidrat (g) 160 349 46% 137 285 48%
Protein (g) 42,6 65 66% 32 57 56%
Lemak (g) 40 65 62% 33 53 62%

Tabel 3. Asupan Vitamin C


Jumlah (%) Median(mg) Min(mg)±Max(mg)
Kurang (≤ 45 mg) 4 12,9 41,4 27,1 ± 49,9
Cukup (> 45 mg) 27 87,1 96,5 53,3 ± 661,4
Total 31 100 95,1 27,1 ± 661,4

Tabel 4. Asupan Vitamin E


Jumlah (%) Median(mg) Min(mg)±Max (mg)
Kurang (≤ 8 mg) 27 87,1 4,9 1,9 ± 9,7
Cukup (> 8 mg) 4 12,9 17,8 11,4 ± 21,3
Total 31 100 5,3 1,9 ± 21,3

Tabel 5. Kadar Glukosa Darah Puasa


GDP Jumlah % Median Min (mg/dL) ± Max
(mg/dL) (mg/dL)
Tidak Terkendali 31 100 191 141 ± 388
(≥126 mg/dL )

PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng


Karakteristik Umum Responden (2010) menunjukkan bahwa kelompok
Riskesdas (2007) menyebutkan bah- umur 41-64 tahun mempunyai risiko ter-
wa prevalensi DM lebih tinggi pada kena DM 3,3 lebih tinggi dibandingkan
perempuan dibanding laki-laki. Pada pe- dengan umur 25-40 tahun. Hal tersebut
nelitian ini, sebagian besar responden terjadi karena peningkatan intoleransi glu-
adalah wanita. Pada penelitian Nurmala- kosa yaitu kemampuan sel beta pankreas
sari (2013) juga menunjukkan perem-puan dalam memproduksi insulin berkurang
lebih banyak menderita DM dibandingkan karena adanya proses penuaan. Selain itu
laki-laki. Peningkatan resistensi insulin adanya penurunan aktivitas fisik serta pola
terjadi pada wanita yang berusia diatas 40 makan yang tidak terkontrol [11]. Penu-
tahun dan mengalami premenopause, runan aktivitas fisik dan pola makan yang
karena adanya penurunan sintesis hormon tidak terkontrol menyebabkan sulitnya
estrogen [3]. mengendalikan gula darah pada pasien
Kisaran usia responden terbesar diabetes melitus.
dalam penelitian ini yaitu 51-60 tahun.
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 71

Mayoritas responden dalam peneli- (2014) dan Hestada (2016) menunjukkan


tian ini berlatar belakang Pendidikan bahwa responden yang menderita DM tipe
tamat SD. Hal ini sejalan dengan peneli- 2 paling banyak dalam durasi 5-10 tahun.
tian yang dilakukan oleh Ramadhan Gula darah yang tidak terkontrol dapat
(2016) dan Sri Utami (2014) menunjuk- terjadi pada penderita diabetes mellitus
kan bahwa sebagian besar responden yang yang sudah terjadi lama. Hal ini disebab-
mengalami DM berpendidikan rendah kan karena ketidaksadaran pasien dan
[35]. Seseorang akan sulit menerima in- keterlambatan diagnosis karena pasien
formasi jika pendidikannya rendah karena datang kepada tenaga medis saat penyakit
memiliki pengetahuan yang terbatas. Hal sudah parah. Pasien dengan durasi lama
ini mengakibatkan pemilihan makanan menderita dilaporkan lebih sering meng-
kurang tepat dan tidak terkontrolnya pola konsumsi makanan yang tidak sesuai,
makan sehingga meningkatkan DM [12]. dengan proporsi lemak jenuh yang besar
Pada penelitian ini sebagian besar serta tidak menjalani diet dengan benar
responden memiliki pekerjaan sebagai ibu sehingga kemungkinan menyebabkan gula
rumah tangga (51,6%). Penelitian Wan- darah meningkat [14].
dansari (2013) dan Mongisidi (2014) me- Dilihat dari status gizi, sebagian
nunjukkan penderita DM sebagian besar besar responden memiliki status gizi ge-
bekerja sebagai ibu rumah tangga yang muk sekali. Hal ini sejalan dengan pene-
memiliki lebih banyak waktu bersantai litian yang dilakukan oleh Syauqi (2015)
dan jarang melakukan latihan fisik. dan Adnan (2013) bahwa sebagian besar
Kurangnya latihan fisik, menyebabkan responden yang menderita DM tipe 2 ber-
lemak mudah tertimbun di dalam tubuh status gizi lebih. Timbunan lemak yang
yang menyebabkan kelebihan berat badan berlebih pada orang dengan status gizi
dan memicu munculnya diabetes [36]. obesitas membuat sel tubuh tidak peka
Peningkatan latihan fisik mendorong pe- terhadap insulin dan bekerja secara tidak
ningkatan kepekaan reseptor insulin di optimal sehingga mengakibatkan hipergli-
otot. Kontraksi otot yang terjadi pada saat kemia. Hiperglikemia akan memicu stres
seseorang melakukan aktivitas fisik akan oksidatif yang dapat membentuk radikal
mempermudah glukosa masuk ke dalam bebas baru [15].
sel sehingga menurunkan resistensi insulin Sedangkan status gizi berdasarkan
yang pada akhirnya akan menurunkan rasio lingkar pinggang panggul, mayori-
glukosa darah [13]. tas responden berstatus gizi obesitas se-
Pada penelitian ini diketahui bahwa banyak 26 orang perempuan dan 2 orang
sebagian besar responden pernah menda- laki-laki. Hal ini didukung oleh penelitian
patkan gizi mengenai DM. penelitian ini Septyaningrum dan Martini (2014) me-
di dukung oleh penelitian Faradhita dkk nunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan
(2014) bahwa responden DM tipe 2 dido- antara RLPP dengan kadar gula darah. Sel
minasi oleh yang telah mendapat edukasi. lemak yang paling banyak menghasilkan
Gula darah yang masih tinggi pada res- adipositokin (zat yang dapat menyebabkan
ponden disebabkan sebagian besar respon- resistensi insulin) adalah yang terdapat
den masih belum dapat memonitoring diri pada abdomen. Pada orang obesitas, adi-
dalam kontrol gula darah dari segi diet, positokin jumlahnya lebih banyak diban-
aktivitas fisik, dan obat [14]. dingkan pada orang yang tidak gemuk
Mayoritas responden dalam peneli- sehingga membuat gula darah sulit masuk
tian ini telah menderita DM tipe 2 dalam ke dalam sel dan menyebabkan gula di
kisaran 5-10 tahun. Hal ini sejalan dengan dalam darah menjadi tinggi sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Gumilang terjadilah diabetes [16].
72 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

Asupan Vitamin C Responden vitamin E bebas atau kembali menjadi α-


Berdasarkan hasil penelitian, dike- tocoferol yang berfungsi kembali sebagai
tahui bahwa sebagian besar atau 87,1% antioksidan. Vitamin C akan mengurangi
responden pasien DM tipe 2 di Puskes- oksigen radikal dan menghambat proses
mas Janti dan Dinoyo memiliki asupan oksidatif [22].
vitamin C yang cukup. Hal ini sejalan Sumber yang kaya akan vitamin C
dengan penelitian oleh Nurlita (2015) bah- dapat diperoleh dari sayur dan buah yaitu
wa 98,6% responden DM di RSUD brokoli, kubis, kecambah, kentang, jeruk,
Dr.Moewardi telah memenuhi kebutuhan jambu biji, pepaya, mangga, buah naga,
vitamin C. Pada penelitian tersebut asup- melon, strawberry, dan sumber vitamin C
an vitamin C terpenuhi karena responden yang lain yang baik dikonsumsi untuk
banyak mengonsumsi buah dan sayur penderita diabetes [23].
yang mengandung vitamin C walaupun
dengan kadar yang berbeda setiap jenis- Asupan Vitamin E Responden
nya. Pada penelitian ini berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian, dike-
SQ FFQ yang telah dilakukan, buah dan tahui bahwa sebagian besar atau 87,1%
sayur banyak berkontribusi dalam asupan responden pasien DM tipe 2 di puskes-
vitamin C responden khususnya sayur. mas Janti dan Dinoyo memiliki asupan
Hampir seluruh respoden sering mengon- vitamin E yang kurang. Hal ini sejalan
sumsi sayur dalam berbagai bentuk dengan penelitian oleh Sri Utami dkk
olahan. Berdasarkan rekomendasi asupan (2014) menunjukkan bahwa seluruh res-
vitamin C untuk penderita DM dianjurkan ponden DM tipe 2 di memiliki asupan
untuk mengonsumsi vitamin C tidak lebih vitamin E yang kurang dari kebutuhan.
dari 1000 - 3000 mg per hari [20]. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa
Peran vitamin C dalam DM ber- kekurangan asupan vitamin E bisa dise-
fungsi sebagai antioksidan yang dapat babkan karena beberapa faktor yaitu usia
mencegah radikal bebas. Vitamin C dapat yang sudah tua, faktor ekonomi, dan pe-
menghambat enzim aldose reduktase dan kerjaan responden yang tidak tentu [21].
produksi AGE yang berada pada jalur Berdasarkan hasil SQ FFQ respon-
poliol sorbitol yang secara tidak langsung den dalam penelitian ini, asupan vitamin E
akan menghambat terjadinya stres oksi- rendah dikarenakan asupan vitamin E
datif yang diakibatkan hiperglikemia [21]. yang didapat dari sumber makanan belum
Vitamin C dapat meregenerasi vitamin E terpenuhi karena responden jarang meng-
dalam mendonorkan ion hidrogen. Meka- konsumsi bahan makanan yang kaya akan
nisme vitamin C dan E dalam meng- vitamin E seperti kacang-kacangan, kede-
hambat radikal bebas dan stres oksidatif lai, asparagus, brokoli, margarin, dan
yaitu dimulai dengan vitamin E akan me- mentega. Rata-rata responden mengon-
nangkap radikal bebas, vitamin E berubah sumsi sumber vitamin E dalam jumlah
menjadi vitamin E radikal dengan meka- yang sedikit. Pada orang DM tidak dite-
nisme α-tocoferol radikal yang berubah mukan dalam PERKENI, ADA, dan
menjadi α-tocoferol perokside. Dari dua WHO untuk anjuran asupan vitamin E
α-tocoferol radikal berubah menjadi α- yang baku atau spesifik sehingga peneliti
tocoferol dimer dan akhirnya menjadi α- menghubungkan pemenuhan vitamin E
tocoquinone. Vitamin C dan vitamin E dengan Estimated Avarage Requirement
dapat mencegah reaksi oksidasi dengan (EAR) FAO/WHO.
mengikat vitamin E radikal yang ter- Vitamin E mempunyai peran dalam
bentuk pada proses pemutusan reaksi perbaikan transport glukosa dan sensitivas
radikal bebas oleh vitamin E menjadi insulin. Selain itu, vitamin E dapat mem-
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 73

perbaiki potensi sistem pertahanan radikal menurunkan kadar gula darah. Olahraga
bebas dengan meningkatkan level gluta- menyebabkan peningkatan pemakaian
tion di dalam darah. Vitamin E berperan glukosa darah oleh otot sehingga mampu
sebagai kofaktor enzim GPX yang mem- menurunkan kadar lemak, gula darah yang
bantu menetralkan radikal bebas melalui terkontrol, dan memperbaiki sensitivitas
reduksi glutation [4]. Radikal bebas yang insulin. Semakin tinggi aktifitas fisik, otot
dapat dicegah akan menghambat ter- skelet mengalami stres oksidatif lebih
jadinya kerusakan sel beta agar sensi- besar dibandingkan hati atau jantung
tivitas dan sekresi insulin tidak terganggu. karena adanya peningkatan produksi glu-
Contoh bahan makanan sumber vitamin E tation. Maka otot membutuhkan perlin-
yaitu kacang-kacangan, kedelai, aspara- dungan antioksidan melawan kerusakan
gus, brokoli, jagung, minyak biji bunga oksidatif yang mungkin terjadi selama dan
matahari, gandum, margarin, dll. Batas sesudah latihan fisik [11]. Kurangnya akti-
maksimal toleransi konsumsi vitamin E fitas fisik menyebabkan kepekaan reseptor
untuk usia 19 tahun ke atas yaitu 1000 mg insulin di otot yang aktif mengalami penu-
per hari atau 1500 IU [9]. runan. Fungsi dari vitamin C dan E seba-
gai pertahanan primer melawan pemben-
Kadar Gula Darah Puasa Responden tukan ROS menurun sehingga glukosa
Hasil pemeriksaan gula darah puasa sulit masuk ke dalam sel dan menye-
pada penelitian ini menunjukkan bahwa babkan resistensi insulin serta glukosa
seluruh responden memiliki kadar gula darah meningkat [13].
darah puasa tidak terkendali (≥ 126 Faktor selanjutnya yang memenga-
mg/dl). Hal ini sejalan dengan penelitian ruhi gula darah yaitu kepatuhan pema-
Utami (2015) bahwa 96,3% pasien DM kaian obat. Pasien yang minum obat tidak
tipe 2 di Rumah Sakit Tugurejo Sema- teratur dan gaya hidup yang salah dan
rang memiliki kadar gula darah puasa tidak sehat akan meningkatkan kadar gula
tidak terkendali. Penelitian Nurulita darah dan memperburuk kondisi penya-
(2015) menunjukkan bahwa 79,2% res- kitnya. Vitamin C mempunyai kemam-
ponden DM tipe 2 di RSUD Dr.Moewar- puan sebagai penginduksi enzim yang
di memiliki kadar gula darah puasa tidak bekerja pada proses metabolisme obat di
terkendali. dalam tubuh dimana proses tersebut
Faktor yang mempengaruhi tidak menghasilkan biotransformasi dari obat ke
terkendalinya gula darah beberapa dianta- metabolit. Metabolit bersifat lebih polar
ranya adalah pengaturan makan, olahraga, dan banyak yang diekskresikan melalui
dan kepatuhan pengobatan [10]. Penga- urin sehingga jumlah obat aktif di dalam
turan makan adalah kebiasaan makan saluran sistemik berkurang [18]. Kadar
individu yang terdiri dari jenis dan fre- obat di dalam darah menjadi kecil se-
kuensi makan. Hal ini diakibatkan penga- hingga efek dari obat metformin dan
turan makan mampu mengontrol kadar glibenklamid yang dikonsumsi responden
gula darah dan lemak normal. Asupan menurun. Proses metabolisme obat menu-
makanan dapat meningkatkan gula darah runnya efek obat menyebabkan gula darah
sehingga mengakibatkan gula darah sete- tetap tidak terkendali [19]. Walaupun
lah makan meningkat [17]. vitamin C tidak spesifik berinteraksi pada
Penelitian yang dilakukan oleh obat tetapi ada kemungkinan ada reaksi
Rachmawati (2010) menunjukkan hasil yang terjadi. Namun penelitian ini tidak
bahwa adanya hubungan latihan fisik ter- bisa menghubungkan secara jelas karena
hadap kadar gula darah. Hal tersebut ter- bukan terkait variabel yang di teliti.
jadi dikarenakan aktifitas fisik mampu
74 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

Hubungan Asupan Vitamin C dengan Mulyadi (2013) menyebutkan bahwa


Kadar Gula Darah Puasa metode SQ FFQ sangat bergantung pada
Uji statistik pada penelitian ini me- daya ingat, sehingga dapat mengakibatkan
nunjukkan bahwa hubungan antara asup- pelaporan jumlah asupan C rendah atau
an vitamin C dengan kadar gula darah underreporting [28]. Kedua, kurangnya
puasa responden adalah tidak signifikan variasi makanan yang dikonsumsi oleh
(p>0,05). Hal ini didukung oleh pene- responden. Ketiga, menurunnya selera
litian Wulandari (2014) yang menunjuk- makan diakibatkan usia yang menua.
kan hasil yang tidak signifikan antara Penelitian yang dilakukan Tamba (2014)
asupan vitamin C yang dilihat dari bahan pada lansia menunjukkan hasil bahwa ada
makanan alami terhadap kadar glukosa hubungan antara kurangnya variasi menu
darah responden [24]. Penelitian ini juga makanan dengan selera makan yang
sejalan dengan penelitian Malazy et al menurun sehingga asupan makan rendah.
(2014) bahwa konsumsi suplementasi Keempat, sebagian besar responden pada
vitamin C 500 mg setiap hari selama 3 penelitian ini memiliki tingkat pendi-
bulan menunjukkan hasil yang tidak dikan yang rendah sehingga berkaitan
signifikan antara vitamin C dengan kadar dengan pengetahuan yang rendah dan
gula darah puasa [25]. Namun, beberapa belum mengetahui fungsi vitamin C ter-
penelitian juga menunjukkan hasil yang kait DM. Ketika asupan vitamin C rendah
berlawanan dengan penelitian ini. Pene- terjadi penghambatan secara kompetitif
litian Ardekani et al (2007) setelah dibe- antara asam askorbat dan glukosa. Vita-
rikan suplementasi vitamin C sebesar min C mempunyai struktur yang hampir
1000 mg per hari selama 6 minggu me- sama dengan glukosa yang berperan di
nunjukkan hasil penurunan yang signifi- sitosol secara ekstrasel. Jika kadar glukosa
kan pada pengukuran gula darah puasa meningkat berarti lebih sedikit vitamin C
responden [26]. Hasil penelitian ini juga yang masuk ke dalam sel, sehingga kele-
berlawanan dengan penelitian yang dila- bihan yang tidak digunakan dikeluarkan
kukan oleh Rafighi et al (2013) bahwa melalui urin [29].
setelah diberikan suplementasi vitamin C Hal yang menyebabkan konsumsi
sebesar 800 mg perhari selama 3 bulan vitamin C sudah cukup sesuai namun gula
menunjukkan hasil penurunan yang sig- darah tetap tidak terkendali adalah per-
nifikan pada glukosa darah puasa res- tama vitamin C mudah rusak karena suhu.
ponden [27]. Namun vitamin C pada pengaruh suhu
Pada penelitian yang menunjukkan tidak didapatkan data pada penelitian ini.
signifikansi dikarenakan pada penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Nurulita
tersebut menggunakan suplementasi (2015) menyebutkan bahwa pada saat
dengan dosis besar yaitu antara 800-1000 proses pemanasan, kandungan vitamin C
mg. Pada penelitian ini responden yang akan berkurang jika suhunya semakin
mengkonsumsi suplemen vitamin C dike- tinggi karenanya adanya oksidasi. Vitamin
luarkan dari penelitian karena peneliti C menjadi asam L-dehidroaskorbat dan
ingin mengkaji dari asupan responden saja berubah menjadi L-diketogulonat dimana
tanpa pengaruh suplementasi. Walaupun terdapat vitamin C yang tidak aktif.
asupan vitamin C sudah memenuhi kebu- Sebanyak apapun mengonsumsi sumber
tuhan, namun asupan responden masih vitamin C namun dengan pemasakan yang
lebih rendah dibandingkan penelitian yang salah akan mengurangi efek vitamin C
memiliki pengaruh pada kadar gula darah. sebagai antioksidan [30]. Kedua, sebagian
Asupan yang rendah ini bisa disebabkan besar responden memiliki status gizi
adanya underreporting. Penelitian oleh obesitas dimana timbunan lemak berlebih
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 75

menyebabkan sel beta kurang peka ter- tasi vitamin E sebesar 900 IU perhari
hadap rangsangan akibatnya insulin beker- selama 3 bulan terhadap glukosa darah
ja tidak optimal dan gula darah naik [16]. puasa responden [27].
Ketiga, sebagian besar responden pada Pada penelitian yang menunjukkan
penelitian ini adalah perempuan. Perem- signifikansi dikarenakan pada penelitian
puan diketahui lebih berisiko untuk ter- tersebut menggunakan suplementasi vi-
kena DM yang disebabkan penurunan tamin E dengan dosis besar. Selain itu,
hormon estrogen memicu resistensi in- penelitian tersebut menyebutkan bahwa
sulin sehingga gula darah meningkat [3]. pemberian kombinasi suplementasi anti-
Keempat, vitamin C memiliki kemam- oksidan memiliki efek yang lebih baik dan
puan untuk menginduksi sitokrom p450 lebih efektif dibandingkan hanya satu
yaitu enzim yang bekerja pada proses suplementasi. Pada penelitian Steinberg
metabolisme obat. Karena banyak meta- (2010) mengemukakan bahwa terapi anti-
bolit yang di ekskresikan melalui urin oksidan butuh waktu lebih dari 5 tahun
sehingga jumlah obat aktif di dalam untuk terjadi perubahan patologis pada
saluran sistemik berkurang. Hal itu me- pasien DM. Sedangkan pada penelitian ini
nyebabkan efek obat menurun dan gula hanya mengkaji dari asupan vitamin E
darah tetap tidak terkendali [18]. yang berasal dari bahan makanan alami
dan tidak ada tambahan suplementasi.
Hubungan Asupan Vitamin E dengan Pada penelitian ini responden yang meng-
Kadar Gula Darah Puasa konsumsi suplemen vitamin E dikeluarkan
Uji statistik pada penelitian ini me- dari penelitian karena peneliti ingin meng-
nunjukkan bahwa hubungan antara asup- kaji dari asupan responden saja tanpa
an vitamin E dengan kadar gula darah pengaruh suplementasi. Asupan vitamin E
puasa responden adalah tidak signifikan responden pada penelitian ini berada
(p>0,05). Hal ini didukung oleh Utami dibawah dan lebih rendah dibandingkan
(2015) ditemukan hasil bahwa tidak ada penelitian yang memiliki pengaruh terha-
hubungan yang signifikan antara asupan dap kadar gula darah.
vitamin E dengan kadar gula darah. Asupan vitamin E responden yang
Penelitian Jamalan et al (2015) juga me- rendah dikarenakan beberapa hal. Per-
nunjukkan pemberian suplementasi vita- tama, adanya underreporting, disebabkan
min E 300 mg atau 400 IU per hari se- oleh metode wawancara SQ FFQ yang
lama 4 minggu menunjukkan hasil yang sangat bergantung pada daya ingat
tidak signifikan antara vitamin E dengan didukung oleh faktor usia responden.
kadar gula darah puasa responden [31]. Kedua, menu makanan yang tidak ber-
Namun ada beberapa penelitian menun- variasi menyebabkan responden tidak
jukkan hasil yang berlawanan dengan memenuhi kebutuhan asupan yang seha-
penelitian ini. Penelitian oleh Rafraf et al rusnya dikonsumsi terutama asupan vita-
(2012) menunjukkan hasil bahwa setelah min E. Ketiga, penurunan selera makan
diberikan suplementasi vitamin E sebesar dan fungsi sensori yang berkurang.
400 mg per hari selama 8 minggu me- Keempat, pengetahuan responden menge-
nunjukkan hasil penurunan yang signi- nai fungsi vitamin E terhadap DM masih
fikan pada pengukuran gula darah puasa kurang [21, 26, 32].
dibandingkan dengan sebelum diberikan Disamping faktor faktor tersebut,
perlakuan [32]. Hasil penelitian ini juga asupan lemak memengaruhi penyerapan
tidak sejalan dengan penelitian Rafighi et vitamin E responden. Vitamin E merupa-
al (2013) yang menunjukkan adanya kan vitamin yang penyerapannya mem-
signifikansi setelah pemberian suplemen- butuhkan lemak dan aktivitas asam
76 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

empedu. Asam empedu dihasilkan dari Kepada Masyarakat (BPPM) Fakultas


produk akhir metabolisme kolesterol. Kedokteran Universitas Brawijaya atas
Asam empedu berfungsi untuk merubah hibah penelitian DPP/SPP TA. 2016-2017,
lemak menjadi emulsi lemak dengan cara Dinas Kesehatan Kota Malang,
membentuk komplek asam lemak-asam Puskesmas Dinoyo dan Janti, Laboran Lab
empedu, sehingga lebih mudah dicerna Prodia Malang, serta anggota tim
oleh enzim lipase sebelum diabsorbsi oleh penelitian DM 2016 (Ganis, Widya, Azmi,
dinding usus [33]. Penelitian yang dilaku- Niza).
kan oleh Daud (2014) menyebutkan bah-
wa vitamin E mampu memberi perlin- DAFTAR RUJUKAN
dungan pada lipoprotein terhadap peroksi- 1. Hapsoro S.E. Uji Penurunan Kadar
dasi dengan cara mengurangi oksidasi Glukosa Darah Tablet Effervescent
radikal bebas yang merusak lipid [34]. Kombinasi Ekstrak Daun Dewandaru
Dalam penelitian ini, asupan lemak res- (Eugenia uniflora L.) dan Herba
ponden masih kurang dari kebutuhan yang Sambiloto (Andrographis paniculata
menyebabkan absorbsi vitamin E terham- [Burm.f.] Ness) Pada Tikus yang
bat sehingga peran vitamin E untuk me- Dibebani Glukosa. Skripsi. Fakultas
lindungi membran sel dan asam lemak Farmasi Universitas Muhammadiyah
dari oksidasi radikal bebas berkurang. Surakarta, Surakarta. 2009.
Pertahanan dalam peroksida lipid juga 2. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar.
berkurang dan gula darah pada responden Badan Penelitian dan Pengembangan
tetap meningkat. Pengaturan makan res- Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
ponden pada penelitian ini tidak dapat 2013.
memenuhi kebutuhan seorang diabetesi. 3. Gibson dalam Darsana I.N. Korelasi
Hal ini disebabkan karena sebagian besar Positif Kadar Asam Urat Serum
responden adalah golongan lansia yang Tinggi dengan Neuropati Diabetik
mengalami penurunan nafsu makan se- Perifer pda Penderita DM Tipe 2 di
hingga mempengaruhi asupan makan. Hal Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
ini menyebabkan rendahnya asupan bahan Denpasar. Tesis.Program
makanan sumber lemak, karbohidrat dan Pascasarjana Universitas Udayana,
protein. Faktor ekonomi yang tergolong Denpasar. 2014.
rendah dari responden juga turut mem- 4. Ismail N.A., Okasha S., Dhawan A.,
pengaruhi rendahnya asupan zat gizi Shaker O. Glutathione Peroxidase,
makro dari responden yang karena ren- Superoxide Dismutase and Catalase
dahnya variasi asupan lauk hewani, Activities in Children with Chronic
nabati, buah dan sayur. Hepatitis. Advances in Bioscience
and Biotechnology, 2012, 3: 972–
SIMPULAN 977.
Tidak terdapat hubungan yang signi- 5. Olanlokun J. Protective Influence of
fikan antara asupan vitamin C dan E ter- Vitamin E on The Antioxidant
hadap kadar gula darah pasien rawat jalan Defence System in The Whole Blood
DM tipe 2 di Puskesmas Dinoyo dan Janti and Liver of Normal and Alloxan-
Kota Malang. Induced Diabetic Rats. Indian Journal
of Clinical Biochemistry, 2008, 23
(1): 62-66.
UCAPAN TERIMAKASIH 6. Chikezie P., Ojiako O., Ogbuji A.
Ucapan terimakasih disampaikan Oxidative Stress in Diabetes Mellitus.
kepada Badan Penelitian dan Pengabdian IJBC, 2015, 9 (3) : 92 – 109.
Cleonara, dkk, Asupan Vitamin C dan E Tidak ... 77

7. Idris A.M. Hubungan Pola Makan 15. Syauqi A. Perbedaan Kadar Glukosa
dengan Kadar Gila Darah pada Pasien Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus
Rawat Jalan DM Tipe 2 di Wilayah Berdasarkan Pengetahuan Gizi,
Kerja Puskesmas Kota Makassar Sikap, dan Tindakan di Poli Penyakit
Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Dalam Rumah Sakit Islam Jakarta.
Kesehatan Masyarakat Universitas Jurnal Gizi Indonesia, 2015, 3 (2) :
Hasanudin, Makassar. 2014. 60-67.
8. Nurdini A. “Cross Sectional VS 16. Septyaningrum N., Martini S. Lingkar
Longitudinal” : Pilihan Rancangan Perut Mempunyai Hubungan Paling
Waktu Dalam Penelitian Perumahan Kuat dengan Kadar Gula Darah.
Pemukiman. Dimensi Teknik Jurnal Epidemiologi, 2014, 2 (1).
Aristektur, 2006, 34(1): 52–58. 17. Kurnia N., Atoillah M. Hubungan
9. Allen, L., Benoist,B., Dary,O., Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2
Hurrell,R, editor. Guideline on Food Dengan Rerata Kadar Gula Darah.
Fortification with Micronutrient. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2013, 1
France: World Health Organization (2) : 234-243.
and Food and Agriculture 18. Hasibuan S.R. Pengaruh Pemberian
Organization of the United Nations; Vitamin C Terhadap Efek Analgetika
2006. 148-149 Metampiron pada Marmot. Skripsi.
10. Perkumpulan Endokrinologi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Indonesia. 2011. Konsensus 2009.
Pengendalian dan Pencegahan 19. Winahyu P.N. Pengaruh Pra
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia Perlakuan Infusa Kelopak Bunga
2011. Jakarta. Rosela terhadap Efek Analgesik
11. Salindeho A., Mulyadi, Rottie J. Ibuprofen pada Mencit Betina Galur
Pengaruh Senam Diabetes Mellitus Swiss. Skripsi. Universitas Sanata
Terhadap Kadar Gula Darah Dharma, Yogyakarta. 2015.
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di 20. Grober, Uwe. Mikronutrient. Jakarta :
Sangar Senam Persadia Kabupaten EGC. 2009.
Gorontalo, 2016, 4 (1). 21. Utami S., Bintanah S., Isworo T.
12. Misdarina A, Yesi. Pengetahuan Hubungan Konsumsi Bahan Makanan
Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Sumber Vitamin C dan Vitamin E
Darah Pada Pasien DM Tipe 2. E- dengan Kadar Gula Penderita
Kep, 2012, 2 (2). Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan
13. Ilyas E.I. 2011. Olahraga Bagi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.
Diabetesi dalam: Soegondo, S., Jurnal Gizi Unimus, 2015, 4 (1).
Soewondo P., Subekti I., Editor. 22. Traber M., Stevens J.F. Vitamin C
Penatalaksanaan Diabetes Melitus and E : Beneficial Effects from a
Terpadu bagi Dokter Maupun Mechanistic Perspective. Free Radic
Edukator Diabetes. Jakarta: Fakultas Biol Med, 2011, 51 (5) : 1000 – 13.
Kedokteran Universitas Indonesia 23. Azrimaidazalia. Asupan Zat Gizi dan
14. Lestari T.S. Hubungan Psiokosoial Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal
dan Penyuluhan Gizi dengan Kesehatan Masyarakat, 2011, 6 (1).
Kepatuhan Diet Pasien Diabetes 24. Wulandari D.N. Hubungan Pola
Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Konsumsi Makanan Sumber Vitamin
Fatmawati. Skripsi. Universitas C terhadap Kadar Gula Darah Puasa
Indonesia, Depok. 2012. Pasien DM tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSU Dr Saiful
78 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 65 - 78

Anwar Malang. Tugas Akhir. di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi.


Fakultas Kedokteran Universitas Universitas Muhammdiyah Surakarta,
Brawijaya, Malang. 2014. Surakarta.
25. Malazy O.T , Nikfar S., Larijani B. 31. Jamalan M., Rezazadeh M., Zeinali
Influence of Ascorbic Acid M., Effect o Ascorbic and Alpha
Supplementation on Type 2 Diabetes Tocopherol Supplementations on
Mellitus in Observational and Serum Leptin, Tumor Necrosis Factor
Randomizad Controlled Trials;A Alpha, and Serum Amyloid a Levels
Systematic Review with Meta Individuals with Type 2 DM. AJP,
Analysis. J Pharm Sci, 2014, 17 (4) 2015, 5(6) : 531-539
554-582. 32. Rafraf M., Bazyun B., Sarabchian M.
26. Ardekani, M.A., Ardekani, A.S. Impact of Vitamin E Supplementation
Effect of Vitamin C on Blood on Blood Pressure and Hs-CRP in
Glucose, Serum Lipids, and Serum Type 2 Diabetic Patients. Health
Insulin in Type 2 Diabetes Patients. Promotion Perspectives, 2012, 2 (1) :
Indian J Med Res, 2007, 126 (5) : 471 72 – 79.
– 4. 33. Fauziah A., Mangisah I., Murningsih
27. Rafighi Z., Shiva A., Arab S., Yusuf W. Pengaruh Penambahan Vitamin E
R. Association of Dietary Vitamin C dan Bakteri Asam Laktat Terhadap
and E Intake and Antioxidant Kecernaan Lemak dan Bobot Telur
Enzymes in Type 2 Diabetes Mellitus Aya, Kedu Hitam. AAJ, 2013,
Patients. Glob J Health, 2013, 5 (3) : 34. Daud R. Pengaruh Suplementasi
183 – 7. Vitamin E terhadap Konsentrasi LDL
28. Mulyadi C., Fransisca., Pramudya K. dan Perubahan Patologis Aorta Tikus
Hubungan Antropometri, Aktivitas Putih Wistar yang diberi Ransum
Fisik, dan Pengetahuan Gizi dengan Lemak Tinggi, JMV, 2014, 8(1).
Asupan Energi dan Komposisi 35. Ramadhan N., Marissa N.
Makronutrien pada Remaja. EJKI, Karakteristik Penderita Diabetes
2013, 1 (2). Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kadar
29. Yasin Y.K,. Kartasurya, Martha. HBA1C di Puskesmas Jayabaru Kota
Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan Banda Aceh. SEL, 2015, 2 (2) : 49-
Vitamin E Terhadap Kadar 56.
Malondialdehid Plasma Pasien 36. Wandansari K. Hubungan Pola
Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Gizi Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Indonesia, 2015, 4 (1) : 1 – 8 . Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
30. Nurlita N. 2015. Hubungan Pola RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Konsumsi Vitamin C terhadap Kadar Tugas Akhir. Universitas
Glukosa Darah dan Trigliserida pada Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan 2013.

Anda mungkin juga menyukai